Anda di halaman 1dari 48

BAB II

MINERAL OPTIK

II.1. Pengenalan Mikroskop Polarisasi


Mikroskop polarisasi adalah alat yang digunakan untuk dapat melakukan
pengamatan secara optis atau petrografi analisis sayatan tipis batuan-batuan yang
dilakukan karena sifat-sifat fisik seperti tekstur, komposisi dan perilaku mineral-
mineral penyusun batuan tersebut tidak dapat dideskripsikan secara megaskopis di
lapangan. Ada beberapa jenis mikroskop polarisasi yaitu binokuler dan triokuler
baik nondigital maupun yang digital.

A. Fungsi dan bagian-bagian mikroskop polarisasi


Untuk dapat melakukan pengamatan secara optis atau petrografi diperlukan
alat yang disebut mikroskop polarisasi. Hal itu berhubungan dengan teknik
pembacaan data yang dilakukan melalui lensa yang mempolarisasi obyek
pengamatan. Hasil polarisasi obyek selanjutnya dikirim melalui lensa obyektif dan
lensa okuler ke mata (pengamat). Ada beberapa jenis mikroskop polarisasi, yaitu
mikroskop terpolarisasi binokuler dan trilokuler, baik non-digital maupun yang
digital

Gambar 1. Bagian-bagian dari mikroskop polarisasi binokuler secara garis besar


(Sumber: ZEISS, 1961)

5
6

Gambar 2. Bagian-bagian dari mikroskop polarisasi trilokuler secara garis besar


(Sumber: ZEISS, 1961)

Lampu terpisah dari mikroskup. Sinar lampu dipantulkan melalui cermin


(mirror) lalu dilanjutkan ke lensa polarizer. Sinar menembus obyek yang
diletakkan di atas meja obyektif. Sinar membawa data dari obyek (sayatan tipis)
dikirimkan ke lensa obyektif, ditangkap oleh okuler dan diterima mata.

Gambar 3. Mikroskop digital dengan layar video; data pengamatan sayatan tipis dikirim
ke layar LCD dan dapat disimpan di dalam hard disk (Sumber: Anonim, 2015)
7

Gambar 4. Mikroskup polarisasi binokuler digital dengan layar video yang lain
(Sumber: Anonim, 2015)

Gambar 5. Mikroskup polarisasi standar yang kini tersimpan


dilaboratorium Geologi ISTA
(Sumber: Anonim, 2015)
8

1. Bagian-Bagian dari Mikroskup Polarisasi


a. Lensa Ocular
Lensa Ocular disebut juga dengan lensa okuler Huygens. Terdiri dari dua
lensa simple plane-convex yang terletak berhadapan langsung dengan mata. Lensa
bagian atas berupa lensa mata dan lensa bagian bawah berfungsi untuk
mengumpulkan data. Focal length dari lensa mata adalah 1/3-nya dari lensa
pengumpul (field length). Sinar sinar ini yang menyebabkan kelelahan pada mata
saat pengamatan.Pada okuler juga dijumpai benang silang, berbentuk jaring laba-
laba dan mengikatkan tali tersebut pada perutnya.
Lensa Ocular yaitu lensa dengan perbesaran yang biasanya mencapai 10x.
Lensa ini berhubungan langsung dengan mata saat mengamati sayatan tipis batuan
di bawah mikroskup. Dalam lansa ini terdapat benangsilang yang dapat membantu
menentukan posisi utara-selatan (U-S) dan timur-barat (T-B). Benang silang juga
sering digunakan untuk mengetahui sudut pemadaman suatu mineral, apakah
miring atau tegak lurus.
Perbesaran dari obyek sayatan tipis di atas meja obyektif (gambar samping)
dihasilkan dari perbesaran okuler dan lensa obyektif (gambar bawah). Contoh:
jika sayatan tipis dilihat dengan menggunakan lensa obyektif dengan perbesaran
tertulis 4X, dan okuler 10X, maka memiliki perbesaran total 40X.

Lensa okuler lensa obyektif


Gambar 6. Lensa okuler dan lensa obyektif pada mikroskop polarisasi. Gambar b.
(kiri) lensa okuler dan (kanan) objektif
(Sumber: Anonim, 2015)
9

Gambar 7. Lensa obyektif dan lensa okuler pada mikroskup polarisasi.


(Sumber: Anonim, 2015)

b. Prisma Nikol
Jika polarizer dipindahkan dari mikroskop dan sinar direfleksikan dari
permukaan ke bidang horizontal, maka bidang terpolarisasi menjadi gelap jika
diputar ke kanan. Biotit yang disayat memotong belahannya memiliki absorpsi
terbaik jika bidang belahan sejajar dengan bidang vibrasi terpolarisasi. Pada posisi
ini mineral menjadi gelap maksimum. Vibrasi gelapan juga dijumpai pada mineral
Tourmaline yang diputar ke kanan dari sumbu C. Kedudukan normal dari vibrasi
sinar yang melalui prisma (sinar ekstra-ordinary) dijumpai maksimum pada
kanada balsam. Prisma nikol digunakan untuk melakukan pengamatan pada posisi
nikol silang.
10

Gambar 8. Penggunaan Prisma Nikol untuk Pengamatan Nikol Silang


(Sumber: Anonim, 2015)

c. Lensa lampu konvergen


Mikroskop dioperasikan pada sinar lampu yang searah dengan tube dan
obyek. Sehingga lensa konvergen menangkap sinar tersebut secara maksimal dan
melanjutkannya melalui tube ke lensa polarizer. Sinar tersebut membawa data dari
obyek yang selanjutnya dikirimkan ke lensa obyektif dan ditangkap oleh lensa
okuler. Lensa lampu konvergen yaitu dengan menaikkan nikol bagian bawah yang
terletak di bawah meja obyektif, sehingga permukaan polarizer dapat menyentuh
gelas preparat.

d. Meja obyektif (meja putar)


Meja obyektif berbentuk melingkar, kotak, dan kebanyakan bulat. Meja ini
terletak di atas polarizer dan di bawah lensa obyektif yang merupakan tempat
meletakkan sayatan tipis untuk diamati. Pada meja dilengkapi dengan sekala
besaran (mikrometer) yang melintang meja dan koordinat sumbu hingga 360°.
Bagian pusat meja harus satu garis dengan pusat optis dari tube. Centering
dilakukan dengan memutar scroll (screws), centring 90° berada di bawah tube.
Setelah posisinya centering, sayatan tipis diletakkan di atas meja obyektif, agar
11

tidak bergeser-geser maka dapat dijepit dengan kedua penjepit. Meja obyektif
dapat dinaik-turunkan sesuai dengan kebutuhan dan posisi sentringnya.

e. Cermin Pantul (The Mirror)


Cermin pantul berfungsi untuk mengirimkan sinar dari lampu ke sumber
obyek. Berbentuk bidang datar pada sisi belakang dan cekung pada sisi depan.
Pembentuk yang pertama digunakan untuk perbesaran rendah, sedangkan yang
terakhir untuk perbesaran yang lebih tinggi. Cermin ini berfungsi mengumpulkan
sinar lampu dengan aperture yang menyudut pada sekitar 40°. Untuk perbesaran
yang lebih besar dan dengan menggunakan sinar konvergen, maka menggunakan
sinar konvergen. Penggunaan cermin terutama untuk efisinsi penggunaan
mikroskop. Ketika menggunakan sinar datang yang sejajar sebagai ordinary
daylight, maka sinar tersebut direfleksikan dari cermin dengan intensitas yang
rendah, yang datang bersamaan dengan focal point. Jika sumber sinar dekat
dengan instrument, focal-length-nya besar, dan sebaliknya.

f. Benang Silang (Cross Hair)


Benang silang berada pada lensa okular, satu benang melintang ke kanan-
kiri dan benang yang lain melintang ke atas dan ke bawah. Benang silang
berfungsi untuk mengetahui kedudukan koordinat bidang sumbu mineral, atau
sudut interfacial kristal. Meja obyektif harus berkedudukan centered dengan
perpotongan benang silang, jika tidak centered maka benang silang tidak akan
terlihat. Pembacaan akan dapat dilakukan jika salah satu sisi kristal sejajar dengan
benang silang kanan-kiri, selanjutnya meja obyektif diputar sampai benang silang
yang lain sejajar dengan arah lain dari meja obyektif tetapi berlawanan dengan
center-nya.
12

Benang
silang

Gambar 9. Benang silang yang terdapat pada lensa okuler dalam mikroskup polarisasi.
(Sumber: Anonim, 2015)

g. Lensa Obyektif
Lensa Objektif diklasifikaskan berdasarkan nilai perbesarannya. Untuk
obyektif yang memiliki power rendah, maka focal length-nya di atas 13 mm dan
perbesarannya kurang dari 15 x; untuk power menengah focal length antara 12- 5
mm dan perbesarannya 40 x; dan power tinggi focal length kurang dari 4,5 mm
dan perbesarannya mencapai 40 x. Lensa obyektif yang sering digunakan adalah
yang berukuran 3 dan 7 mm . Dalam satu sayatan tipis sering terdiri atas suatu seri
bidang yang saling menumpang, dan hanya salah satunya saja yang dapat diamati.
Dalam lensa obyektif low-power, dapat dilihat obyek yang menumpang bidang
yang berbeda lainnya, tetapi dengan lensa high-power hal itu tidak mungkin
dilakukan. Tingkat kecerahan (brightness) dari image akan meningkat jika
hitungan aperturenya dapat diketahui dalam luasan pesegi.

h. Resolving Power
Bagian dari mikroskop yang berfungsi untuk pengaturan ketelitian alat.
Dengan meningkatkan resolving power untuk mempertajam obyek pengamatan
maka dapat mengurangi masa pemakaian alat. Dalam praktik petrografis,
dibutuhkan ketelitian maksimal sehingga sifat terkecil pun terdeteksi.Mata hanya
mampu membedakan 250 garis dalam 1 inci. Ketika dua titik berpindah dari
13

posisi 6.876x dari mata, maka yang terlihat hanya satu titik. Dengan bantuan
resolving power dan okuler, mata mampu membedakan pleurosigma angulatum
sebanyak 50.000 garis.

i. Lensa Bertrand (Keping Gipsum)


Keping Gipsum berada pada center dari microscope di atas analyzer yang
melintas masuk / keluar tube. Digunakan sebagai mikroskop kecil bersama-sama
dengan okuler untuk memperbesar gambaran interference. Terutama digunakan
untuk mengetahui warna birefringence, sehingga dapat diketahui ketebalan
sayatannya. Pada penggunaan alat ini, juga dilengkapi dengan tabel warna
interference.

Gambar 10. Tabel warna interference yang digunakan bersama-sama dengan


keping gips untuk mengetahui warna birefringence.
(Sumber: Anonim, 2015)

j. Mikrometer
Mikrometer berfungsi untuk mengukur jarak dalam sekala yang sempit,
contoh: diameter mineral. Terletak di atas meja obyektif. mPada pembacaan
langsung dalam meja obyektif, sekala dalam ratusan mm. Jadi, dalam suatu
pengamatan sayatan tipis dapat diketahui seberapa ratus mm dalam suatu divisi
kristal. Agar familier dalam penggunaannya, siswa dapat membuat sendiri
mikrometer tersebut.
14

k. Adjustment Screws

Adjustment screw berfungsi untuk mengatur (bagian dalam 2) dan


menghaluskannya (bagian luar 1) kefokusan lensa okuler dan obyektif .
Metodenya yaitu dengan memutar ke kanan untuk memperbesar dan ke kiri untuk
memperkecil. Terletak pada gagang mikroskop (tube). Akurasi kerja Adjustment
screw mencapai 0,001 mm.

Adjustment screw
Gambar 11. Adjustment screw, mikrometer dan prisma nikol
(Sumber: Anonim, 2015)

1. Penggunaan Mikroskop Polarisasi


Pencahayaan mikroskop sangat baik jika berasal dari arah utara; jika tidak
mampu dari timur. Jangan menggunakan sinar matahari langsung. Meja (bangku)
harus kuat, dan pengamat harus nyaman menggunakannya. Mikroskop harus
terletak tepat di depan pengamat, kedua tangan leluasa mengoperasikannya.
Jangan menutup mata sebelah, mata yang tidak dipakai untuk mengamati
dibiarkan terbuka, agar tidak jereng atau mudah lelah. Pencahayaan harus cukup
mampu menerangi pengamatan paralel nikol dan silang nikol. Agar mata tidak
sakit, praktikan disarankan memfokuskan pengamatan dengan menaikkan power,
dari pada menurunkannya --- agar dapat menghindari kalau-kalau lensa
menyentuh preparat dan memecahkannya. Tempatkan pandangan (mata) setinggi
15

dengan okuler, perlambatkan dalam memutar screw jika jarak obyektif dan
preparat sangat dekat. Lakukan pengamatan hanya jika obyek pengamatan benar-
benar telah fokus

2. Tips Menggunakan Mikroskop Polarisasi


Pada mineral tak-berwarna (ct. kuarsa), sebaiknya mengurangi
pencahayaannya, dan memperhatikan adanya rongga atau inklusi. Rongga /
inklusi memiliki kenampakan yang hampir sama. Sebaiknya menjaga betul-betul
agar lensa dan nikol dapat awet dan meningkat efisiensinya. Jangan membiarkan
lensa mikroskop terkena sinar matahari langsung dan / uap radiator. Lensa harus
dijaga agar terbebas dari debu. Lensa obyektif jangan sampai bersinggungan
dengan cover glass, karena akan tergores.

II.2. Sifat-Sifat Optis Mineral


Mineral optik adalah pengamatan sifat optik mineral di bawah mikroskup
polarisasi. Analisis sayatan tipis batuan dilakukan karena sifat-sifat fisik, seperti
tekstur, komposisi dan perilaku mineral-mineral penyusun batuan tersebut tidak
dapat dideskripsi secara megaskopis di lapangan. Contoh batuan-batuan tersebut
adalah:
1. Batuan beku yang bertekstur afanitik atau batuan asal gunungapi
2. Batuan sedimen klastika berukuran halus, seperti batugamping, batupasir,
napal, lanau, fragmen batuan dan lain-lain
3. Batuan metamorf: sekis, filit, gneis dan lain-lain
Jadi mineralogi optis adalah suatu metode yang sangat mendasar yang
berfungsi untuk mendukung analisis data geologi. Untuk dapat melakukan
pengamatan secara optis atau petrografi diperlukan alat yang disebut mikroskop
polarisasi.
Mikroskop polarisasi adalah alat yang digunakan untuk dapat melakukan
pengamatan secara optis atau petrografi analisis sayatan tipis batuan-batuan yang
dilakukan karena sifat-sifat fisik seperti tekstur, komposisi dan perilaku mineral-
mineral penyusun batuan tersebut tidak dapat dideskripsikan secara megaskopis di
16

lapangan. Ada beberapa jenis mikroskop polarisasi yaitu binokuler dan triokuler
baik nondigital maupun yang digital.

A. Dasar teori mineral optik


Mineral optik adalah pengamatan sifat optic mineral di bawah mikroskup
polarisasi. Analisis sayatan tipis batuan dilakukan karena sifat-sifat fisik, seperti
tekstur, komposisi dan perilaku mineral-mineral penyusun batuan tersebut tidak
dapat dideskripsi secara megaskopis di lapangan.
Setiap sistem kristal memiliki sumbu kristal, walaupun sudut yang dibentuk
oleh masing-masing sumbu kristal antara sistem kristal yang satu terhadap yang
lain berbeda. Untuk itulah setiap mineral memiliki sifat optis tertentu, yang dapat
diamati pada posisi sejajar atau diagonal terhadap sumbu panjangnya (sumbu c).
Pengamatan mikroskopis yang dilakukan pada posisi sejajar sumbu panjang
disebut pengamatan pada nikol sejajar.
Pengamatan nikol silang dilakukan jika sayatan berada pada diagonal sumbu
C, yaitu dengan memasang prisma polarisasi bagian atas. Sifat-sifat optis mineral
yang diamati pada posisi nikol silang adalah birefringence (interference ganda),
twinning (kembaran): tipe kembaran dan arah orientasinya dan sudut gelapan:
sejajar / miring pada sudut berapa.

B. Sifat optis mineral pada pengamatan nikol sejajar


Setiap mineral memiliki sistem kristalnya masing-masing: isometrik (sumbu
a = sumbu b = sumbu c; < = < = <); rhombik (sumbu a  sumbu b  sumbu c;
<  <  <); triklin; monoklin; tetragonal, heksagonal dan lain-lain. Setiap
sistem kristal memiliki sumbu kristal, walaupun sudut yang dibentuk oleh masing-
masing sumbu kristal antara sistem kristal yang satu terhadap yang lain berbeda.

Untuk itulah setiap mineral memiliki sifat optis tertentu, yang dapat diamati
pada posisi sejajar atau diagonal terhadap sumbu panjangnya (sumbu c).
Pengamatan mikroskopis yang dilakukan pada posisi sejajar sumbu panjang
disebut pengamatan pada nikol sejajar.
17

1. Relief
Relief adalah sifat optis mineral atau batuan yang menunjukkan tingkat /
besarnya pantulan yang diterima oleh mata (pengamat). Semakin besar sinar yang
dipantulkan atau semakin kecil sinar yang dibiaskan oleh lensa polarisasi, maka
makin rendah reliefnya, begitu pula sebaliknya. Jadi, relief mineral berhubungan
erat dengan sifat indek biasnya; Nglas < Nmineral. Relief kadang-kadang juga
diimplikasikan oleh tebal-tipisnya sayatan. Sayatan yang telah memenuhi
standarisasi, tentunya memiliki relief yang standar juga, sehingga besarnya
tertentu.
Relief mineral dapat digunakan untuk memisahkan antara batas tepi mineral
yang satu dengan yang lain. Suatu batuan yang tersusun atas berbagai macam
mineral yang berbeda, masing-masing mineral tersebut tentunya memiliki sifat
optis yang berbeda pula. Jadi, kesemua itu akan membentuk relief; ada yang
tinggi, sedang atau rendah. Pada prinsipnya; kaca / air / udara memiliki indeks
bias sempurna, sehingga memantulkan seluruh sinar yang menembusnya. Namun,
suatu mineral memiliki indeks bias yang lebih rendah dibandingkan kaca / air /
udara, sehingga reliefnya lebih tinggi.
Bandingkan indeks bias yang dipantulkan oleh mineral dengan indeks bias
yang dipantulkan oleh kanada balsam. Kanada balsam memantulkan seluruh sinar
yang menembusnya. Mineral menyerap sebagian sinar dan memantulkannya
sebagian. Makin tidak berwarna sinar yang dipantulkan makin besar, sehingga
reliefnya makin rendah.

relief tinggi relief rendah


Gambar 12. Sifat optis relief tinggi pada mineral olivin (atas) dan relief rendah (bawah)
yang diamati pada posisi nikol sejajar (Sumber: Anonim, 2015)
18

2. Pleokroisme
Pleokroisme yaitu sifat penyusupan mineral anisotropic dalam menyerap
sinar mengikuti sistem kristalografinya. Ditunjukkan oleh beberapa kali
perubahan warna kristal setelah diputar hingga 360O. Dapat diamati pada posisi
terpolarisasi maupun nikol sejajar. Mineral uniaxial disebut dichroic: dua warna
yang berbeda dari vibrasi sinar yang parallel terhadap sumbu vertikal dan sumbu
dasar. Mineral biaksial: trichroic, 3 perubahan warna berhubungan dengan 3
sumbu elastisitas utama. Ct: horenblende pleokrois kuat dan piroksen tak-
pleokrois.

A B

Gambar 13. Pleokroisme ( A: warna interferensi biotit sejajar sumbu C; Pleokroisme


biotit berwarna coklat kekuningan Orde 1. B. pleokroismenya pada sudut putaran
90O ; Pleokroisme biotit berwarna coklat gelap Orde I )
(Sumber: Anonim, 2015)

3. Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah bentuk suatu kristal mineral mengikuti pertumbuhan /
tata aturan pertumbuhan kristal. Bentuk kristal yang ideal pasti mengikuti susunan
atom dan pertumbuhan atom-atom tersebut, atau dapat pula mengikuti arah
belahannya. Sebagian besar mineral yang terbentuk oleh proses pembekuan
magma di luar, menunjukkan bentuk kristal yang tidak sempurna, karena
pembekuannya / pengkristalisasiannya sangat cepat sehingga bentuknya kurang
sempurna, begitu pula sebaliknya. Jadi, bentuk kristal dapat digunakan sebagai
parameter untuk mengetahui tingkat kristalisasi mineral secara umum. Namun,
mineral yang berukuran besar bukan berarti tingkat kristalisasinya sempurna.
19

Sebagai contoh adalah mineral-mineral penyusun batuan gunung api yang


terkristalisasi dengan cepat dapat tumbuh membentuk mineral dalam diameter
yang besar, tetapi bentuk kristalnya anhedral membentuk fenokris dalam batuan
bertekstur porfiritik.
Dalam pendeskripsiannya, bentuk kristal ditentukan dari orientasi tepian
mineralnya. Bentuk kristal yang tidak beraturan pada seluruh sisinya disebut
anhedral; jika sebagian sisi kristal yang tidak beraturan disebut subhedral; dan jika
seluruh sisi kristal beraturan disebut euhedral .

Gambar 14. bentuk kristal euhedral, subhedral dan anhedral pada mineral piroksen (HBL:
horenblenda dan Px: piroksen).
(Sumber: Anonim, 2015)

4. Bentuk mineral
Bentuk mineral tidak harus sama dengan bentuk kristal. Bentuk mineral
adalah bentuk secara fisik, seperti takteratur (irregular), memanjang, prismatik,
fibrous, membulat dan lain-lain bentuk-bentuk mineral tersebut tidak
berhubungan dengan tingkat kristalisasinya. Bentuk mineral secara sempurna
dapat mengikuti bentuk pertumbuhan kristalnya, namun tidak dapat digunakan
sebagai parameter tingkat kristalisasi.
20

acicular

anhedral/irregular

bladed

blocky

elongate

euhedral

fibrous

prismatic

rounded
tabular

Gambar 15. Bentuk-bentuk Mineral blocky, irregular, dan euhedral


(Sumber: Anonim, 2015)

5. Belahan
Belahan adalah sifat mineral yang berhubungan dengan sistem kristalnya
juga. Pada umumnya, suatu mineral memiliki bentuk kristal dari suatu sistem
kristal tertentu, sesuai dengan pertumbuhan kristalnya. Pertumbuhan kristal
sendiri dibentuk / dibangun oleh susunan atom di dalamnya. Dengan demikian,
sisi-sisi susunan atom-atom tersebut menjadi lebih lemah dibandingkan dengan
ikatannya.
Hal itu berpengaruh pada tingkat kerapuhannya. Saat mineral mengalami
benturan / terdeformasi, maka pecahannya akan lebih mudah mengikuti arah
belahannya. Belahan lebih mudah diamati pada posisi nikol sejajar tetapi beberapa
mineral juga dapat diamati pada posisi nikol silang. Tidak semua belahan mineral
dapat diamati di bawah mikroskup, sebagai contoh adalah kuarsa dan olivin.
21

Tetapi, sebenarnya keduanya memiliki pecahan yang jelas. Kuarsa, secara


megaskopis memiliki pecahan konkoidal (seperti kaca) akibat bentuk kristalnya
yang bipiramidal, namun di bawah mikroskup belahan konkoidal-bipiramidal sulit
dapat diamati. Olivin kadang-kadang menunjukkan belahan dua arah miring,
namun karena bentuknya yang membotol, jadi sulit diamati juga di bawah
mikroskop.

Gambar 20. kanan: Contoh mineral dengan susunan acak (belahan tidak jelas) atau tanpa
belahan: olivin; kiri: Contoh mineral kuarsa tanpa belahan
(Sumber: Anonim, 2015)

Contoh belahan pada mineral:


a. belahan jelas 1 arah: kelompok mika
b. belahan jelas 2 arah: piroksen dan amfibol
c. mineral dengan sudut belahan 2 arah membentuk perpotongan dengan sudut
60°/120°: amfibol / horenblende) dan mineral dengan sudut belahan dua arah
membentuk sudut 90° piroksen

C. Sifat optis mineral pada pengamatan nikol silang


Pengamatan nikol silang dilakukan jika sayatan berada pada diagonal sumbu
C, yaitu dengan memasang prisma polarisasi bagian atas. Sifat-sifat optis mineral
yang diamati pada posisi nikol silang adalah birefringence (interference ganda),
twinning (kembaran): tipe kembaran dan arah orientasinya dan sudut gelapan:
sejajar / miring pada sudut berapa.
1. Sifat Birefringence (BF)
Standardisasi sayatan tipis memiliki ketebalan 0,03 mm. Dalam sayatan
tipis, interference mineral harus dapat diamati, yang hanya dapat dalam sayatan
22

tipis 0,03 mm. Ct. warna interference kuarsa terrendah berada pada orde pertama
putih (abu-abu) atau mendekati warna kuning orde I. Warna interference dapat
dilihat dari posisi horizontal sayatan. Setelah warna interference diketahui,
pengamatan dilanjutkan melalui garis diagonalnya hingga didapatkan sifat
birefringence (BF). Dari posisi birefringence, dengan meluruskan ke bawah
melalui garis diagonal ke perpotongannya, akan diketahui ketebalan standarnya,
apakah lebih tebal atau tidak dari 0,03 mm. Orde warna interference dan
birefringence menggunakan tabel warna Michel-Levy .
Birefringence ditentukan dari refraksi ganda pada pantulan sinar maximum
(warna orde tertinggi). BF dapat dilihat jika posisi sayatan berada pada sudut
pemadaman 45O terhadap nikol. BF dapat digunakan (bertujuan) untuk menguji
ketebalan sayatan kristal. Sifat BF mineral dapat dilihat pada tabel sifat-sifat
mineral (Bloss, 1961; Kerr, 1959; Larsen and Berman, 1964; Rogers and Kerr,
1942) yang disertai dengan perubahan antara indeks refraksi tertinggi dan
terrendahnya.
Sifat difraksi maximum biasanya juga dapat diperikan dalam sifat ini. Jika
obyek memiliki belahan jelas atau bentuk kristalnya terorientasi pada keping gelas
dasarnya, beberapa partikel harus disusun ulang hingga berorientasi baru, yaitu
dengan membuka cover glass dan mineral didorong secara horizontal.
Birefringence secara relatif sama pada setiap kelompok (kelas) mineral yang
sama, ct. piroksen, amfibol dan plagioklas. Indeks refraksi dan warna mungkin
berbeda di antara satu kelompok mineral, namun warna BF-nya hampir sama.
BF dapat diamati di bawah mikroskup dengan memasang lensa Bertrand
(keping gipsum). Lensa Bertrand keberadaannya sering terpisah dari mikroskop.
Lensa ini dapat dilepaskan. Sifat BF dapat diamati pada posisi nikol silang, yaitu
dengan memasang lensa Bertrand pada posisinya (yaitu di atas analyzer).
Perubahan warna yang dihasilkan biasanya ditentukan oleh warna reliefnya dan
ketebalan sayatannya. Jika reliefnya rendah (tidak berwarna) maka memiliki sifat
BF tinggi. Kanada balsam memiliki sifat BF tertinggi hitam.
23

Gambar 17. Diagram Michel-Levy untuk mengetahui orde warna BF pada mineral;
yaitu warna interferene maksimum yang dapat dilihat setelah lensa Bertrand
(keping/prisma gips) dipasang
(Sumber: Anonim, 2015)

Gambar 18. Warna interferene maksimum yang dapat dilihat setelah lensa Bertrand
(keping/prisma gips) dipasang
(Sumber: Anonim, 2015)
24

Nikol silang sebelum Gips dipasang Setelah Gips dipasang

Gambar 19. Contoh warna mineral dipasang keping Gips


(Sumber: Anonim, 2015)

2. Sifat Kembaran (Twinning)


Sifat Kembaran yaitu sifat yang ditunjukkan oleh mineral akibat
pertumbuhan bersama kristal saat pengkristalannya. Berbentuk kisi-kisi yang
dibentuk oleh orientasi pertumbuhan kristalografi. Sifat ini dapat diamati pada
posisi pengamatan nikol silang. Berhubungan dengan sifat pemadamannya.
Bentuk Kembaran berhubungan dengan bentuk simetri dari dua atau lebih bagian-
bagian (bayangan kembar, sumbu rotasi). Macam-macam kembaran:
a. Refleksi (berbentuk bidang kembar); Ct: model kembaran gypsum “fish-
tail”, 102 dan 108
b. Rotasi dengan memutar meja obyektif (biasanya 180o) memiliki bentuk
kembaran sumbu: normal parallel. Ct: kembaran carlsbad, model 103
c. Inversi (kembaran ke pusat)
d. Kembaran Multiple (> 2 segmen memiliki kesamaan sifat optis yang
terulang) .
25

e. Kembaran Cyclic - kembaran berulang yang bidang-bidang kembarannya


tidak parallel; ct: kembaran polisintetik Albite pada plagiokla.
Jenis-jenis kembaran lain yang umum dijumpai dalam beberapa mineral adalah
sebagai berikut:
a. Kembaran Albit : terbentuk oleh pertumbuhan bersama feldspar plagioklas
dengan sistem kristal: Triclinic; merupakan kembaran yang umum dijumpai
pada plagioklas pada 010.

Posisi nikol silang diputar 45o

Posisi nikol silang diputar 90o

Gambar 20. Kembaran Polisintetik Albit pada Plagioklas


(Sumber: Anonim, 2015)
26

b. Kembran polisintetis juga dapat diamati dalam pengamatan megaskopis pada


Chrysoberryl dan Aragonit membentuk kembaran cyclic.

Gambar 21. Kembaran polisintetik cyclic pada Chrysoberryl dan Aragonit


(Sumber: Anonim, 2015)

Kembaran sederhana, contoh pada piroksen posisi {100}

Gambar 22. Kembaran sederhana pada Clinopyroxene (augite) posisi {100}


(Sumber: Anonim, 2015)
27

Mineral-mineral prismatik panjang biasanya memiliki kembaran, sebagai


contoh adalah plagioklas dan klinopiroksen. Kembaran yang umum dijumpai pada
Plagioklas:
a. Sederhana Carlsbad pada (010)
b. Polysynthetic albite pada (010)
c. Pericline pada (101)

Gambar 23. Kembaran sederhana Carlsbad, Polisintetik albit dan Pericline pada Plagioklas
(Sumber: Anonim, 2015)

3. Sifat Gelapan (Extinction)


Sifat Gelapan adalah fungsi hubungan orientasi indikatrik dan orientasi
kristalografik. Mineral anisotropik menunjukkan gelapan pada posisi nikol silang
dengan rotasi tiap 90O. Gelapan muncul ketika kedudukan salah satu vibrasi
sejajar polarizer bawah. Dampaknya adalah seluruh sinar datang ditahan oleh
polarizer atas sehingga tidak membentuk getaran. Seluruh sinar yang melalui
mineral terserap pada polarizer atas, dan mineral terlihat gelap. Pada putaran
posisi 45°, komponen maximum dari sinar cepat dan sinar lambat mampu dirubah
menjadi vibrasi pada polarizer atas. Hanya perubahan warna interference saja
yang menjadi lebih terang atau lebih gelap saja, warna sebenarnya tidak berubah.
Banyak mineral secara umum membentuk butiran memanjang dan dengan
mudah dikenali kedudukan belahannya, ct. biotit, horenblenda, plagioklas. Sudut
28

pemadaman adalah sudut antara panjang atau belahan mineral dan kedudukan
vibrasi mineral. Nilai sudut pemadaman masing-masing mineral bervariasi
mengikuti arah orientasi butirannya.
Adapun Tipe Pemadaman adalah sebagai berikut:

a. Pemadaman Parallel: Mineral menjadi gelap ketika belahannya atau sumbu


panjang searah terhadap salah satu benang silangnya. Sudut pemadaman (EA)
= 0°; contoh: Orthopiroksen dan Biotite
b. Pemadaman Miring: mineral gelap ketika belahan membentuk sudut dengan
benang silang, (EA) > 0° ; contoh: Klinopiroksen dan Horenblenda
c. Pemadaman Simetri: mineral menunjukkan belahan 2 arah atau dua
perbedaan muka kristal memungkinkan untuk mengukur dua sudut gelapan
antara masing-masing belahan atau muka dan kedudukan vibrasi. Jika 2 sudut
sama maka akan dijumpai pemadaman simetri, (EA1 = EA2); contoh:
Amfibol dan Kalsit
d. Tanpa belahan: mineral yang tidak memanjang atau tidak memperlihatkan
belahan yang mencolok, akan memberikan pemadaman setiap diputar 90°,
tetapi tidak dapat diukur sudut pemadamannya; contoh: Kuarsa dan olivin
29

c=Z

n

n
a=X
b=Y

Gambar 24. Pemadaman paralel


(Sumber: Anonim, 2015)

c
Z

b
Y

a
XGambar 25. Pemadaman miring
(Sumber: Anonim, 2015)
30

Pemadaman orthopiroksen

PPL X
N
Sudut
pemadaman

Klinopiroksen Pemadaman Klinopiroksen


Gambar 26. Contoh mineral dengan pemadaman paralel pada ortopiroksen (atas) dan
pemadaman miring pada klinopiroksen (bawah)
(Sumber: Anonim, 2015)

II.3 Mineral-Mineral Pembentuk Batuan

A. Sifat optis mineral kelompok plagioklas


1. Sifat-Sifat Umum
a. Rumus kimia: (Na,Ca)(Si,Al)4O8
b. Berat molekul = 270,77 gram
Sodium 4,25 % Na 5,72 % Na2O
Calcium 7,40 % Ca 10,36 % CaO
Aluminum 9,96 % Al 18,83 % Al2O3
Silicon 31,12 % Si 66,57 % SiO2
Oxygen 47,27 % O 00,00
100,00 % 101,48 % = total oksida
31

c. Rumus empiris: Na 0,5Ca 0,5Si 3AlO8


d. Keterdapatannya: pada batuan beku dan metamorf. Masuk dalam kelompok
Na, Ca feldspar.
e. IMA Status: Not Approved IMA
f. Locality: Common world wide occurrences.
g. Asal Nama: dari bahasa Yunani “plagios” ~"oblique" dan “klao” ~ "I cleave"
berarti mudah membelah ~ memiliki sudut belahan yang baik.

2. Sifat-Sifat Fisik
Sifat-sifat secara fisik mineral plagioklas, terdiri dari albit, oligoklas,
andesin, bitownit, labradorit dan anortit.
a. Belahan : [001] baik, [010] baik
b. Warna: putih, abu-abu, putih kebiruan, putih kemerahan dan putih kehijauan.
c. Density: 2,61 – 2,76, rata-rata = 2,68
d. Diaphaniety: Transparent sampai translucent
e. Pecahan: Brittle – umumnya mirip dengan gelas dan mineral-mineral non-
metallik.
f. Perlakuan: Massive - Granular – banyak dijumpai dalam granit dan batuan
beku lainnya.
g. Kekerasan: 6-6,5 - Orthoclase-Pyrite
h. Luminescence: Non-fluorescent.
i. Luster: Vitreous (Glassy)
j. Streak: putih
32

albit
albit anorthite

andesine

labradorit

bitownite

oligoclase

oligoclase

Gambar 27. Sifat-sifat fisik mineral plagioklas dari anorthit hingga albit
(www.webminerals.com/specimens)

3. Sifat-Sifat Optis
a. NCalc= 1,56 - dari Gladstone-Dale hubungannya (KC = 0,2101),
Ncalc=Dmeas*KC+1
b. Plagioclase * (Na,Ca)(Si,Al)4O8 C1 1
c. Albite NaAlSi3O8 C1 1
d. Oligoclase (Na,Ca)(Si,Al)4O8 C1 1
e. Andesine* (Na,Ca)(Si,Al)4O8 C1 1
f. Labradorite* (Ca,Na)(Si,Al)4O8 C1 1
g. Bytownite* (Ca,Na)(Si,Al)4O8 C1 1
h. Anorthite CaAl2Si2O8 P1,I1 1
33

Gambar 28. Kenampakan plagioklas dalam sayatan tipis nikol silang; identifikasi mineral
plagioklas lebih mudah dilakukan pada posisi nikol silang
(Sumber: Anonim, 2015)

Ada dua metode dalam penamaan komposisi plagioklas berdasarkan sudut


pemadamannya, yaitu:
1. Metode Michel-Levy
2. Metode gabungan Carlsbad-Albite.

1. Metode Michel-Levy
Ditentukan dengan berdasarkan besarnya sudut pemadaman yang dibentuk
oleh kembaran albit dalam plagioklas. Kembaran albit memiliki bidang (010)
dalam kembaran polysyntheti. Prosedurnya adalah:
a. Pertama-tama tentukan kembaran polisintetik pada bidang (010), tegak lurus
terhadap meja obyektif mikroskup (pada sumbu vertikal). Perilaku kristal
dapat diidentifikasi dengan memfokuskan bidang kembaran lamelae gelap
maksimum, selanjutnya diputar perlahan untuk mencari gelap maksimum /
terang maksimum berikutnya. Jika bidang kembaran pada kedudukan vertikal
(sejajar sb C), maka akan terlihat sama. Jika bidang kembaran pada
kedudukan miring (membentuk sudut dengan sb. C), maka akan nampak
bergerak dari sisi yang satu ke sisi yang lain, seakan-akan pada bidang/bagian
sayatan yang lain.
34

b. Selanjutnya putar kembali bidang kembaran ke arah utara-selatan.


c. Putar meja obyektif berlawanan arah jarum jam hingga garis-garis kembaran
albit pada kondisi gelap maksimum, dan catat sudut putarannya.
d. Teliti kembali sudut putaran tersebut, dengan mengukur sudut sinar cepat
(fast ray) dengan memutar meja obyektif 45o searah jarum jam dari posisi
awalnya. Pada kondisi sinar cepat (fast ray), kristal berwarna kuning orde I.
e. Putar kembali bidang kembaran pada arah orientasi utara-selatan.
f. Putar meja obyektif searah jarum jam, hingga lamelae gelap maksimum,
catat kembali sudut putarannya; jika kedua hasil pencatatan sudut putaran
bidang kembaran memiliki perbedaan ~ 4o, maka hitung rata-ratanya.
g. Ulangi prosedur nomor (6-10) untuk mendeterminasi sudut gelapan
maksimum.
h. Gunakan sudut gelapan maksimum untuk mengetahui jenis plagioklasnya
dengan menggunakan diagram Michel-Levy

Gambar 29. Kembaran polisintetik albit pada plagioklas yang akan digunakan
sebagai dasar untuk mengetahui jenis plagioklasnya menggunakan metode
Michel-Levy
(Sumber: Anonim, 2015)

1. Pada Gambar meja obyektif telah diputar berlawanan arah dengan jarum jam,
sehingga nampak kembaran polisintetik albit. Sudut kembaran didapatkan
24,9o.
35

2. Pada gambar kanan nampak kristal yang sama setelah diputar searah jarum
jam hingga lamelae gelap maksimum, didapatkan sudut gelapan 26,2o.
3. Diketahui, bahwa selisih dari kedua data sudut gelapan adalah 2o, sehingga
dapat menggunakan metode Michel-Levy untuk mengetahui jenis
plagioklasnya. Sudut pemadaman rata-rata 25,55o.
4. Plot besarnya sudut pemadaman tersebut pada sumbu vertikal diagram
Michel-Levy, dan ketahui nama mineralnya dengan menarik secara lateralnya
hingga memotong garis lengkung. Didapatkan nilai An-44, sehingga nama
mineralnya andesin.
a. Untuk plagioklas dari batuan beku plutonik, kurva suhu rendah (garis tegas)
didapatkan An-44: Andesin
b. Untuk batuan vulkanik, berlaku kurva suhu tinggi (garis putus-putus),
didapatkan angka An-38: Andesin

Albit (An-0-10)

Oligoklas (An-10-30)

Andesin (An-30-50)

Labradorit (An-50-70)

Bitownit (An-70-90)

Anortit (An-90-100)
Gambar 30. Determinasi mineral plagioklas menggunakan metode Michel-Levy
(Sumber: Anonim, 2015)

2. Metode Kombinasi Carlsbad-Albite


Gambar diatas menunjukkan kristal plagioklas dengan kembaran sederhana
Carlsbad (kuning). Ada dua sisi yang berbeda dalam satu mineral, pada sisi kiri
berlaku kembaran Carlsbad, sisi kanan kembaran polisintetik albit.
36

Gambar 31. Kembaran Carlsbad pada mineral plagioklas; sisi kanan garis kuning
memiliki kembaran polisintetik dan sisi kiri kembaran sederhana Carlsbad.
(Sumber: Anonim, 2015)

1. Di sebelah kiri kembaran Carlsbad, ukur sudut gelapan maksimum pada


bidang (010) fast ray sebagaimana pada metode Michel-Levy. Rata-ratakan
kedua sudut gelapan.
2. Pada sisi kanan kembaran Carlsbad, ukur sudut gelapan (010) sebagaimana
metode di atas, rata-ratakan.
3. Kedua sudut gelapan yang telah dirata-rata tersebut akan tidak sama, salah
satu akan lebih besar dari yang lainnya. Gunakan diagram Carlsbad-Albite
untuk mendeterminasi nama mineralnya (lihat halaman 275 pada text book:
Introduction to Optical Mineralogy, 2nd Ed. by W.D. Nesse): garis putus-
putus untuk batuan vulkanik dan garis tegas untuk batuan plutonik atau
metamorfik.

Gambar 32. Kembaran albit pada plagioklas


(Sumber: Anonim, 2015)
37

Secara normal, suatu mineral yang terbentuk secara sempurna tanpa adanya
gangguan percepatan, akan membentuk sistem kristal dengan bentuk mineral yang
sempurna homogen. Struktur zoning adalah struktur mineral (biasanya plagioklas)
yang dari luar ke dalam (inti mineral) terjadi gradasional komposisi dari mineral
plagioklas kaya An ke mineral plagioklas kaya Ab. Ada tiga jenis struktur zoning,
yaitu Reverse Zoning, Oscillatory Zoning, Discontinuous Zoning, Sector Zoning
dan Patchy Zoning.
1. Reverse zoning (zoning terbalik) tersusun atas mineral yang makin ke dalam
(inti) makin kaya An-.
2. Oscillatory Zoning; zoning yang terbentuk dari osilasi repetitif bersekala
halus, antara 1-2 sampai 20-25 mol % An.
3. Discontinuous Zoning; suatu runtunan zona-zona lembut yang konsentris
(secara tak-menerus) dengan komposisi mol % An berubah (10-30 mol %
An) dari inti ke luar rim.
4. Sector Zoning; zoning yang terletak pada tepian-tepian orientasi kristalografi
dengan komposisi yang berbeda pada masing-masing sektornya.
5. Patchy Zoning; zoning secara lokal dalam beberapa bagian mineral, tanpa
mengikuti sistem kristalografinya.

` a. Reverse zoning b. Reverse zoning dan sector zoning


38

c. Sektor zoning
Gambar 33. Beberapa contoh struktur zoning pada mineral plagioklas
(Sumber: Anonim, 2015)

B. Sifat optis mineral mika


Mineral mika terdiri dari mineral Biotite, muscovite, chlorite.
1. Biotite: K2(Mg,Fe)2AlSi3O10(OH,O,F)2
2. Muscovite: KAl2(AlSi3O10)(O,H)2
3. Chlorite: (Mg,Fe,Al)3(Si,Al)4O10(OH)2*(Mg,Fe,Al)3(OH)

Gambar 34. Susunan Mineral Mika


(Sumber: Anonim, 2015)

C. Sifat Optis Biotit


Susunan kimia : K2(Mg,Fe)2AlSi3O10(OH,O,F)2
Indeks refraksi : nα = 1.522 - 1.625
nβ = 1.548 - 1.672
39

nγ = 1.549 - 1.696
Relief : Rendah pada sayatan tipis dan, jika kaya Mg
Birefringence : 0.03-0.07 - Hingga orde 3 atau 4, warna kuat mineral
dapat menutupi warna interference-nya
Warna : Bervariasi dari coklat, coklat kemerahan, merah dan hijau
Pleokroisme : Pleokroisme kuat pada Z = Y > X.
Orientasi Optis : Belahan searah length slow
Pemadaman parallel atau mendekati parallel, dengan
sudut pemadaman maksimum beberapa derajad

Bentuk kristal dan belahan:


1. Kristal euhedral crystals sampai butiran anhedral
2. Belahan tabular parallel pada 001, memanjang sejajar 001
3. Pada sayatan yang dipotong memotong sumbu c berbentuk hexagonal

Gambar 35. Sifat optis biotit (warna interference) tegak lurus sumbu C (atas) dan sejajar
sumbu C (bawah) pada sayatan tipis.
(Sumber: Anonim, 2015)
40

Gambar 36. Bentuk kristal dan belahan mineral biotit.


(Sumber: Anonim, 2015)

D. Sifat Optis Muskovit


Susunan kimia : KAl2(AlSi3O10)(O,H)2; untuk K dapat diganti
dengan Na, Rb; untuk Al dapat disubstitutsi dengan Mg, Fe, Mn variasi komposisi
– variasi sifat optis
Indeks refraksi : nα = 1.552 - 1.580
nβ = 1.582 - 1.620
nγ = 1.587 - 1.623
Relief : Positif sedang
Birefringence : 0.036-0.049
Colour : Tidak berwarna dan
Pleokroisme : tidak pleokroisme
41

Warna Interference : biru dan hijau hidup orde 2


Gambaran Interference biaksial, tanda optis 2V negatif 30-47°
Bentuk : serpih mika atau tablet dengan tepian irregular
Belahan : sempurna pada {001}
Orientasi Optis : pemadaman parallel, belahan searah length slow

Gambar 37. Bentuk kristal dan belahan mineral muskovit.


(Sumber: Anonim, 2015)

Pemadaman
Muskovit

Gambar 38. Sifat optis muskovit pada nikol silang


(Sumber: Anonim, 2015)
42

E. Sifat optis mineral kelompok feldspar


Alkali Feldspars terbagi atas 3 jenis mineral, yaitu:
a. Microcline - Triclinic
b. Orthoclase - Monoclinic
c. Sanidine - Monoclinic
Semuanya memiliki komposisi kimia yang sama KAlSi3O8. Beberapa
mengalami substitusi dengan Na dan Ca hingga 5 mole % . Kini, terdapat mineral
baru yaitu Anorthoclase, gabungan antara albite dan orthoclase (K,Na)AlSi3O8

Gambar 39. Klasifikasi mineral feldspar didasarkan pada kandungan unsur kalium
dan posisi K-feldspar dari mineral-mineral feldspar lainnya.
(Sumber: Anonim, 2015)

F. Sifat Optis Feldspar


a. Indeks Refraksi: Semuanya memiliki indek refraksi sama:
1. nα = 1.514 - 1.526
2. nβ = 1.518 - 1.530
3. nγ = 1.521 - 1.533
4. Relief rendah negatif
43

b. Sifat-sifat optis
1. Semuanya tak-berwarna dan non-pleochroic
2. Birefringence rendah, warna interference maksimal putih orde 1
3. Semuanya biaxial negatif, variabel 2V

c. Limpahan:
1. Microcline melimpah pada batuan plutonik: granitik, granodiorit, syenit; tidak
dijumpai dalam batuan vulkanik
2. Orthoclase melimpah pada batuan beku plutonik granitik, biasanya pada
batuan intrusi dangkal
3. Sanidin banyak dijumpai dalam batuan vulkanik riolitik dan trakitik

d. Belahan: semuanya memiliki dua belahan


1. 1 sempurna ║ bidang 001
2. 1 bagus ║ bidang 010
3. Microcline: 001^010 = 90° 41'
4. Orthoclase, sanidine: 001^010 = 90°

e. Sering dijumpai tekstur:


1. Perthite - eksolusi lamellae Albit dalam K-Feldspar.
2. Anti-perthite - exsolusi lamellae K-spar dalam albit.

f. Perbedaan mencolok masing-masing Alkali feldspar adalah pada susunan Si


dan Al dalam bidang tetrahedral

G. Sifat optis mineral kelompok olivine


Olivin jarang / tidak pernah ditemukan dalam batuan beku intermediet.
Mineral Tephroite (Mn2SiO4), merupakan seri Forsterite. Komposisi: Magnesium
iron silicate, seri magnesium Forsterite, seri menengah Chrysolite), dan seri fero
Fayalite. Kelompok Olivine terdiri dari tiga mineral dengan komposisi kimia
adalah sebagai berikut:
a. Forsterite = Mg2SiO4
b. Olivine (Chrysolite) = (Mg,Fe)2SiO4
44

c. Fayalite = Fe2SiO4

1. Sifat-Sifat Fisik:
a. Warna: hijau-oliv, kuning-hijau, hijau, hijau-coklat, abu-abu
b. Pertumbuhan dan bentuk kristal: orthorombik, prismatik. Ditemukan sebagai
butiran, dalam agregat padatan dan massa yang terrekahkan.
c. Transparansi Transparan sampai translucent
d. Specific Gravity 3,2 – 4,2
e. Luster Vitreous
f. Belahan 2,1 ; 3,1- membentuk sudut 90º ; pecahan:Conchoidal
g. Pecahan Brittle

2. Macam batuan yang mengandung olivin:


a. Peridotit – hijau-transparant
b. Chrysolite – kuning-kuning kehijauan olivin disebut batu olivin.
c. Dunite – masif, massa butiran Olivin, diklasifikasikan sebagai batuan.
d. Olivinoid – terbentuk dari meteorit
e. Dalam kelompok mineral silikat dan nesosilikat
f. Larut dalam asam HCl

Karena secara fisik memiliki sifat dan kenampakan yang sama, kelompok
olivin sering hanya disebut "Olivin“ saja. Olivin sangat melimpah di alam, tetapi
hanya ditemukan sebagai mineral yang hanya dapat diamati di bawah mikroskop.
Pembeda dengan mineral lain:
1. Tourmaline – lingkungannya berbeda
2. Apatite – lebih lunak (5)
3. Garnet – ditemukan dalam kristal yang berbeda, belahan tidak ada
4. Willemite - fluoresce hijau
Biasanya ditemukan dengan: Feldspar, Serpentin, Horenblenda, Augite, Spinel,
Diopsid, Chromite, Fe-nikel
45

Tipe Lokasinya:
1. Peridotit Olivin dari St. Johns Island (Zebirget), Laut Merah (Mesir), Mogok
(Myanmar), Burma; Soppat, Kohistan, Pakistan; Pegunungan Ural (Russia);
Snarum, Norway; Mt. Vesuvius (Italy); dan daerah Eifel (Jerman)
2. San Carlos (San Carlos Indian Reservation), Gila dan Graham, Arizona.
3. Butiran yang lebih besar dijumpai di Fort Defiance (Buell Park dan Garnet
Ridge).

Klasifikasi Olivin:
1. Merupakan mineral jenis Orthosilikat – SiO4
2. Rumus kimia umum – (Mg,Fe)2SiO4
3. Terdiri dari 2 kelompok yaiti Forsterite – Mg2SiO4 dan Fayalit – Fe2SiO4
4. Pembentukannya di alam mengikuti diagram fasa.
5. Ditemukan dalam basalt dan gabbro, serta dalam batuan metamorf
ekuivalennya terutama batuan ultramafik dan marmer
6. Teralterasi menjadi serpentin
7. Karena komposisi olivin bervariasi, maka sifat fisik dan optisnya pun juga
berbeda

Gambar 40. Diagram fasa pembentukan olivin


(Sumber: Anonim, 2015)
46

Gambar 41. Olivin dalam sayatan tipis pada posisi nikol silang dan warna BF-nya
(Sumber: Anonim, 2015)

Indeks refraksi:
Forsterit Fayalit
nα 1.636 1.827
nβ 1.651 1.869
nγ 1.669 1.872

H. Sifat Optis Fayalit


a. Tidak berwarna
b. Pleokroisme
c. Berbutir membantal
d. Merupakan olivin kaya Fe
e. X = Z = kuning
f. Y = orange, kuning dan kuning kemerahan

Gambar 42. Fayalit dalam sayatan tipis pada posisi nikol silang dan warna BF-nya
(Sumber: Anonim,2015)
47

I. Sifat optis mineral kelompok piroxin


Sifat umum
1. Merupakan mineral inosilikat (single chain) – Si2O6.
2. Memiliki dua kelompok besar, yaitu Orthopiroksen (Orthorhombik; Piroksen
miskin Ca) dan Klinopiroksen (Monoklinik; Piroksen kaya Ca).
3. Keduanya memiliki sifat fisik, optis, kimia dan lingkungan pembentukan
yang berbeda.
Klasifikasi Piroksen didasarkan pada kandungan Ca, Mg dan Fe-nya Secara
tektonik:
1. Piroksen kaya Ca melimpah pada batuan-batuan Ca-alkalin.
2. Piroksen kaya Ca dan Mg melimpah pada batuan-batuan alkalin.
3. Piroksen kaya Fe melimpah pada batuan-batuan toleeitik.

Gambar 43. Diagram klasifikasi mineral piroksen berdasarkan kandungan Ca, Fe dan Mg
(Sumber: Anonim, 2015)

Orthopiroksen -OPX
1. Formula umum – (Mg,Fe)2Si2O6 Terdiri dari dua anggota besar : Enstatit –
MgSiO3 dan Orthoferrosilit – FeSiO3.
2. Di alam, opx adalah campuran dari dua variabel komposisi sifat optis:
Birefringence bervariasi 0,007 sampai 0,020 dan Indeks bias:
48

En OFs
nα 1,649 1,768
nβ 1,653 1,770
nγ 1,657 1,788

3. Sudut 2VZ bervariasi dari 50 - 132°, tergantung pada komposisinya, jadi sifat
optisnnya menjadi negatif (2VZ>90°) atau positif (2VZ<90°), namun secara
umum negative.

Gambar 44. Klasifikasi Ortopiroksen berdasarkan derajad kristalisasinya


(Sumber: Anonim, 2015)

Bentuk Kristal
a. Euhedral biasanya prismatik gemuk
b. Jika disayat memotong sumbu c memiliki 4 atau 8 sisi dengan belahan dua
arah membentuk sudut 90°
c. Jika disayat memanjang sejajar sumbu c memiliki belahan searah Sayatan
memotong sumbu c memperlihatkan: dua belahan 90° dan pemadaman
simetri.
49

Gambar 45. Bentuk kristal dan belahan mineral Ortopiroksen


(Sumber: Anonim, 2015)

Warna dan Pleochroisme


1. Kadang lemah warna – pink salmon sampai hijau
2. Miskin En tak berwarna, tetapi dengan penambahan Fe, warnanya menjadi
bervariasi
3. OPX kaya Fe pleochroisme
X = pink, coklat dan kuning pucat
50

Y = krem-coklat muda, kuning, kuning pinky


Z = hijau muda dan hijau keabu-abuan

Belahan dan Pecahan


1. Sayatan yang dipotong parallel terhadap sumbu C akan menunjukkan belahan
searah:
a. Jika belahan parallel terhadap polar bawah maka warnanya hijau
b. Jika belahan memotong polar bawah warnanya pink
2. Sayatan yang dipotong memotong sumbu C ---- belahan dua arah membentuk
sudut 90°

Memotong sumbu c Memotong sumbu a Memotong sumbu b

Gambar 46. Belahan dan pecahan mineral Ortopiroksen


(Sumber: geology.com)

J. Sifat optis mineral kelompok amphibole


1. Sifat Optis
a. Warna pleokrosime: sangat jelas, hijau sejuk, kuning-hijau, biru-hijau,coklat.
X = kuning cerah, hijau cerah kekuningan, biru cerah kehijauan
Y = hijau, hijau kekuningan, hijau keabu-abuan, coklat
Z = hijau gelap, hijau gelap kebiruan, hjau gelap keabu-abuan
b. Bentuk: prismatik panjang sampai menjarum, dengan 4 atau 6 sisi dan sudut
belahan 56 dan 124°, berbentuk butiran anhedral irregular.
c. Relief RI: Menengah sampai tinggi
d. Dijumpai dalam bentuk fenokris Euhedral
51

e. Belahan pada {110} dengan sudut 56-124°


f. Birefringence 0.014-0.034
g. Interference biasanya orde 1 atas atau orde 2 bawah.
h. Kembaran: sederhana dan lamellar pada {100} tetapi tidak umum
i. Sifat optis 2VX biaxial positif atau negatif 35 - 130°.
j. Orientasi optis X^a = +3 sampai -19°, Y = b, Z^c = +12 sampai +34°, bidang
optis = (010).
k. Sayatan sejajar sumbu c memiliki pemadaman simetris: slow ray parallel
terhadap panjang diagonal antara belahan, sayatan longitudinal: length slow
l. Alterasi: dapat teralterasi menjadi biotit, chlorite atau mineral silikat Fe-Mg
yang lainKelimpahan: dalam batuan beku, metamof dan sediment
m. Bentuk pembeda: belahan dan bentuk mineral membutir, pemadaman miring
dan pleochroisme

K. Sifat Optis Kristal Amfibol secara Umum


a. Orthorombik
Anthophyllite (Mg,Fe)7Si8O22(O H)2. Dijumpai dalam batuan metamorf
ekuivalen dengan basaltik. Karena orthorombik maka pemadamannya ║ pada
sayatan memanjang (sejajar sumbu c).Jenis amfibol yang lain bersistem
monoklinik dengan pemadaman miring pada sayatan sejajar sumbu c
b. Amfibol Monoklinik
Paling banyak dijumpai di alam. Umumnya memiliki sifat optis negatif.
Terdiri dari dua kelompok: Tremolite Ca2Mg5Si8O22(OH)2 - Actinolite
Ca2Fe5Si8O22(OH)2 dan Horenblenda (Ca2(Mg,Fe,Al)5Si8O22(OH)2).
Keanekaragaman komposisi menyebabkan sifat optisnya bervariasi.

L. Sifat optis mineral kelompok kuarsa


Pada kelompok kuarsa ada beberapa sifat optis. Adapun sifat optis mineral
kelompok kuarsa adalah sebagai berikut:
1. Colorless, relief rendah
2. Bentuk tak beraturan, dalam batuan umumnya anhedral
52

3. Tidak punya belahan


4. Gelapan bergelombang
5. Warna interferensi abu2 orde1
6. TO sumbu I (+)
7. Tidak berwarna, non-pleochroic, relief rendah
8. nw=1.544
ne = 1.553
9. Bentuk tak beraturan, dalam batuan umumnya anhedral, terkandung di dalam
betuan metamorf dan beku
10. Tidak punya belahan
11. Gelapan bergelombang
12. Warna interferensi abu-abu orde1
13. TO sumbu I (+)
14. Orientasi optic: sumbu optik terletak pada sumbu c, perpanjangan kristal
memotong ujung-ujung sumbu yang berlengan pendek.
15. Komposisi: kandungan dasarnya berupa SiO2, meskipun bekas kandungan
mineral dari Ti, Fe, Mn, Al, kemungkinan dapat ditemukan di kemudian hari.
16. Proses terjadinya : salah satu mineral yang dapat ditemukan di bumi dalam
jumlah yang melimpah, ditemukan di kemudian hari pada lingkungan yang
beraneka ragam.
17. Sifatnya tidak mudah terubah dan sangat stabil pada lingkungan yang mudah
mengalami pelapukan

Gambar 47. sayatan tipis kuarsa


(Sumber: Anonim, 2015)

Anda mungkin juga menyukai