Anda di halaman 1dari 21

LARINGEAL MASK AIRWAY

Yuni Astasia Ilyas

I. Pendahuluan

Perhatian utama pada anestesi umum adalah keamanan dan

keselamatan pasien baik itu dalam haemodinamik maupun dalam

pernapasan pasien. Tanggung jawab utama dari seorang ahli anestesi adalah

menjamin respirasi yang adekuat bagi pasien. Unsur vital dalam

menyediakan fungsi respirasi adalah jalan nafas. Tidak ada anestesi yang

aman tanpa melakukan usaha keras untuk memelihara jalan nafas yang

lapang.1

Pentingnya penatalaksanaan jalan nafas tidak dapat dipandang

mudah. Seorang dokter anestesi adalah orang yang paling mengerti dalam

penatalaksanaan jalan nafas. kesulitan terbesar dari seorang dokter anestesi

adalah bila jalan nafas tidak dapat diamankan. Penatalaksanaan pasien

dengan jalan nafas yang normal adalah kunci penting dalam latihan

penanganan pasien.1,2

Efek dari kesulitan respirasi dapat berbagai macam bentuknya, dari

kerusakan otak sampai kematian. Resiko tersebut berhubungan dengan tidak

adekuatnya penatalaksanaan jalan nafas pasien.1

Penemuan dan pengembangan laryngeal mask airway (LMA) oleh

seorang ahli anastesi berkebangsaan inggris dr. Archie Brain telah

memberikan dampak yang luas dan bermakna dalam praktek anatesi,

penanganan airway yang sulit dan resusitasi kardiopulmunar. LMA telah

1
mengisi kekosongan antara penggunaan “face mask’ dengan intubasi

endotracheal. LMA memberikan ahli anastesi alat baru penanganan airway

yaitu jalan nafas supraglotik, sehingga saat ini dapat digolongkan menjadi

tiga golongan yaitu : jalan nafas pharyngeal, jalan nafas supraglotik dan

jalan nafas intratracheal. Ahli anastesi mempunyai variasi yang lebih bear

untuk penanganan jalan nafas sehingga lebih dapat disesuaikan dengan

kondisi tiap-tiap pasien, jenis anstesi dan prosedur pembedahan.1,2

II. Definisi

Laryngeal Mask Airway adalah sebuah alat untuk mempertahankan

jalan nafas paten tanpa intubasi trakea yang terdiri dari tabung

terhubung ke cuff oval yang berfungsi untuk mengunci laring.3

III. Konsep dan Desain

LMA mengisi cekungan antara face mask (FM) dan Trakeal Tube

(TT) baik dari segi posisi anatomis dan tingkat invasi. Dibuat dari kelas

silikon karet medis dan dapat digunakan kembali.2

LMA terdiri dari 3 komponen utama :

1. Tabung Jalan Nafas

2. Masker Karet dan,

3. Garis inflasi

Laringeal mask airway (LMA) adalah alat supra glottis airway, didesain

untuk memberikan dan menjamin tertutupnya bagian dalam laring untuk

ventilasi spontan dan memungkinkan ventilasi kendali pada mode level

2
(< 15 cm H20) tekanan positif. Alat ini tersedia dalam 7 ukuran untuk

neonates, infant, anak kecil, anak besar, kecil, normal dan besar.2

IV. Jenis – Jenis LMA

berbagai jenis telah diproduksi dengan keunggulan dan tujuan

tertentu dari masing-masing jenis LMA. Jenis-jenis LMA yang telah

tersedia sebagai berikut :

a. LMA Klasik

Merupakan suatu peralatan yang digunakan pada airway

management yang dapat digunakan ulang dan digunakan sebagai

alternative baik itu untuk ventilasi facemask maupun intubasi ET.

LMA juga memegang peranan penting dalam penatalaksaan

difficult airway. Jika LMA dimasukkan dengan tepat maka tip LMA

berada diatas sfingter esophagus, cuff samping berada di fossa

pyriformis dan cuff bagian atas berlawanan dengan dasar lidah.

Dengan posisi seperti ini akan menyebabkan ventilasi yang efektif

dengan inflasi yang minimal dari lambung.2,3

Gambar 1. LMA Klasik

3
b. LMA Flexible

Bentuk dan ukuran masknya hampir menyerupai cLMA.

Berguna pada pembedahan kepala dan leher, maxilla facial dan

THT. ILMA memberikan perlindungan yang baik terhadap laryng

dari sekresi dan darah yang ada diatas fLMA fLMA sangat sering

digunakan pada pembedahan nasal dan pembedahan intraoral

termasuk tonsilektomy.3

Airway tube fLMA lebih panjang dan lebih sempit yang

akan menaikan resistensi tube dan work of breathing. Ukuran fLMA

2-5. Insersi fLMA dapat lebih sulit dari cLMA karena flexibilitas

airway tube. Mask dapat berotasi 180 pada sumbu panjangnya

sehingga masknya mengarah ke belakang.3

Gambar 2. LMA Flexible

4
c. LMA Proseal

LMA proseal mempunyai 2 gambaran design yang menawarkan

keuntungan lebih dibandingkan LMA standar selama melakukan

ventilasi tekanan positif.2,3

1. Tekanan seal jalan nafas yang lebih baik yang berhubungan

dengan rendahnya tekanan pada mukosa.

2. LMA Proseal terdapat pemisahan antara saluran pernafasan

dengan saluran gastrointestinal dengan penyatuan drainage tube

yang dapat mengalirkan gas-gas esophagus atau memfasilitasi

suatu jalur tube orogastric untuk dekompresi lambung.2,3

Gambar 4.. LMA Porseal

PLMA diperkenalkan tahun 2000, PLMA mempunyai mangkuk

yang lebih lunak dan lebih dalam dibandingkan cLMA. Terdapat

drainage tube yang melintas dari ujung mask melewati mangkuk

untuk berjalan parallel dengan airway tube. Ketika posisinya tepat

drain tube terletak di puncak esophagus yang mengelilingi

5
ericopharyngeal dan mangkuk berada diatas jalan nafas. Lebih jauh

lagi tractus GI dan tractus respirasi secara fungsi terpisah 3,6

Pada suatu penelitian Proseal LMA juga dapat digunakan dalam

jangka waktu panjang (40 jam) tanpa menyebabkan tekanan yang

berlebihan dan kerusakan mukosa hypofharing.

Ketika Proseal LMA digunakan untuk periode yang panjang

fungsi respirasi harus dimonitoring secara ketat dan tekanan

intracuff harus diperiksa secara periodic dan dipertahankan lebih

rendah dari 60 cmH20. Akhirnya resiko terjadinya inflasi lambung

harus secara 3,6

aktif disingkirkan dengan mendengarkan daerah leher dan abdomen

dengan menggunakan stetoskop

Gambar 4.. LMA Porseal

6
d. LMA Fast Track

LMA fastrack terdiri dari satu tube stainless steel yang

melengkung ( diameter internal 13 mm) yang dilapisi dengan

silicone, connector 15 mm, handle, cuff dan suatu batang

pemgangkat epiglottis, perbedaan utama antara LMA classic dan

LMA Fasctrack yaitu pada tube baja, handle dan batang pengangkat

epiglotis.3,6,7

Gambar 6. LMA Fast Track

Nama lain dari intubating LMA: fastrach. Laryngeal mask

yang di rancang khusus untuk dapat pula melakukan intubasi

tracheal, sifat ILMA : airway tube-nya kaku, lebih pendek dan

diameternya lebih lebar dibandingkan cLMA. 3,6,7

Ujung proximal ILMA terdapat metal handle yang berfungsi

membantu insersi dan membantu intubasi, yang memungkinkan

insersi dan manipulasi alat ini. Di ujung mask terdapat pengangkat

epiglotis yang merupakan batang semi rigid yang menempel pada

7
mask. ILMA didesign untuk insersi dengan posisi kepala dan leher

yang netral.

Ukuran ILMA 3-5, dengan tracheal tube yang terbuat dari

silicone yang dapat dipakai ulang dikenal ILMA tube dengan ukuran

6,0-8,0 mm internal diameter.

ILMA tidak boleh dilakukan pada pasien-pasien dengan

patologi esophagus bagian atas karena telah dilaporkan terdapat

kasus perforasi esophagus. Intubasi pada ILMA bersifat “ blind

intubation technique”. 3,6,7

Setelah intubasi direkomendasikan untuk memindahkan

ILMA. Nyeri tenggorokan dan suara serak biasanya ringan, namun

lebih sering terjadi pada pemakaian ILMA dibandingkan cLMA.

ILMA memegang peranan penting dalam managemen kesulitan

intubasi yang tidak terduga, juga cocok untuk pasien dengan cedera

tulang belakang bagian cervical dan dapat dipakai selama resusitasi

cardiopulmonal. 3,6,7

Respon hemodinamik terhadap intubasi dengan ILMA mirip

dengan intubasi konversional dengan menggunakan laryngoscope.

Kemampuan untuk insersi ILMA dari belakang, depan atau dari

samping pasien dan dengan posisi pasien supine, lateral atau bahkan

prone yang berarti bahwa ILMA merupakan jalan nafas yang cocok

untuk insersi selama mengeluarkan pasien yang terjebak.5

8
Gambar 6. LMA Fast Track

Label 1. Jenis-jenis ukuran LMA

Ukuran masker Berat badan (kg) Volume Balon (ml)

1 <5 4

1,5 5-10 7

2 10-20 10

2,5 20-30 14

3 30-50 20

4 50-70 30

5 >70 40

Gambar 7. Jenis-jenis LMA

9
V. Teknik Anestesi LMA

a. Indikasi

1. Sebagai alternatif dari ventilasi face mask atau intubasi ET untuk

airway management. LMA bukanlah suatu penggantian ET.

Ketika pemakaian ET menjadi suatu indikasi.

2. Pada penatalaksanaan difficult airway yang diketahui atau yang

tidak diperkirakan

3. Pada airway management selama resusitasi pada pasien yang

tidak sadar.

4. Kesulitan jalan nafas. Setelah Intubasi gagal, LMA dapat

digunakan sebagai perangkat rescue. Dalam kasus pasien yang

tidak dapat diintubasi tapi bisa di ventilasi, LMA adalah

alternative yang baik untuk ventilasi bag-valve mask karena

LMA lebih mudah untuk di pertahankan dari waktu ke waktu.

5. Cardiac arrest

6. Conduit untuk intubasi. LMA dapat digunakan sebagai saluran

untuk intubasi terutama ketika laringoskopi langsung tidak

berhasil.2,3,7,8

10
b. Kontraindikasi

1. Pasien-pasien dengan resiko aspirasi isi lambung.

2. Pasien-pasien dengan penurunan compliance system pernafasan,

karena seal yang bertekanan rendah pada cuff LMA akan mengalami

kebocoran pada tekanan inspirasi tinggi dan akan terjadi

pengembangan lambung.

Tekanan inspirasi puncak harus dijaga kurang dari 20 cm H2O

untuk meminimalisir kebocoran cuff dan pengembangan lambung.

3. Pasien-pasien yang membutuhkan dukungan ventilasi mekanik

jangka waktu lama.

4. Pasien-pasien dengan reflex jalan nafas atas yang intack karena

insersi dapat memicu terjadinya laryngospasme.2,3,8,9

11
VI. Teknik induksi dan insersi

a. Macam-macam teknik insersi LMA :

1. Teknik klasik/standard (brain’s original technique)

2. Inverted/reserve /rotation approach

3. Lateral approach a inflated atau deflated cuff

Untuk melakukan insersi cLMA membutuhkan kedalaman anestesi

yang lebih besar. Kedalaman anestesi merupakan suatu hal yang penting

untuk keberhasilan selama pergerakan insersi cLMA, dimana jika

kurang dalam sering membuat posisi mask yang tidak sempurna.3,9

Sebelum insersi kondisi pasien sudah tidak berespon dengan

mandibula yang relaksasi dan tidak berespon terhadap tindakan jaw-

thrust, tetapi insersi cLMA tidak membutuhkan pelumpuh otot. 3,9

Hal lain yang dapat mengurangi tahanan yaitu pemakaian pelumpuh

otot. Meskipun pemakaian pelumpuh otot bukan standar praktek di

klinik dan pemakaian pelumpuh otot akan mengurangi trauma oleh

karena reflex proteksi yang di lumpuhkan atau mungkin akan

meningkatkan trauma yang berhubungan dengan jalan nafas yang

relax/menyempit jika maneuver jaw thrust tidak dilakukan. 3,9

Propofol merupakan agen induksi yang paling tepat karena propofol

dapat menekan reflex jalan nafas dan mampu melakukan insersi cLMA

tanpa batuk atau terjadinya gerakan. 3,9

Introduksi LMA ke supraglotis dan inflasi the cuff akan

menstimulasi dinding pharing yang menyebabkan peningkatan tekanan

12
darah dan nadi. Perubahan kardiovaskular setelah insersi LMA dapat

ditumpulkan dengan menggunakan dosis besar propofol yang

berpengaruh pada tonus simpatis jantung. 3,9

Jika propofol tidak tersedia, insersi dapat dilakukan setelah

pemberian induksi thiopental yang ditambahkan volatile untuk

mendalamkan anestesi atau dengan penambahan anestesi lokal bersifat

topical ke orofharing. Untuk memperbaiki insersi mask, sebelum

induksi dapat diberikan opioid beronset cepat seperti fentanyl.5

Insersi dilakukan dengan posisi seperti akan dilakukan laryngoscopy

(sniffing position) dan akan lebih mudah jika dilakukan jaw thrust oleh

asisten selama dilakukan insersi. Cuff cLMA harus secara penuh di

deflasi dan permukaan posterior diberikan lumbrikasi.5

lima tes sederhana dapat dilakukan untuk meyakinkan ketepatan posisi

cLMA;

1. “End Point” yang jelas dirasakan selama insersi

2. Posisi cLMA menjadi naik keluar sedikit dari mulut saat cuff di

inflasi.

3. Leher bagian depan tampak menggelembung sedikit selama cuff di

inflasi

4. Garis hitam di belakang cLMA tetap digaris tengah

5. Cuff cLMA tidak tampak dimulut.

b. Teknik lain yang dapat dilakukan bila kesulitan insersi LMA.3

13
Teknik standar insersi LMA dapat berhasil pada sebagian besar

pasien (98%) pada usaha yang pertama atau kedua. Penyebab yang

lazim akan kegagalan insersi LMA adalah :

1. karena penguasaan teknik yang rendah, anestesi yang dangkal

(yang mentebabkan terjadinya batuk, mual dan laryngospasme),

2. Pengguna belum berpengalaman

3. Sulit mengatasi lengkungan 90 derajat dibelakang pharynx ke

hippharynx, lidah dan tonsil yang besar

4. Mengunakan ukuran LMA yang tidak tepat.2,3

Beberapa teknik manuver telah dilakukan untuk mengatasi

kesulitan tersebut diantaranya:

a. Menarik lidah kedepan

b. Mengakat dagu

c. Mengunakan laryngoskop

d. Menggunakan bilah lidah atau forcep magill untuk

mengangkat lidah.2,3

VII. Keuntungan dan Kerugian LMA

a. Keuntungan LMA dibandingkan dengan Face Mask

Bila dibandingkan dengan pemakaian dengan face mask maka LMA

dapat memberikan ahli anestesi lebih banyak kebebasan untuk

melaksanakan tugas yang lain (misalnya: mencatat peralanan

anestesi, memasukan obat-obatan) dan mengurangi angka kejadian

kelelahan pada tangan operator. Dengan LMA dapat memberikan

14
data capnography yang lebih akurat dan dapat mempertahankan

saturasi oksigen yang lebih tinggi. Kontaminasi ruangan oleh obat-

obatan anestesi inhalasi dapat dikurangi tetapi dengan manipulasi

yang lebih kecil terhadap jalan nafas. Cedera pada mata dan saraf

wajah dapat dihindari dibandingkan bila memakai face mask.7,10

b. Keuntungan LMA dibandingkan dengan ETT

Walaupun LMA tidak dapat menggantikan posisi ETT

(khususnya pada prosedur operasi yang lama dan yang memerlukan

proteksi terhadap aspirasi) namun LMA mempunyai berbagai

kelebihan.7

LMA lebih mudah dimasukkan dan mengurangi rangsangan

pada jalan nafas dibandingkan ETT (sehingga dapat mengurangi

batuk, rangsang muntah, rangsang menelan, bronchospame dan

respon kardiovaskular).7

Pada LMA memiliki keuntungan level anestesi yang dangkal

dibandingkan menggunakan ETT dan pada tangan terampin

penempatan LMA dapat lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan

menggunaka ETT sehingga lebih memudahkan untuk resusitasi.

Trauma pada pita suara dapat dihindari karea LMA tidak masuk

sampai ke lokasi pita suara.7

15
VIII. Kegunaan LMA pada kasus jalan Nafas yang sulit

a. Sebagai jalur untuk memasukan intubasi endotracheal fiberoptik

pada pasien sadar. Ketika pada perioperative ditentukan bahwa

penderita harus diintubasi endotracheal secara sadar LMA dapat

dipasang terlebih dahulu untuk kemudian dijadikan jalur untuk

lewatnya intubasi endotracheal fiberoptik.7

Insersi LMA relative menimbulkan rangsangan yang lebih ringan

yang lebih dapat ditoleransi pada penderita yang sadar dibandingkan

rangsangan yang timbul karena metode konvensional dari

laryngoskopi atau bronkoskopi.7

Pada penderita yang jalan nafasnya sulit tetapi tidak membutuhkan

intubasi endotrackeal, LMA dapat di insersi ketika penderita

tersebut masih sadar dan dapat digunakan untuk control jalan nafas

secara primer.7

b. Sebagai Jalan nafas pada pasien dalam anestesi yang tidak dapat

diintubasi endotracheal. LMA dapat sebagai alternative dari face

mask pada pasien dengan general anestesi yang tidak dapat

diintubasi endotracheal tetapi paru-paru dapat diberikan ventilasi

secara face mask. Terkecuali pada penderita dengan resiko tinggi

terjadinya regurgitasi lambung.7

Pada situasi ini penggunaan LMA tidak melindungi jalan nafas dan

regurgitasi sehingga hanya memiliki sedikit keunggulan

16
dibandingkan face mask. Namun LMA dapat dijadikan jalur untuk

intubasi endotracheal fiberoptik.

c. Sebagai jalur untuk intubasi endotracheal fiberoptik pada pasien

dalam anestesi yang tidak dapat diintubasi tetapi paru-paru dapat

diventilasi.7

d. Sebagai jalan nafas darurat pada pasien dengan gawat darurat yang

tidak dapat diintubasi atau diventilasi. LMA memberikan jalan nafas

life saving pada kasus emergency dan merupakan tindakan yang

dapat dibenarkan sebelum tindakan combitube tracheal esophagus

atau ventilasi jet transtrakheal.7

e. Sebagai janur untuk intubasi endotracheal pada pasien yang tidak

dapat diventilasi ataupun diintubasi. Jika jalan nafas dapat

diamankan dengan LMA pada situasi ini maka dapat

memperpanjang waktu persiapan intubasi endotracheal.7

Bila LMA dapat memberikan ventilasi yang adekuat maka berarti

pembukaan glotik berada didalam mangkuk LMA dan intubasi

dengan penuntun fiberoptik melalui LMA akan berhasil dengan

baik. Jika ventilasi tidak adekuat setelah insersi LMA, mungkin

posisi LMA tidak tepat sejajar dengan laryngeal inlet atau mungkin

ada patologi pada periglottik.7

Pada situasi tersebut maka intubasi dengan penuntun fiberoptik juga

akan sulit dilakukan dan memerlukan trakheo-esofageal combitube,

17
segera mulai jet ventilasi transtracheal atau dilakukan jalan nafas

secara pembedahan.7

IX. Teknik Extubasi

Pada akhir pembedahan cLMA tetap pada posisinya sampai pasien

bangun dan mampu untuk membuka mulut sesuai perintah, dimana

reflex proteksi jalan nafas telah normal. Saction pada pharing secara

umum tidak diperlukan dan malah dapat merangsang dan meningkatkan

komplikasi jalan nafas seperti laryngospasme. Saat pasien dapat

membuka mulut mereka, cLMA dapat ditarik. Kebanyakan sekresi akan

terjadi pada saat-saat ini dan adanya sekresi tambahan atau darah dapat

dihisap saat cLMA ditarik jik pasien tidak dapat menelan sekret

tersebut.4

18
X. Komplikasi

a. Komplikasi Mekanikal (kinerja LMA sebagai alat) ;

1. Gagal insersi (0,3-4%)

2. Ineffective seal (<5%)

3. Malposisi ( 20-35%)

b. Komplikasi Traumatik (kerusakan jaringan sekitar)

1. Tenggorokan Lecet (0-70%)

2. Disfagia ( 4-24%)

3. Disatria (4-47%)

c. Komplikasi patofisiologi (efek penggunaan LMA pada tubuh) :

1. Batuk (<2%)

2. Muntah (0,02-5%)

3. Regurgitasi yang terdeteksi (0-80%)

4. Regurgitasi Klinik (0,1%).2,3,4

19
XI. Kesimpulan

1. Seorang dokter anestesi adalah orang yang paling mengerti dalam

penatalaksanaan jalan nafas. Kesulitan terbesar dari seorang dokter

anestesi adalah jalan nafas tidak dapat diamankan.

2. Laringeal Mask Airway adalah alat supra glotis airway didesain

untuk memberikan dan menjamin tertutupnya bagian dalam laring

untuk ventilasi spontan dan memungkinkan ventilasi kendali pada

mode level (<15 cm H20) tekanan positif.

3. LMA dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu : LMA Clacic, LMA

Fastrach, LMA Porseal dan LMA Flexible dengan spesifikasi

masing-masing.

4. Pemasangan LMA tetap membutuhkan pemilihan kasus yang

selektif. Dengan memperhatikan indikasi dan kontraindikasi.

5. Untuk insersi LMA membutuhkan kedalaman anestesi yang

adekuat.

6. Diperlukan suatu optimalisasi dalam hal ketepatan penempatan.

7. Digunakan ventilasi bertekanan rendah setelah dilakukan insersi dan

pasien dapat di ekstubasi dalam keadaan sadar penuh.2,3,6

20
21

Anda mungkin juga menyukai