I. Pendahuluan
pernapasan pasien. Tanggung jawab utama dari seorang ahli anestesi adalah
menyediakan fungsi respirasi adalah jalan nafas. Tidak ada anestesi yang
aman tanpa melakukan usaha keras untuk memelihara jalan nafas yang
lapang.1
mudah. Seorang dokter anestesi adalah orang yang paling mengerti dalam
dengan jalan nafas yang normal adalah kunci penting dalam latihan
penanganan pasien.1,2
1
mengisi kekosongan antara penggunaan “face mask’ dengan intubasi
yaitu jalan nafas supraglotik, sehingga saat ini dapat digolongkan menjadi
tiga golongan yaitu : jalan nafas pharyngeal, jalan nafas supraglotik dan
jalan nafas intratracheal. Ahli anastesi mempunyai variasi yang lebih bear
II. Definisi
jalan nafas paten tanpa intubasi trakea yang terdiri dari tabung
LMA mengisi cekungan antara face mask (FM) dan Trakeal Tube
(TT) baik dari segi posisi anatomis dan tingkat invasi. Dibuat dari kelas
3. Garis inflasi
Laringeal mask airway (LMA) adalah alat supra glottis airway, didesain
2
(< 15 cm H20) tekanan positif. Alat ini tersedia dalam 7 ukuran untuk
neonates, infant, anak kecil, anak besar, kecil, normal dan besar.2
a. LMA Klasik
difficult airway. Jika LMA dimasukkan dengan tepat maka tip LMA
3
b. LMA Flexible
dari sekresi dan darah yang ada diatas fLMA fLMA sangat sering
termasuk tonsilektomy.3
2-5. Insersi fLMA dapat lebih sulit dari cLMA karena flexibilitas
4
c. LMA Proseal
5
ericopharyngeal dan mangkuk berada diatas jalan nafas. Lebih jauh
6
d. LMA Fast Track
LMA Fasctrack yaitu pada tube baja, handle dan batang pengangkat
epiglotis.3,6,7
7
mask. ILMA didesign untuk insersi dengan posisi kepala dan leher
yang netral.
silicone yang dapat dipakai ulang dikenal ILMA tube dengan ukuran
intubasi yang tidak terduga, juga cocok untuk pasien dengan cedera
cardiopulmonal. 3,6,7
samping pasien dan dengan posisi pasien supine, lateral atau bahkan
prone yang berarti bahwa ILMA merupakan jalan nafas yang cocok
8
Gambar 6. LMA Fast Track
1 <5 4
1,5 5-10 7
2 10-20 10
2,5 20-30 14
3 30-50 20
4 50-70 30
5 >70 40
9
V. Teknik Anestesi LMA
a. Indikasi
tidak diperkirakan
tidak sadar.
5. Cardiac arrest
berhasil.2,3,7,8
10
b. Kontraindikasi
karena seal yang bertekanan rendah pada cuff LMA akan mengalami
pengembangan lambung.
11
VI. Teknik induksi dan insersi
yang lebih besar. Kedalaman anestesi merupakan suatu hal yang penting
dapat menekan reflex jalan nafas dan mampu melakukan insersi cLMA
12
darah dan nadi. Perubahan kardiovaskular setelah insersi LMA dapat
(sniffing position) dan akan lebih mudah jika dilakukan jaw thrust oleh
cLMA;
2. Posisi cLMA menjadi naik keluar sedikit dari mulut saat cuff di
inflasi.
inflasi
13
Teknik standar insersi LMA dapat berhasil pada sebagian besar
pasien (98%) pada usaha yang pertama atau kedua. Penyebab yang
b. Mengakat dagu
c. Mengunakan laryngoskop
mengangkat lidah.2,3
14
data capnography yang lebih akurat dan dapat mempertahankan
yang lebih kecil terhadap jalan nafas. Cedera pada mata dan saraf
kelebihan.7
respon kardiovaskular).7
Trauma pada pita suara dapat dihindari karea LMA tidak masuk
15
VIII. Kegunaan LMA pada kasus jalan Nafas yang sulit
tersebut masih sadar dan dapat digunakan untuk control jalan nafas
secara primer.7
b. Sebagai Jalan nafas pada pasien dalam anestesi yang tidak dapat
Pada situasi ini penggunaan LMA tidak melindungi jalan nafas dan
16
dibandingkan face mask. Namun LMA dapat dijadikan jalur untuk
diventilasi.7
d. Sebagai jalan nafas darurat pada pasien dengan gawat darurat yang
posisi LMA tidak tepat sejajar dengan laryngeal inlet atau mungkin
17
segera mulai jet ventilasi transtracheal atau dilakukan jalan nafas
secara pembedahan.7
reflex proteksi jalan nafas telah normal. Saction pada pharing secara
terjadi pada saat-saat ini dan adanya sekresi tambahan atau darah dapat
dihisap saat cLMA ditarik jik pasien tidak dapat menelan sekret
tersebut.4
18
X. Komplikasi
3. Malposisi ( 20-35%)
2. Disfagia ( 4-24%)
3. Disatria (4-47%)
1. Batuk (<2%)
2. Muntah (0,02-5%)
19
XI. Kesimpulan
masing-masing.
adekuat.
20
21