Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut data dari WHO, Kematian ibu: Setiap hari di tahun 2015, sekitar 830
wanita meninggal karena komplikasi kehamilan dan kelahiran anak. Hampir
semua kematian ini terjadi pada rangkaian sumber daya rendah, dan sebagian
besar bisa dicegah. Penyebab utama kematian adalah perdarahan, hipertensi,
infeksi, dan penyebab tidak langsung, terutama karena adanya interaksi antara
kondisi medis yang sudah ada sebelumnya dan kehamilan. Risiko seorang wanita
di negara berkembang yang meninggal akibat sebab akibat ibu selama hidupnya
sekitar 33 kali lebih tinggi dibandingkan wanita yang tinggal di negara maju.
Kematian ibu adalah indikator kesehatan yang menunjukkan kesenjangan yang
sangat luas antara daerah kaya dan miskin, perkotaan dan pedesaan, baik antar
negara dan di dalamnya.
Solusio plasenta menempati tempat pertama sebagai penyebab kematian ibu
hamil yang disebabkan oleh perdarahan dalam masa kehamilan . Menurut data
yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo
(RSUPNCM) Jakarta didapat angka 2% atau 1 dalam 50 persalinan. Antara tahun
1968-1971 solusio plasenta terjadi pada kira-kira 2,1% dari seluruh persalinan,
yang terdiri dari 14% solusio plasenta sedang dan 86% solusio plasenta berat.
Solusio plasenta ringan jarang didiagnosis, mungkin karena penderita terlambat
datang ke rumah sakit atau tanda-tanda dan gejalanya terlalu ringan sehingga
tidak menarik perhatian penderita maupun dokternya .
Sedangkan penelitian yang dilakukan Suryani di RSUD. DR. M. Djamil
Padang dalam periode 2002-2004 dilaporkan terjadi 19 kasus solusio plasenta
dalam 4867 persalinan (0,39%) atau 1 dalam 256 persalinan .

1
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dirumuskan dalam pemecahan masalah Sistem
Reproduksi adalah bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien yang mengalami
Solusio Plasenta?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien Solusio
Plasenta.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa Dapat Memahami Konsep Dasar Medik Penyakit Solusio
Plasenta.
b. Mahasiswa Dapat Memahami Konsep Dasar Keperawatan Penyakit
Solusio Plasenta.
c. Mahasiswa Dapat Memahami Pengkajian Penyakit Solusio Plasenta.
d. Mahasiswa Dapat Memahami Diagnosa Keperawatan Penyakit Solusio
Plasenta.
e. Mahasiswa Dapat Memahami Intervensi Penyakit Solusio Plasenta.
f. Mahasiswa Dapat Memahami Implementasi Dan Evaluasi Penyakit
Solusio Plasenta.

D. Manfaat Penulisan
Adapun metode penulisan dalam makalah ini penulisan menggunakan
metode.
1. Perpustakaan yaitu pengambilan sumber dari buku-buku yang ada
kaitannya dengan pembahasan atau studi pustaka.
2. Web search yitu pengambilan sumber dari internet-internet dan juga
jurnal yang ada hubungannya dengan Maternitas.
E. Sistematika Penulisan
Berdasarkan dari hasil penyusunan makalah ini, disini kelompok membuat
sistematika penulisan yang dimulai dari:

2
BAB I : PENDAHULUAN
Yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan Penulisan, Sistematika Penulisan .
BAB II: TINJAUAN TEORITIS
Yang terdiri dari Konsep Dasar Medis, yaitu Definisi,
Klasifikasi, Etiologi, Patofisiologi, Pathway, Manifestasi
Klinis, Komplikasi, Penatalaksanaan medic, Pemeriksaan
Penunjang dan Asuhan Keperawatan Penyakit Maternitas.
BAB III: PENUTUP
Yang meliputi dari Kesimpulan dan saran.

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

I. KONSEP DASAR MEDIK


A. Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
sebelum janin lahir. Beberapa jenis perdarahan akibat solusio plasenta biaanya
merembes diantara selaput ketuban danuterus kemudian lolos keluar
menyebabkan perdarahan eksternal. Yang lebih jarang, darah tidak keluar dari
tubuh tetapi tertahan diantara plasenta yang terlepas dan uterus serta
menyebabkan perdarahan yang tersembunyi,solusio plasenta dapat tota dan
persial(Danfourt 2010)..
Solusio plasenta merupakan pemisahan prematur plasenta yang normalnya
tertananam di dindin uterus.
B. Anatomi fisiologi

Plasenta atau tembuni adalah suatu organ dalam kandungan pada masa
kehamilan.
Pertumbuhaperkembangan plasenta penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan janin.

4
Letak : Pada banyak kejadian dan normalnya uterus berada pada segmen
uterus
Bentuk : Agak bulat dan datar
Ukuran : Diameter kurang lebih 22 cm, tebal 2cm di bagian tengah dan
menipis di bagian pinggir, berat 0,5 kg.
Struktur : Permukaan maternal, terletak setelah uterus terkubur di dalam
desidua, tersusun atas kotiledon atau lobus, permukaannya agak kasar.
Permukaan fetal, permukaan ini menghadap ke bayi dengan warnanya yang
abu-abu kebiruan dan permukaannya yang halus dan mengilat.
Fungsi Plasenta :
1. sistem Pertukaran
a. Nutrien, plasenta mempunyai banyak enzim dan dapat menyintesis
karbohidrat,protein,lemak,vitamin B dan C yang larut dalam
air,serta garam-garam mineral. Glukosa sebagai sumber energi
utama bagi pertumbuhan janin (90%), 10% sisanya diperoleh dari
asam amino.
b. Produk limbah dikembalikan ke peredaran darah maternal lewat
villi korion : produk yang mengandung nitrogen dan nutrien ,sserta
bilirubin ( hasil pemecahan sel darah merah ) .
c. Gas: oksihemoglobin maternal dipecah menjadi oksigen dan
hemoglobin yang akan dialirkan melewati plasenta untuk
membentuk oksihemoglobin fetus.
2. Sistem Perlindungan
a. Melindungi jaringan fetus dari penolakan maternal
b. Perlindungan parsial terhadap infeksi
3. Sistem ekskresi
a. Ekskresi, HCG,
b. estrogen,progesteron,relaksin,Human Plasental Lactogen (HPL)
C. Klasifikasi
Menurut derajat lepasnya plasenta, solusio plasenta diklasifikasikan menjadi:

5
1. Solusio plasenta partsialis
Bila hanya sebagaian plasenta terlepas dari tepat pelekatnya.
2. Solusio plasenta totalis
Bila seluruh plasenta sudah terlepas dari tempat pelekatnya.
3. Prolapsus plasenta
Bila plasenta turun kebawah dan dapat teraba pada pemeriksaan dalam.
Menurut derajatnya, solusio plasenta dibagi menjadi :
1. Solusio plasenta ringan
Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang
tidak berdarah banyak akan menyebabkan perdarahan pervaginan
berwarna kehitaman dan sedikit. Perut terasa agak sakit atau terus
menerus agak tegang. Bagian janin masih mudah diraba.
2. Solusio plasenta sedang
Plasenta telah terlepas lebih dari seperempat tanda dan gejala dapat
timbul perlahan atau mendadak dengan gejala sakit terus menerus lalu
perdarahan pervaginan. Dinding uterus teraba tegang terus menerus dan
nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin susah diraba serta bunyi
jantung janin susah didengar. Walaupun perdarahan pervaginam dapat
sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml.
Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika
masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat
3. Solusio plasenta beratPlasenta telah lepas dari dua pertiga permukaan
disertai penderita shock. Terjadi sangat tiba-tiba. Biasanya ibu telah jatuh
dalam keadaan shock dan janinnya telah meninggal. Uterus teraba sangat
tegang seperti papan dan sangat nyeri.

6
D. Etiologi
1. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan pronogsis ibu dengan
riwayat solusio plasenta adalah bahwa resiko berulang nya kejadian ini
pada kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu
hamil lainnya yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta
sebelumnya.
2. Faktor penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah
dan peningkatan pelepasan katekolamin yang mana bertanggung jawab
atas terjadinya vasopasme pembuluh darah uterus dan dapat berakibat
terlepasanya plasenta . Namun hipotesis ini belum terbukti secara
definitive
3. Faktor ibu kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus
solusio plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok satu
bungkus perhari . Ini dpat diterangkan pada ibu yang merokok
plasenta menjadi tipis,diameter lebih luasdan beberapa abnormalitas
pada mikrosikulasinya.

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis terjadinya Solusio Plasenta belum dapat diketahui
walaupun demikian keadaan ini dapat berkaitan dengan kelemahan bawaan
atau adanya anomali dalam arteriol spiral dan beberapa keadaan tertentu
dianggap sebagai factor yang berperan pada Solusio Plasenta :
1. Perdarahan per vaginam yang berwarna gelap
2. Nyeri abdomen
3. Dispnea
4. Kegelisahan
5. Pucat
6. Kegelisahan

7
F. Pathway

8
G. Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya
plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta
berlangsung. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu :
1. Syok hemoragik
Gagal ginjal. Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
penderita solusio plasenta dan pada dasarnya disebabkan oleh keadaan
hipovolemia karena perdarahan yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis
tubuli ginjal yang mendadak yang umumnya masih dapat ditolong dengan
penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan
pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan terjadi akibat
nekrosis tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena itu
oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang
harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta berat. hipovolemia,
secepat mungkin menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan
pembekuan darah.
2. Kelainan pembekuan darah. Kelainan pembekuan darah pada solusio
plasenta biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia.
3. Apoplexi uteroplacenta (Uterus Couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim
dan di bawah perimetrium dan terkadang juga dalam ligamentum latum.
Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna
uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus
couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau tidak, tergantung
pada kesanggupannya dalam membantu menghentikan perdarahan.
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:
1. Fetal distress
2. Gangguan pertumbuhan/perkembangan
3. Hipoksia dan anemia
4. Kematian

9
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium untuk menyingkirkan diagnosis banding solusio
plasenta antara lain :
1. Hitung sel darah lengkap
2. Fibrinogen
3. Waktu prothrombin/waktu tromboplastin parsial teraktifasi untuk
mengetahui terjadinya DIC
4. Nitrogen urea/kreatinin dalam darah
5. Kleithauer-Betke test untuk mendeteksi adanya sel darah merah janin
di dalam sirkulasi ibu
6. Pemeriksaan penunjang ultrasonografi (USG) membantu menentukan
lokasi plasenta (untuk menyingkirkan kemungkinan plasenta previa).
Saat ini lebih dari 50% pasien yang diduga mengalami solusio plasenta
dapat teridentifikasi melalui USG
I. Penatalaksanaan Medik
1. Hipovolemia dan anemia pada ibu dapat dikoreksi dengan pemberian
darah lengkap segar dan larutan eletrolit baik saat atau selama
persalinan dan pelahiran
2. Packed red cell dan cairan Ringer Laktat merupakan pengganti
alternatife yang dapat mengurangi kebutuhan tranfusi sementara
meningkatkan penghantar an oksigen dan volume cairan yang
bersirkulasi
3. Jalur vena sentral (CVP/central venous pressure)atau jalur arteri
dipasang dan dipelihara guna pemantauan hemodinamik pada wanita
yang sakit nya kritis.
4. Terapi terdiri atas evakuasi uterus secara menyeluruh dan stimulasi
kontraksi uterus dengan oksitosin.

10
II. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SOLUSIO
PLASENTA

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
 Nama
 Jenis kelamin
 Umur
Solusio plasenta cenderung terjadi pada usia lanjut (> 45 tahun) karena
terjadi penurunan kontraksi akibat menurunnya fungsi hormon
(estrogen) pada masa menopause.
 Pendidikan
Solusio plasenta terjadi pada golongan pendidikan rendah karena
mereka tidak mengetahui cara perawatan kehamilan dan penyebab
gangguan kehamilan.
 Alamat
Solusio plasenta terjadi di lingkungan yang jauh dan pelayanan
kesehatan, karena mereka tidak pernah dapat pelayanan kesehatan dan
pemeriksaan untuk kehamilan.
 Status perkawinan
 Agama
2. Riwayat persalinan
Riwayat persalinan pada solusio plasenta biasanya pernah mengalami
pelepasan plasenta.
 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat penyakit masa lalu
 Riwayat penyakit keluarga
3. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
 Kesadaran : composmetis s/d coma

11
 Postur tubuh : biasanya gemuk
 Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
 Raut wajah : biasanya pucat
b) Tanda-tanda vital
 Tensi : normal sampai turun (syok)
 Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit)
 Suhu : normal / meningkat (> 370 c)
 RR : normal / meningkat (> 24x/menit)
c) Pemeriksaan cepalo caudal
 Kepala : kulit kepala biasanya normal / tidak mudah mengelupas
rambut biasanya rontok / tidak rontok.
 Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma
 Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung
 Mata : conjunctiva anemis
 Dada : bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat da
dangkal, hiperpegmentasi aerola.
d) Abdomen
 Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut,
terlihat linea alba dan ligra
 Palpasi rahim keras, fundus uteri naik
 Auskultasi : tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan janin.
 Genetalia
Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah
yang merah kehitaman, terdapat farises pada kedua paha / femur.
e) Pemeriksaan penunjang
 Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.
 USG untuk mengetahui letak plasenta,usia gestasi, keadaan janin

12
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan pecah ketuban dini
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Risiko Ketidakefektivan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan proses
terjadinya penyakit
4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnose NOC NIC
Keperawatan
1 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi
keperawatan selama 24 jam 1. kontrol tanda-tanda
berhubungan
diharapkan : vital
dengan pecah 1. Keparahan infeksi 2. Tingkatkan intake
 Nyeri berkurang nutrisi yang tepat
ketuban dini
 Suhu dalam rentang 3. Pakai pakaian ganti
normal ( 36,5- 37,3) saat menangani bahan-
bahan yang terinfeksi
4. Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
tanda dan gejala
infeksi

Perlindungan infeksi
1. Anjurkan istirahat
2. Anjurkan asupan
cairan dengan tepat
3. Ajarkan pasien dan
anggota keluarga
bagaimana cara
menghindari infeksi
4. Berikan perawatan
kulit yang tepat untuk
area yang mengalami

2 Kekurangan Setelah dilakukan tindakan Pengurangan


keperawatan selama 24 jam perdarahan uterus
volume cairan
diharapkan antepartum
berhubungan 1. Keseimbangan cairan 1. Monitor tanda-tanda
 TTV dalam rentang vital ibu, sesuai
dengan
normal dengan kebutuhan

13
kehilangan  Berat badan stabil berdasarkan jumlah
cairan aktif  Turgor kulit kehilangan darah
 Kelembapan membrane 2. Monitor denyut
mukosa jantung janin secara
 Keseimbngan intake dan elektronik
output 3. Palpasi kontraksi
2. Hidrasi uterus atau
 Intake cairan dan output peningkatan tonus
cairan seimbang uterus
 Perfusi jaringan normal 4. Lakukan atau bantu
dengan pemeriksaan
speculum untuk
melihat kehilangan
darah dan status
serviks

Manajemen cairan
1. Monitor tanda-tanda
vital
2. Timbang berat badan
setiap hari dan monitor
status pasien
3. Jaga intake / asupan
yang akurat dan catat
output pasien
4. Monitor status gizi
5. Berikan terapi
Intravena

3 Risiko Setelah dilakukan keperawatan Monitor tanda-tanda


ketidakefektiva selama 24 jam diharapkan : vital
n perfusi 1. Perfusi jaringan perifer 1. Monitor tekanan darah
jaringan perifer  Tekanan darah dalam nadi,suhu dan status
berhubungan rentang normal pernafasan dengan
dengan proses  Keseimbangan tepat
penyakit elektrolit dan asam/basa 2. Monitor tekanan darah
saat pasien berbaring,
duduk dan berdiri
sebelum dan setelah
perubahan posisi
3. Monitor suara paru-
paru
4. Auskultasi tekanan
darah dikedua lengan

14
dan bandingkan
4 Defisiensi Selama dilakukan keperawatan Pengajaran proses
pengetahuan selama 24 jam diharapkan :
penyakit
berhubungan 1. Pengetahuan: kehamilan
dengan  Pola pergerakan janin 1. Kaji tingkat
kurangnya  Kejadian pengetahuan pasien
informasi perkembangan janin terkait dengan proses
secara mayor penyakit yang spesifik
2. Pengetahuan : manajemen 2. Kenali pengetahuan
penyakit akut pasien mengenai
 Manajemen penyakit kondisinya
 Tanda dan gejala 3. Berikan informasi
penyakit kepada pasien
 Strategi untuk mengenai kondisinya
mencegah komplikasi sesuai dengan
 Pilihan pengobatan kebutuhan
yang tersedia 4. Beri ketenangn terkait
kondisi pasien , sesuai
kebutuhan

Perawatan prenatal
1. Monitor gangguan
hipertensi (misalnya
tekanan darah,
pergelangan kaki
tangan dan wajah)
2. Monitor denyut
jantung janin
3. Monitor kenaikan
berat badan
4. Instruksikan kepada
pasien mengenai
percepatn dan
pentingnya monitor
aktivitas janin
5. Instruksikan pasien
mengenai tanda
bahaya yang harus
segera dilaporkan
langsung

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Solusio plasenta adalah pemisahan plasenta yang berimplantasi pada
tempat yang normal kebanyakan dan terjadi pada trimester ke III, juga bisa
terjadi pada setiap waktu setelah kehamilan 20 minggu (Danfourt 2002).
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya
sebelum janin lahir. Beberapa jenis perdarahan akibat solusio plasenta
biasanya merembes diantara selaput ketuban danuterus kemudian lolos keluar
menyebabkan perdarahan eksternal. Yang lebih jarang, darah tidak keluar dari
tubuh tetapi tertahan diantara plasenta yang terlepas dan uterus serta
menyebabkan perdarahan yang tersembunyi,solusio plasenta dapat tota dan
persial.

B. Saran
Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan pada
pasien dengan solusio plasenta, mahasiswa harus memahami benar tentang
definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, serta penatalaksanaannya
maupun asuhan keperawatannya

16
DAFTAR PUSTAKA

Sukarni k , icemi. 2013. Nuha Medika. buku ajar keperawatan maternitas.jakarta

T.Heather, herdmam. EGC. 2015. Diagnosis Keperawatan. Jakarta

Nursing outcomes classification (NOC), 5 th

Nursing intervenssion classification (NIC), 5th

17

Anda mungkin juga menyukai