Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

REPRODUKSI VERTEBRATA
Reproduksi Kambing Kacang

DISUSUN OLEH:
NUR FITRIANA RAHMAT (1514142001)
JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan
keturunan yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan
melestarikan jenis agar tidak punah. Sistem reproduksi akan berfungsi bila
makhluk hidup sudah memasuki sexual maturity atau dewasa kelamin. Setelah
mengalami dewasa kelamin, alat-alat reproduksinya akan mulai berkembang dan
proses reproduksi dapat berlangsung.
Hewan vertebrata yaitu hewan yang bertulang belakang. Memiliki struktur
tubuh yang jauh lebih sempurna dibandingkan dengan hewan Invertebrata.
Hewan vertebrata memiliki tali yang merupakan susunan tempat terkumpulnya
sel-sel saraf dan memiliki perpanjangan kumpulan saraf dari otak. Tali ini tidak
di memiliki oleh yang tidak bertulang punggung.
Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang banyak
dipelihara oleh masyarakat baik secara tradisional maupun untuk kepentingan
agribisnis. Selain untuk kepentingan produksi daging, ternak kambing juga
sebagai sumber penghasil susu dan kulit. Hal ini karena kemampuan beradaptasi
dan mempertahankan dirinya di lingkungan yang sangat ekstrim sehingga
masyarakat banyak mengusahakan ternak kambing.
Populasi kambing terbanyak dan tersebar luas di Indonesia adalah
kambing lokal, yang biasa disebut kambing kacang. Kambing kacang merupakan
kambing asli Indonesia dan Malaysia. Sifatnya lincah, tahan terhadap berbagai
kondisi, dan mampu beradaptasi dengan baik di berbagai lingkungan alam
setempat.
Salah satu kelebihan kambing Kacang adalah mampu berproduksi pada
lingkungan yang kurang baik. Kekurangan kambing Kacang adalah ukuran tubuh
yang relatif kecil dan laju pertambahan bobot hidup yang relatif rendah dewasa
tubuh sekitar 20 kg. Kambing ini memiliki keterbatasan dengan rataan bobot
badan dewasa yang cukup rendah yaitu sekitar 20–25 kg.
Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia yang memiliki bobot
badan lebih kecil dibandingkan bangsa kambing lainnya. Ciri-ciri kambing
Kacang adalah telinga kecil dan berdiri tegak, memiliki tanduk, profil wajah
lurus, ekor kecil dan tegak, ambing kecil dengan konformasi baik dan puting
yang relatif besar, warna tubuhnya gelap dan coklat dengan kondisi bulu kambing
betina pendek dan kasar sedangkan pada yang jantan lebih panjang daripada
betina. Pertumbuhan bobot badan kambing Kacang betina perlu mendapat
perhatian karena ternak betina berperan besar dalam peningkatan populasi ternak.
Induk kambing mempunyai bobot lahir, sapih, dan dewasa yang besar, maka
diwariskan ke keturunannya. Nilai heritabilitas bobot badan adalah 0,25 – 0,45
B. Rumusan Masalah
a. Struktur dan fungsi organ reproduksi jantan dan betina
b. Mekanisme reproduksi
1. Usia birahi
2. Usia dewasa
3. Lama kebuntingan
4. Jumlah Kelahiran
5. Tingkah laku kawin
BAB II
PEMBAHASAN

A. Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi Kambing Kacang Jantan dan


Betina
Jantan dan betina memiliki peran reproduksi yang berbeda, dan dalam
kebanyakan spesies hewan, peran betina tidak selesai sampai keturunan yang
layak diproduksi. Bahkan setelah melahirkan, betina memainkan peran
penting dalam penyediaan perawatan pasca-natal dan pada mamalia harus
laktat untuk memberikan nutrisi bagi anak-anak mereka.
a) Organ Reproduksi Jantan Pada Kambing

Gambar organ reproduksi jantan pada Kambing


Sistem reproduksi jantan terdiri dari testis, yang memproduksi
sperma dan hormon seks, sistem saluran untuk transportasi sperma,
kelenjar aksesori seks, dan penis, atau organ jantan, yang deposito air
mani pada betina.
1. Testis
Testis yang organ yang turun dari rongga perut dipasangkan
selama perkembangan janin berbaring di skrotum. Mereka menghasilkan
gamet jantan (spermatozoa) dan mengeluarkan hormon seks pria,
testosteron. Testosteron adalah penting untuk pengembangan
karakteristik jantan, menjaga perilaku dan sperma seksual produksi
normal.
2. Skrotum
Skrotum adalah kantung otot yang berisi testis. Mendukung dan
melindungi testis dan juga memainkan peran utama dalam pengaturan
suhu. Ia memelihara suhu 3 sampai 5 oC di bawah suhu tubuh untuk
fungsi optimal. Tunggal dibandingkan skrotum perpecahan Ini bisa jadi-
jenis tertentu seperti pada kambing Somalia. Beberapa peternak
menganggap skrotum perpecahan sebagai sifat yang tidak diinginkan dan
pilih menentangnya. Namun, yang penting adalah untuk memeriksa
apakah equal- testis berukuran hadir dan produksi sperma normal.
3. Epididimis
Epididimis terletak di testis dan merupakan tabung panjang dan
berbelit-belit di mana sel-sel sperma yang dihasilkan oleh testis disimpan
dan matang ke tahap yang mampu pembuahan. Perubahan ini terjadi
sebagai sel sperma bergerak dari kepala ke tubuh epididimis dengan
sperma matang yang disimpan di ekor epididimis.
4. Vas Defenrens
Vas deferens adalah saluran yang naik dari ekor epididimis ke
dalam perut, di mana ia bergabung uretra pada leher kandung kemih. Hal
ini sering disebut sebagai ‘korda spermatika. “Penghapusan bagian dari
vas deferens di setiap testis dikenal sebagai vasektomi, mencegah
lewatnya sperma dari epididimis.
5. Kelenjar Aksesoris
Kelenjar Aksesoris terdiri dari bulbo-uretra, prostat, dan kelenjar
vesikula seminalis dan ampula. Kelenjar aksesoris mengeluarkan cairan
tambahan, yang bila dikombinasikan dengan sperma dan sekresi lainnya
dari epididimis, membentuk air mani. Beberapa sekresi mengandung
nutrisi seperti fruktosa sementara yang lain menghasilkan sekresi alkali
untuk menaikkan pH ejakulasi. Sekresi ini ditambahkan dengan cepat
dan secara paksa saat kawin untuk mendorong sperma ke uretra.
6. Penis
Penis ini adalah bagian akhir dari saluran reproduksi pria dan
fungsinya adalah untuk menyimpan air mani ke dalam saluran vagina
betina. Pada akhir penis adalah tabung sempit yang disebut proses uretra
(atau ‘worm’) yang semprotan air mani di dalam dan sekitar leher rahim
dari kambing. Selubung preputial melindungi penis, kecuali saat kawin.
b) Organ Reproduksi Betina Pada Kambing
Gambar organ reproduksi betina pada jantan
Saluran reproduksi dari domba betina sama dengan kambing betina
karenanya dibahas bersama-sama. Saluran reproduksi Betina terdiri dari
labia vulva, vagina (kelamin organ), leher rahim, badan rahim, tanduk
rahim, saluran telur (disebut juga tuba fallopi) dan ovarium.
1. Ovarium
Ovarium adalah Ovarium yang berisi ovum (telur), dan
mengeluarkan hormon reproduksi wanita (progesteron dan estrogen).
Ovarium adalah struktur akhir dari saluran reproduksi. Mereka rumah
ovum mengembangkan dan memproduksi hormon yang bertanggung
jawab untuk estrus dan memelihara kehamilan. Ovarium digantung oleh
suatu ligamentum yang disebut mesovarium yang tersusun atas syaraf-
syaraf dan pembuluh darah, berfungsi untuk mensuplai makanan yang
diperlukan oleh ovarium dan sebagai saluran reproduksi.
2. Tuba Fallopi (Saluram Telur)
Saluran telur terdiri dari saluran telur terbuka seperti corong
(infundibulum) dekat ovarium. Infundibulum menerima ovum dilepaskan
dari ovarium dan mengangkut mereka ke tempat fertilisasi di saluran
telur. Saluran telur yang terlibat dalam transportasi sperma ke tempat
fertilisasi, menyediakan lingkungan yang tepat untuk telur dan sperma
pemupukan, dan mengangkut embrio setelah rahim.
3. Oviduct
Oviduct merupakan saluran yang bertugas untuk menghantarkan
sel telur (ovum) dari ovarium ke uterus. Oviduct digantung oleh suatu
ligamentum yaitu mesosalpink yang merupakan saluran kecil yang
berkelok-kelok dari depan ovarium dan berlanjut di tanduk uterus.
Oviduct terbagi menjadi 3 bagian. Pertama adalah infundibulum, yaitu
ujung oviduct yang letaknya paling dekat dengan ovarium. Infundibulum
memiliki mulut dengan bentuk berjumbai yang berfungsi untuk
menangkap ovum yang telah diovulasikan oleh ovarium. Mulut
infundibulum ini disebut fimbria. Salah satu ujungnya menempel pada
ovarium sehinga pada saat ovulasi dapat menangkap ovum. Sedangkan
lubang infundibulum yang dilewati ovum menuju uterus disebut ostium.
Setelah ovum ditangkap oleh fimbria, kemudian menuju ampula yaitu
bagian oviduct yang kedua, di tempat inilah akan terjadi fertilisasi. Sel
spermatozoa akan menunggu ovum di ampula untuk dibuahi. Panjang
ampula merupakan setengah dari panjang oviduct. Ampula bersambung
dengan bagian oviduct yang terakhir yaitu isthmus. Bagian yang
membatasi antara ampula dengan isthmus disebut ampulary ismich
junction. Isthmus dihubungkan langsung ke uterus bagian cornu (tanduk)
sehingga di antara keduanya dibatasi oleh utero tubal junction.
4. Uterus
Uterus adalah rahim terdiri dari dua tanduk yang terpisah (coruna).
Pada hewan dengan kelahiran kembar, masing-masing tanduk dapat
berisi satu atau lebih janin. Rahim menyediakan lingkungan yang tepat
untuk perkembangan embrio, mendukung perkembangan janin (memasok
nutrisi, menghilangkan limbah, dan melindungi janin), dan mengangkut
janin keluar dari tubuh ibu saat melahirkan. Serviks: Serviks adalah pintu
gerbang ke rahim dan merupakan kanal otot terdiri dari beberapa lipatan
jaringan disebut sebagai serviks memiliki relatif sedikit otot halus
“cincin.”. Ini berpartisipasi dalam transportasi sperma dan selama
kehamilan, blok invasi bakteri. Lendir yang dihasilkan selama kehamilan
(juga selama fase luteal) membentuk plug yang membuat pembukaan
melalui leher rahim kedap untuk mikro-organisme dan spermatozoa.
Uterus merupakan struktur saluran muskuler yang diperlukan
untuk menerima ovum yang telah dibuahi dan perkembangan zigot.
Uterus digantung oleh ligamentum yaitu mesometrium yaitu saluran yang
bertaut pada dinding ruang abdomen dan ruang pelvis. Dinding uterus
terdapat 3 lapisan, lapisan dalam disebut endometrium, lapisan tengah
disebut myometrium dan lapisan luar disebut perimetrium.
Uterus terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama adalah cornu uteri
atau tanduk uterus. Cornu uteri ini jumlahnya ada 2 dan persis
menyerupai tanduk yang melengkung. Cornu uteri merupakan bagian
uterus yang berhubungan dengan oviduct. Kedua cornu ini memiliki satu
badan uterus yang disebut corpus uteri dan merupakan bagian uterus
yang kedua. Bagian uterus yang ketiga adalah Serviks atau leher uterus.
5. Vagina
Vagina adalah bagian eksterior saluran reproduksi wanita dan
merupakan tempat pengendapan air mani saat kawin alami. Vagina
merupakan bagian dari jalan lahir dan juga berfungsi sebagai penghalang
terhadap bakteri dan benda asing. Serviks menciptakan penghalang lebih
signifikan ke objek bakteri dan asing untuk menjaga mereka dari rahim,
atau “rahim.” Serviks mengeluarkan lendir untuk menciptakan sebuah
penghalang fisik yang memerangkap bakteri dan flushes mereka keluar
dari saluran reproduksi.
Vagina adalah organ reproduksi hewan betina yang terletak di
dalam pelvis di antara uterus dan vulva. Vagina memiliki membran
mukosa disebut epitel squamosa berstrata yang tidak berkelenjar tetapi
pada sapi berkelenjar. pada bagian kranial dari vagina terdapat beberapa
sel mukosa yang berdekatan dengan cervix.
Vagina terdiri dari 2 bagian yaitu vestibulum yang letaknya dekat
dengan vulva serta merupakan saluran reproduksi dan saluran keluarnya
urin dan yang kedua adalah portio vaginalis cervixis yang letaknya dari
batas antara keduanya hingga cervix. Vestibulum dan portio vaginalis
cervixis dibatasi oleh suatu selaput pembatas yang disebut himen.
6. Serviks
Serviks terletak di antara uterus dan vagina sehingga dikatakan
sebagai pintu masuk ke dalam uterus. Serviks ini tersusun atas otot
daging sphincter. Terdapat lumen Serviks yang terbentuk dari gelang
penonjolan mucosa Serviks dan akan menutup pada saat terjadi estrus
dan kelahiran. Serviks menghasilkan cairan yang dapat memberi jalan
pada spermatozoa menuju ampula dan untuk menyeleksi sperma.
Serviks menciptakan penghalang lebih signifikan ke objek bakteri
dan asing untuk menjaga mereka dari rahim, atau “rahim.” Serviks
mengeluarkan lendir untuk menciptakan sebuah penghalang fisik yang
memerangkap bakteri dan flushes mereka keluar dari saluran reproduksi.
7. Vulva
Vulva adalah segmen luar saluran reproduksi. Selain itu Vulva
adalah penghalang untuk mencegah kontaminasi eksternal pada saluran
reproduksi wanita. Vulva merupakan alat reproduksi hewan betina bagian
luar. Vulva terdiri dari dua bagian. Bagian luar disebut labia mayora dan
bagian dalamnya disebut labia minora. Labia minora homolog dengan
preputium pada hewan jantan sedangkan labia mayora homolog dengan
skrotum pada hewan jantan. Pertautan antara vagina dan vulva ditandai
oleh orifis uretral eksternal atau oleh suatu pematang pada posisi kranial
terhadap uretral eksteral yaitu himen vestigial. Himen tersebut rapat
sehingga mempengaruhi kopulasi. Vulva akan menjadi tegang karena
bertambahnya volume darah yang mengalir ke dalamnya. Ketika
kambing betina berada dalam estrus, atau “panas,” vulva akan sering
muncul bengkak dan memerah. Vagina yang langsung di depan vulva
dan di mana uang akan menyetor semen selama kawin.
8. Klitoris
Klitoris merupakan alat reproduksi betina bagian luar yang
homolog dengan gland penis pada hewan jantan yang terletak pada sisi
ventral sekitar 1 cm dalam labia. Klitoris terdiri atas dua krura atau akar
badan dan kepala (glans). Klitoris terdiri atau jaringan erektil yang
tertutup oleh epitel skuamusa berstrata. Selain itu klitoris juga
mengandung saraf perasa yang berperan pada saat kopulasi. Klitoris akan
berereksi pada hewan yang sedang estrus. Fungsi dari klitoris ini
membantu dalam perkawinan.
B. Mekanisme Reproduksi
1. Usia Birahi
Walaupun aktivitas berahi ternak kambing tergolong poliestrus artinya
berahi terjadi beberapa kali dalam satu tahun, akan tetapi siklus dan lama
berahi bervariasi. Siklus berahi kambing Kacang antara 19-50 hari dengan
lama berahi 32-45 jam.
Lama berahi pada domba tidak dipengaruhi oleh banyaknya ovum yang
diovulasikan namun juga berpengaruh pada berat badan Kambing. Jika
memang demikian. maka panjangnya lama berahi pada kambing dengan
bobot badan 26–33 kg, diduga karena pelepasan estrogennya tidak secepat
pada kambing yang berbobot badan 21–25 kg, di samping itu perbedaan
bobot badan juga dapat mengin-dikasikan adanya perbedaan umur. Umur
ternak berpengaruh nyata terhadap lama berahi.
Kambing kacang dilaporkan memiliki gejala berahi yang tidak terlihat
jelas sehingga sulit untuk mengamati periode berahi hewan tersebut. Gejala
berahi yang tidak jelas teramati ini menjadi salah satu faktor yang membuat
penurunan reproduksi dan keterlambatan deteksi berahi. Rendahnya efisiensi
reproduksi kambing di daerah tropis yang disebabkan oleh rendahnya
fertilitas, gejala berahi tidak jelas teramati, sehingga waktu perkawinan sulit
ditentukan. Hormon steroid yang berhubungan dengan gejala berahi ialah
estrogen (estradiol). Hormon estradiol merupakan hormon yang dihasilkan
oleh sel granulose dan sel teka folikel dominan dan folikel de Graff pada
ovarium yang memiliki fungsi untuk merangsang berahi, menimbulkan sifat
kelamin sekunder, dan sinyal tumbuh kembang kelenjar ambing sejak awal
kebuntingan Konsentrasi estradiol dapat ditingkatkan dengan menstimulasi
peningkatan jumlah folikel dominan yang berkembang. Peningkatan jumlah
folikel dominan dapat dilakukan dengan penyuntikan follicle stimulating
hormone atau FSH, imunisasi anti-inhibin dan penyuntikan pregnant mare
serum gonadotropin atau PMSG Hormon PMSG merupakan sediaan yang
mempunyai aktivitas mirip FSH dan luteinizing hormone (LH) sehingga
pemberian sediaan ini mampu meningkatkan tumbuh kembang folikel yang
selanjutnya meningkatkan konsentrasi estrogen di dalam darah. Peningkatan
konsentrasi estrogen ini berpengaruh terhadap respons berahi yang
ditimbulkan (Andriyanto dkk, 2015).
Adapun cara lain yang dilakukan untuk penyerempakan berahi dilakukan
menggunakan senyawa kimia yang mengandung hormon progesteron yang
dikemas dalam bentuk spons, dikenal dengan nama Medroxy Progesteron
Acetate (MPA) atau Flugestone Acetate (FA). Spons tersebut ditempatkan
dalam vagina selama 12-14 hari. Pada periode ini kadar progesteron dalam
darah meningkat, dan progesteron akan menghambat sekresi FSH dan LH
dari Adenohypophysa, sehingga pembentukan folikel Degraaf terhambat dan
ternak tidak akan menunjukkan tanda-tanda berahi, akibat selanjutnya ovulasi
tertunda Setelah spons dicabut, maka kadar progesteron dalam darah menurun
secara drastis dan kadar FSH meningkat, yang akan merangsang
perkembangan folikel, sejalan dengan itu kadar estrogen pun meningkat.
Meningkatnya kadar estrogcn akan merangsang proses ovulasi karena
pengaruh LH dan menyebabkan timbulnya tanda-tanda berahi (Hastono dan
Ida, 2005).
Hormon lain yang dapat digunakan dalam penyerampakan birahi pada
kambing Kacang adalah menggunakan preparat progesterone, Gonadotropin
Releasing Hormone (GnRH) dan prostaglandin atau kombinasi dari hormone
tersebut. Prinsip kerja hormon prostaglandin F2a adalah meregresi korpus
luteum yang mengakibatkan kadar hormon progesteron yang dihasilkan akan
turun sehingga akan berdampak pada naiknya hormon FSH dan akan
merangsang perkembangan folikel sampai matang dan pada akhirnya akan
menimbulkan gejala berahi. Hormon prostaglandin F2a umumnya diberikan
dengan cara intramuskular sebab lebih mudah dan lebih praktis dengan dosis
pemberian 1.5 ml sampai 2.0 ml atau sekitar 7,5 mg/ekor. Dosis 4 mg/ekor
secara intramuscular lebih efektif dan efisien terhadap onset dan kualitas
estrus pada kambing lokal. Kelemahan metode intramuskular adalah
memerlukan dosis hormon yang lebih tinggi sehingga biaya yang dikeluarkan
juga akan bertambah. Metode lain yang sering digunakan dalm sinkronisasi
birahi adalah dengan cara diinjeksi pada submukosa vulva. Metode ini
memerlukan keterampilan khusus sebab pada ternak kambing ukuran vulva
lebih kecil, namun memiliki kelebihan hormon akan lebih cepat mencapai
organ sasaran pada ovarium. Penentuan awal keberhasilan sinkronisasi birahi
pada ternak kambing dapat diketahu dengan melihat onset estrus dan lama
estrus. Onset estrus adalah kecepatan timbulnya estrus sejak waktu pemberian
prostaglandin F2a sampai awal penampakan estrus. Lama estrus adalah waktu
antara pertamakali terlihat gejala estrus sampai akhir estrus yang ditandai
dengan tidak terlihatnya lagi seluruh gejala estrus. Onset estrus kambing
lokal yang diberi prostaglandin F2a secara intramuscular pada ternak yang
sudah melahirkan lebih dari 1 kali adalah 91,37 jam. Lama estrus pada
kambing adalah rata-rata jam (Fahrul dkk, 2016).
Dalam penelitian (Hastono et al., 2000) bobot hidup induk kambing
Kacang tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang nyata terhadap lama
berahi. Hal ini kemungkinan karena bobot hidup kambing seberat 20-30 kg
termasuk kategori bobot dewasa tubuh, saat tersebut ternak. sudah dapat
dikawinkan. Lama berahi pada kambing adalah sekitar 38-43 jam pada
kambing PE muda atau sekitar 30-52 jam.
2. Usia Dewasa
Pada umumnya, ternak kambing mulai dewasa kelamin pada umur 5 – 10
bulan. Dewasa kelamin sangat tergantung dari rasa tau tipe, jenis kelamin dan
lokasi pemeliharaan. Kambing tipe kecil lebih cepat mengalami dewasa
kelamin dibandingkan kambing tipe besar. Perkawinan induk kambing betina
sebaiknya dilakukan pada umur 9 – 12 bulan, karena pada umur ini secara
fisik kambing sudah tumbuh dewasa sehingga mampu memproduksi susu dan
menjalani masa kebuntingan. Menurut Devendra dan Burns (1970)
menyatakan bahwa kebanyakan bangsa kambing daerah tropis biasa
melahirkan pada umur satu tahun dan dapat digunakan sebagai produsen anak
sampai kambing berumur 5 – 6 tahun.
Seekor kambing betina dikatakan dewasa ketika kambing tersebut
mengalami siklus estrus pertama kali. Biasanya terjadi pada umur 8 – 12
bulan, kambing kacang sebagai bangsa kambing yang paling banyak
ditemukan di Indonesia, mencapai pubertas pada umur 6 bulan.
3. Lama Kebuntingan
Lama kebuntingan pada kambing kacang berkisar yang dilaporkan antara
143 – 151 hari. lama bunting pada kambing kerdil Afrika Barat dilaporkan
rata-rata 141,3 ± 4.7 hari. Shelton (1978) menduga bahwa lama bunting yang
singkat merupakan ciri bangsa kambing kecil. Penyebab keragaman dalam
periode bunting tidak diketahui secara rinci, tetapi seperti pada spesies hewan
lainnya, hal itu dipengaruhi oleh jenis kelamin janin, kondisi habis beranak,
dan keragaman lingkungan lainnya, khususnya makanan, dan oleh faktor
keturunan. Lama bunting rata-rata 146,42 ± 0.24 hari, dan berkorelasi secara
kuat dengan berat lahir anak (0.33) dan berat induk saat dikawinkan (0.41).
Periode perkawinan merupakan faktor penentu interval beranak yang
paling penting karena beda dalam lama bunting kecil dan manfaat praktisnya
sedikit. Lama periode perkawinan ini tergantung pada seberapa cepat induk
tersebut bunting lagi setelah beranak, yang pada gilirannya tergantung pada
timbulnya siklus birahi. Kondisi ini dipengaruhi oleh bangsa kambing dan
oleh beberapa faktor lingkungan.
4. Jumlah Kelahiran
Secara genetik ternak kambing betina dapat melahirkan lebih dari 1 anak
dalam 1 kali melahirkan (prolifik), terutama pada kelahiran kedua, ketiga dan
seterusnya.Tingkat konsumsi pakan juga berpengaruh terhadap litter size,
dimana pemberian pakan dengan taraf nutrisi yang lebih tinggi pada saat
menjelang ovulasi akan meningkatkan jumlah ovum yang akan diovulasikan.
Induk Kambing Kacang pada umumnya memiliki kemampuan melahirkan
anak lebih dari satu ekor dan secara teori seekor induk kambing dapat
beranak 3 kali dalam 2 tahun.
Kambing kacang dapat melahirkan hingga 1— 4 perkelahiran atau rata-
rata 2 ekor. Disamping dipengaruhi oleh bangsa dan faktor genetik lainnya
juga dipengaruhi oleh umur induk waktu beranak. Kambing Kacang dengan
berat badan 20—30 kg memunyai fertilitas tinggi sehingga anak yang
dilahirkan berkisar 1—4 ekor per kelahiran. Pada kondisi normal, persentase
kelahiran mencapai 95% adalah biasa dan sekitar 7—15% dari kambing
betina dapat melahirkan 3 anak dan lebih dari 50% dapat melahirkan 2 anak .
5. Tingkah Laku Kawin
Perilaku kawin atau reproduksi yaitu tingkah laku yang beragam
yang diperlukan sebelum kopulasi. Tingkah laku seksual mencerminkan
kemampuan seekor pejantan dalam memulai aktivitas kelaminnya.
Kemampuan seekor ternak kambing untuk meneruskan keturunannya harus
memiliki kesanggupan dalam melakukan aktivitas sexual baik pejantan
maupun betina. Untuk pejantan kemampuan melakukan aktivitas sexual
menunjukkan kualitas libidonya.
Libido pejantan diukur dari dorongan sexual yang diungkapkan melalui
aktivitas mencari pasangan betina, mendeteksi birahi betina, bercumbuan dan
copulasi, sementara untuk betina perilaku estrus ditandai dengan berusaha
menampilkan sifat menarik pejantan, penerimaan pejantan dan kontinuitas.
Hal ini mempengaruhi kemampuan reproduksinya. Aktivitas ini merupakan
kerjakerja fisiologis yang dipengaruhi oleh aktivitas hormon reproduksi.
Kemampuan reproduksi seekor kambing jantan meliputi kemampuan
mendekati betina, kualitas ereksi, kemampuan menaiki betina (copulasi),
gerakan menjepit bokong betina saat copulasi dan daya dorong pejantan saat
mencapai atitude lardoctile (suatu gerakan yang mencerminkan pejantan
mulai ejakulasi). Pengamatan tingkah laku sexual pada kambing kacang
jantan diawali ketika kambing kacang jantan didekatkan pada betina
pemancing sampai menaiki punggung betina untuk copulasi dan
mengeluarkan semennya dalam vagina betina pemancing (ejakulasi).
DAFTAR PUSTAKA
Hastono, Ida Ayu Ketut Bintang. 2005. Hubungan Antara Bobot Badan Dengan
Onset Berahi Dan Lama Berahi Pada Kambing Kacang. Balai Penelitian
Ternak. Bogor. Animal Production. Vol. 10(3); 147-150.

Ismail Mohammad. 2009. Onset Dan Intensitas Estrus Kambing Pada Umur
Yang Berbeda. Universitas Tadulako. Palu. J. Agroland Vol. 16 (2): 180 –
186.

Ilham Fahrul, Safriyanto Dako, Agus Bahar Rachman, Yupandi Hulubangga.


2016. Onset Dan Lama Estrus Kambing Kacang Yang
Diinjeksiprostaglandinf2a Pada Submukosa Vulva. Universitas Negeri
Gorontalo. Gorontalo.

Mahmilia, M Fera. Doloksaribu, S. Nasution, S. Hasibuan. 2009. Reproduksi


Awal Kambing Kacang Dan Boerka-1 Di Loka Penelitian Kambing
Potong. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.

Salim Ade Muhammad. 2017. Evaluasi Tingkah Laku Sexual Kambing Kacang
Jantan di Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) Desa Bina Gara
Kabupaten Halmahera Timur. Universitas KHairun. Agripet Vol 17(1).

Tambing Surya Natal, Muhamad Gazali, Bambang Purwantara. 2001.


Pemberdayaan Teknologi Inseminasi Buatan Pada Ternak Kambing.
Wartazoa Vol. 11(1).

Wati Lena, Rahim Aka, Takdir Saili. 2014. Kid Crop Kambing Kacang (Capra
Hircus) Di Kabupaten Konawe Utara. Universitas Haluleo. Kendari. Jitro
Vol.1(1).

Anda mungkin juga menyukai