PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Sedangkan
menurut Kemenkes RI (2014) remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-
18 tahun. Usia remaja ini dianggap penting karena menjadi jembatan antara
masa kanak-kanak yang bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung
Masa remaja adalah masa transisi, dimana terjadi perubahan pada dirinya
baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial (Dariyo, 2014). Masa remaja
selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik (Kemenkes RI, 2015).
Oleh karena itu masa-masa yang tercantum di atas disebut juga masa pubertas.
organ reproduksi, baik organ reproduksi primer yaitu untuk pria menghasilkan
produksi sperma dan wanita menghasilkan sel telur dan reproduksi sekunder
khusus, terutama bagi perempuan. Organ ini sangat vital sehingga harus dijaga
1
atau virus. Maka diperlukan perawatan khusus untuk area genetalia yaitu
hygiene dengan benar dan sejak dini (Nurhayati, 2013). Sebelum perempuan
hygiene, ada dua tahap yang dilalui yaitu pengetahuan dan tindakan.
suatu tindakan yaitu dengan membasuh alat kelamin dari arah depan (vagina)
cairan atau sekret menyerupai nanah. Sekret tersebut dapat bervariasi dalam
karena ada juga keputihan yang normal. Oleh sebab itu, keputihan dibagi
menjadi dua yaitu, keputihan normal dan abnormal (Bahari, 2012). Keputihan
yang abnormal bisa disebabkan oleh infeksi atau peradangan yang terjadi
karena mencuci vagina dengan air kotor dan pemakaian pembilas vagina yang
2
Berdasarkan data dari Badan Statistik Indonesia 2012, 75% dari jumlah
43,3 juta jiwa remaja wanita Indonesia pasti mengalami keputihan minimal
satu kali dalam hidupnya. Angka ini berbeda tajam dengan Eropa yang hanya
25% saja (Octviyanti, dikutip dalam Detik.com, 2010). Data statistik hasil
penelitian di Jawa Tengah tahun 2009, 45% dari jumlah 2,9 juta jiwa
mengalami keputihan dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 47% yang
data hasil penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, jumlah remaja
keputihan pada siswi di SMP Arjuno Kota Batu menyatakan bahwa ada
kejadian keputihan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aeni (2017) tentang
3
yang dilakukan oleh Azizah (2015) tentang karakteristik remaja putri dengan
ada hubungan antara pengetahuan, cara cebok dan ganti celana dalam dengan
kejadian keputihan.
yang terletak jauh dari pusat perkotaan, tepatnya di desa mijen, bahwa di SMK
tersebut mempunyai 2 kamar mandi dengan kondisi kurang bersih, selain itu
Tunas Bangsa Mijen Demak didapatkan data bahwa 20 orang yang tidak
B. Rumusan Penelitian
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Demak.
dengan kejadian keputihan pada siswi SMK Tunas Bangsa Mijen Demak.
D. Manfaat Penelitian
5
3. Bagi Institusi
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting
sehingga terbentuk suatu perilaku baru, terutama yang ada pada orang dewasa
kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak
sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan
b. Tingkatan Pengetahuan
7
1. Tahu (Know)
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
2. Memahami (Comprehension)
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi
keputihan.
3. Aplikasi (Application)
telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi sebenarnya (real). Aplikasi
rumus, metode, prinsip, dan sebagianya dalam konteks atau situasi yang lain.
kesehatan reproduksinya.
8
4. Analisi (Analysis)
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya remaja
5. Sintesis (Synthesis)
Kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
6. Evaluasi (Evaluation)
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Misalnya, seorang
alat reproduksinnya.
1. Umur
Bertambah umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan
psikologi.
9
2. Pendidikan
3. Lingkungan
Seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
akan lebih baik dari pada orang yang hidup di lingkungan yang berfikiran
sempit.
4. Pekerjaan
10
5. Informasi
cepat pula.
11
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut
Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari objek penelitian
diharapkan.
12
2. Perilaku
a. Pengertian Perilaku
Perilaku ditinjau dari segi biologisnya adalah suatu kegiatan atau aktifitas
perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia
itu sendiri, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar dan mempunyai bentangan yang sangat luas antara
terhadap stimulus (rangsangan dari luar) dan membedakan respon kepada dua
jenis yaitu:
menangis.
13
b. Operant respon atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
Respon atau reaksi terhadap stimulus dalam bentuk tertutup ini masih
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat
terbuka dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik,
dapat dilihat dari tiga aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial.
14
Secara lebih terperinci perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai
motivasi.
yaitu:
15
3. Faktor penguat (reinforcing factors)
pengalaman pribadi serta adanya pengaruh dari luar seperti teman maka
orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses
berurutan, yaitu:
dirinya.
16
3. Vaginal Hygiene
2005).
4,5.
17
d. Langkah-langkah untuk menjaga vaginal hygiene
menggunakan air bersih setelah buang air kecil, buang air besar, dan
mandi.
(parfum atau gel) dan merekat dengan baik pada celana dalam.
pertumbuhan bakteri.
5. Menggunakan celana dalam yang bersih, kering, dan terbuat dari bahan
katun.
mengeringkan vagina.
di daerah vagina.
18
e. Faktor-faktor Perilaku vaginal hygiene
sebagainya.
hygiene:
perilaku.
lain seperti guru, keluarga, teman sebaya dan lingkungan sekitar lainnya.
19
f. Dampak Tidak Melakukan Vaginal Hygiene
Jika tidak melakukan perawatan pada daerah vagina dengan baik dan
2012):
2. Terjadi keputihan
4. Terjadi gatal-gatal
1. Faktor intern antara lain dipicu oleh pil kontrasepsi yang mengandung
estrogen, IUD yang bias menyebabkan bakteri dan penderita kanker atau
HIV positif.
2. Faktor ekstern antara lain kurang vaginal hygiene, pakaian dalam yang
a. Pengertian Keputihan
Keputihan atau dalam istilah medisnya disebut Flour albus (Flour= cairan
20
mengeluarkan cairan atau sekret menyerupai nanah. Sekret tersebut dapat
merupakan penyakit karena ada juga keputihan yang normal. Oleh sebab itu,
keputihan dibagi menjadi dua yaitu, keputihan normal dan abnormal (Bahari,
2012).
Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar
kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat.
hormon tertentu. Cairannya bewarna putih, tidak berbau dan jika dilakukan
terjadi karena mencuci vagina dengan air kotor, pemeriksaan dalam yang
tidak higienis, dan adanya benda asing dalam vagina (Kusmiran, 2014).
b. Etiologi
Penyebab flour albus dapat digolongkan pada dua golongan besar, yaitu
dapat terjadi pada saat hamil, sebelum dan sesudah menstruasi, saat mendapat
21
sebab seperti iritasi akibat bahan pembersih vagina, iritasi saat berhubungan
Keputihan apabila tidak segera diobati dapat berakibat lebih parah dan
c. Klasifikasi Keputihan
masa subur. Keputihan secara fisiologis ini dapat ditemukan pada waktu
sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan dan pengeluaran sekret dari
menahun, dengan neurosis dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.
biasanya disertai dengan rasa gatal didalam vagina dan di sekitar bibir vagina
bagian luar. Yang sering menimbulkan keputihan ini antara lain yaitu:
22
1. Infeksi jamur, keluarnya keputihan yang bewarna putih atau kekuningan,
konsistensi seperti keju disertai rasa gatal, biasanya disebabkan oleh jamur
5. Kanker leher rahim, ditandai dengan keluarnya cairan yang tidak disertai
keputihan patologis
Tabel 2.1
Perbedaan antara keputihan fisiologis dan keputihan patologis
menerus
23
bahkan sampai perih, juga
iritasi
d. Patogenesis
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina
sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung
sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mukus serviks, yang akan
Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus
24
rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan
perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal
e. Komplikasi
25
f. Penatalaksanaan
Pada flour albus yang dikategorikan normal tidak perlu ada terapi khusus,
yang terpenting adalah membersihkan organ intim secara benar dan teratur.
Umumnya cukup dengan sabun khusus vagina dan air bersih serta menjaga
gar pakaian dalam tetap kering dan bersih setiap saat. Sedangkan pada flour
26
2. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar
usahakan cepat mengganti dengan yang bersih dan belum dipakai. Tak ada
Celana dari bahan satin atau bahan sintetik lain membuat suasana disekitar
Pilihlah seperti rok atau celana bahan non-jeans agar sirkulasi udara
disaat perlu saja, jangan terlalu lama. Misalkan saat bepergian ke luar
8. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu cara
penyakit/penyebab keputihan.
27
b. Jangan menggunakan obat-obatan untuk pembilas vagina secara rutin dan
berlebihan. Hal ini dapat menyababkan hilangnya flora normal yang ada di
5. Remaja
a. Pengertian Remaja
dewasa namun juga bukan golongan usia anak-anak. Secara umum dipahami
bahwa batasan usia remaja adalah 12-17 tahun. Dalam rentang usia ini,
mental emosional dengan kata lain remaja diasumsikan dalam masa proses
Masa ini merupakan periode perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak
Remaja dari segi usia dapat dibagi menjadi remaja awal (early adolescent)
10-13 tahun, remaja menengah (early adolescent) 14-16 tahun, dan remaja
28
b. Tahap perkembangan remaja (Irianto, 2015):
Remaja awal yang pada umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun. Pada
tahap ini seorang remaja masih terheran akan perubahan yang terjadi pada
pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Tampak merasa
Pada tahap ini remaja yang umumnya dimulai pada usia 14-16 tahun,
menuju dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 17-22 tahun,
29
3. Tumbuh batasan yang memisahkan kepribadian dirinya dengan
masyarakat umum.
secara efektif.
perempuan).
3. Mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya, baik
dewasa lainnya.
30
7. Menyiapkan diri (fisik dan psikis) dalam menghadapi perkawinan dan
kehidupan keluarga.
pekerjaan).
Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Masa
transisi tersebut menurut Gunarsa (1978) dalam disertai PKBI (2000) dalam
melamun, dan sedih, tetapi di lain sisi akan gembira, tertawa, ataupun
marah-marah.
31
3. Transisi dalam kehidupan sosial
nilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai meragukan nilai-
nilai yang diterima pada waktu anak-anak dan mulai mencari nilai sendiri.
struktural maupun fungsinya yang berbeda antara remaja pria dan remaja
salah satu dampak dari pengalaman yang belum pernah dirasakannya. Hal ini
32
Pertumbuhan diartikan sebagai suatu penambahan dalam ukuran
postnatal sampai pada saat dewasa menurut Mappiare (1982:43), dalam buku
Irianto (2015).
Remaja tidak hanya tumbuh dari segi ukuran (semakin tinggi atau semakin
seksual atau pubertas. Hal ini ditandai dengan datangnya menstruasi pada
Pertumbuhan fisik berubah menjadi cepat sekitar dua tahun sebelum anak
ini, anak akan bertambah tinggi 10-15 cm dan bertambah berat 5 sampai
10 kg. Pertumbuhan tubuh masih terus terjadi, tetapi dalam tempo yang
anak akan bertambah 25% dan berat tubuhnya hampir mencapai dua kali
33
lipat. Anak pria akan mencapai bentuk tubuh orang dewasa pada usia 19
Ciri tubuh yang kurang proporsional pada masa remaja ini tidak sama
untuk seluruh tubuh. Ada pula bagian tubuh yang semakin proporsional.
Proporsi yang tidak seimbang ini akan berlangsung terus sampai seluruh
yaitu pada saat berusia 14 tahun ketika pertama kali anak laki mengalami
pada usia 13 tahun, yaitu pada saat pertama kali mengalami menstruasi
atau haid.
dada dan mencuat putting susu, pinggul lebih besar dari pada bahu,
suara bertambah nyaring. Ciri kelamin kedua pada anak laki-laki adalah
tumbuh kumis dan jenggot, nada suara membesar, bahu melebar lebih
34
besar dari panggul, timbul bulu dada dan bulu disekitar alat kelamin,
membesar.
35
B. Kerangka Teori
Kejadian
Keputihan
Gambar 2.1
Kerangka Teori
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Independen Dependent
Pengetahuan
Kejadian
tentang perilaku
Keputihan
vaginal hygiene
Gambar 3. 1
B. Hipotesis Penelitian
37
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
diajukan dalam penelitian ini maka penelitian ini merupakan jenis penelitian
kali waktu (dalam waktu yang sama) dan tidak ada follow up (Donsu, 2016).
38
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
tersebut akan dilakukan. Lokasi penelitian ini dapat membatasi ruang lingkup
Demak.
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini selama bulan April 2018
1. Populasi
berdasarkan pada sifat spesifik dari populasi yang ditentukan dengan kriteria
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi yang ada di SMK Tunas
Bangsa Mijen Demak, dengan jumlah 83 siswi dari kelas X dan XI.
2. Sampel Penelitian
39
variabel control ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel yang akan
diteliti. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: inklusi
a. Kriteria inklusi
yaitu:
b. Kriteria eksklusi
3. Besar Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil yang akan diteliti. Sampel dalam
penelitian ini yaitu semua siswi di SMK Tunas Bangsa Mijen Demak yang
N
𝑛=
1+N (d)2
40
83 83 83
𝑛= 𝑛= 𝑛= n= 68. 73
1+83 (0.05)2 1+83 (0.0025) 1.2075
𝑛 = 69 + 10%
10
n= 𝑥 69
100
n = 6.9 = 7
jadi, 69+7 = 76
Keterangan:
N= Jumlah populasi
4. Teknik Sampling
dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenernya dengan
sampel dengan cara menggunakan sistem acak dari absensi setiap siswi SMK
41
F. Definisi Operasional
berikut:
Tabel 2.2
Definisi Operasional Penelitian
42
keputihan
b. Jika dari
sepuluh
pertanyaan
jawaban nya
Tidak mengalami
keputihan semua.
Independen
2. Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Dinilai dari hasil Ordinal
tentang yang diketahui Terdiri kuesioner:
Perilaku remaja tentang dari 15 Pertanyaan
Vaginal vaginal hygiene pertanyaan vaforable: 1-9, 13
2
Hygiene dilihat dari dan 14, jika
. aktifitas remaja, jawaban
untuk Benar : 1
mempertahanka Salah : 0
n atau Pertanyaan un
memelihara vaforable: 6, 10,
kebersihan 11, 12, dan 15,
organ jika jawaban
kewanitaan Benar : 0
Salah : 1
Kemudian
dikategorikan
menjadi:
a. Baik : 76-100%
b. Cukup: 56-75%
c. Kurang : <56%
43
G. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
dijawab langsung oleh responden secara jujur dan benar ini bertujuan untuk
Kuesioner diisi pada hari dan waktu yang sama, serta pengisian kuesioner
Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama
hygiene. Skala pengukuran pengetahuan adalah jika benar diberi nilai 1 dan
jika salah diberi nilai 0. Untuk bagian ketiga terdiri dari 10 pertanyaan yang
diberi nilai 1 dan jika tidak diberi nilai 0, dengan dikategorikan mengalami
a. Validitas
bersangkutan yang mampu mengatur apa yang akan diukur. Validitas pada
dasarnya tergantung dari penggunaan dan subjek yang sudah ditentukan oleh
44
Untuk mengetahui apakah nilai korelasi tiap-tiap pertanyaan itu signifikan,
maka hasil korelasi tiap item dibandingkan dengan nilai taraf signifikan
Selanjutnya untuk memperoleh alat ukur yang valid maka perlu mengganti
atau merevisi item yang tidak memenuhi taraf, hingga item tersebut memiliki
validitas.
b. Reliabilitas
1. Klasik
2. Probabilitas
45
2. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
sekunder.
a. Sumber Data
1) Data Primer
kepada pengumpul data. Dalam hal ini responden mengisi kuesioner yang
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain, dalam hal ini
peneliti mengambil data dari keadaan umum sekolah, siswi di SMK Tunas
Utama Kudus.
2. Lalu dilanjut pada pihak Kepala Sekolah SMK Tunas Bangsa Mijen
Demak.
46
4. Peneliti melalukan pengumpulan data yang dibutuhkan dari semua
responden.
a. Editing
b. Penilaian Scoring
47
skor 0 untuk pertanyaan positif dan negatif dan untuk pertanyaan kejadian
c. Coding
analisa data. Coding di lakukan dengan cara memberi tanda pada masing-
kualitatif, yaitu:
d. Entry Data
Data yang sudah di edit lalu dimasukkan dan beri kode kedalam excel
SPSS.
e. Tabulating
untuk meringkas data sesuai dengan sifat-sifat yang sudah dimiliki dan
48
2. Analisis Data
a. Analisa Univariat
b. Analisa Bivariat
keputihan pada siswi. Uji statistik yang di gunakan adalah chi-square (x2).
2
∑ (𝑓0 − 𝑓𝑒)
2
𝑥 =
𝑓𝑒
Df = (k-1) (b-1)
Keterangan:
𝑥 2 = nilai chi-square
49
𝑘 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
𝑏 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠
artinya bila x2 hitung> x2 tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima dan bila
I. Etika Penelitian
kepada informant yang akan diteliti dan memenuhi kriteria inklusi. Lembar
hasil penelitian. Data yang disajikan berupa kuesioner harus sesuai dengan
50
J. Jadwal Penelitian
Terlampir
51