Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

Laporan F5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

Topik: Infeksi Menular Seksual

Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian
dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas
Kandangan Kabupaten Kediri

Disusun oleh:
Satrio Tri Hadmoko, dr.

Program Dokter Internsip Indonesia


Kabupaten Kediri
Jawa Timur
2017
Halaman Pengesahan

Laporan Upaya Kesehatan Masyarakat


Laporan F5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

Topik: Infeksi Menular Seksual

Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian
dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas
Kandangan Kabupaten Kediri

Disusun oleh :
Satrio Tri Hadmoko, dr.

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal 3 Februari 2017

Oleh:
Pembimbing Dokter Internsip Puskesmas Kandangan

dr. Linda Tjahjono


NIP. 19610805 198901 2 003
LATAR Peningkatan insidens Infeksi Menular Seksual (IMS)
BELAKANG dan penyebarannya di seluruh dunia tidak dapat
diperkirakan secara tepat. Di beberapa negara disebutkan
bahwa pelaksanaan program penyuluhan yang intensif
akan menurunkan insiden IMS atau paling tidak insidennya
relatif tetap. Namun demikian, di sebagian besar negara,
insiden IMS relatif masih tinggi dan setiap tahun beberapa
juta kasus baru beserta komplikasi medisnya antara lain
kemandulan, kecacatan, gangguan kehamilan, gangguan
pertumbuhan, kanker bahkan juga kematian memerlukan
penanggulangan, sehingga hal ini akan meningkatkan
biaya kesehatan
PERMASALAHAN Diperkirakan lebih dari 340 juta kasus baru dari IMS
yang dapat disembuhkan (sifilis, gonore, infeksi klamidia,
dan infeksi trikomonas) terjadi setiap tahunnya pada laki-
laki dan perempuan usia 15- 49 tahun. Secara epidemiologi
penyakit ini tersebar di seluruh dunia, angka kejadian
paling tinggi tercatat di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di
Indonesia sendiri, telah banyak laporan mengenai
prevalensi infeksi menular seksual ini. Beberapa laporan
yang ada dari beberapa lokasi antara tahun 1999 sampai
2001 menunjukkan prevalensi infeksi gonore dan klamidia
yang tinggi antara 20%-35% (Jazan, 2003). Selain
klamidia, sifilis maupun gonore , infeksi HIV/AIDS saat ini
juga menjadi perhatian karena peningkatan angka
kejadiannya yang terus bertumbuh dari waktu ke waktu.
Jumlah penderita HIV/AIDS dapat digambarkan sebagai
fenomena gunung es, yaitu jumlah penderita yang
dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah sebenarnya.
PERENCANAAN Intervensi yang dipilih adalah dengan melakukan swab
DAN PEMILIHAN pada alat kelamin untuk mengambil sampel cairan tubuh
INTERVENSI yang dicurigai sebagai sumber infeksi, selanjutnya
dilakukan pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis
untuk mengindentifikasi organisme penyebab. Terlebih
dahulu pasien dijelaskan mengenai tujuan dan prosedur
pemeriksaan yang akan dilakukan serta mengisi lembar
persetujuan tindakan.
PELAKSANAAN Pemeriksaan swab alat kelamin dilakukan di Poli IMS
Puskesmas Kandangan pada tanggal 7 Desember 2016.
Saat datang pasien menceritakan keluhannya yaitu
mengalami keputihan sejak 1 minggu lalu berwrna putih
tidak kekuningan, terasa gatal, berbusa dan berbau amis.
Dari keluhan yang diceritakan pasien maka petugas
menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan adalah
swab vagina dan pasien menandatangani form persetujuan
tindakan, lalu dilakukan tindakan.
MONITORING Setelah dilakukan pemeriksaan vagina pasien diberi
DAN EVALUASI tahu hasil dari pemeriksaan baik secara makroskopis dan
mikroskopis. Dari hasil pemeriksaan, apabila pasien
mengalami infeksi akibat organisme terntentu maka akan
diberikan terapi yang sesuai. Pasien diberi tahu untuk
periksa kembali ke Puskesmas Kandangan apabila obat
yang diberikan telah habis dan terdapat keluhan.

Komentar/Umpan Balik:

Kediri, 3 Februari 2017


Peserta Pendamping

Satrio Tri Hadmoko, dr. dr. Linda Tjahjono


NIP. 19610805 198901 2 003

Anda mungkin juga menyukai