Oleh:
Mutiara Mashita Diapati
STIE Panca Bhakti Palu
Jl.Dr. Soeharso No. 36 A Palu
surel: mutiara_mashita@yahoo.com
ABSTRACT
This research aims to investigate and analyse the effects of regional tax and regional
retribution, simultaneously and partially on direct expense at the government of regency and
City in Central Sulawesi. This is a descriptive verificative research method using multiple
linear regressions as an analysis tool. Sample of this covers regencies and city in Central
Sulawesi within the period of 4 yaers i.e. 2011 until 2014. The results show that contribution
of regional tax and regional retribution on direct expense at the government of regency and
city in Central Sulawesi is 40.7% and the rest 59.3% has been affected by other factors.
Based on simultaneous test, it indicates that regional tax and regional retribution perform
significant effects on direct expense at the government of regency and dity in Central
Sulawesi. Partially, independent variables perform significant effects on dependent variable.
Regional tax performs significant value of 0.049<0.005 and regional performs significant
value of 0.008<0.005 respectively.
1
Pendahuluan
Pengelolaan Pemerintah Daerah, baik ditingkat propinsi maupun tingkat kabupaten dan
kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 kemudian
direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004 selanjutnya kemudian direvisi menjadi UU No. 38
Tahun 2007 tentang Pemerintah Daerah, dan UU No. 25 tahun 1999 kemudian direvisi
menjadi UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Dengan dikeluarkannya UU No. 33 Tahun 2004 tentang pemerintah
daerah, menegaskan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah, pemerintah
pusat akan ditransfer dana perimbangan kepada daerah.
Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan
daerah berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan,
prioritas, dan potensi daerah tersebut (Bastian : 2006). Otonomi daerah menuntut pemerintah
daerah untuk dapat memberikan pelayanan yang sebaik – baiknya kepada masyarakat, salah
satu bentuk pelayanan tersebut adalah memberikan informasi yang transparan dan akuntabel.
Kinerja dan kemampuan daerah merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk
melihat kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi daerah (Halim : 2001).
Salah satu tujuan utama desentralisasi fiskal adalah menciptakan kemandirian daerah.
Adanya desentralisasi merupakan konsekuensi dari adanya kewenangan untuk mengelola
keuangan secara mandiri. Dalam perspektif ini, pemerintah daerah (pemda) diharapkan
mampu menggali sumber – sumber keuangan lokal khususnya melalui Pendapatan Asli
daerah (Sidik : 2002).
Tingginya belanja daerah perlu diimbangi dengan penerimaan keuangan daerah
termasuk dari pendapatan pajak dan retribusi. Tingginya belanja pemerintah ini digunakan
untuk membiayai pembangunan diberbagai bidang dan sektor, baik pembangunan fisik
maupun non fisik. Sehingga pada prinsipnya semakin besar sumbangan PAD terhadap
APBD akan menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah terhadap pusat.
Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan
pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diharapkan,
pemberlakuan pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber penerimaan daerah pada
dasarnya tidak hanya menjadi urusan pemerintah daerah sebagai pihak yang menetapkan dan
memungut pajak dan retribusi daerah, tetapi juga berkaitan dengan masyarakat pada
umumnya.
Pajak daerah dan retribusi daerah dapat menjadi sumber penerimaan yang berasal dari
dalam daerah dan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi masing – masing daerah.
Penetapan pajak daerah dan retribusi daerah sebagai sumber penerimaan daerah ditetapkan
dengan dasar hukum yang kuat, yaitu dengan Undang – Undang. Berdasarkan Undang –
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dirinci menjadi :
a. Pajak Propinsi terdiri atas : pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air, bea
balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air, pajak bahan bakar
kendaraan bermotor, pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air
permukaan dan pajak rokok.
b. Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan,
pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian golongan C,
2
pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, pajak bumi dan bangunan
perdesaan dan perkotaan dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.
c. Retribusi dirinci menjadi : retribusi jasa umum, retribusi jasa khusus dan retribusi
perizinan tertentu.
Pada prinsipnya semakin besar sumbangan PAD terhadap belanja daerah akan
menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat, sehingga meningkatkan
otonomi dan keleluasaan daerah. Fenomena utama dari penelitian ini adalah untuk melihat
pengaruh pendapatan pajak daerah dan retribusi daerah dalam membiayai belanja daerah.
Kontribusi realisasi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah pada
Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tengah.
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah yang
memberikan kontribusi cukup besar kepada daerah. Yang dapat membantu memberikan efek
terhadap pengalokasian belanja daerah oleh pemerintah, sehingga belanja langsung yang
direncanakan disesuaikan dengan kemampuan pembiayaan yang tersedia. Pemerintah daerah
Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tengah sewajarnya mulai memikirkan dan bertindak guna
menggali potensi penerimaan daerah untuk menghasilkan Pendapatan Asli Daerah. Dengan
tingginya penerimaan PAD akan dapat membiayai belanja langsung daerah secara mandiri.
Sumber – sumber Pendapatan Daerah yang diperoleh, dipergunakan untuk membiayai
penyelenggaraan urusan pemerintah, pembangunan dan kemasyarakat yang menjadi
kewenangan daerah. Belanja Daerah dikelompokkan menjadi kelompok Belanja Tidak
Langsung dan Belanja Langsung. Di mana yang membedakan kedua kelompok belanja
tersebut, yaitu apakah belanja terkait secara tidak langsung atau langsung, terhadap program
dan kegiatan yang dilaksanakan. Belanja Langsung sering dikatakan juga sebagai Belanja
Publik, karena merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan, yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat dan pembangunan daerah.
Berdasarkan pada latar belakang penelitian tersebut di atas, maka penulis merumuskan
masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana perkembangan pajak daerah dan retribusi
daerah terhadap belanja langsung Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Sulawesi Tengah
periode tahun 2011-2014; 2) Apakah pajak daerah dan retribusi daerah secara silmutan
berpengaruh signifikan terhadap belanja langsung Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-
Sulawesi Tengah; 3) Apakah pajak daerah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
belanja langsung Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Sulawesi Tengah ; 4) Apakah retribusi
daerah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap belanja langsung Pemerintah
Kabupaten dan Kota Se-Sulawesi Tengah.
Tujuan penelitian ini adalah :1) Untuk mengetahui dan menganalisa perkembangan
pajak daerah dan retribusi daerah terhadap belanja langsung pada pemerintah Kabupaten dan
Kota Se-Sulawesi Tengah; 2) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh pajak daerah dan
retribusi daerah secara silmutan terhadap belanja langsung Pemerintah Kabupaten dan Kota
Se-Sulawesi Tengah; 3) Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh Pajak Daerah secara
parsial terhadap Belanja Langsung Pemerintah Kabupaten dan Kota Se- Sulawesi Tengah; 4)
Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh Retrbusi Daerah secara parsial terhadap
Belanja Langsung Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Sulawesi Tengah.
3
KAJIAN TEORI
Variabel Pajak Daerah dalam penelitian ini akan menggunakan teori yang dikemukan
Undang‐Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak,
adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang‐Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar‐besarnya kemakmuran rakyat.
Selain pajak daerah, kontribusi retribusi daerah sebagai penyumbang terbesar dalam
pendapatan asli daerah. Variabel retribusi daerah yang merupakan salah satu variabel yang
akan diteliti dalam penelitian ini, merujuk kepada Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009
yang dimaksudkan dengan retribusi daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan.
Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Langsung ini merupakan belanja daerah
yang dirinci berdasarkan kelompok belanja.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode verifikatif dan metode deskriptif. Teknik penarikan
sampel pada penelitian ini, dengan cara metode pemilihan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan atau sesuai dengan
tujuan penelitian. Daerah-daerah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini harus memenuhi
kriteria memiliki laporan keuangan pada kurun waktu penelitian (tahun 2011-2014).
Daerah Kabupaten/Kota
Komponen
Tahun Tojo
P AD Toli-
Banggai Bangkep Buol Donggala Morowali P oso P alu P arimo Una-
toli
una
2011 P ajak Daerah 4.347 1.845 3.325 2.453 10.387 2.365 1.901 15.831 2.169 1.488
4
2012 P ajak Daerah 5.426 1.961 2.851 2.804 13.043 1.314 3.576 17.030 2.790 2.383
2013 P ajak Daerah 6.383 2.128 2.022 2.575 14.123 1.664 4.031 18.208 4.719 1.494
2014 P ajak Daerah 12.858 4.261 2.194 3.210 15.697 3.077 5.035 26.707 3.671 3.203
Daerah Kabupaten/Kota
Tahun Komponen P AD Toli- Tojo
Banggai Bangkep Buol Donggala Morowali P oso P alu P arimo
toli Una-una
2011 Retribusi Daerah 7.411 981.643 1.459 6.650 3.153 1.857 7.634 16.362 3.331 6.826
2012 Retribusi Daerah 9.744 1.407 1.746 8.429 2.174 6.438 10.856 30.716 3.613 5.707
2013 Retribusi Daerah 12.227 884.480 1.890 7.634 2.847 6.932 9.098 35.005 2.473 6.076
2014 Retribusi Daerah 16.428 1.856 1.453 7.593 5.193 11.282 13.673 46.250 8.472 13.107
5
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 10 daerah kabupaten dan kota di Sulawesi
Tengah, secara keseluruhan untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 penerimaan
retribusi daerah tertinggi adalah Kota Palu sedangkan yang terendah adalah Kabupaten
Bangkep. Setiap tahun nya untuk Kota Palu menunjukkan angka tertinggi. Hal ini
disebabkan karena Kota Palu sebagai ibukota Provinsi dengan jumlah penduduk yang
banyak dan sebagai pusat kegiatan pembangunan untuk Sulawesi Tengah memungkinkan
Kota Palu dapat mengoptimalkan penerimaan daerah dari sisi retribusi daerah juga adanya
upaya yang telah dilakukan pemerintah Kota Palu untuk meningkatkan penerimaan dari
segi retribusi izin mendirikan bangunan. Retribusi daerah memberikan sumbangan terbesar
terhadap pendapatan asli daerah Kota Palu selain dari pajak daerah.
Penerimaan retribusi daerah terendah selama kurun waktu 2011 sampai dengan 2014
yaitu Kabupaten Bangkep. Hal ini disebabkan pencapaian realisasi pendapatan retribusi
daerah Kabupaten Bangkep secara umum masih terdapat kendala dalam pencapaiannya.
Karena masih kurangnya kemampuan aparatur dalam mengelola potensi daerah dan
fasilitas daerah sehingga masih kurangnya kesadaran para masyarakat dalam membayar
retribusi daerah.
c) Analisis Anggaran Belanja Langsung Kabupaten/Kota Di Sulawesi Tengah
Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung
terhadap pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Langsung penyelenggaraan urusan
wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan
pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak
serta mengembangkan sistem jaminan sosial.
Tabel 5
Perbandingan Anggaran Belanja Langsung
Pemerintah Kabupaten dan Kota Di Sulawesi Tengah
Tahun 2011 - 2014 (Dalam Jutaan Rupiah)
Daerah Kabupaten/Kota
Komponen Tojo
Tahun Toli-
Belanja Langsung Banggai Bangkep Buol Donggala Morowali P oso P alu P arimo Una-
toli
una
B elanja
2011 Langsung 608.870 251.688 161.452 400.416 593.016 522.233 437.698 470.225 439.085 360.965
a. Belanja
P egawai 316.386 20.939 13.511 178.911 329.266 193.329 227.505 280.013 201.296 122.424
b. Belanja
Barang dan Jasa 107.454 51.496 52.104 73.269 91.074 115.359 95.041 72.479 76.533 88.094
c. Belanja Modal 185.030 179.251 95.836 148.234 172.675 213.544 115.151 117.151 117.732 161.254
B elanja
2012 Langsung 618.643 295.185 402.967 392.902 395.481 531.412 548.965 539.562 457.028 422.692
a. Belanja
P egawai 338.921 19.075 160.886 200.610 237.294 231.382 281.266 329.871 235.408 144.798
b. Belanja
Barang dan Jasa 96.497 60.533 74.748 76.533 78.579 134.986 115.530 70.609 93.137 92.265
c. Belanja Modal 183.224 215.575 167.332 115.759 79.607 165.042 152.167 139.081 128.482 185.627
B elanja
2013 Langsung 632.481 230.516 368.072 346.359 488.586 560.149 541.494 604.735 500.809 394.095
a. Belanja
P egawai 396.978 15.076 201.116 226.948 281.694 268.438 339.572 411.693 280.338 179.613
6
b. Belanja
Barang dan Jasa 89.211 49.120 59.826 62.683 85.134 112.033 100.947 87.561 96.004 96.837
c. Belanja Modal 156.291 166.319 107.129 56.727 121.757 179.678 100.973 105.480 124.466 117.644
B elanja
2014 Langsung 700.932 232.165 489.427 493.575 629.959 546.387 630.003 675.208 564.414 438.683
a. Belanja
P egawai 448.032 13.161 246.582 281.019 324.652 323.431 383.596 459.410 334.533 211.425
b. Belanja
Barang dan Jasa 130.002 64.655 84.446 93.660 133.604 98.934 110.156 119.651 126.083 97.298
c. Belanja Modal 122.897 154.348 158.398 118.894 171.702 124.021 136.250 96.146 103.797 129.958
7
Sumber: Hasil Regresi
Model regresi yang diperoleh dari tabel diatas adalah:
Y = 22,122 + 0,300 X1 + 0,418 X2
Persamaan diatas menunjukkan, variabel independen yang dianalisis berupa variabel
(X1 dan X2) memberi pengaruh terhadap variable independen ( Y ) model analisis regresi
belanja langsung pemerintah Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tengah dapat dilihat sebagai
berikut:
Dari persamaan di atas dapat dijelaskan:
a) Untuk nilai constanta sebesar 0,120 berarti Belanja Langsung pada Pemerintah
Kabupaten dan Kota sebelum adanya variabel independen adalah sebesar 22,122.
b) Pajak Daerah (X1 ) dengan koefisien regresi 0,300 ini berarti terjadi pengaruh yang
positif antara pajak daerah dan belanja langsung. Artinya apabila terjadi peningkatan
Pajak Daerah sebesar 1 poin dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (X1 = 0),
maka belanja langsung akan meningkat sebesar 0,300.
c) Retribusi Daerah (X2 ) dengan koefisien regresi 0,418 ini berarti terjadi pengaruh
positif antara retribusi daerah dan belanja langsung. Artinya peningkatan Retribusi
Daerah sebesar 1 poin dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (X2 = 0), maka
belanja langsung akan meningkat sebesar 0,418.
8
Penelitian ini sejalan dengan Panggabean (2009) yang menyatakan
dengan meningkatnya pendapatan asli daerah sudah tentu pendapatan
daerah akan meningkat yang pada akhirnya juga diikuti dengan
peningkatan belanja daerah yang akan berdampak pada kemakmuran
rakyat. Hasil penelitian yang dilakukan Halim (2004) (Dalam Panggabean, 2009)
yang menyatakan bahwa pendapatan asli daerah mempengaruhi belanja pemerintah
daerah.
2. Pengaruh Pajak Daerah Terhadap Belanja Langsung
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak daerah berpengaruh signifikan
terhadap anggaran belanja langsung kabupaten dan kota di Sulawesi Tengah, hal
ini dapat dilihat tingkat signifikan 0,049<0,005 yang menunjukkan variabel pajak
daerah berpengaruh signifikan secara parsial terhadap belanja langsung kabupaten
dan kota di Sulawesi Tengah, yang berarti bahwa semakin besar jumlah pajak
daerah maka jumlah belanja langsung juga semakin besar.
Berdasarkan hasil penelitian untuk daerah kabupaten dan kota di Sulawesi
Tengah, kontribusi pajak daerah dalam kurun waktu penelitian yaitu tahun 2011 –
2014 terhadap pendapatan asli daerah adalah sebesar 30,05 persen. Peranan pajak
daerah terhadap belanja langsung kabupaten dan kota di Sulawesi Tengah sesuai
hasil penelitian merupakan variabel independen yang memiliki peranan
(kontribusi) terkecil dari variabel retribusi daerah yang diteliti dapat dilihat pada
nilai koefisien Beta distandarisasi sebesar 0,300.
Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Panggabean (2009)
yang menyatakan bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan terhadap
belanja daerah dan faktor yang paling dominan mempengaruhi belanja daerah
berturut-turut adalah pajak daerah, lain-lain pendapatan asli daerah dan retribusi
daerah. Dan hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Syahputra (2010)
yang menyatakan Pendapatan asli daerah, dana bagi hasil, dan dana alokasi umum
berpengaruh positif secara silmutan dan parsial terhadap belanja daerah. Rata-rata
kontribusi PAD terhadap belanja daerah lebih kecil dibandingkan dengan DBH dan
DAU.
Mardiasmo dkk, (2002) mengungkapkan bahwa untuk mengurangi
ketergantungan terhadap pembiayaan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah
perlu diberikan otonomi dan kelelusaan daerah. Langkah penting yang harus
dilakukan untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah adalah dengan
menghitung potensi penerimaan pajak daerah yang riil yang dimiliki oleh daerah
tersebut, sehingga bisa diketahui peningkatan kapasitas pajak daerah. Peningkatan
kapasitas pajak pada dasarnya adalah optimalisasi sumber-sumber pendapatan
daerah.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan pemerintah daerah untuk
meningkatkan pendapatan daerah adalah melakukan intensifikasi yaitu dengan cara
mengefektifkan perda-perda yang mengatur tentang pajak daerah dan melakukan
ekstensifikasi yaitu dengan cara melakukan identifikasi sumber pendapatan untuk
mencari peluang-peluang penerimaan pajak daerah. Dan adanya berbagai macam
perubahan undang-undang, khususnya mengenai perpajakan, perlu ditanggapi
9
oleh pemerintah daerah dengan suatu strategi agar dapat memberikan hasil yang
bersifat ekonomis maupun non ekonomis secara maksimal.
3. Pengaruh Retribusi Daerah Terhadap Belanja Langsung
Hasil penelitian menunjukkan bahwa retribusi daerah berpengaruh
signifikan terhadap anggaran belanja langsung kabupaten dan kota di Sulawesi
Tengah, hal ini dilihta tingkat signifikan sebesar 0,008<0,005 yang menunjukkan
variabel retribusi daerah berpengaruh signifikan secara parsial terhadap belanja
langsung kabupaten dan kota di Sulawesi Tengah, yang berarti bahwa semakin
besar jumlah retribusi daerah maka jumlah belanja langsung juga semakin besar.
Berdasarkan hasil penelitian untuk daerah kabupaten dan kota di Sulawesi
Tengah, kontribusi retribusi daerah dalam kurun waktu penelitian yaitu tahun 2011
– 2014 terhadap pendapatan asli daerah adalah sebesar 39,00 persen. Retribusi
daerah memberikan kontribusi yang besar dalam pendapatan daerah Pemerintah
Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tengah dibandingkan pajak daerah. Peranan
retribusi daerah terhadap belanja langsung Kabupaten dan Kota di Sulawesi
Tengah sesuai hasil penelitian memiliki nilai koefisien Beta distandarisasi yang
besar dari pajak dan merupakan variabel independen yang memiliki peranan
(kontribusi) besar yang diteliti.
Retribusi daerah untuk seluruh Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tengah
menunjukkan fluktuasi dari tahun ke tahun. Walaupun terjadi penurunan cukup
signifikan pada beberapa kabupaten di Sulawesi Tengah tetapi adapun yang
menunjukkan peningkatan yang cukup besar. Hasil ini menunjukkan untuk
pendapatan asli daerah kontribusi terbesar disumbangkan oleh retribusi daerah,
beberapa faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah objek retribusi daerah lebih
banyak dari pajak daerah, sehingga potensi penerimaannya lebih besar, selain itu
kesadaran masyarakat pengguna jasa pelayanan dalam melakukan pembayaran.
Serta menandakan bahwa pengelolaannya menuju kearah yang lebih baik, hal ini
juga mengindikasikan adanya upaya yang keras dari pemerintah kabupaten dan
kota untuk mengoptimalkan penerimaan retribusi daerah yang merupakan bagian
dari pendapatan daerah.
Sejalan dengan hasil penelitian ini, menurut Davey (1998) (dalam
Panggabean, 2009) mengatakan bahwa retribusi merupakan sumber pendapatan
yang sangat penting dan hasil retribusi hampir mencapai setengah dari seluruh
pendapatan daerah. Dalam dimensi potensi daerah yang demikian itu, pemerintah
daerah hendaknya dapat mengembangkan inisiatif dan upaya untuk meningkatkan
penerimaan retribusi daerah.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan pemerintah daerah untuk
meningkatkan pendapatan daerah adalah melakukan intensifikasi yaitu dengan cara
mengefektifkan perda-perda yang mengatur tentang retribusi dan melakukan
ekstensifikasi yaitu dengan cara melakukan identifikasi sumber pendapatan untuk
mencari peluang-peluang penerimaan retribusi yang baru dan menghitung potensi
pendapatan riil yang dimiliki oleh daerah dengan metode perhitungan yang
sistimatika dan rasional.
10
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan menggunakan metode analisis
regresi berganda, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara simultan memberikan pengaruh signifikan
terhadap Belanja Langsung Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah.
2. Pajak Daerah memberikan pengaruh signifikan terhadap Belanja Langsung
Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah.
3. Retribusi Daerah memberikan pengaruh signifikan terhadap Belanja Langsung
Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah.
Daftar Pustaka
Halim, A. 2001. Bunga Rampai: Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Pertama. Yogyakerta:
UPP AMP YKPN.
_______. 2004. Pengaruh Dana Alokasi Umu (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
terhadap Belanja Pemerintah Daerah: Study Kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali.
Jakarta.
Panggabean, Henri. 2009. Pengaruh Pendapatan Alsi daearh Terhadap Belanja Daerah di
Kabupaten Toba Samosir. Tesis Program Pascasarjana Magister Sains Program Studi
Ilmu Akuntansi Universitas Sumatera Utara Medan.
Syahputra, Indra. 2010. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil dan Dana
Alokasi Umum Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.
Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
11
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat
dan Daerah.
12