Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya,
sehingga makalah Asuhan Kebidanan pada kegawatdaruratan maternal dengan masalah herpes
dapat kami susun.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Askeb IV dengan dosen pembimbing Andi siti nirmawati kasdyah,Amd.Keb Selain itu juga
diharapkan bisa memberikan wawasan kepada rekan-rekan mahasiswa khususnya mahasiswa D3
Kebidanan Buton raya.

Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu memberi
bimbingan, ilmu, dorongan, serta saran-saran kepada penyusun.

Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian makalah ini
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Luwuk, April 2014

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………..……………… i


DAFTAR ISI ………………………………………………….………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………..………………….. 1
1.3 Manfaat………………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Herpes …..……………………………………………………3
2.2 Etiologi ……..…………………………………………………………3
2.3 pencegahan ……..……………………………………………………...3
2.4 Hepes dalam kehamilan…………………………………………………4
2.5 Tanda dan gejala………………………………………………………..
2.6 Penatalaksanaan ………………………………………………………..
BAB III PENUTUP……………………………………………….....................
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………...
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Herpes adalah salah satu penyakit menular seksual yang paling umum. Diperkirakan
bahwa satu dari setiap lima remaja akan terinfeksi oleh penyakit ini. Penelitian telah
menunjukkan bahwa wanita lebih rentan untuk tertular infeksi ini daripada pria. Hal ini
akan merusak penyakit alat kelamin atau anus baik laki-laki dan perempuan yang
terinfeksi.
Ini adalah penyakit menular yang disebabkan oleh penularan virus yang disebut Herpes
Simplex Virus (HSV). Virus ini akan ditularkan selama hubungan intim atau selama
kontak antara kedua alat kelamin pria dan wanita. Genital herpes membuktikan bahwa
penyakit ini terutama mulut mempengaruhi organ dan alat kelamin HSV 1 mempengaruhi
bibir berupa lepuh dan luka dingin, sedangkan HSV 2 menginfeksi alat kelamin manusia.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana cara penyebaran virus herpes simplex?
b. Apa saja penyakit yang ditimbulkan oleh virus herpes simplex?
c. Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita virus herpes simplex?

1.4 Manfaat Penulisan


Untuk menambah pengetahuan tentang virus herpes simplex dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB II

PEBAHASAN

2.1 Definisi

Herpes berasal dari bahasa yunani yang artinya merayap. Penyakit herpes disebabkan
oleh Virus Herpes Simpleks (HSV). Virus ini memiliki karakteristik bergerak dari satu
saraf kecil ke saraf kecil dengan cara merayap. Pergerakannya akan berakhir ketika virus-
virus tersebut sampai di kumpulan saraf.

Virus Herpes Simpleks (herpes simpleks virus, HSV) ada dua jenis: HSV-1 dan HSV-2.
HSV-1 biasanya dikaitkan dengan herpes oral; dan HSV-2 biasanya dikaitkan dengan
herpes genital. Virus Herpes Simpleks tipe II (HSV II) ini dapat berada dalam bentuk laten,
menjalar melalui serabut syaraf sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom.
Virus Herpes Simpleks adalah virus DNA yang dapat menyebabkan infeksi akut pada
kulit yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab.
Ada 2 tipe virus herpes simpleks yang sering menginfeksi yaitu :
• HSV-Tipe I (Herpes Simplex Virus Type I)
• HSV-Tipe II (Herpes Simplex Virus Type II)
HSV-Tipe I biasanya menginfeksi daerah mulut dan wajah (Oral Herpes), sedangkan HSV-
Tipe II biasanya menginfeksi daerah genital dan sekitar anus (Genital Herpes). HSV-1
menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa mulut,
wajah, dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui hubungan seksual
dan menyebakan gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada membran mukosa alat
kelamin. Infeksi pada vagina terlihat seperti bercak dengan luka.

2.1.1 Virus Herpes Simplex 1 atau Herpes Oral

HSV Simplex 1 disebut juga herpes oral karena seringnya menyerang organ mulut.
Disebut juga cold sores yakni lepuhan kecil pada bibir yang nampak seperti bisul atau
jerawat. Penularan herpes terjadi ketika seseorang bersentuhan dengan cairan atau lendir
penderita. Pertukaran cairan yang dimaksud bisa lewat air liur, sperma, dan cairan kelamin
wanita.

Penularan herpes oral bisa melalui:

1. Ciuman

2. Penggunaan sikat gigi bersama-sama

3. Penggunakan alat makan dan minum bersama-sama

4. Penggunakan handuk bersama-sama

5. Aktivitas oral seks (penularan herpes dari cairan kelamin pria/wanita ke mulut)

2.1.2 Virus Herpes Simplex 2 atau Herpes Genital

HSV Simplex 2 disebut juga herpes genital karena menyerang organ kelamin. Resiko
wanita terinfeksi HSV genital dua kali lipat lebih besar dari pada pria. Jika peluang pria
terkena HSV genital 1 banding 8, pada wanita 1 banding 4, hal ini dikarenakan permukaan
alat kelamin wanita lebih lebar dibanding pria.

Penularan herpes genital melalui:

1. Penggunaan handuk bersama dengan penderita

2. Seks oral

3. Hubungan seks intercourse

Baik herpes oral maupun genital penularannya hanya terjadi jika terjadi kontak dengan
penderita. Berhubungan seksual dengan satu pasangan tetap dimana keduanya bebas dari
herpes, maka oral seks maupun intercourse tidak akan menjadi penyebab terinfeksi virus
herpes.

Sementara bagi mereka yang kerap berganti pasangan, walaupun hanya sebatas
melakukan ciuman, apalagi sampai oral seks, memiliki resiko tertular HSV genital yang
sangat tinggi. Beberapa cara mengurangi resiko terinfeksi virus herpes simplex oral
maupun genital adalah menggunakan pelindung gigi dan kondom.

2.2 Penyebab
HSV ditularkan melalui kontak dari orang yang peka lewat virus yang dikeluarkan oleh
seseorang. Untuk menimbulkan infeksi, virus harus menembus permukaan mukosa atau kulit
yang terluka (kulit yang tidak terluka bersifat resisten). HSV I ditransmisikan melalui sekresi
oral,virus menyebar melalui droplet pernapasan atau melalui kontak langsung dengan air liur
yang terinfeksi. Ini sering terjadi selama berciuman, atau dengan memakan atau meminum dari
perkakasyangterkontaminasi.
HSV-I dapat menyebabkan herpes genitalis melalui transmisi selama seks oral-genital. Karena
virus ditransmisikan melalui sekresi dari oral atau mukosa (kulit) genital, biasanya tempat infeksi
pada laki-l`ki termasuk batang dan kepala penis, skrotum, paha bagian dalam, anus. Labia,
vagina, serviks, anus, paha bagian dalam adalah tempat yang biasa pada wanita. Mulut juga
dapat menjadi tempat infeksi untuk keduanya. Penyebaran herpes genetalis atau Herpes Simpleks
II dapat melalui kontak langsung antara seseorang yang tidak memiliki antigen terhadap HSV-II
dengan seseorang yang terinfeksi HSV-II.
Kontak dapat melalui membran mukosa atau kontak langsung kulit dengan lesi. Transmisi juga
dapat terjadi dari seorang pasangan yang tidak memiliki luka yang tampak. Kontak tidak
langsung dapat melalui alat-alat yang dipakai penderita karena HSV-II memiliki envelope
sehingga dapat bertahan hidup sekitar 30 menit di luar sel.

2.3 Pencegahan
Penyebaran HSV sulit dicegah. Hal ini sebagian karena banyak orang dengan HSV tidak
tahu dirinya terinfeksi dan dapat menularkannya. Orang yang tahu dirinya terinfeksi HSV pun
mungkin tidak mengetahui mereka dapat menularkan infeksi walaupun mereka tidak mempunyai
luka herpes yang terbuka.
Angka penularan HSV dapat dikurangi dengan penggunaan kondom. Namun kondom tidak dapat
mencegah semua penularan. Infeksi HSV dapat menulari dan ditulari dari daerah kelamin yang
agak luas – lebih luas daripada yang ditutup oleh celana dalam – dan juga di daerah mulut. Bila
orang dengan herpes minum asiklovir setiap hari, mereka dapat mengurangi risiko menulari
herpes pada orang lain.
Para peneliti sekarang mencari vaksin untuk mencegah HSV. Satu calon vaksin menujukkan
hasil yang baik terhadap HSV-2 pada perempuan, tetapi tidak pada laki-laki. Belum ada vaksin
yang disetujui untuk mencegah infeksi HSV, tetapi penelitian terhadap vaksin untuk HSV
berlanjut terus.
2.4 Herpes Dalam Kehamilan

2.4.1 Penyebab
Herpes terbagi atas 2 jenis, sedangkan yang berbahaya bagi ibu hamil adalah jenis
Herpes Simpleks tipe II (HSV II). Infeksi ini menyerang alat kelamin, tanda dari
seseorang terinfeksi penyakit ini adalah keputihan atau muncul bintik pada alat kelamin.
2.4.2 Efek pada kehamilan
Pengaruh kehamilan pada infeksi herves genital utama mencakup keguguran,
kelahiran prematur, dan keterlambatan pertumbuhan intrauteri (IUGR). Kemungkinan
terjadinya akibat yang buruk bertambah seiring dengan usia kehamilan (Brown, Buker,
1989). Frekuensi dan keparahan infeksi yang kambuh juga muncul dan meningkat
bersama kehamilan (Brown et al, 1985). Pada 20 minggu pertama, dapat mengakibatkan :
a. Abortus
b. Lahir mati
c. Cacat congenital
- Pada usia kehamilan lebih lanjut
Infeksi pada trimester 3, hanya beresiko 10 % terhadap janin.
a. 50% terjadi abortus
b. Mono-nuclear chorionitis
c. Severe necrotizing amnionitis
2.4.3 Efek pada bayi
Pengaruh pada janin dan neonatal adalah serius. Tanda-tanda muncul dalam 4-7 hari.
Tanda-tanda ini termasuk kelesuan, malas makan, penyakit kuning, perdarahan,
pneumonia, sawan, opisthotonus, fontanelles yang menonjol, dan luka pada mulut dan
kulit. Infeksi neonatal yang menderita penyakit menular berakibat 82% kematian. Mereka
yang hidup mempunyai CNS atau sekuel atau dan menghadapi kekambuhan pada 5 tahun
pertama kehidupannya. Apabila bayi dilahirkan secara normal melalui jalan lahir yang
terinfeksi herpes dengan lesi aktif, maka 85% bayi akan terinfeksi. Infeksi melalui
plasenta, sangat jarang, tetapi dapat menyebabkan:
- Microcepaly
- Retardasi mental
- Displasi retina
- Kerusakan pada duktus arteriosus
- Penngapuran intra cranial
- Kelahiran premature
Kematian terjadi hingga 60 % dari kasus akibat herpes simplek
2.5. Tanda dan gejala
Infeksi HSV dapat melibatkan genital eksterna, vagina, serviks. Gejala-gejala lebih
ditimbulkan padainfeksi HSV pertama. Pelepuhan yang sakit, burut, dan kemudian kering
meninggalkan borok yang mengering setelah 2 atau 6 minggu. pelepasan vaginal terlihat
jika serviks atau mukosa vagina ikut terlibat. Wanita mungkin menderita demam, tidak
enak badan, anorexis, inguinal lymphadenophaty, dysuria, dan dyspareunia.

Kambuh kadang-kadang diawali dengan gatal-gatal rasa terbakar didaerah genital,


perasaan geli di kaki, atau sedikit peningkatan pada pelepasan vaginal. Kambuh yang
berulang-ulang dapat mengakibatkan kreatitis, encephalitis, dan carcinoma serviks.
Walaupun sebagian besar kambuh cenderung lebih ringan dan jangka waktunya lebih
singkat.

2.5.1 Infeksi Primer :


 Merupakan paparan pertama kali terhadap HSV 1 atau 2 yang dapat menyebabkan lesi
vulva dan disuria namun kadang kadang juga tanpa gejala. Seringkali di diagnosa sebagai
infeksi traktus urinarius atau candidiasis
 Pada pemeriksaan ditemukan ulkus multiple yang disertai rasa nyeri hebat. Kadang
disertai dengan pembesaran kelenjar inguinal

2.5.2 Infeksi non-primer, episode pertama herpes genitalis


Terjadi pada penderita dengan riwayat lesi oro-labial HSV-1 yang kemudian
mendapatkan infeksi genital-HSV 2.
Terdapat perlindungan silang dari infeksi oro-labial sehingga gejala yang ditimbulkan oleh
HSV 2 lebih ringan dibandingkan gejala yang ditimbulkan oleh infeksi HSV 1
Infeksi non primer ini biasanya lebih asimptomatik dibandingkan infeksi primer.
2.5.3 Herpes Rekuren

 Episode ulangan dapat asimptomatik (subklinis). Gejala yang timbul biasanya ebih ringan
dibandingkan infeksi pertama. Seringkali didahului oleh rasa gatal, pedih atau ngilu di
area yang akan timbul erupsi
 Pada pemeriksaan dijumpai satu atau dua ulcus yang meliputi area kecil
 90% penderita infeksi HSV 2 dan 60% pada infeksi HSV 1 akan mengalami kekambuhan
dalam tahun pertama. Rata rata kekambuhan 2 kali pertahun , namun beberapa penderita
memperlihatkan gejala ulangan yang lebih sering

2.6 Penatalaksanaan
2.6.1 Herpes primer dan episode infeksi pertama kali

 Obat antivirus untuk menurunkan berat dan lamanya gejala. Obat ini tidak dapat
mencegah latensi sehingga tidak dapat mencegah serangan ulang
 Regimen :
o Acyclovir 3 dd 200 mg selama 5 hari ( untuk ibu hamil dan menyusui)
o Famcyclovir 3 dd 250 mg selama 5 hari
o Valciclovir 2 dd 500 mg selama 5 hari
 Analgesik
 Pemeriksaan PMS lain
 Penjelasan akan kemungkinan berulangnya penyakit

2.6.2 Herpes Genital Rekuren

 Rekurensi bersifat “self limiting” dengan terapi suportif


 Rekurensi dapat diringankan dengan pemberian antiviral sedini mungkin saat erupsi
belum muncul
 Dosis :
o Acyclovir 5 dd 200 mg selama 5 hari
o Famciclovir 2 dd 125 mg selama 5 hari
o Valaciclovir 1 dd 500 mg selama 5 hari

Asimtomatik pada wanita hamil tetap dapat terjadi pelepasan virus dan transmisi. Oleh
karena sekitar 70% infeksi bayi baru lahir terjadi tanpa adanya riwayat ibu terinfeksi HSV
dan HSV terjadi pada sekitar 10% bayi yang dilahirkan melalui seksio sesaria dengan
ketuban utuh, pemeriksaan setiap minggu pada wanita yang diketahui menderita infeksi HSV
tidak dibenarkan. Penatalaksanaan berikut ini merupakan tindakan yang dianjurkan untuk
berbagai macam situasi selama kehamilan, persalinan, dan kelahiran.
Wanita yang tertular herpes genital saat pertengahan pertama kehamilan: Resiko
penularan herpes yang lebih tinggi pada bayi ; hindari prosedur trans-servikal invasive
sampai lesi tersebut sembuh; atasi dengan asiklovir; beberapa ahli menyarankan untuk
melanjutkan terapi suresi selama kehamilan; periksa dengan cermat adanya lesi berulang atau
mengalami gejala prodromal saat kelahiran; dapat melahirkan pervaginam apabila tidak
terdapat lesi ataupun gejala prodromal.
Wanita yang tertular herpes genital pada kehamilan akhir: Bayi yang dikandung beresiko
tinggi terhadap penularan herpes; hindari prosedur invasive trans-servikal; dapat diatasi
dengan asiklovir; persalinan dengan operasi seksio sesaria.
Wanita yang memiliki riwayat mengidap herpes genitalia: beberapa ahli menganjurkan
untuk terapi supresi asiklovir yang dimulai pada usia gestasi 36 minggu untuk mengurangi
resiko infeksi berulang pada saat cukup bulan; apabila tidak terdapat lesi atau prodromal saat
persalinan atau kelahiran, wanita dapat melahirkan pervaginam-seksio sesaria tidak
diperlukan.
Wanita cukup bulan memiliki lesi herpes genitalia yang aktif atau adanya tanda-tanda
prodromal: kelahiran dengan seksio sesaria.
Wanita cukup bulan memiliki herpes genitalia yang aktif dan adanya ketuban pecah:
secepatnya lakukan seksio sesaria.
Wanita cukup bulan yang mengalami pecah ketuban sebelum waktunya dan herpes
genitalia aktif: beberpa ahli menyarankan penatalaksanaan dan pengobatan pada wanita
hamil dengan asiklovir akan menghemat waktu dan glukokortikoid; hindari prosedur invasive
trans-servikal; jenis kelahiran bergantung pada adanya prodromal saat kelahiran.
Wanita yang mengalami lesi aktif herpes simpleks berulang hanya diarea nongenital pada
tubuhnya (mis. Bokong, paha, kaki): dapat bersalin pervaginam; tutupi lesi dengan balutan
oklusif sebelum kelahiran.
Wanita pascapartum dengan herpes aktif: dapat menyusui jika tidak terdapat lesi di
payudaranya, jka tidak dikontaindikasikan; sangat penting untuk memberi perhatian khusus
terhadap tindakan mencuci tangan sebelum memegang bayi.
Ukuran kontrol infeksi merupakan bagian penting dari pengobatan. Pencucian tangan
yang menyeluruh harus dilakukan oleh pada pelaku perawatan kesehatan juga oleh para
anggota keluarga. Sarung tangan sebaiknya digunakan selama kontak dengan luka atau
sekresi. Anggota keluarga yang menderita luka pada mulut sebaiknya dilarang mencium
bayi. Instruksi tentang kesehatan genital dan pencegahan infeksi seharusnya juga diberikan.
Banyak pusat kesehatan mempunyai kebijakan isolasi yang berbeda-beda untuk bayi dan ibu-
ibu yang menderita inveksi HSV. Secara umum bayi yang lahir dari ibu yang beresiko
menularkan infeksi (yaitu ibu yang melahirkan melalui vagina dengan luka aktif) sebaiknya
diisolasi di dalam kamar bersama ibu atau di dalam inkubator.
Para perawat kesehatan yang menderita infeksi HSV juga harus melakukan tindakkan
pencegahan. Setiap orang yang menderita luka HSV pada mulut sebaiknya menggunakan
masker jika mengadakan kontak yang dekat dengan bayi, dan setiap orang yang menderita
luka pada kulit (herpetic whitlow) sebaiknya tidak memberikan perawatan langsung sampai
luka-lukanya kering dan mengeras permukaannya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Herpes simplex adalah penyakit yang disebabkan oleh virus herpes simplex; Terbagi
menjadi dua jenis (herpes simplex virus 1 (HSV-1) dan herpes simplex virus 2 (HSV-2)) Serupa
dengan herpes zoster. Gejala pertama biasanya gatal-gatal dan kesemutan/perasaan geli, diikuti
dengan benjolan yang membuka dan menjadi sangat sakit. Infeksi ini dapat menjadi dorman
(tidak aktif) selama beberapa waktu, kemudian tiba-tiba menjadi aktif kembali tanpa alasan jelas.
Virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) adalah penyebab umum untuk luka-luka demam (cold
sore) di sekeliling mulut. HSV-2 biasanya menyebabkan herpes kelamin. Namun HSV-1 dapat
menyebabkan infeksi pada kelamin dan HSV-2 dapat menginfeksikan daerah mulut melalui
hubungan seks.
Herpes simplex paling mudah ditularkan melalui kontak langsung dengan luka atau cairan
tubuh yang terinfeksi individu. Transmisi juga dapat terjadi melalui kulit-kulit ke-kontak selama
periode dorman. Sebagian besar orang dengan HSV tidak mengetahui dirinya terinfeksi dan tidak
sadar dapat menyebarkannya. Di seluruh dunia masalah kurangnya kebersihan dan kemiskinan
diidentifikasi sebagai faktor risiko yang terkait dengan peningkatan HSV-1.
Infeksi HSV-2 lebih umum pada perempuan. Di AS, kurang lebih satu dari empat perempuan
dan satu dari lima laki-laki terinfeksi HSV-2. HSV kelamin berpotensi menyebabkan kematian
pada bayi yang terinfeksi. Bila seorang perempuan mempunyai herpes kelamin aktif waktu
melahirkan, sebaiknya melahirkan dengan bedah sesar.
HSV paling mungkin kambuh pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Ini
termasuk orang dengan HIV, dan siapa pun berusia di atas 50 tahun. Beberapa ilmuwan juga
berpendapat bahwa penyakit lebih mungkin kambuh pada orang yang sangat lelah atau
mengalami banyak stres.

3.2 Saran
Lebih baik mencegah daripada mengobati. Oleh karena itu jagalah kesehatan dengan cara
pola hidup sehat, dan segeralah periksa jika ada tanda-tanda yang mengarah pada penyakit
herpes simplex.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007, Virus Herpes Simpleks, http://id.wikipedia.org, diakses tanggal 10 April 2008.
Anonim, 2007, Herpes Simpleks, http://medlinux.blogspot.com, diakses tanggal 18 April 2008.
Anonim, 2008, Penggunaan Tablet Acylovir pada Infeksi Herpes Simpleks,
http://yosefw.wordpress.com, diakses tanggal 18 April 2008.
Brooks, G., et al, 1995, Mikrobiologi Kedokteran edisi 20, EGC Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta
Jawetz, E.,et al, 1984, Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan edisi 16, EGC Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta
Oswari, E., 1995, Penyakit dan Penanggulangannya, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai