1. Hepatitis B
Imunisasi / pengebalan adalah suatu usaha untuk membuat seseorang menjadi kebal
terhadap penyakit tertentu dengan menyuntikan vaksin. Vaksin adalah kuman hidup yang
dilemahkan / kuman mati / zat yang bila dimasukkan ke tubuh menimbulkan kekebalan terhadap
penyakit tertentu. Imunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebih dari
100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Jika menyerang anak,
penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virud
hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa.
Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati.
Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit
akut dan kronis (WHO). Ini adalah masalah kesehatan global utama, dan jenis hepatitis virus
yang paling serius. Diperkirakan sekitar 780.000 orang meninggal setiap tahun karena sirosis hati
dan kanker hati. Virus ini sangat menular dan ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh
orang yang terinfeksi. Virus Hepatitis B dapat bertahan hidup di luar tubuh paling sedikit 7 hari,
dan merupakan bahaya kerja penting bagi petugas kesehatan. Hepatitis B dapat dicegah dengan
vaksin yang aman dan efektif saat ini.
WHO merekomendasikan agar semua bayi harus menerima vaksin dosis pertama mereka
sesegera mungkin setelah kelahiran, sebaiknya dalam waktu 24 jam. Pengiriman vaksin hepatitis
B dalam waktu 24 jam setelah kelahiran harus menjadi indikator kinerja untuk semua program
imunisasi. Dosis kelahiran harus diikuti dengan 2 atau 3 dosis untuk melengkapi seri utama.
Tidak ada bukti untuk mendukung kebutuhan dosis pendorong vaksin hepatitis B.
Perlindungan berlangsung setidaknya 20 tahun, dan mungkin seumur hidup. WHO sangat
menganjurkan agar semua kontrol dan strategi perkembangan mereka untuk pendekatan
pengendalian hepatitis B terhadap situasi epidemiologis mereka. Banyak jalan masuk virus
hepatitis B ke tubuh si kecil. Yang potensial melalui jalan lahir. Cara lain melalui kontak dengan
darah penderita, transfusi darah.
a. Usia Pemberian
Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada
gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia 3-6 bulan. Khusus
bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi tsb dilakukan tambahan dengan
imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum usia 24 jam.
b. LokasiPenyuntikan:
Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat
anterolateral (antero= otot-otot bagian depan, lateral= otot bagian luar). Penyuntikan di bokong
tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.
c. Efek Samping:
Umumnya tak terjadi. Jikapun ada (jarang) berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan,
yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun rekasi ini akan menghilang dalam waktu
dua hari
d. Tanda Keberhasilan:
Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan pengukuran
keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak
berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahanya 8 tahun; diatas 500, tahan 5
tahun; diatas 200 tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan
hilang. Sementara bila angkanya 0 berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.
e. Tingkat Kekebalan:
Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95% bayi
mengalami respons imun yang cukup.
f. Indikator Kontra:
Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit Hepatitis dan untuk
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh wabah yang sering
berjangkit.
- Manfaat
a. Manfaat untuk anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau
kematian
Menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak sakit. Mendorong keluarga
kecil apabila si orang tua yakin bahwa anak-anak akan menjalani masa kanak-kanak dengan
aman
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan pembangunan negara dan memperbaiki citra bangsa Indonesia diantara segenap
bangsa didunia.
2. BCG
Vaksin BCG adalah vaksin yang akan melindungi kita dari tuberkulosis atau lebih sering
disingkat TB. TB merupakan penyakit berbahaya yang menyerang paru-paru. Dalam vaksin
BCG terkandung bakteri TB yang telah dimodifikasi. Vaksin ini akan menstimulasi sisem
kekebalan tubuh untuk melawan bakteri TB. Bayi yang baru lahir hingga berusia dua bulan
merupakan usia paling efektif untuk menerima imunisasi BCG.
Orang dewasa juga bisa menerima imunisasi ini. Meski demikian, keefektifannya akan
lebih rendah sehingga jarang dianjurkan kecuali bagi mereka yang berisiko tinggi (misalnya,
petugas medis yang menangani pasien TB). Imunisasi BCG memang efektif untuk melindungi
dan menurunkan risiko komplikasi TB berupa meningitis TB pada anak-anak, namun bukan
berarti kita terlindungi sepenuhnya. Kita harus tetap berhati-hati dan waspada. Vaksin ini hanya
perlu dijalani sebanyak satu kali melalui suntikan oleh dokter atau petugas medis. Wanita yang
sedang hamil atau menyusui sebaiknya tidak menerima vaksin ini atau berkonsultasi dengan
dokter sebelum menerima imunisasi BCG.
Harap berhati-hati bagi yang pernah menerima imunisasi BCG, pernah mengalami infeksi
TB, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah (misalnya, pengidap kanker atau HIV), serta
bayi yang serumah dengan orang yang diduga atau sedang mengidap TB. Jika terjadi reaksi
alergi atau overdosis, segera hubungi dokter.
Vaksin BCG hanya bisa diberikan melalui suntikan oleh dokter dan petugas medis. Dosis
imunisasi BCG yang akan diberikan adalah 0.05 mL untuk bayi. Biasanya dosis disesuaikan lagi
bila penerima vaksin berusia di atas 1 tahun.
Vaksin BCG harus diberikan dengan dosis tepat sesuai yang dibutuhkan sehingga
pemberiannya hanya bisa dilakukan oleh dokter dan petugas medis. Perhatikan isi kemasan
vaksin BCG sebelum digunakan. Cairan vaksin BCG harus bening dan tanpa partikel. Jangan
digunakan jika cairan telah berubah warna, berisi partikel, atau kemasannya bocor. Mintalah
pada petugas medis untuk memberikan yang baru.
Vaksin BCG umumnya aman dan jarang memicu efek samping, namun risiko
kemunculannya tetap ada. Efek samping yang mungkin terjadi setelah menerima vaksin ini
meliputi demam dan terbentuknya benjolan pada lokasi suntikan.
Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Vaksin BCG adalah vaksin
beku kering seperti campak berbentuk bubuk. Vaksin BCG melindungi anak terhadap penyakit
tuberculosis (TBC).
Dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan oleh Calmett Guerint.
Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc cairan pelarut
(NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3 jam. Vaksin akan
mudah rusak bila kena sinar matahari langsung. Tempat penyuntikan adalah sepertinya bagian
lengan kanan atas.
b. Vaksin Hepatitis B
Bibit penyakit yang menyebabkan hepatitis B adalah virus. Vaksin hepatitis B dibuat
dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang telah mengalami proses
pemurnian. Vaksin hepatitis B akan rusak karena pembekuan dan pemanasan. Vaksin hepatitis B
paling baik disimpan pada temperatur 2,8°C
Berikut ini adalah jadwal imunisasi anak rekomendasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) Periode 2006
Bulan Tahun
Vaksin
1 2 2 2 5 6 9 1 1 1 2 3 5 6 1 1
Lahir
1 2 3 4 5 6 9 12 15 18 2 3 5 6 10 12
BCG
2 3
Hepatitis B 1
2 3
Keterangan Jadwal Imunisasi Rekomendasi IDAI, Periode 2006:
Saat Hepatitis § HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir,
lahir B-1 dilan-jutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu
po-sitif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml
bersa-maan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu
tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui
bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml
sebelum bayi berumur 7 hari.
1 bulan Hepatitis § Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan
B-2 HB-2 adalah 1 bulan.
0-2 BCG § BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan
bulan diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin
terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
- Pengkajian
A. Data Subjektif
1. Identitas Anak dan Keluarga
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
6. Riwayat imunisasi yang lalu
7. Pola aktifitas sehari-hari
a. Pola nutrisi
b. Pola aktivitas
c. Pola eliminasi
d. pola istirahat
e. Personal hygiene
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum
b. Suhu
c. Pernafasan
d. BB
e. Nadi
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
b. Mata
c. Telinga
d. Mulut
e. Hidung
f. Leher
g. Dada
h. Ekstremitas
i. Genetalia
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa / masalah potensial yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien.
2.1.5 Intervensi
2.1.6 Implementasi
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah ke-5 dilaksanakan efisien dan aman.
2.1.7 Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dan asuhan yang tidak
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Ismoedijanto. 2003. Pengembangan praktik imunisasi pada anak. Surabaya: pertemuan Ilmiah
Tahunan I Perkani
Ikatan Dokter anak Indonesia. 2003. Asuhan tumbuh kembang anak. Bandung : Penerbit
angkasa.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2006 “ Jadwal pemberian imunisasi periode 2006”.http://idai,o.id,
diakses tanggal 31 oktober 2011