Anda di halaman 1dari 26

2016 U

LAPORAN PRAKTIKUM
ANATOMI DAN FISIOLOGI HEWAN
APUSAN DARAH DAN PENGGOLONGAN DARAH

Oleh :
Kelompok 4
1. Putri Apriliyani (16030654012)
2. Dary Naufal Sujarwo (16030654040)
3. Prastiwi Aristya Chonita (16030654070)
4. Amelia Nur Safitri (16030654074)
5. Desti Alviani (16312241027)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILM U PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN IPA
PRODI PENDIDIKAN SAINS
2018
APUSAN DARAH DAN PENGGOLONGAN DARAH

ABSTRAK

Kami melakukan praktikum di laboratorium IPA pada 7 Maret 2018


dengan judul pengamatan apusan darah dan penggolongan darah. Pada kegiatan
pertama bertujuan untuk indentifikasi komponen darah manusia dan hewan
dengan metode apusan darah dan kegiatan kedua untuk membedakan darah
manusia dengan penggolongan darah sistem ABO. Metode yang digunakan
dalam praktikum ini adalah pengamatan yaitu dengan mengamati objek darah
dengan bantuan mikroskop pada pembesaran 400x dan 1000x. Kegiatan kedua
menggolongkan darah berdasarkan reaksi terhadap reagen yang diberikan (alfa,
beta, dan alfa beta). Hasil pengamatan diperoleh komponen penyusun darah
seperti trombosit, leukosit, eritrosit dan membedakan struktur komponen darah
ayam dengan manusia dari segi ukuran atau banyak tidaknya komponen penyusun
darah. Kegiatan kedua penggolongan darah hasil berupa terdapat penggumpalan
darah jika antigen tidak sesuai dengan antibodi.

Kata kunci: trombosit, leukosit, eritrosit, penggumpalan, golongan darah.

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .........................................................................................i


ABSTRAK .........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Pertanyaan Pengamatan...........................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................1
D. Manfaat ...................................................................................................1
BAB II KAJIAN TEORI ..................................................................................2
A. Kajian Teori..............................................................................................2
1. Apusan Darah....................................................................................3
a. Sel darah merah (eritrosit)............................................................4
b. Sel darah putih (leukosit).............................................................4
c. Trombosit.....................................................................................5
2. Golongan Darah................................................................................8
BAB III METODE PRAKTIKUM ..................................................................8
A. Metode Praktikum....................................................................................8
B. Tempat, Waktu dan Tanggal.....................................................................8
C. Alat dan Bahan.........................................................................................8
D. Langkah Percobaan..................................................................................9
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN ............................................................9
A. Data .........................................................................................................11
B. Pembahasan .............................................................................................13
BAB V PENUTUP .............................................................................................21
A. Kesimpulan..............................................................................................21
B. Saran........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................22
LAMPIRAN .......................................................................................................23
Lampiran dokumentasi ..................................................................................23
Lampiran laporan sementara..........................................................................24
Lampiran LKM 25

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tubuh kita memiliki cairan yang dapat mengangkut oksigen yang disebut
darah. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-
zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun
yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Kita hanya bisa
melihat darah jika tangan kita tergores benda tajam, sedangkan didalam darah
tentu terdapat komponen-komponen penyusunnya. Untuk melihat struktur sel
darah dapat menggunakan mikroskop, pada umumnya dibuat preparat sediaan
apusan.
Dengan unsur-unsur pembentuk darah yaitu trombosit, eritrosit dan
leukosit. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein
pernapasan yang terdapat dalam eritrosit dan mengandung besi dalam bentuk
heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Darah
yang kita miliki tidaklah selalu sama, oleh karena itu perlu adanya sistem
penggolongan darah. Ada beberapa sistem penggolongan darah pada manusia,
misalnya sistem ABO dan rhesus (Rh). Dasar penggolongan darah adalah
adanya aglutinogen (antigen) di dalam sel darah merah dan aglutinin (antibodi)
di dalam plasma (serum). Aglutinogen adalah zat yang digumpalkan dan
aglutinin adalah zat yang menggumpalkan. Dr. Landsteiner merupakan
penemu sistem ABO. Dalam sistem ABO, ada tidaknya antigen tipe A dan B di
dalam sel darah merah menentukan golongan darahseseorang. Sistem tersebut
mengelompokkan darah manusia menjadi empat golongan,yaitu, A, B, AB, dan
O . Berdasarkan uraian tersebut maka dilakukan pengamatan apusan darah
manusia dan ayam dan penggolongan darah ABO.

B. Pertanyaan Pengamatan
1. Bagaimana identifikasi komponen darah manusia dan ayam dengan
metode apusan darah?
2. Bagaimana penggolongan darah dengan sistem ABO?

C. Tujuan Praktikum
1. Mengidentifikasi komponen darah manusia dan ayam dengan metode
apusan darah.
2. Mengetahui penggolongan darah dengan sistem ABO.

D. Manfaat
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui perbedaan antara sel darah merah, sel
darah putih dan trombosit pada manusia dan ayam.

1
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui struktur sel-sel darah pada manusia dan
ayam.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang transfusi darah melalui
penggolongan darah A, B, AB, dan O pada seseorang.

BAB II
KAJIAN TEORI

2
A. Kajian Teori
1.Apusan Darah
Darah memiliki pH basa sekitar 7,4 yang terdiri dari jaringan ikat dengan
terdapat plasma cairan. Volume ini juga bervariasi sesuai perubahan cairan
darah dan konsentrasi elektrolitnya (Sloane:2003). Darah umumnya berupa
cairan (plasma). Protein utama dalam plasma adalah albumin. Protein lainnya
adalah antibodi (imunoglobulin) dan protein pembekuan. Antibodi dalam
plasma melindungi tubuh melawan bahan-bahan asing (misalnya virus,
bakteri, jamur dan sel-sel kanker), ketika protein pembekuan mengendalikan
perdarahan. Selain menyalurkan hormon dan mengatur efeknya, plasma juga
mendinginkan dan menghangatkan tubuh sesuai dengan kebutuhan
(Sherwood:2001).
Tidak dapat melihat darah secara langsung untuk itu diperlukan
pembuatan apusan. Ketika apusan diletakkan di mikroskop cahaya akan
terlihat komponen-komponen penyusun atau menghitung perbandingan
jumlah masing-masing sel darah. Menggunakan metode oles (metode smear)
yang merupakan suatu sediaan dengan jalan mengoles atau membuat selaput
(film) dan substansi yang berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas benda
yang bersih dan bebas lemak untuk kemudian difiksasi, diwarnai dan ditutup
dengan gelas penutup (Ganong:1993). Film darah dapat diwarnai dengan
berbagai macam metode salah satunya pewarnaan Giemsa atau Romanowski.
Hasil pewarnaan dengan Giemsa pada darah manusia akan memperlihatkan
eritrosit berwarna merah muda, nukleolus lekosit berwarna ungu kebiru-
biruan, sitoplasma lekosit berwarna sangat ungu muda, granula dari lekosit
eosinofil berwarna ungu tua, granula dari lekosit netrofil dan lekosit basofil
berwarna ungu.
Fungsi darah yaitu membantu pengangkutan zat-zat makanan,
perlindungan atau proteksi dari benda asing, dan mengatur regulasi kandungan
air jaringan, pengaturan suhu tubuh, dan pengaturan pH. Terdapat tiga macam
unsur seluler darah, yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit.

3
Gambar 1. Perbedaan struktur darah manusia (Sherwood:2001)
A. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Menurut Sloane (2003), eritrosit merupakan diskus bikonkaf,
bentuknya bulat dengan lekukan pada sentralnya dan berdiameter 7,65 µm.
Bentuk bikonkaf menghasilkan luas permukaan yang lebih besar untuk
difusi O2, menembus membran dibandingkan dengan bentuk sel bulat
dengan volume yang sama. Tipisnya sel memungkinkan O2 cepat berdifusi
antara bagian paling dalam sel dan eksterior sel. Sel darah merah tidak
mengandung nukleus, organel, atau ribosom. Selama perkembangan sel,
struktur-struktur ini dikeluarkan untuk menyediakan ruang lebih banyak
bagi hemoglobin.
Hemoglobin adalah suatu pigmen (yang berwarna secara alami).
Karena kandungan besinya maka hemoglobin tampak kemerahan jika
berikatan dengan O2, dan keunguan jika mengalami deoksigenasi. Karena
itu, darah arteri yang teroksigenasi penuh akan berwarna merah dan darah
vena yang telah kehilangan sebagian dari kandungan O2nya di tingkat
jaringan, memiliki rona kebiruan.
b. Sel Darah Putih (Leukosit)
Jumlahnya lebih sedikit dari sel darah merah. Terdapat lima jenis
utama dari sel darah putih yang bekerja sama untuk menjaga sistem imun.
Tabel 1. Perbedaan Jenis leukosit berdasarkan struktur
Jenis Struktur
Leukosit
Neutrofi Menurut Sloane (2003), neutrofil memiliki granula kecil
l berwarna merah muda dalam sitoplasmanya. Nukleusnya
memiliki tiga sampai lima lobus yang terhubungkan dengan
benang kromatin tipis. Diameternya mencapai 9 µm samapai
12 µm.

4
Eosinofi Eosinofil memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar,
l dengan pewarnaan oranye kemerahan. Sel ini memiliki nukleus
berlobus dua, dan berdiameter 12 µm sampai 15 µm. Berfungsi
sebagai fagositik lemah, membunuh parasit, merusak sel-sel
kanker dan berperan dalam respon alergi.
Basofil Basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang
bentuknya tidak beraturan dan akan berwarna keunguan sampai
hitam serta memperlihatkan nukleus berbentuk S. diameternya
sekitar 12 µm sampai 15 µm. Basofil juga berperan dalam
respon alergi. Sel ini mengandung histamin.
limfosit limfosit bergaris tengah 6-8 µm, 20-30% dari leukosit darah,
memiliki inti yang relatif besar, bulat sedikit cekung pada satu
sisi
Monosit diameter 9-10 um tapi pada sediaan darah kering diameter
mencapai 20 µm atau lebih. Inti biasanya eksentris, adanya
lekukan yang dalam berbentuk tapal kuda. Sitoplasma relatif
banyak dengan pulasan wrigh berupa bim abu-abu pada sajian
kering .
c. Trombosit
Trombosit dihasilkan oleh sel sumsung tulang belakang yang disebut
megakariosit dengan fragmen kecil sel (garis tengah sekitar 2 sampai 4
pm). Megakariosit berasal dari sel punca tak berdiferensiasi yang sama
dengan yang menghasilkan turunan eritrosit dan leukosit. Trombosit
adalah vesikel yang terlepas yang mengandung sebagian sitoplasma
megakariosit terbungkus dalam membran plasma. Trombosit tetap
berfungsi rara-rata selama 10 hari, trombosit memiliki organel dan
enzim sitosol untuk menghasilkan energi dan membentuk produk
sekretorik, yang disimpan di banyak granula yang tersebar di seluruh
sitosol. Selain itu, trombosit mengandung banyak aktin dan miosin,
yang menyebabkan keping darah ini mampu berkontraksi. Fungsi dari
trombosit adalah pembekuan darah yang akan menggumpalkan darah
dengan membentuk serat-serat fibrin.
2. Golongan Darah
Menurut TIM ANFISTUM (tanpa tahun), penggolongan sistem
ABO dilakukan dengan pertimbangan bahwa sel darah merah memiliki
dua antigen glikolipid yang disebut A dan B. Sistem penggolongan darah
penting untuk melakukan transfusi darah. Membran permukaan eritrosit
manusia mengandung antigen-antigen herediter yang bervariasi sesuai
golongan darah. Di dalam sistem golongan darah utama, sistem ABO,
ertirosit manusia dengan golongan darah A mengandung antigen A,

5
mereka yang golongan darahnya B mengandung antigen B, mereka yang
golongannya AB memiliki kedua antigen, dan mereka yang golongan O
tidak memiliki antigen A arau B di permukaan eritrositnya. Aglutinasi
adalah proses penggumpalan darah jika terdapat zat asing seperti bakteri
atau sel darah merah yang bukan golongan spesifik. Sel B biasanya tidak
dapat melaksanakan tugasnya menghasilkan antibodi tanpa bantuan dari
makrofag atau sel penyaji antigen lain dan, pada kebanyakan kasus, juga
dari sel T. Klon-klon sel B yang relevan tidak dapat mengenali dan
menghasilkan antibodi sebagai respons terhadap antigen asing.

Gambar 2. Struktur antibodi sumber (Sherwood:2001)


Limfosit membentuk pertahanan imun terhadap sasaran-sasaran
yang telah terprogram secara spesifik. Terdapat dua jenis limfosit,
limfosit B dan limfosit T (sel B dan T). Limfosit B menghasilkal
antibodi, yang beredar dalam darah dan bertanggung jawab dalam
imunitas humoral, atau yang diperantarai oleh antibodi. Limfosit T tidak
memproduksi antibodi, sel ini secara langsung menghancurkan sel asing
dengan membuat se lasing menjadi lisis. Struktur antibodi memiliki
bentuk Y. Zat ini mampu berikatan hanya dengan antigen spesifik yang
"cocok" dengan tempat pengikatan antigen-nya (Fab) di ujung lengan.
Bagian ekor (Fc) berikatan dengan mediator tertentu yang diaktifkan oleh
antibodi (Sherwood:2001). Menurut Mulyani (2013), antigen merupakan
substansi berupa protein dan polisakarida yang mampu merangsang
munculnya sistem kekebalan tubuh (antibodi)
Aglutinogen dan aglutinin adalah kandungan protein di dalam
darah. Aglutinogen merupakan protein berupa antigen, sedangkan
aglutinin merupakan protein berupa antibodi. Aglutinogen terdapat pada
eritrosit, sedangkan aglutinin terdapat pada plasma darah. Pada sistem
ABO terdapat empat tipe golongan darah: A, B, AB dan O. Di dalam

6
plasma terdapat antibodi terhadap antigen yang tidak terdapat pada sel
darah merah orang tersebut. Antibodi ini disebut anti-A dan anti-B.
Tabel 2. Penggolongan darah sistem ABO

Golongan Antigen pada sel darah Antibodi pada plasma


Darah merah
A A Anti- B
B B Anti- A
AB AB -
O - Anti- A dan Anti- B
Sumber: Tok (2015)

BAB III

7
METODE PENELITIAN

A. Metode Praktikum

Pada mata kuliah anatomi dan fisiologi hewan kami menggunakan metode
pengamatan untuk praktikum apusan darah dan penggolongan darah.

B. Tempat, Waktu, Tanggal Praktikum

Tempat : Laboratorium jurusan IPA gedung C12.02.02


Waktu : pukul 13.00-15.00 WIB
Tanggal : 7 Maret 2018

C. Alat dan Bahan


Kegiatan 1
1. Alat:
a.Jarum lanset 1 buah
b.Kaca benda atau preparat 4 buah
c.Pipet 1 buah
d.Kapas steril 1 pcs
f.Gelas beker 50ml 1 buah
g.Kertas tisu 1 bendel
2. Bahan:
a.Pewarna Giemsa 3% 10ml
b.Metanol Absolut 10ml
c.Alkohol 70% 15ml
d.Sampel darah manusia 2 - 3 tetes
Kegiatan 2
1. Alat:
a.Jarum lanset 1 buah
b.Plat tetes 1 buah
c.Kapas steril 1 pcs
d.Kertas tisu 1 bendel

2. Bahan:
a.Alkohol 70% 15ml
b.Reagen anti A, B, dan AB 5ml
c.Sampel darah manusia 3 tetes

D. Langkah Percobaan
1. Kegiatan 1

Jari tengah praktikan

a. Disterilkan dengan alkohol

b. Ditusuk dengan ujung lanset. 8

c. Ditekan hingga keluar darah.


Darah
a. Disentuhkan pada kaca benda (1 cm dari ujung).
b. Ditekan dan didorong kedepan dengan kaca benda
yang sudah dibersihkan hingga terbentuk lapisan
darah yang tipis.
c. Dikeringkan dengan cara mengangin anginkan.
d. Ditetesi pewarna giemsa 3% sebanyak 2 tetes dan
ditunggu selama 30 menit
e.
e. Dicuci
Diamatidengan air yang
di bawah mop. mengalir dengan pipet.
f. Dikeringkan kembali
g. Diamati di bawah mikroskop.

Identifikasi komponen
darah

Jari tengah praktikan

Disterilkan dengan alkohol


Ditusuk dengan ujung lanset.
Ditekan hingga keluar darah.

Darah
2. Kegiatan 2

Ditempatkan di pelat tetes pada tiga tempat yang


berbeda dan sudah diberi alkohol 70%.
Di tetesi serum alfa (darah yang pertama) dan
diaduk dengan lidi.
Ditetesi serum beta (darah yang kedua) dan diaduk
dengan lidi.
Ditetesi serum alfa beta (darah yang ketiga) dan
diaduk dengan lidi. 9

Golongan darah
praktikan
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
A. Data Hasil Praktikum
Tabel 1. Data hasil pengamatan apusan darah ayam

No Gambar Keterangan

1. 1. Leukosit
2. Trombosit

10
1

Perbesaran 400x

2. 1. Leukosit
2. Eritrosit

Perbesaran 1000x

Tabel 2. Data hasil pengamatan apusan darah manusia

No Gambar Keterangan

11
1. 1. Eritrosit
2. Leukosit
3. Trombosit

Perbesaran 400x

2. 1. Eristrosit
2. Leukosit

Perbesaran 1000x

Tabel 3. Data hasil penggolongan darah sistem ABO

Sampel Reagen Golongan

12
α β αβ Darah
1
- - - O
2 + - + A

3 - + + B

Keterangan :
- = Tidak menggumpal
+ = Menggumpal

B. Pembahasan
Praktikum ini terbagi menjadi dua kegiatan. Kegiatan pertama
berjudul apusan darah yang bertujuan untuk mengetahui komponen darah
ayam dan manusia. Pada praktikum apusan darah ini, kami menggunakan
sampel darah manusia dan ayam yang menggunakan metode apus atau oles.
Diperoleh data berupa gambar atau foto yang telah kami amati di bawah
mikroskop dengan perbesaran 400x dan 1000x.
Pada apusan darah ayam dengan perbesaran 400x, yang dapat kami
temukan yaitu leukosit dan trombosit. Leukosit dan trombosit pada darah,
memiliki perbedaan yang bisa dilihat dengan menggunakan mikroskop.
Trombosit pada apusan darah ayam memiliki bentuk atau struktur yang tidak
beraturan dan tidak memiliki inti. Trombosit pada apusan darah ayam
memiliki warna biru dan letaknya bergerombol serta jumlahnya lebih sedikit
daripada leukosit yang ada. Trombosit merupakan salah satu komponen darah
yang mempunyai fungsi utama dalam pembekuan darah. Sedangkan leukosit
pada apusan darah ayam dengan perbesaran 400x memiliki bentuk yang tidak
beraturan dan memiliki inti. Leukosit pada apusan darah ayam yang kami
amati memiliki warna keungu – unguan dan tersebar ke seluruh penampang
lingkaran pada mikroskop. Leukosit pada ayam jumlahnya lebih banyak
karena disebabkan dalam kehidupan sehari – hari, ayam industry atau horen
dipelihara oleh masyarakat dalam kondisi lingkungan yang kurang higienis.
Kondisi ini memungkinkan terjadinya paparan dari berbagai agen penyakit
yang berasal dari lingkungan pemeliharaan, sehingga kemungkinan
menginduksi terjadinya poliferasi sel limfosit.
Apusan darah ayam dengan perbesaran 1000x, yang dapat kami
temukan yaitu leukosit dan eritrosit. Leukosit dan eritrosit pada darah,
memiliki perbedaan yang bisa dilihat dengan menggunakan mikroskop.
Eritrosit pada apusan darah ayam berbentuk oval dan mempunyai inti sel.
Menurut Piliang dan Djojosoebagio (2006) Dalam besuni 2015, menyatakan

13
bahwa faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan eritrosit adalah
kecukupan nutrisi. Semakin baik nutrisi yang diterima mahluk hidup, maka
akan semakin tinggi pula jumlah eritrosit pada darah mahluk hidup. Indeks
eritrosit ini, dapat digunakan untuk mengetahui kondisi anemia. Jika eritrosit
dalam darah ayam normal, maka ayam tersebut tidak menderita anemia,
sebaliknya jika eritrosit dalam darah ayam rendah, maka ayam tersebut bisa
dikatakan menderita anemia. Pada perbesaran 1000x, leukosit yang ada pada
darah ayam, lebih sedikit terlihat jelas jenisnya. Pengamatan yang telah kami
lakukan diperoleh jenis leukosit yang ada pada darah ayam tersebut termasuk
jenis basofil dan monosit. Basofil adalah sel darah putih yang mempunyai
peranan dalam reaksi alergi. Keadaan sel basofil di dalam darah sirkulasi
menurut Guyton (1990) sekitar 0,4%. Meskipun konsentrasi tersebut sangat
penting karena sel basofil mengandung heparin yang dapat menghambat
proses pembekuan darah. Pengamatan kami melalui mikroskop, diketahui
jenis basofil relatif lebih banyak daripada monosit. Monosit adalah prekusor
makrofag dalam darah sirkulasi. Begitu ada infeksi agen patogen, maka
monosit akan segera bermigrasi ke jaringan yang mengalami peradangan dan
berubah menjadi sel makrofag. Makrofag ini merupakan sel fagosit yang
potensial, karena ukurannya lebih besar, umumnya lebih panjang dan
kemampuannya menelan bakteri lebih banyak daripada heterofil. Berdasarkan
teori yang ada, jumlah monosit lebih banyak daripada jumlah basofil. Jika
kami lebih mengamati lagi bagian yang ada di sebelah – sebelahnya, bisa jadi
kami menemukan monosit yang lebih banyak. Karena mengingat monosit
lebih berperan penting dari pada basofil yaitu menurut Kristy (2018) untuk
melindungi organisme dari serangan patogen berbahaya, dan untuk
menghilangkan sel mati, sekarat atau rusak dari darah.
Sel darah merah (eritrosit) pada unggas (ayam) berbeda dengan
mamalia. Selnya berbentuk oval dan memiliki inti (nukleus). Inti yang
dimiliki eritosit memungkinkan sel darah merah memiliki kemampuan untuk
bergerak sendiri, selain mengandalkan pergerakan yang berasal dari jantung
maupun oleh adanya perbedaan tekanan dalam darah. Daur hidup eritrosit
unggas cenderung sangat singkat dibandingkan mamalia. Rata – rata daur
hidup eritrosit manusia sekitar 50 – 60 hari, sedangkan pada unggas rata –
rata 28 sampai 35 hari. Tingkat metabolisme yang tinggi pada unggas
mengakibatkan kinerja eritrosit lebih tinggi pula, sehingga sel darah merah
cepat mati dan kembali bersiklus. Temperatur tubuh e las yang tinggi
menyebabkan tingkat proses metabolisme juga semakin meningkat, hal
tersebut mengakibatkan pengangkutan darah harus lebih cepat. Eritrosit pada
unggas memiliki ukuran yang lebih besar dari pada mamalia. Ukuran yang
lebih besar terkait dengan jumlah molekul hemoglobin yang mampu dibawa
dalam satu sel darah merah. Meskipun ukuran sel darah merah unggas lebih

14
besar, namun bentuknya lebih oval, sehingga pergerakan sel darah merah
melalui pipa-pipa pembuluh lebih cepat.
Sama halnya dengan apusan darah ayam, metode yang digunakan
dalam pengamatan apusan darah untuk manusia adalah dengan pewarnaan
giemsa. Pewarna giemsa ini berfungsi untuk mengidentifikasi sel – sel darah
pada manusia. Dalam pengamatan apusan darah manusia didapatkan 3 sel
darah yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit pada perbesaran 400X.
Kemudian hanya didapatkan 2 sel darah pada perbesaran 1000X. Pada apusan
darah manusia ditemukan eritrosit yang ditunjukan dengan warna merah
muda, tanpa memiliki inti, dan berbentuk cakram bikonkaf. Bentuk bikonkaf
dari eritrosit sendiri menyebabkan luas permukaan yang dimilikinya menjadi
besar, hal tersebut akan memudahkan eritrosit untuk berdifusi O2, dan
memudahkan eritrosit untuk menembus membran. Dalam hal ini eritrosit
memiliki sel yang tipis yang akan memudahkan eritrosit dan mempercepat
eritrosit dalam melakukan difusi O 2 antara bagian eksterior sel dan bagian
dalam sel. Eritrosit ditunjukan berwarna merah muda, dan tanpa memiliki
inti. Hal tersebut dikarenakan eritrosit ingin memberikan ruang lebih untuk
hemoglobin, oleh sebab itu nukleus, dan organel lainnya dihilangkan atau
dikeluarkan selama masa perkembangannya. Jumlah eritrosit jika dilihat dari
hasil pengamatan lebih banyak dari jumlah leukosit maupun trombositnya.
Fungsi eritrosit sendiri adalah sebagai pengedar oksigen dalam darah manusia
maupun hewan. Darah tersebut nantinya akan diedarkan ke seluruh tubuh.
Dalam eritrosit terdapat hemoglobin. Hemoglobin memiliki kandungan besi
dan akan tampak kemerahan jika berikatan dengan oksigen. Oleh sebab itu
darah yang berwarna merah diakibatkan karena teroksigenisasi dengan
sempurna sehingga warnanya akan merah dan mampu mengedarkan oksigen
ke seluruh tubuh. Namun jika hemoglobin tidak teroksigenisasi dengan baik
atau mengalami gangguan deoksigenisasi darah akan berubah menjadi warna
biru karena kehilangan kandungan oksigen di tingkat jaringan.
Selanjutnya sel darah lain yang ditemukan pada apusan darah manusia
adalah leukosit. Leukosit memiliki lima jenis leukosit yang bekerja secara
beriringan untuk menjaga sistem imun manusia. Dalam hasil pengamatan
leukosit yang ditemukan berwarna keunguan dengan inti didalamnya. Bentuk
dari leukosit yang diemukan bulat dan agak cekung pada satu sisi. Jenis
leukosit ini sendiri dinamakan leukosit jenis limfosit. Limfosit terbentuk di
dalam sumsum tulang dan limfa. Limfosit memiliki 6 jenisnya masing –
masing yaitu limfosit B, sel T Helper, sel T sitokosit, sel T memori, dan sel T
supresor. Limfosit B memiliki fungsi untuk memproduksi antibodi, sel T
helper untuk mengaktifkan dan mengarahkan sistem kekebalan tubuh, sel T
sitotoksit untuk mengeluarkan bahan kimia dalam menghancurkan patogen,
sel T memori untuk sistem kekebalan tubuh dalam mengetahui patogen
tertentu, dan sel T supresor utnuk melindungi sel normal tubuh.

15
Dan yang terakhir adalah trombosit. Pada hasil praktikum trombosit
ditunjukan dengan sel darah yang tidak memiliki bentuk tetap dan berwarna
ungu kebiruan. Trombosit adalah vesikel yang terlepas dengan masih
mengandung sebagian dari sitoplasma megakariosit dan terbungkus dalam
suatu membran. Trombosit dihasilkan oleh sumsum tulang belakang yang
disebut megakariosit dengan fragmen kecil sel. Trombosit dapat berkontraksi
karena mengandung aktin dan miosin. Rata – rata fungsi dari trombosit hanya
bertahan 10 hari. Hal tersebut disebabkan karena trombosit memiliki organel
dan enzim sitosol yang mampu menghasilkan energi dalam bentuk sekretorik.
Fungsi dari trombosit sendiri sebagai pembekuan darah apabila terdapat luka
yang terbuka. Pembekuan darah akan menggumpalkan darah dengan
membentuknya menjadi benang – benang fibrin yang kemudian luka tersebut
dapat tertutup kembali. Dari ketiga jenis sel darah tersebut yang memiliki
jumlah paling banyak adalah eritrosit. Hal tersebut dikarenakan fungsi
eritrosit yaitu mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh. Jika eritrosit dalam
tubuh sedikit asupan oksigen yang ada dalam tubuh akan mengalami
kekurangan. Selain itu kekurangan eritrosit menyebabkan gangguan berupa
anemia atau kekurangan darah. Oksigen yang dipasok oleh eritrosit nantinya
akan digunakan oleh tubuh untuk memperoleh energi untuk beraktivitas.
Kegiatan kedua kami mengamati penentuan golongan darah dengan
memberikan tetesan anti serum A, anti serum B, dan anti serum AB masing-
masing pada tetesan darah diatas kaca objek. Darah yang diambil berasal dari
kapiler pada bagian ujung jari telunjuk tangan. Sebelum darah diambil dengan
menggunakan jarum lanset, ujung jari tangan dibersihkan dengan alkohol
70% agar terhindar dari kuman- kuman yang dapat menyebabkan infeksi.
Petunjuk yang dapat kami gunakan dengan mengamati ada tidaknya
penggumpalan (aglutinasi) pada sel darah tersebut.
Pada praktikum kali ini digunakan serum anti A, serum anti B dan,
serum anti AB. Setelah dilakukan penetesan didapatkan hasil sebagi berikut:

Gambar 3. Sampel darah setelah diberi reagen

16
Berdasarkan hasil pengamatan dari 3 sempel darah, sampel pertama
memiliki golongan darah O. Hal tersebut karena sempel darah ketika
diteteskan oleh serum anti A ataupun serum anti B tidak terjadi aglutinasi
(penggumpalan). Tidak terjadi aglutinasi karena golongan darah O tidak
memiliki aglutinogen A dan B. Individu yang memiliki golongan darah O,
memiliki kedua jenis aglutinin A dan B (aglutinin anti A dan anti B) sehingga
pemberian serum anti A maupun anti B tidak menyebabkan bentuk penolakan
dari darah. Tidak adanya aglutinogen pada sel individu yang memiliki
golongan darah O menyebabkan darah tersebut dapat ditranfusikan ke
individu lain yang memiliki golongan darah sama maupun tidak, akan tetapi
individu dengan golongan darah O hanya bisa menerima darah dari individu
yang memiliki golongan darah yang sama. Berdasarkan hal tersebut, maka
individu yang memiliki golongan darah O dikategorikan sebagai “donor
universal”.
Sedangkan pada sempel darah kedua memiliki golongan darah A. Hal
tersebut dapat diamati dari hasil penetesan dengan serum anti A dan serum
anti B yaitu pada tetesan darah naracoba didapatkan adanya penggumpalan
pada darah yang ditetesi serum anti A dan serum anti AB. Ini dapat terjadi
karena pada individu dengan golongan darah A memiliki aglutinogen tipe A
dan aglutinin anti B. Pemberian serum anti A menyebabkan darah melakukan
penolakan dengan aglutinin anti A yang mengikat dua sel darah merah dan sel
menjadi melekat satu sama lain sehingga terlihat menggumpal. Sedangkan
pada pemberian serum anti B tidak terjadi reaksi apapun karena pada
dasarnya pada sel darah OP sudah memiliki aglutinin anti B.
Terakhir adalah sempel darah ketiga yang menunjukan penggumpalan
pada saat diteteskan serum anti B dan serum anti AB yang berarti sempel
darah tersebut memiliki golongan darah B. Individu dengan golongan darah B
memiliki aglutinogen B dan aglutinin anti A. Serum anti B memiliki sifat
aglutinin anti A, jadi jika plasma darah seseorang memiliki aglutinin anti A,
maka plasma darah individu tersebut akan mengalami penggumpalan saat
darah dicampur dengan serum anti B, hal inilah yang terjadi pada naracoba
bergolongan darah B. Dalam hal transfusi darah, sempel darah ketiga dapat
menjadi pendonor bagi individu dengan golongan darah B dan AB serta dapat
menjadi resipien dari individu dengan golongan darah O dan B. Hal ini
disebabkan karena individu dengan golongan darah B memiliki aglutinogen B
dan aglutinin anti A.
Penggolongan darah yang kami amati sesuai dengan teori dimana
pada darah setiap manusia tidak akan dijumpai Aglutinogen/antigen dan zat
antinya (zat yang dapat menggumpalkan antigen). Jadi jika seseorang
memiliki aglutinin A maka, dalam darahnya tidak akan dijumpai aglutinin A
yang dapat menggumpalkannya. Sama halnya dengan orang yang memiliki

17
antigen B, maka di dalam darahnya tidak akan dijumpai zat penggumpalnya.
Demikian juga dengan orang yang memiliki aglutinin A dan B, maka di dalam
darahnya tidak akan ada aglutinin sama sekali. Berbeda dengan orang yang
tidak memiliki aglutinogen, di dalam darahnya akan dijumpai 2 macam
aglutinin yaitu aglutinin A dan aglutinin B (Sherwood:2001).

Gambar 4. Penggolongan Darah Sistem ABO (Mulyani:2013)


Penggumpalan yang terjadi karena antibodi pada masing masing darah
bekerja secara spesifik. Untuk golongan darah A mempunyai antibodi B,
maka antibodi tersebut hanya akan bekerja spesifik terhadap antigen B.
Ketika ada antigen A masuk, maka antibodi tersebut akan secara otomatis
menganggap bahwa antigen A merupakan hal asing, yang mana akan terjadi
penggumpalan sebagai bentuk pertahanan diri yang dilakukan oleh antibodi
B. Begitu pula yang terjadi pada golongan darah B dan AB
Menurut Guyton (1990), bila darah tidak cocok maka aglutinin anti A
atau anti B tercampur dengan sel darah merah yang masing-masing
mengandung aglutinogen A atau B, sel darah merah diaglutinasi dengan
proses sebagai berikut: Aglutinin melekatkan dirinya pada sel darah merah.
Karena aglutinin bivalen atau polivalen, satu aglutinin pada saat yang sama
dapat mengikat dua sel darah merah, karena itu menyebabkan sel melekat
satu sama lainnya. Hal ini menyebabkan sel menggumpal. Menurut Mulyani
(2003) gumpalan atau kumpulan bakteri akan memudahkan sel fagositik
(makrofag) untuk menangkap dan memakan bakteri secara cepat.

18
Gambar 5. Proses penggumpalan darah (Sherwood:2001)
Mekanisme penggumpalan darah jika antigen dan antibodi tidak
sesuai ditunjukkan oleh gambar diatas. Ketika terjadi penggumpalan bisa
berakhir dengan lisisnya sel darah merah atau sel darah merah tetap pada
pembuluh namun akan menyumbat aliran yang kita kenal pecahnya pembuluh
darah. Secara rinci mekanisme imun menurut Sherwood (2001) didapat
dengan makrofag memproses dan menyajikan antigen se lasing kepada sel B
yang spesifik untuk antigen tersebut. Klona sel B yang telah diaktifkan
berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma dan sel memori. Sel
plasma akan mengeluarkan antibody spesifik yang berikatan dengan sel asing.

19
Sel T penolong yang telah diaktifkan oleh antigen bakteri yang sama
diproses dan disajikan kepada makrofag. Antibodi berikatan dengan se lasing
yang masuk dan meningkatkan imunitas bawaan sehingga terjadi kehancuran
dari sel asing itu sendiri. Sel memori yang menetap akan merespon kembali
jika sel asing yang sama datang kembali.

20
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terdapat dua kesimpulan dalam praktikum kami yaitu:
1. Sel darah tersusun dari tiga macam yaitu sel eritrosil, sel leukosit, sel
trombosit. Komponen tersebut dijumpai pada manusia dan ayam. Hanya
beberapa hal yang membedakan darah manusia dan ayam, seperti bentuk,
ukuran sel dan jumlah sel itu sendiri
2. Sel darah dapat digolongkan berdasarkan ada tidaknya antibodi dalam
antigen yang spesifik untuk menghindari penggumpalan darah. Salah
satunya menggunakan metode penggolongan darah ABO.
B. Saran
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan menemukan jenis-jenis leukosit
secara lengkap pada setiap pembesaran ataupun pada setiap jenis apusan.
Agar menambah wawasan bahwa leukosit memiliki banyak jenis. Mengamati
proses penggumpalan darah jika memungkinkan dengan pengamatan
mikroskop, ketika sel darah tepat diberi antibodi yang berbeda. Sehingga
peneliti dapat tau bagaimana reaksi jika yang diberikan bukan spesifik
antibodinya.

Daftar Pustaka
Abbas, 1997. Metode Penelitian. Jakarta: Gahalia Indonesia
Ganong, William F. 1999. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Jakarta: ECG.
Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta
EGC.

21
Kristy, Yanti. 2018. Apa Fungsi Monosit?.Online (http://www.sridianti.com,
diakses tanggal 13 maret 2018)
Mulyani. 2013. Mekanisme Pembentukan Kekebalan Tubuh. Online.
(https://mulyanipharmaco.files.wordpress.com, diakses tanggal 10 maret
2018)
Piliang dan Djojosoebagio. 2006. Dalam Besuni, Angreani 2015. Hubungan
Asupan Zat Gizi Pembentuk Sel Darah Merah dengan Kadar Hemoglobin
pada Ibu Hamil di Kabupaten Gowa. Daring. Jurnal MKMI.
(http://repository.unhas.ac.id, diakses tanggal 10 maret 2018)
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia Edisi ke Enam. Terjemahan.
Jakarta:
Buku kedokteran
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC
TIM ANFISTUM. Tanpa Tahun. Panduan Praktikum Anatomi dan Fisiologi
Hewan. Surabaya: UNESA University Press
Tok, Panji. 2015. Golongan Darah Sistem Abo. Online. (http://www.edubio.info,
diakses tanggal 10 maret 2018)

A. LAMPIRAN DOKUMENTASI

22
Gambar 1. Menusuk jari tengah Gambar 2. Membuat apusan darah
dengan jarum lanset

Gambar 3. Pemberian reagen pada Gambar 4. Menyatukan reagen dengan


sampel darah sampel darah

Gambar 5 . Penggolongan darah

23

Anda mungkin juga menyukai