Anda di halaman 1dari 134

MODEL KANTONG PLASTIK BELANJA RAMAH LINGKUNGAN

DI INDONESIA
(STUDI KASUS: KANTONG PLASTIK BIODEGRADABLE)

MELANIE CORNELIA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “MODEL KANTONG PLASTIK
BELANJA RAMAH LINGKUNGAN DI INDONESIA “ (STUDI KASUS: KANTONG
PLASTIK BIODEGRADABLE) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Jakarta, 8 Nopember 2013

Melanie Cornelia

P 062100071
RINGKASAN
MELANIE CORNELIA. Model Kantong Plastik Belanja Ramah Lingkungan di Indonesia
(Studi Kasus: Kantong Plastik Biodegradable) Dibimbing oleh RIZAL SYARIEF sebagai
Ketua Komisi Pembimbing, HEFNI EFFENDI dan BUDI NURTAMA sebagai Anggota
Komisi Pembimbing.

Kantong plastik belanja telah menjadi kebutuhan masyarakat karena kegunaannya


yang praktis dan ringan untuk dipakai sebagai wadah membawa barang, namun akhirnya juga
dipakai sebagai tempat untuk membuang sampah. Penggunaan kantong plastik belanja makin
besar jumlahnya dari tahun ke tahun sehingga menimbulkan masalah lingkungan seperti
banjir dan longsor, karena kantong plastik belanja yang ada adalah jenis plastik konvensional
yang memerlukan waktu sangat lama untuk bisa diurai. Pemerintah sudah mengeluarkan UU
No 18/2008 tentang pengelolaan sampah, sehingga ritel dan pusat perbelanjaan telah
menginisiasi menyediakan kantong plastik belanja jenis oxodegradable dan biodegradable
selain jenis konvensional yang masih tetap dipakai.
Dari FGD yang dilakukan, terungkap bahwa harga menjadi kendala dalam pemakaian
dan penyediaan kantong plastik belanja ramah lingkungan. Dari 36 responden yang mengisi
kuesioner AHP, dan setelah diolah datanya dengan expert choice software, hasil pilihan
responden adalah pada kantong plastik biodegradable (38.89%), oxodegradable (36.11%),
dan konvensional (25.0%). Beberapa kantong plastik belanja hanya diberi label degradabel,
eco-friendly dan pelabelan sejenis, namun hanya sebagai piranti marketing saja. Perlu uji dan
analisis berbagai jenis label kantong plastik tersebut, sehingga dapat dibedakan
karakteristiknya. Pelabelan biodegradable yang dicantumkan tidak sesuai dengan
karakteristiknya disebabkan oleh harga kantong plastik jenis ini lebih mahal, karena adanya
komponen yang ditambahkan dalam pembuatannya, yang menyebabkan kenaikan harga jual.
Biodegradable plastik (bioplastik) adalah plastik yang dapat didegradasi oleh mikroba
tanah karena adanya kandungan pati di dalamnya. Bioplastik diharapkan menjadi salah satu
solusi masalah lingkungan yang disebabkan oleh menumpuknya sampah kantong plastik
belanja. Secara komersial sudah ada bioplastik yang diproduksi dengan penambahan pati
singkong, namun kendalanya adalah harga produk masih mahal karena pati tersebut masih
dibutuhkan sektor pangan dan energi. Dalam penelitian ini, bioplastik dibuat dengan
memanfaatkan pati yang diekstraksi dari biji durian yang selama ini merupakan limbah,
untuk dicampur dengan biji plastik LDPE dengan variasi penambahan pati 0-50%. Sebagai
pembanding dipakai pati dari empulur sagu, sehingga karakteristik fisik seperti warna dan
sifat mekanik seperti kekuatan tarik, perpanjangan putus dan kekerasan dapat
diperbandingkan. Uji penurunan berat bioplastik dilakukan dengan pemendaman di dalam
tanah selama 8 minggu. Hasil uji Anova menunjukkan perlakuan jenis pati dan konsentrasi
pati yang ditambahkan tidak beda nyata (p>0.05) terhadap kehilangan berat plastik, hanya
berbeda dalam hal warna. Analisis SEM dilakukan untuk membandingkan rongga di antara
molekul pati dengan biji plastik pada perbesaran 2500x, yang menyebabkan kekuatan
mekanik bioplastik menjadi berkurang dan menjadi rapuh ketika ditarik. Pati biji durian 10%
terbukti optimal digunakan sebagai pengisi polimer tanpa penambahan aditif dalam
pembuatan bioplastik, dengan sifat mekanik yang dapat dibandingkan dengan pati sagu dan
pati singkong.

Kata kunci: kantong plastik belanj, oxodegradable, biodegradable, ramah lingkungan


SUMMARY
MELANIE CORNELIA. Model of Environmental Friendly Plastic Shopping Bags in
Indonesia (Case Study: Biodegradable Plastic Bags ).
Supervised by RIZAL SYARIEF, HEFNI EFFENDI and BUDI NURTAMA.

Plastic shopping bags have become a necessity because of its practical useful, as a
container to carry grocery items and finally were used as trash carriers prior to final
disposing into landfill. The use of plastic shopping bags in Indonesia increasingly
exponential growth from year to year, making environmental problems such as flooding and
landslides. The government has issued Law No. 18/2008 to address this issue. In line with the
regulations for using of environmentally friendly plastic bags, some retailers and shopping
centers has initiated the program by providing environmental friendly plastic shopping bags
such as biodegradable and oxodegradable types.
However, the component ingredients are added in processing of environmentally
friendly plastic bag, so it makes price higher than the conventional one, which in turn is a
burden on consumers. From FGD result, the issue of price is the problem in the using of
environmentally friendly plastic shopping bags. The results of some AHP questionnaires
which are filled by 36 respondents, and after processing the data with expert choice software,
the highest choice is biodegradable (38.89%, followed by oxodegradable (36.11%), and
conventional (25.0%).
Distinguishing characteristics of the plastic shopping bags are conventional and
biodegradable in the supermarket, both domestically and compare them with plastic
shopping bags in supermarkets abroad. Many plastic shopping bags at the supermarket that
is normally labeled biodegradable products in accordance with government regulations.
There are also some plastic shopping bags that do not include a specific label, but to include
eco-friendly and the like related to the environment. There needs to analyze the
characteristics of various types of plastic bags labeled by using the apparatus to differentiate
its characteristics. Bioplastics are plastics that are able to be degraded by microbes in the
soil due to its starch content. Bioplastics are expected to be the solution of environmental
problems caused by the plastic shopping bags waste which became an environmental burden.
Commercially, bioplastics were already being produced with the variation of percentage
cassava addition. However the problem regarding such matter is the price of the product is
still expensive compared to conventional plastic bags, because the starches are still needed in
food and energy sectors. In this study, bioplastic is made from extracted durian seeds starch
to be mixed with LDPE plastic ores, with the variation addition of starch concentration by 0-
50%. For comparison, starch from sago is used, so that the physical characteristics such as
color and mechanical properties such as tensile strength, elongation and hardness can be
compared. Decreasing of bioplastics weight was evaluated with burial in soil for 8 weeks.
Anova test results showed that types of starch and % starch are added, give no significant
difference (p> 0.05) on weight loss of plastic except in color. SEM analysis was conducted to
compare the cavity between starch molecules and plastic polymer at 2500x magnification,
which causes plastic strength reduced and becomes brittle when being pulled. Addition of
10% durian seed starch is proven as optimal polymer substitution without additives in
making bioplastics, with mechanical characteristics that can be compared with sago and
cassava starch.

Keywords: plastic shopping bags, oxodegradable, biodegradable, environmental friendly


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah;
dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam
bentuk apa pun tanpa izin IPB
MODEL KANTONG PLASTIK BELANJA RAMAH LINGKUNGAN
DI INDONESIA
(STUDI KASUS: KANTONG PLASTIK BIODEGRADABLE)

MELANIE CORNELIA

Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor
padaProgram Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup: 1. Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo,MS

2. Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana,MS

Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka: 1.Prof.Dr.Ir.Tun Tedja Irawadi,MS

2.Prof. Dr. Manlian Ronald A.Simanjuntak,ST,MT


PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Es4 karena hanya atas
berkat dan anugrahNya sajalalq maka disertasi ini berhasil diselesaikan sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan (PSL), di Sekolah Pascasarjana IPB'
Penulis memilih tema tentang kantong plastik belanja ramah lingkungan, karena tema
ini terkait dengan bidang keilmuan penulis, yaitu bidang teknologi, kimia dan manajemen
yang berbasis sumberdaya alam. Sebagai masyarakat yang sehari-hari menggunakan kantong
plastik untuk membawa baratrg belanjaan dan sekaligus membuangnya sebagai sampah,
maka kita harus cerdik mencari altematif solusi dari berbagai masalah lingkungan yang
diakibatkan oleh sarnpah kantong plastik belanja, yang tidak dapat di degradasi oleh alam.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tinggi
kepada Tim Komisi Pembimbing, yang terdiri dari Prof. Dr. h. Rizal Syarief. DESS selaku
ketua komisi, Dr. Ir. Heftri Effendi, M. Phil. Dan Dr. h. Budi Nurtama , M. Agr. selaku
anggota komisi pembimbing atas bimbingan dan arahan serta masukan yang konstruktif
kepada penulis, sejak awal penulisan proposal, pelaksanaan penelitian dan finalisasi hasil
hingga penulisan disertasi ini. Kepada pimpinan dan dosen-dosen pengajar serta staf
administrasi di lingkungan Program Studi PSL IPB, penulis juga mengueapkan terima kasih
atas motivasi dan dukungannya selama perkuliahan dan kegiatan akademis lainnya. Tak lupa
terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dikti - Kemdikbud atas beasiswa BPPS yang
diberikan selama masa perkuliahan dan penelitian, dan kepada Universitas Pelita Harapan
yang telah mengijinkan, memberi kesempatan dan mendukung penulis untuk mengikuti
Progtam Doktor di Sekolah Pascasarjana IPB-
Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan sesama mahasiswa
yang
-f sedang mengambil program doktor di program studi PSL, atas kebersamaan kita selama
trn rn. Juga kepada rekan-rekan kerja di UPH yang selalu mendukung dan mendoakan
penulis, serta kepada teman-teman di bidang transportasi dan foto copy yang selama ini selalu
mendukung kegiatan perkuliahan dan disertasi penulis sehingga dapat berjalan lancar.
Terimakasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada ketiga buah hati penulis yaitu
Rinan, Danar dan Amy yang selalu memberi dukungan dan bantuan baik moril dan tenag4
sehingga penulis dapat menyelesaikan program doktor ini. Semoga semangat dan usaha
penulis untuk mencapai gelar yang lebih tinggi dapat menjadi teladan untuk kalian semua.
- Penulis menyadari bahwa karya disertasi ini masih perlu penyempurnaan melalui
berbagai masukan dan sarano sehingga lebih banyak lagi manfaat yang dapat diberikan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, untuk menjaga kelestarian lingkungan kita melalui
pemanfaatan teknologi dan manajemen, dalar4 mengolah sumberdaya alam yang ada di bumi
pertiwi yang sudah dititipkan Tuhan kepada kita.

Jakarta, 8 Nopember 2013

Penulis
Melanie Cornelia
Judul Ilisertasi : Mqdel Kantong Ptastik Belanja Ramah Lingkungan
di Indonesia (Studi Kasus: Kantong Plestrk Biodegradable)
Nrma : Melanie Cornelia

NIM : P062100071

Disetujui oleh

Mr
Dr Ir Hefni Effendi.IVLPhil
Anggota

Diketahni oleh

Ketua Prugran Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascaserjana


Sumberdaya Alam dan Lingknngan

Prof;Dr. Ir.Cecen Kusmana.MS Dr.Ir Dahrul Syah. MScAer

Tanggal Ujian: 25 September 2013 Tanggal Lulus:..,


Judul Disertasi : Model Kantong Plastik Belanja Ramah Lingkungan
di Indonesia (Studi Kasus: Kantong Plastik Biodegradable)
Nama : Melanie Cornelia

NIM : P062100071

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Prof. Dr Ir Rizal Syarief, DESS

Ketua

Dr Ir Hefni Effendi, M.Phil Dr Ir Budi Nurtama, M.Agr


Anggota Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana


Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Prof.Dr. Ir.Cecep Kusmana,MS Dr.Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 25 September 2013 Tanggal Lulus: ...


PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa, karena hanya atas
berkat dan anugrahNya sajalah, maka disertasi ini berhasil diselesaikan sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan (PSL), di Sekolah Pascasarjana IPB.
Penulis memilih tema tentang kantong plastik belanja ramah lingkungan, karena tema
ini terkait dengan bidang keilmuan penulis, yaitu bidang teknologi, kimia dan manajemen
yang berbasis sumberdaya alam. Sebagai masyarakat yang sehari-hari menggunakan kantong
plastik untuk membawa barang belanjaan dan sekaligus membuangnya sebagai sampah,
maka kita harus cerdik mencari alternatif solusi dari berbagai masalah lingkungan yang
diakibatkan oleh sampah kantong plastik belanja , yang tidak dapat di degradasi oleh alam.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tinggi
kepada Tim Komisi Pembimbing, yang terdiri dari Prof. Dr. Ir. Rizal Syarief. DESS selaku
ketua komisi, Dr. Ir. Hefni Effendi, M. Phil. Dan Dr. Ir. Budi Nurtama , M. Agr. selaku
anggota komisi pembimbing atas bimbingan dan arahan serta masukan yang konstruktif
kepada penulis, sejak awal penulisan proposal, pelaksanaan penelitian dan finalisasi hasil
hingga penulisan disertasi ini. Kepada pimpinan dan dosen-dosen pengajar serta staf
administrasi di lingkungan Program Studi PSL IPB, penulis juga mengucapkan terima kasih
atas motivasi dan dukungannya selama perkuliahan dan kegiatan akademis lainnya. Tak lupa
terima kasih juga penulis ucapkan kepada Dikti - Kemdikbud atas beasiswa BPPS yang
diberikan selama masa perkuliahan dan penelitian, dan kepada Universitas Pelita Harapan
yang telah mengijinkan, memberi kesempatan dan mendukung penulis untuk mengikuti
Program Doktor di Sekolah Pascasarjana IPB.
Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan sesama mahasiswa
yang sedang mengambil program doktor di program studi PSL, atas kebersamaan kita selama
3 tahun. Juga kepada rekan-rekan kerja di UPH yang selalu mendukung dan mendoakan
penulis, serta kepada teman-teman di bidang transportasi dan foto copy yang selama ini selalu
mendukung kegiatan perkuliahan dan disertasi penulis sehingga dapat berjalan lancar.
Terimakasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada ketiga buah hati penulis yaitu
Rinan, Danar dan Amy yang selalu memberi dukungan dan bantuan baik moril dan tenaga,
sehingga penulis dapat menyelesaikan program doktor ini. Semoga semangat dan usaha
penulis untuk mencapai gelar yang lebih tinggi dapat menjadi teladan untuk kalian semua.
Penulis menyadari bahwa karya disertasi ini masih perlu penyempurnaan melalui
berbagai masukan dan saran, sehingga lebih banyak lagi manfaat yang dapat diberikan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, untuk menjaga kelestarian lingkungan kita melalui
pemanfaatan teknologi dan manajemen, dalam mengolah sumberdaya alam yang ada di bumi
pertiwi yang sudah dititipkan Tuhan kepada kita.

Jakarta, 8 Nopember 2013

Penulis
Melanie Cornelia
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL...................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xvi

1. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
Latar Belakang.................................................................................................. 1
Perumusan Masalah .......................................................................................... 3
Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4
Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 4
Manfaat Penelitian ............................................................................................ 6
Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................ 6
2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 7
Polimer ............................................................................................................. 7
Penggolongan Polimer Berdasarkan Asalnya ........................................... 8
Penggolongan Polimer Berdasarkan Proses Pembentukannya ................. 9
Penggolongan Polimer Berdasarkan Jenis Monomernya .......................... 10
Penggolongan Polimer Berdasarkan Sifatnya Terhadap Panas ................. 10
Plastik................................................................................................................ 11
Kantong Plastik Belanja Konvensional dan Lingkungan ................................. 13
Fakta yang Berkaitan dengan Sampah Kantong Plastik dan Lingkungan . 14
Proses Pembuatan Kantong Plastik Belanja Konvensional ....................... 15
Kantong Plastik Ramah Lingkungan ................................................................ 16
Kantong Plastik Oxodegradable ................................................................ 16
Kantong Plastik Biodegradable................................................................. 18
Pati (Starch) ...................................................................................................... 20
Berpikir Sistem (System Thinking) ................................................................... 23
Pengertian AHP (Analytical Hierarchy Process) ...................................... 24
3. METODOLOGI PENELITIAN............................................................................. 26
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 26
Jenis dan Metode Pengumpulan Data............................................................... 28
Rancangan Tahapan Penelitian......................................................................... 29
Survei Tentang Kantong Plastik Belanja Ramah Lingkungan ......................... 30
4. FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) TENTANG KANTONG
PLASTIK BELANJA RAMAH LINGKUNGAN YANG SESUAI
UNTUK INDONESIA ........................................................................................... 30
Penggunaan Proses Hierarki Analitik ............................................................... 33
Hasil Survei Tentang Kantong Plastik Belanja Ramah Lingkungan................ 35
5. KARAKTERISASI KANTONG PLASTIK BELANJA YANG ADA
DI PERTOKOAN DAN PASAR SWALAYAN ................................................... 36
Uji Fisik Berbagai Jenis Kantong Plastik Belanja ............................................ 36
Pengaruh Sinar UV dan Pemanasan terhadap Sifat Mekanik Kantong Plastik 38
Uji Tanam ......................................................................................................... 40
Analisis Gugus Fugsi dengan Fourier Thermal Infra Red (FTIR) .................. 42
Analisis Kandungan Logam dengan AAS ........................................................ 43

xi
Analisis Morfologi dengan Scanning Electron Microscopy (SEM)................. 44
6. PEMBUATAN BIOPLASTIK DENGAN MEMANFAATKAN
PATI BIJI DURIAN DAN PATI SAGU ............................................................... 45
Pati Biji Durian dan Pati Sagu .......................................................................... 48
Pembuatan Bioplastik ....................................................................................... 48
Pencampuran Biji Plastik LDPE dengan Pati............................................ 48
Analisis Degradasi Bioplastik .......................................................................... 51
Analisis Pengurangan Berat Plastik .......................................................... 51
Analisis Kekuatan Mekanik ...................................................................... 52
Analisis Morfologi Bioplastik dengan SEM ............................................. 55
7. PEMBAHASAN UMUM ...................................................................................... 56
8. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 57
Simpulan ........................................................................................................... 57
Saran ................................................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 58
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xii
DAFTAR TABEL

1. Jenis Polimer Alam ................................................................................................ 8


2. Jenis Polimer Sintetik ............................................................................................ 8
3. Contoh Polimer Adisi ............................................................................................ 9
4. Karakteristik Berbagai Jenis Plastik ...................................................................... 12
5. Strategi Penanganan Sampah Plastik di Beberapa Negara .................................... 15
6. Kandungan Pati pada Beberapa Bahan Pangan ..................................................... 22
7. Skala Perbandingan Saaty ...................................................................................... 26
8. Klasifikasi Sistem Model Kantong Plastik Belanja Biodegradable ...................... 31
9. Analisis Kebutuhan Kantong Plastik Belanja Biodegradable ............................... 31
10. Peringkat Pilihan Jenis Kantong Plastik Hasil FGD ............................................ 33
11. Data Fisik Berbagai Jenis Kantong Plastik Belanja............................................. 37
12. Penurunan Tensile Strength akibat penyinaran UV dan pemanasan ................... 39
13. Penurunan % Elongation akibat penyinaran UV dan pemanasan ....................... 40
14. Spektum FTIR Kantong Plastik Degradable dan Konvensional ......................... 42
15. Spektrum FTIR Sampel Uji Kantong Plastik Biodegradable .............................. 42
16. Hasil Analisis Kandungan Logam Fe, Co dan Mn .............................................. 43
17. Kombinasi Jenis Pati dan Variasi Konsentrasi Pati ............................................. 47
18. Analisis Kimia Pati Biji Durian dan Pati Sagu .................................................... 48

xiii
DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka Pikir Penelitian ...................................................................................... .5


2. Jenis Plastik Biodegradable....................................................................................19
3. Struktur Kimia Amilosa ......................................................................................... 21
4. Struktur Kimia Amilopektin .................................................................................. 21
5. Umbi Singkong ...................................................................................................... 22
6. Granula Pati Singkong ........................................................................................... 22
7. Model Pendekatan Sistem ...................................................................................... 24
8. Peta Pusat Layanan Kegiatan Perdagangan dan Jasa Karawaci ............................ 27
9. Sampel Kantong Plastik Belanja............................................................................ 29
10.Causal Loop Model Penggunaan Kantong Plastik Belanja Biodegradable .......... 32
11. Diagram Input Output Penggunaan Kantong Plastik Belanja Biodegradable ..... 32
12. Peringkat Pilihan Jenis Kantong Plastik .............................................................. 34
13. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kantong Plastik ............................ 35
14. Tensile strength vs UV dan pemanasan ............................................................... 39
15. Elongation vs UV dan pemanasan ....................................................................... 39
16. Penurunan tensile strength vs UV dan pemanasan .............................................. 40
17. Penurunan elongation vs UV dan pemanasan ..................................................... 40
18. Kode D1 Konvensional ........................................................................................ 41
19. Kode C3 Oxodegradable ..................................................................................... 41
20. Kode B1 Biodegradable ...................................................................................... 41
21. Kode A2 Biodegradable ...................................................................................... 41
22. Kode C1 Oxodegradable ..................................................................................... 41
23. Kode A1 Biodegradable ...................................................................................... 41
24. Kode C2 Oxodegradable ..................................................................................... 41
25. Kantong Plastik Carrefour Italy ........................................................................... 42
26. Kantong Plastik Green Laundry Ecoplast ............................................................ 42
27. Kantong Plastik Oxodegradable .......................................................................... 43
28. Kantong Plastik Konvensional Lokal .................................................................. 43
29. Kantong Plastik Konvensional China .................................................................. 43
30. Kantong Plastik Degradable China ..................................................................... 43
31. Kantong Plastik Australia .................................................................................... 44
32. Kantong Plastik Martha Tilaar Ecoplast .............................................................. 44
33. Kantong Plastik Sushi Tei .................................................................................... 45
34. Kantong Plastik FM ............................................................................................. 45
35. Kantong Plastik Konvensional ............................................................................. 45
36. Diagram Alir Ekstraksi Pati Biji Durian .............................................................. 46
37. Diagram Alir Pembuatan Bioplastik .................................................................... 46
38. Pati Sagu, Pati Biji Durian, dan Biji Plastik LDPE ............................................. 49
39. Poliblen ................................................................................................................ 49
40. Bioplastik LDPE .................................................................................................. 50
41. Index Putih Bioplastik Terhadap Jenis Pati dan Konsentrasi Pati ....................... 50
42. Kehilangan Berat Bioplastik vs Jenis Pati dan Konsentrasi Pati ......................... 51
43. Kekuatan tarik vs jenis pati .................................................................................. 53
44. Kekuatan tarik vs konsentrasi pati ....................................................................... 53

xiv
45. Kekerasan vs Jenis Pati ........................................................................................ 53
46. Kekerasan vs Konsentrasi Pati ............................................................................. 53
47. %Perpanjangan putus vs konsentrasi pati dan jenis pati ...................................... 54
48. Modulus young vs jenis pati ................................................................................. 55
49. Modulus young vs konsentrasi pati ...................................................................... 55
50. Morfologi Pati Biji Durian, LDPE, Bioplastik Pati Biji Durian dan
Pati Sagu 10% dan 50% ....................................................................................... 56

xv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Uji Kadar Logam Kantong Plastik Belanja (AAS)


2. Hasil Uji Morfologi Pati Biji Durian dan Kantong Plastik Belanja (SEM)
3. Hasil Uji Keberagaman Indeks Putih Bioplastik
4. Hasil Uji Keberagaman Kehilangan Berat Bioplastik
5. Hasil Uji Keberagaman Kekuatan Mekanik Bioplastik
6. Data Indeks Putih Bioplastik
7. Data Kehilangan Berat dan Uji Mikrobiologi Bioplastik
8. Data Kekuatan Mekanik Bioplastik
9. Data Hasil Analisis Proksimat Pati Sagu dan Pati Biji Durian
10. Hasil Uji Kadar Pati dan Rasio Amilosa/Amilopektin
11. Contoh Data Isian Kuesioner AHP Kantong Plastik Belanja (Pelaku Industri)
12. Pie Chart Hasil Survei Kantong Plastik Belanja Ramah Lingkungan

xvi
1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kantong plastik belanja telah menjadi salah satu kebutuhan masyarakat


karena kegunaannya yang praktis, ringan dipakai sebagai wadah untuk membawa
barang-barang belanjaan. Penggunaan kantong plastik belanja di Indonesia makin
besar jumlahnya dari tahun ke tahun. Tingkat konsumsi plastik untuk keperluan
kemasan dan kantong belanja secara nasional mencapai 1.879.649 ton/tahun,
dengan pertumbuhan 8%/tahun (Kemenperin, 2012). Di Indonesia, industri ritel
menjadi sektor yang paling banyak menggunakan kantong plastik untuk
konsumennya (Lerdy, 2011).
Kantong plastik belanja, selain dipakai untuk membawa barang belanjaan
konsumen baik di pasar tradisional ataupun di tempat perbelanjaan modern
seperti di mal dan supermarket, ternyata juga dipakai sebagai wadah atau tempat
sampah sebelum sampah dibuang ke bak sampah dan tempat pembuangan akhir
(TPA) sampah. Kantong plastik belanja yang digunakan saat ini umumnya
kantong plastik konvensional, bahan bakunya berupa produk polimer sintetik,
terbuat dari minyak bumi (non-renewable resources) yang tidak dapat
didegradasi oleh mikroorganisme yang ada di alam. Struktur kimiawinya
mempunyai bobot molekul tinggi dan memiliki rantai ikatan yang kuat, sehingga
kantong plastik jenis konvensional ini membutuhkan waktu yang sangat lama
dapat terurai di alam dan menjadi masalah lingkungan seperti longsor (land
sliding) dan banjir (flooding) (Vijaya, 2008).
Menurut data statistik persampahan domestik Indonesia tahun 2008, jenis
sampah plastik menduduki peringkat ke-2, yaitu sebesar 5,4 juta ton/tahun (14%).
Jumlah sampah plastik ini mampu menggeser posisi sampah kertas yang menjadi
peringkat ke-3, yaitu sebesar 3,6 juta ton/tahun (9%) (Kementerian Lingkungan
Hidup, 2008). Jika solusi mengatasi volume sampah kantong plastik dilakukan
dengan cara dibakar, maka akan timbul polusi udara yang berdampak pada
lingkungan dan kesehatan. Usaha lain telah dilakukan untuk menyelesaikan
permasalahan sampah plastik seperti konsep 3R (reduce, reuse dan recycle)
plastik dengan menggunakan teknologi pengolahan sampah plastik, namun plastik
daur ulang hanya berkontribusi 0,6-1,0 % saja (Komunitas Save the Earth 2008).
Bahkan hasil plastik daur ulang memiliki keterbatasan masa pakai dan kualitasnya
menurun (Hicks, 2002). Selain itu, penggunaan plastik daur ulang dikhawatirkan
akan menimbulkan migrasi monomer plastik yang dapat mencemari produk,
khususnya bila digunakan sebagai bahan kemasan pangan. Pengolahan plastik
bekas pakai untuk dijadikan bahan baku produk plastik yang baru, dinilai tidak
efisien karena prosesnya lebih sulit dan biaya pengolahannya lebih mahal
dibandingkan membeli bahan baku plastik yang baru. Kondisi ini menyebabkan
kantong plastik belanja jenis konvensional sudah tidak layak dipertahankan
penggunaannya secara lebih lama lagi, karena hanya akan menambah persoalan
lingkungan di waktu mendatang.
Adanya Undang-Undang No 18 tahun 2008 pasal 15 yang menyebutkan
bahwa “produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya
yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam“, maka limbah kantong
plastik juga menjadi masalah bagi para pelaku industri dan ritel di Indonesia.
2

Pelaku industri plastik dan ritel dituntut untuk bertanggung jawab menarik
kembali produknya yang tidak dapat diurai oleh alam seperti kantong plastik
konvensional. Setiap tahun sekitar 100 juta ton plastik sintetik (konvensional)
telah diproduksi di dunia untuk digunakan di berbagai sektor industri, dan kira-
kira sebesar itulah sampah plastik yang akan dihasilkannya setiap tahun (Lerdy,
2011). Kondisi ini membuat kantong plastik konvensional di pasaran sebaiknya
segera diganti dengan jenis kantong plastik belanja yang ramah lingkungan
(oxodegradable atau biodegradable), kantong dari kain atau kantong dari kertas
(paper bag). Penggantian kantong plastik belanja ini telah dilakukan di berbagai
negara seperti Singapura, Hongkong, China, Belgia, Australia, Amerika dan
masih banyak negara lainnya, dengan memakai jenis biodegradable yang
umumnya menggunakan pati jagung atau kentang sebagai bahan alami yang
diformulasikan kedalam biji plastik sebagai bahan baku utama (Vinhas, 2007).
Di Indonesia upaya pengurangan kantong plastik belanja telah diinisiasi
oleh berbagai pelaku ritel dan kelompok pusat perbelanjaan besar seperti
Hypermart, Carrefour, Giant, Indomaret dan lainnya dengan menyediakan
kantong plastik belanja yang oxodegradable (dapat hancur dalam waktu
maksimal 2 tahun), dan hanya sebagian kecil saja yang menyediakan jenis
kantong plastik biodegradable ( dapat hancur dalam waktu 10 minggu karena
dapat diurai oleh mikroba tanah). Belum adanya aturan dan lembaga resmi yang
berhak memberikan sertifikasi terhadap produk kantong plastik ramah
lingkungan, maka label ramah lingkungan yang ada sangat beragam dan banyak
yang hanya merupakan piranti marketing saja, tidak sepenuhnya dipahami
perbedaan antara jenis yang oxodegradable dan biodegradable.
Bagian pertama dari disertasi ini adalah berupa kegiatan Focus Group
Discussion (FGD) yang diadakan dengan mengundang pakar industri plastik,
ritel, pemerintah, akademisi/peneliti plastik dan masyarakat pengguna kantong
plastik belanja. Kuesioner Analytical Hierarchy Process (AHP) diberikan pada
saat diskusi dan data diolah dengan software expert choice . Tujuannya agar
diperoleh data kantong plastik ramah lingkungan jenis apa yang sesuai dipakai di
Indonesia. Juga dilakukan survei yang berupa kuesioner dalam bentuk pertanyaan
kepada beberapa kelompok masyarakat di beberapa lokasi, untuk mengetahui
penggunaan dan respon masyarakat terhadap kantong plastik belanja ramah
lingkungan jenis biodegradable.
Bagian kedua disertasi ini adalah melakukan karakterisasi dengan cara
menganalisis berbagai label kantong plastik ramah lingkungan, dari jenis-jenis
kantong plastik belanja yang ada di beberapa supermarket di dalam negeri dan
membandingkannya dengan sampel kantong plastik belanja yang diambil dari
beberapa supermarket di luar negeri. Pengujian dilakukan untuk melihat apakah
karakteristiknya sesuai dengan kriteria yang ada pada SNI 7188: 2011 bagian 7:
Kriteria Ekolabel untuk kantong belanja plastik. Permasalahan “hanya sekedar
mencantumkan label ramah lingkungan” ini terjadi, disebabkan oleh masalah
perbedaan harga antara kantong plastik konvensional yang selama ini selalu
diberikan secara cuma-cuma kepada konsumen, dengan kantong plastik ramah
lingkungan yang memerlukan biaya tambahan dari konsumen untuk memilikinya.
Faktor ketersediaan dan harga pati singkong atau umbi2an lain yang selama ini
dipakai di Indonesia untuk formulasi biji plastik, menyebabkan harga kantong
plastik ramah lingkungan menjadi mahal.
3

Oleh sebab itu, pada bagian terakhir dari disertasi ini dilakukan kajian
dan penelitian tentang kemungkinan penggunaan pati yang terkandung dari bahan
pangan lainnya yang merupakan limbah, sehingga harga produk kantong plastik
ramah lingkungan menjadi lebih murah. Dalam penelitian ini dikaji teliti
pemakaian pati dari limbah biji durian dan pati sagu yang diformulasikan
kedalam biji plastik sehingga dihasilkan plastik biodegradable (bioplastik).
Selanjutnya dilakukan pengujian sifat-sifat fisik, mekanik serta morfologinya
untuk dibandingkan dengan plastik biodegradable yang ada di pasaran.

Perumusan Masalah

Permasalahan limbah kantong plastik belanja tengah menjadi pusat


perhatian masyarakat di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Setiap tahun,
rata-rata setiap orang di Indonesia membuang 700 lembar plastik (Arlinda, 2012).
Umumnya kantong plastik belanja yang digunakan hanya sekali pakai dan jenis
kantong plastik konvensional (KLH, 2008). Undang-Undang No 18 tahun 2008
membuat para pelaku industri plastik dan ritel mulai mencantumkan label
kantong plastik ramah lingkungan seperti degradable, biodegradable, totally
biodegradable, tas ini dapat hancur dengan sendirinya dan banyak jenis label
ramah lingkungan lainnya. Namun karena belum adanya aturan dan lembaga
resmi yang berhak memberikan sertifikasi terhadap produk kantong plastik ramah
lingkungan, maka banyak label ramah lingkungan yang ada yang hanya
merupakan piranti marketing. Pelaku industri plastik banyak yang sudah
memproduksi kantong plastik belanja jenis oxodegradable dengan menambahkan
prodegradant tertentu yang diformulasikan bersama biji plastik. Untuk jenis
biodegradable dilakukan formulasi dengan menambahkan sejumlah tertentu
(persentase) pati singkong yang kedalam biji plastik, namun formula yang dibuat
belum distandarisasi, hanya disesuaikan berdasarkan permintaan dan kepentingan
konsumen.
Belum adanya mandatory regulasi pemerintah agar kantong plastik
yang dipakai di pasaran adalah jenis ramah lingkungan, maka para produsen
plastik tersebut umumnya melakukan ekspor produknya dengan harga yang
sangat kompetitif. Di Indonesia, harga kantong plastik jenis biodegradable masih
relatif cukup mahal, karena pengadaan bahan baku pati singkong secara
kuantitatif bersaing dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan energi. Penelitian
dan pengembangan teknologi kemasan plastik ramah lingkungan masih terbatas,
walau prospek pengembangan kantong plastik ramah lingkungan sangat
potensial, karena didukung melimpahnya sumberdaya hasil pertanian yang dapat
diperoleh sepanjang tahun (sustainable and renewable). Indonesia sebagai negara
agraris memiliki sumberdaya pertanian yang memadai untuk diproduksi menjadi
pati yang bisa ditambahkan kedalam biji plastik, sehingga dapat dihasilkan
kantong plastik biodegradable dengan harga yang relatif murah. Masyarakat perlu
di edukasi sejak dini tentang masalah lingkungan yang diakibatkan sampah
kantong plastik konvensional, sehingga mau beralih menggunakan kantong plastik
ramah lingkungan. Permasalahannya bagaimana agar kantong plastik yang dipakai
di Indonesia adalah kantong plastik ramah lingkungan biodegradable atau
setidaknya oxodegradable, dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam
indigenous yang ada, berupa pati umbi2an dan biji2an.
4

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah memberikan alternatif solusi bagi masalah
lingkungan yang disebabkan sampah kantong plastik belanja yang tidak dapat
didegradasi oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Misalnya masalah
tertutupnya daerah resapan oleh plastik sehingga terjadi banjir dan tanah
pemukiman yang longsor. Solusinya adalah penggunaan kantong plastik belanja
ramah lingkungan yag dapat didegradasi. Untuk mencapai tujuan umum ini, maka
dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:
1. Mengambil data dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD)
antara para stakeholder kantong plastik belanja, sehingga diperoleh
informasi jenis kantong plastik belanja ramah lingkungan yang sesuai
dipakai di Indonesia saat ini, dan melakukan survei kepada sekelompok
masyarakat tentang respon penggunaan kantong plastik biodegradable
sebagai pengganti kantong plastik konvensional yang selama ini
diberikan secara gratis dan kesediaan masyarakat untuk memakai jenis
yang ramah lingkungan dengan membayar.
2. Melakukan karakterisasi berbagai jenis kantong plastik belanja yang ada
di pasaran, yang didasarkan dari hasil uji dan analisis terhadap kantong
plastik yang diberi label ramah lingkungan yang seperti : “selamatkan
bumi dengan penggunaan kantong plastik, biodegradable, go green, safe
the environment, ecofriendly” dan lain-lain. Sampel-sampel kantong
plastik belanja berupa produk dalam negeri dan luar negeri, sehingga
dapat diketahui apakah kantong plastik belanja tersebut tergolong
sebagai kantong plastik yang ramah lingkungan ataukah kantong plastik
konvensional yang hanya mencantumkan label lingkungan saja.
3. Memanfaatkan potensi sumberdaya alam indigenous yang berupa pati
dari tanaman (umbi2an dan biji2an) yang selama ini merupakan limbah,
sebagai bahan pengisi (filler) dalam pembuatan plastik biodegradable
atau yang dikenal selama ini sebagai bioplastik. Kemungkinan
penggunaan pati dari bahan biji durian dan pati sagu, diteliti dengan
membandingkan hasil yang diperoleh dengan plastik biodegradable
yang ada di pasaran yang umumnya terbuat dari pati singkong, melalui
uji mekanik dan beberapa analisis lainnya sehingga diharapkan
diperoleh diversifikasi pati selain singkong dan harga plastik
biodegradable menjadi lebih murah.

Kerangka Pemikiran
Adalah tidak mungkin melarang penggunaan kantong plastik belanja,
melihat fungsinya yang unggul dan belum tergantikan bila dibandingkan dengan
kantong belanja kertas (paper bag) atau kantong kain. Tahun 2007 di China
terjadi penurunan penghasilan dari para retailer dan supermarket karena jumlah
penjualan yang menurun, sebagai akibat konsumen mengurangi volume
belanjanya karena dilarang menggunakan kantong plastik, sehingga terjadi
pemutusan hubungan kerja bagi karyawannya dan juga karyawan pabrik plastik
(Sugianto, 2012).
5

Perkembangan peradaban manusia tidak terlepas dari lingkungan dan


teknologi. Penemuan teknologi pembuatan kantong plastik 100 tahun silam
merupakan terobosan. Namun dalam kurun 50 tahun kemudian, timbul kesadaran
manusia bahwa sampah kantong plastik dapat mencemari lingkungan.

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian


Plastik konvensional yang digunakan sebagai kantong belanja merupakan
penyumbang sampah plastik terbesar terhadap lingkungan, karena akan terurai
dalam waktu ratusan tahun bahkan ribuan tahun, menyumbat saluran air sehingga
mengakibatkan banjir, dan membahayakan kelangsungan hidup biota air yang
tanpa sengaja memakan lembaran plastik ini (Vijaya, 2008).
Plastik konvensional terbuat dari hasil olahan minyak bumi, yang
merupakan sumber alam yang tidak bisa diperbaharui, dan persediaannya semakin
menipis dalam lapisan bumi, bahkan ada ahli yang memperkirakan minyak bumi
akan habis di tahun 2100. Awalnya kepedulian terhadap lingkungan dianggap
sebagai kegiatan yang membuang biaya, namun adanya isu global warming
membuat para ecopreneur dan pelaku industri menjadikan isu lingkungan sebagai
6

salah satu peluang bisnisyang memiliki nilai jual dan diminati pasar lokal maupun
internasional, karena banyak orang mulai menghindari produk-produk yang tidak
ramah lingkungan. Salah satu terobosan baru adalah dengan memproduksi
kantong plastik belanja yang ramah lingkungan jenis biodegradable.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat menjadi salah satu


alternatif pemecahan masalah sampah kantong plastik belanja di Indonesia.
Masyarakat, pelaku industri dan pelaku ritel dapat teredukasi dan berpartisipasi
terhadap beban lingkungan, dengan menggunakan kantong plastik belanja yang
ramah lingkungan, khususnya kantong plastik yang biodegradable yang terbuat
dari biji plastik dan bahan indigeneous seperti pati dari limbah biji2an. Pemerintah
diharapkan membuat ketegasan kebijakan dalam bentuk regulasi yang mengatur
penyediaan dan pemakaian kantong plastik belanja jenis yang ramah lingkungan.
Agar harga tidak menjadi beban masyarakat, maka pemerintah diharapkan
memberikan insentif atau keringanan biaya pajak bagi pelaku industri dan ritel
yang menyediakan kantong plastik ramah lingkungan. Membudayakan bring your
own bag dalam berbelanja, juga merupakan manfaat lain dalam aplikasi penerapan
penelitian ini. Diharapkan ketersediaan dan jumlah pemakaian kantong belanja
jenis biodegradable makin meningkat, sehingga pati yang diperlukan sebagai
bahan pengisi juga makin banyak diperlukan, sehingga masyarakat melalui UKM
dapat menjadi pemasok pati untuk industri terkait, mengingat proses ekstraksi pati
adalah teknologi yang sederhana dengan hanya menggunakan air dan proses
pengeringan saja.

Ruang Lingkup Penelitian

Hingga saat ini solusi masalah lingkungan yang disebabkan sampah


kantong plastik belanja adalah disediakannya dua jenis kantong plastik,yakni: (a).
Oxodegradable dan (b). Biodegradable. Contoh plastik oxodegradable yang ada
di pasaran saat ini adalah Oxium dan EPI. Keduanya dibuat dengan
menggunakan aditif tertentu hasil formulasi masing-masing industri. Oxium
adalah produk lokal brand plastik oxodegradable dari PT Tirta Marta yaitu resin
yang ditambahkan aditif untuk mempercepat proses degradasi, hanya dalam dua
tahun melalui mekanisme oksidasi yang dipercepat oleh sinar Ultra Violet, panas,
oksigen dan mechanical stress. Produsen EPI di Canada juga mampu
menyesuaikan lamanya plastik hancur dengan cara simulasi dosis aditif TDPA
(Totally Degradable Plastic Aditif) yang ditambahkan kepada resin PE
(PoliEtilen), PP (PoliPropilen) atau PS (Poli Stiren) sesuai kebutuhan konsumen.
PT Tirta Marta juga memproduksi plastik yang menggunakan bahan pati
singkong lokal dan sudah mempatenkan produk resin biodegradable sebagai
bahan baku pembuatan kantong plastik belanja dengan label Ecoplas. Adanya
pati singkong memudahkan mikroorganisme dan air dalam mengurai sampah
plastik dalam waktu 10 minggu, tergantung jumlah mikroorganisme yang ada di
dalam tanah. Semakin subur tanah tersebut, maka kantong plastik ecoplas lebih
mudah hancur. Kandungan pati singkong yang ada dalam ecoplas mendorong
7

mikroorganisme tanah untuk mengurai sampah plastik tersebut sampai hancur,


sehingga tidak menimbulkan pencemaran seperti kantong plastik konvensional.
Keunggulan kantong plastik tapioka ini berhasil menyita perhatian konsumen di
berbagai negara, sehingga pemasaran ecoplas kini telah menjangkau pasar lokal
dan internasional (Singapura dan Amerika). Teknologi ini juga mempunyai
dampak sosial yang luas, khususnya bagi masyrakat pedesaan yang mulai
dikoordinir unruk menanam singkong. Awalnya dalam bentuk desa binaan,
selanjutnya pemerintah perlu mengatur tata niaga singkong demi kesejahteraan
petani dan menanggulangi jumlah pengangguran . Biaya produksi teknologi
ecoplas hanya lebih mahal 20% dari Oxium (Sugianto, 2011). Peritel pengguna
kantong plastik biodegradable dapat meningkatkan citra perusahaannya karena
turut berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan dengan sedikit mengurangi
biaya pemasaran / iklan perusahaan tersebut.
Teknologi pembuatan kantong plastik ramah lingkungan biodegradable
sudah banyak diteliti sebagai alternatif pemecahan masalah sampah kantong
plastik belanja, namun belum banyak diaplikasikan dalam bentuk kantong plastik
biodegradable atau bioplastik yang bisa dipakai oleh masyarakat. Selain perlu
didukung ketegasan kebijakan pemerintah dalam pelaksanaannya, masalah utama
terkait faktor harga. Oleh sebab itu perlu diteliti pemakaian pati lain selain pati
singkong seperti yang dipakai selama ini di Indonesia, yaitu menggunakan pati
dari bahan lain yang merupakan limbah, seperti pati dari biji durian ataupun pati
sagu, yang diharapkan dapat membuat harga plastik ramah lingkungan jenis
biodegradable menjadi lebih murah. Namun kualitas dari kantong plastik
biodegradable (bioplastik) yang dihasilkan masih mempunyai sifat fisik dan
mekanik yang sesuai peruntukannya dan sesuai dengan standar yang berlaku.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Polimer

Polimer adalah molekul besar yang terdiri atas pengulangan satuan kecil
(monomer). Monomer adalah senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap dua
dan ikatan rangkap ini terbuka membentuk ikatan dengan monomer lain sampai
jumlah yang diinginkan (polimer). Proses pembentukan polimer disebut
polimerisasi (Coles et al, 2003). Proses pembentukan polimer terdiri dari tiga
tahap yaitu pembentukan radikal bebas (inisiasi), perpanjangan monomer
(propagasi), dan terminasi (penyetopan) reaksi. Pembentukan cabang dalam
proses polimerisasi menyebabkan tiga bentuk struktur, yaitu struktur beraturan
(isotaktik), struktur tak beraturan (ataktik), campuran (sindiotaktik). Struktur
polimer sangat berpengaruh terhadap sifat polimernya (Sperling, 1992). Polimer
dapat digolongkan berdasarkan asalnya, pembuatannya, jenis monomernya,
sifatnya terhadap panas, dan reaksi pembentukannya.
8

Penggolongan Polimer Berdasarkan Asalnya


Polimer dapat dibedakan atas polimer alam dan polimer sintesis (Strong, 2000).

1) Polimer Alam
Polimer alam adalah polimer yang terdapat di alam yang membentuk senyawa
secara alami dan berasal dari makhluk hidup. Umumnya polimer alam mempunyai
sifat hidrofilik (suka air), sukar dilebur dan sukar dicetak, sehingga sangat sukar
mengembangkan fungsi polimer alam untuk tujuan-tujuan yang lebih luas dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari. Contoh polimer alam dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 1 Jenis Polimer Alam

No Polimer Monomer Polimerisasi Contoh


1. Pati/amilum Glukosa Kondensasi Biji-bijian, akar umbi
2. Selulosa Glukosa Kondensasi Sayur, kayu, kapas
3. Protein Asam amino Kondensasi Susu, daging, telur
4. Asam nukleat Nukleotida Kondensasi Molekul DNA dan RNA (sel)
5. Karet alam Isoprena Adisi Getah pohon karet (lateks)
(Sumber: Strong, 2000)

2) Polimer Sintetik
Polimer sintetik adalah polimer yang tidak terdapat di alam dan harus
dibuat manusia. Para ahli kimia polimer telah melakukan penelitian struktur
molekul alam guna mengembangkan polimer sintetiknya, sehingga dihasilkan
polimer sintetik yang dapat dirancang sifat-sifatnya, seperti tinggi rendahnya titik
lebur, kelenturan dan kekerasannya, serta ketahanannya terhadap zat kimia.
Tujuannya agar diperoleh polimer yang penggunaannya sesuai yang diharapkan.
Polimer sintetik yang telah dikembangkan guna kepentingan komersil, misalnya
pembuatan berbagai jenis plastik. Ahli kimia saat ini sudah berhasil
mengembangkan jenis polimer sintetik untuk tujuan yang lebih luas. Contoh
polimer sintetik dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2 Jenis Polimer Sintetik

No Polimer Monomer Terdapat pada


1. PoliEtena Etena Kantong plastik
2. PoliPropena Propena Tali, karung, botol plastik
3. PVC Vinil klorida Pipa pralon, pelapis lantai
4. Poli Vinil Alcohol Vinil alcohol Bak air
5. Teflon Tetrafluoroetena Wajan anti lengket
6. Dakron Metil tereftalat dan Etilena Pipa rekam magnetik, kain
glikol atau tekstil (wol sintetis)
7. Nilon Heksametilena diamin Tekstil
8. Poli Butadiena Butadiena Ban motor
9. Poli Ester Ester dan etilena glikol Ban mobil
10. Melamin Fenol formaldehida Piring dan gelas melamin
11. Epoksi resin Metoksi benzena dan alcohol Penyalut cat (cat epoksi)
sekunder
(Sumber: Strong, 2000)
9

Penggolongan Polimer Berdasarkan Proses Pembentukannya

Ada dua jenis polimerisasi, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi


kondensasi (Strong, 2000).
1)Polimer adisi
Reaksi adisi adalah reaksi pemecahan ikatan rangkap menjadi ikatan
tunggal sehingga ada atom yang bertambah di dalam senyawa yang terbentuk.
Polimerisasi adisi adalah reaksi pembentukan polimer dari monomer-monomer
yang berikatan rangkap (ikatan tak jenuh). Pada reaksi ini monomer membuka
ikatan rangkapnya lalu berikatan dengan monomer lain sehingga menghasilkan
polimer yang berikatan tunggal (ikatan jenuh). Monomer pembentuk polimer adisi
adalah senyawa yang ikatan karbon berikatan rangkap seperti alkena. Polimer
adisi ini biasanya identik dengan plastik, karena hampir semua plastik dibuat
dengan polimerisasi adisi. Misalnya polietilena, polipropena, polivinil klorida,
teflon dan poliisoprena.
Berikut beberapa contoh pembentukannya :
a. Pembentukan (polietilena) dari etilena
O2
nCH2 = CH2 - (CH2 - CH2)n -
etilena tekanan tinggi polietilena
b. Pembentuka teflon dari tetrafluoro etilena
nCF2 = CF2 - (CF2 - CF2)n –
tetrafluoroetilena politetraetilena (teflon)
c. Pembentukan polivinil dari isoprena (2-metil-1,3-butadiena)
nCH2 = CH2 - (CH2 - CH)n –

Cl Cl
d. Pembentukan polisoprena dari isoprena (2-metil-1,3-butadiena)
CH3 CH3

nH2C = C – CH = CH2 - (HC = C - CH = CH)n -

Dari contoh-contoh reaksi di atas, dapat disimpulkan bahwa pada polimerisasi


adisi tidak terbentuk hasil samping dan monomernya harus mengandung
ikatan rangkap. Contoh polimer adisi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3 Contoh Polimer Adisi


Nama polimer Kegunaan

PoliEtilena Tas plastik, botol, mainan, isolasi listrik


PoliPropilena Karpet plastik, botol
PoliStirena Styrofoam, gelas plastik, mainan, bahan pengemas
Poli Vinil Chlorida Pipa, genteng plastik
Poli Vinil Dienklorida Plastik wrap
Poli TetraEtilena (teflon) Alat masak, isolasi listrik (penutup kabel)
PoliAkrilonitril Wig (rambut palsu), cat, benang
PoliVinilasetat Tekstil, gumresin, cat
PoliMetilmetakrilat Bahan pembuat gelas, pembuat bola bowling
(Sumber: Strong, 2000)
10

2) Polimer kondensasi

Kondensasi merupakan reaksi penggabungan gugus-gugus fungsi antara


kedua monomernya. Artinya, polimerisasi kondensasi adalah reaksi pembentukan
polimer dari monomer-monomer yang mempunyai dua gugus fungsi. Misalnya,
senyawa polipeptida atau protein dan polisakarida merupakan senyawa
biomolekul yang dibentuk oleh reaksi polimerisasi kondensasi.

Berikut beberapa contoh pembentukan polimerisasi kondensasi :


a) Pembentukan nilon
Nilon merupakan suatu polimer yang ditemukan oleh Wallace Hume Carothers di
tahun 1934 sewaktu bekerja di perusahaan Du Pont. Polimer nilon dibentuk dari
monomer asam 6-aminoheksanoat. Dalam polimerisasi ini, gugus karboksil dari
monomer berikatan dengan gugus amino dari monomer tersebut.
b) Pembentukan polyester (polietilena terephtalat) atau dakron
Sama halnya pada nilon-66, polyester dakron dibentuk oleh 2 polimer berlainan,
yaitu dari etilena glikol (polialkohol) dengan dimetil tereftalat (senyawa ester).

Dari contoh-contoh reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa polimerisasi


kondensasi akan menghasilkan molekul kecil air dan monomernya mempunyai
gugus fungsi pada kedua ujung rantainya. Apabila dirumuskan, secara umum
reaksinya adalah sebagai berikut :
n monomer → 1 polimer + (n - 1) H2O

Penggolongan Polimer Berdasarkan Jenis Monomernya

Polimer dapat terdiri atas homopolimer dan kopolimer (Strong, 2000).

1)Homopolimer
Homopolimer adalah polimer yang monomernya sejenis. Contohnya, selulosa dan
protein. (-P-P-P-P-P-P-P-P-)n
Pada polimer adisi homopolimer, ikatan rangkapnya terbuka lalu berikatan
membentuk polimer yang berikatan tunggal.
2)Kopolimer
Kopolimer adalah polimer yang monomernya tidak sejenis, misalnya melamin
(fenol formaldehida). Proses pembentukan polimer berlangsung dengan suhu dan
tekanan tinggi atau dibantu dengan katalis, namun tanpa katalis struktur molekul
yang terbentuk tidak beraturan. Fungsi katalis adalah untuk mengendalikan proses
pembentukan struktur molekul polimer agar lebih teratur sehingga sifat-sifat
polimer yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Contoh struktur rantai
molekul polimer tidak beraturan (produk polimerisasi tanpa katalis) adalah :
(-P-S-S-P-P-S-S-S-P-S-P-)n

Penggolongan Polimer Berdasarkan Sifatnya Terhadap Panas

Polimer dapat dibedakan atas polimer termoplas (tidak tahan panas, seperti
plastik) dan polimer termosting (tahan panas, seperti melamin).
11

1) Polimer termoplas
Polimer termoplas adalah polimer yang tidak tahan panas. Polimer tersebut
apabila dipanaskan akan meleleh (melunak), dan dapat dilebur untuk dicetak
kembali (didaur ulang). Contohnya polietilene, polipropilena, dan PVC.
2) Polimer termosting
Polimer termosting adalah polimer yang tahan panas, yaitu jika dipanaskan tidak
akan meleleh (sukar melunak), dan sukar didaur ulang. Contohnya Melamin.

Plastik

Plastik merupakan polimer sintetis yang paling populer karena banyak


digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan jenis monomernya, ada
beberapa jenis plastik yaitu sebagai berikut (Strong, 2000):

a) PE (PoliEtilena atau PoliEtena)


Poli Etilena merupakan polimer plastik yang sifatnya liat, massa jenis rendah,
sukar rusak apabila lama dibiarkan dalam keadaan terbuka di udara maupun
apabila terkena tanah lumpur, tetapi tidak tahan panas. PoliEtena adalah plastik
yang banyak diproduksi, dicetak menjadi lembaran untuk kantong plastik, dsb.

b) PP (PoliPropilena)
PP atau polipropilen tergolong olefin yang dibuat melalui reaksi katalitik
polimerisasi dari monomer propilen pada panas dan tekanan tertentu. Olefin
merupakan hidrokarbon tidak jenuh yang diperoleh dari proses cracking dalam
pengolahan minyak bumi. Plastik polipropilen mempunyai densitas yang terendah
(0.90g/cc) dibandingkan seluruh polimer yang ada (Brown, 1992). Plastik
polipropilen banyak diproduksi karena memiliki sifat utama mudah dibentuk dan
ringan, kekuatan tarik lebih rendah dari pada polietilen, tidak mudah robek, tahan
terhadap asam, basa, minyak, mempunyai sifat barrier yang rendah terhadap gas
dan mempunyai sifat barrier yang tinggi terhadap uap air, stabil pada suhu tinggi
dan mempunyai kejernihan yang baik (Robertson, 2006).

c) PVC (Poli Vinil Chlorida)


Plastik PVC bersifat termoplastik dengan daya tahan kuat. Plastik ini juga bersifat
tahan serta kedap terhadap minyak dan bahan organik. Ada dua tipe plastik PVC
yaitu bentuk kaku dan bentuk fleksibel. Plastik bentuk kaku digunakan untuk
membuat konstruksi bangunan, mainan anak-anak, pipa PVC (pralon), dan
beberapa komponen mobil. Plastik bentuk fleksibel digunakan untuk membuat
selang plastik dan isolasi listrik. Dalam hal penggunaannya, plastik PVC
menempati urutan ketiga dan sekitar 68 % digunakan untuk konstruksi bangunan
(pipa saluran air).

d) Teflon (Tetrafluoroetena)
Teflon merupakan lapisan tipis yang sangat tahan panas dan tahan terhadap bahan
kimia. Teflon digunakan untuk pelapis wajan (panci anti lengket), pelapis tangki
di pabrik kimia, pipa anti patah, dan kabel listrik.
12

e) Bakelit (Fenol Formaldehida)


Bakelit adalah jenis polimer yang dibuat dari dua jenis monomer, yaitu fenol dan
formaldehida. Polimer ini sangat keras, titik leburnya sangat tinggi dan tahan api.
Bakelit digunakan untuk instalasi listrik dan alat-alat yang tahan suhu tinggi.

f) Flexiglass (Polimetil Metakrilat)


Polimetil Metakrilat disingkat PMMA mempunyai nama dagang flexiglass.
Polimetil metakrilat merupakan polimerisasi adisi dari monomer metil metakrilat
(H2C = CH-COOH3). PMMA merupakan plastik yang kuat dan transparan.
Polimer ini digunakan untuk jendela pesawat terbang dan lampu belakang mobil.

g) Plastik Poli Etilen Tereftalat (PET)


Plastik PET merupakan serat sintetik poliester (dakron) transparan dengan daya
tahan kuat, tahan terhadap asam, kedap udara, fleksibel, dan tidak rapuh. Dalam
penggunaannya, plastik PET menempati urutan pertama. Sekitar 72 % PET
digunakan sebagai kemasan minuman dengan kualitas yang baik. PET merupakan
poliester yang dapat dicampur dengan polimer alam seperti sutera, wol dan katun
menghasilkan bahan pakaian yang bersifat tahan lama dan mudah perawatannya.

h) Plastik Nilon
Plastik nilon merupakan polimer poliamida (proses pembentukannya seperti
pembentukan protein). Plastik Nilon ditemukan pada tahun 1934 oleh Wallace
Carothers dari Du Pont Company. Carothers mereaksikan asam adipat dan
heksametilendiamin. Nilon bersifat sangat kuat (tidak cepat rusak) dan halus ini
banyak digunakan untuk pakaian, peralatan kemah dan panjat tebing, peralatan
rumah tangga serta peralatan laboratorium.

Karakteristik berbagai jenis plastik

Terdapat dua jenis plastik PE, yaitu Low Density Poly Ethylene (LDPE) dan High
Density Poly Ethylene (HDPE).

Tabel 4 Karakteristik Berbagai Jenis Plastik

Parameter PP LDPE HDPE LLDPE PET

Density (g/cc) 0.905 0.91-0.925 0.945-0.967 0.918-0.923 1.4


Yield (in2/lb-mil x 10-3) 30.6 30 29 30 20-22
Tensile Strength (kpsi) 25-30 1.2-2.5 3-7.5 3.5-8 25
Impact Strength (kg-cm) 5-15 7-11 1-3 8-13 25-30
Water Vapor Transmision Rate 0.3-0.4 1.2 0.3-0.65 1.2 1.3
(g-mil/100 in2-day@1000F and
90%RH)
Oxygen Transmision rate (cm3- 110 250-840 30-250 250-840 5
mil/100 in2-day-atm@770F and
0%RH)
CO2 Permeability (cm3-mil/100 240-285 500-5000 250-645 500-5000 N/A
in2- day-atm @770F and 0%RH)
Heat seal temperature range (0F) 200-300 250-350 275-310 250-350 275
Sumber: Strong (2000)
13

Low Density Poly Ethylene (LDPE) yang dikenal sebagai plastik #4,
adalah plastik yang mudah dibentuk ketika panas, terbuat dari minyak bumi, dan
rumus molekulnya adalah (-CH2- CH2-)n, mulai diteliti pada tahun 1933 dengan
mereaksikan etilena dan benzaldehida pada tekanan tinggi, sehingga dihasilkan
Poli Etilen. Selanjutnya pada tahun 1939, perusahaan ICI (Imperial Chemical
Industry) mulai memproduksi Poli Etilen dalam skala pabrik, dan sejak saat
tersebut industri plastik berkembang pesat (Miller, 2010). LDPE adalah resin yang
keras, kuat dan tidak bereaksi terhadap zat kimia lainnya, kemungkinan
merupakan plastik yang paling tinggi mutunya. Plastik LDPE berkepadatan
rendah, memiliki banyak cabang di sepanjang rantai hidrokarbon, dan ini
mencegah rantai tersebut berdekatan satu sama lain dalam susunan yang rapi.
Area (daerah) yang ditempati oleh rantai-rantai yang saling berdekatan satu sama
lain dan terkemas secara beraturan dikatakan berhablur (kristalin).
Apabila rantai-rantai bercampur, maka daerah tersebut dikatakan amorf.
PE berkepadatan rendah memiliki banyak daerah amorf. Sebuah rantai terikat
dengan rantai lain di dekatnya melalui gaya dispersi Van der Waals. Gaya tarik
tersebut akan semakin besar jika rantai-rantai tersebut saling berdekatan satu sama
lain. Daerah-daerah amorf dimana rantai-rantai tidak terkemas secara beraturan
dapat mengurangi efektifitas gaya tarik Van der Waals sehingga juga mengurangi
titik lebur dan kekuatan polimer. Daerah amorf ini juga akan mengurangi
kepadatan polimer, sehingga disebut PE berkerapatan rendah yang biasa
digunakan untuk barang-barang umum seperti tas plastik dan material-material
serupa lainnya yang fleksibel dan berkekuatan rendah. Di tahun 1999, LDPE
digunakan sebagai botol plastik di seluruh Amerika hanya 1% saja. Walaupun
tidak banyak, plastik ini sangat mempengaruhi kehidupan kita. Plastik LDPE
banyak digunakan sebagai kantong plastik dan pembungkus makanan.Sedangkan
HDPE adalah plastik Poli Etilena yang berkerapatan tinggi yang umumnya
dimanfaatkan sebagai drum, pipa air, atau botol. Plastik HDPE memiliki cabang
yang sangat sedikit di sepanjang rantai-rantai hidrokarbon, kristalinisasinya
sebesar 95% atau lebih. Pengemasan cabang yang lebih baik ini berarti bahwa
gaya tarik Van der Waals antara rantai-rantai lebih besar sehingga plastik lebih
kuat dan memiliki titik lebur yang lebih tinggi. Kepadatannya juga lebih tinggi
karena pengemasan yang lebih baik dan jumlah ruang yang tidak terpakai dalam
struktur lebih kecil.
Plastik Linear Low Density Polyethilene (LLDPE) mempunyai densitas
yang sama dengan plastik Low Density Polyethilene (LDPE) namun dengan
jumlah cabang polimer yang lebih sedikit. Ciri-ciri yang dimiliki oleh plastik
LLDPE adalah mempunyai penampakan yang jernih dan kemampuan heat
sealing yang lebih baik dibandingkan plastik LDPE serta mempunyai sifat kaku
yang sama dengan plastik HDPE (Strong, 2000).

Kantong Plastik Belanja Konvensional dan Lingkungan

Menurut data Kementerian Perindustrian (2012), industri plastik hilir


membutuhkan 1.2 juta ton PP dan 1.1 juta ton PE per tahun. Namun industri hulu
hanya bisa memproduksi bahan baku 700.000 -800.000 ton PP dan sekitar
500.000 ton PE per tahun. Kinerja Industri plastik hilir dalam negeri sepanjang
tahun 2011 kurang beroperasi optimal, karena pasokan bahan baku yang terbatas
14

sehingga hanya mampu memasok sekitar 50% dari kebutuhan industri plastik.
Kantong plastik belanja yang selama ini dipakai umumnya jenis kantong plastik
konvensional, yang dibuat dengan menggunakan bahan baku utama PE atau PP.
Kantong plastik ini mempunyai kelebihan dalam berbagai hal seperti ringan,
mudah dibentuk, tidak berkarat karena kelembaban, mampu dipakai membawa
berbagai jenis barang belanjaan, dan sangat mudah diperoleh terutama di area
perbelanjaan, bahkan di beberapa negara masih diberikan secara cuma-cuma
untuk menarik konsumen.Namun ternyata daur hidup kantong-kantong plastik
tersebut berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan limbah plastik
konvensional ini dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan. Penyebabnya
yaitu sifat plastik yang tidak dapat diuraikan atau hancur di dalam tanah atau
didegradasi oleh mikroba yang ada dalam tanah.

Fakta yang Berkaitan dengan Sampah Kantong Plastik dan Lingkungan

(1) Sampah kantong plastik yang dibuang secara fisik dapat mengganggu jalur air
yang terserap ke dalam tanah. Kesuburan tanah akan menurun, karena plastik juga
menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak mikroorganisme
bawah tanah yang mampu menyuburkan tanah. Pembuangan sampah plastik di
sungai-sungai akan mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran
sungai yang menyebabkan banjir.
(2) Secara fisik, berat kantong plastik sangat ringan sehingga mudah diterbangkan
angin ketempat yang jauh dan menjadi limbah ditempat yang berbeda. Sekitar
80% sampah dilautan berasal dari daratan, dan hampir 90% nya adalah sampah
kantong plastik. Dalam bulan Juni 2006 program lingkungan PBB memperkirakan
dalam setiap mil persegi perairan di laut terdapat 46000 sampah plastik
mengambang di lautan.
(3) Fakta tentang bahan pembuat plastik yang tidak dapat terurai meskipun
dimakan oleh mikroorganisme yang ada dalam tanah, ataupun oleh tanaman
bahkan akan menjadi racun/toksin berantai sesuai urutan rantai makanan. Toksin
yang keluar dari partikel plastik yang masuk ke tanah dapat membunuh mikroba
pengurai di dalam tanah seperti cacing dan sejenisnya. Kantong plastik ini sulit
diurai dalam tanah hingga membutuhkan waktu antara 100 hingga 1000 tahun.
(4) Fakta bahwa kantong plastik dapat membunuhhewan-hewan yang terjerat
dalam tumpukan plastik. Banyak artikel dan hasil penelitian yang telah
mempublikasikan kenyataan ini dan selalu menjadi topik pembicaraan yang
menarik dikalangan masyarakat . Hewan-hewan laut seperti lumba-lumba,penyu
laut, dan anjing laut menganggap kantong-kantong plastik tersebut makanan dan
akhirnya mati karena tidak dapat mencernanya. Ketika hewan-hewan ini mati,
kantong plastik yang berada di dalam tubuhnya tetap tidak hancur. Kantong
plastik sisa telah banyak ditemukan di kerongkongan anak elang laut di Pulau
Midway, Lautan Pacific. Setiap tahun, plastik membunuh hingga 1.000.000
burung laut, 100.000 mamalia laut dan ikan-ikan yang tak terhitung jumlahnya.
(5) Untuk menanggulangi sampah plastik, beberapa pihak mencoba untuk
membakarnya. Tetapi proses pembakaran plastik umumnya menghasilkan
senyawa dioksin di udara, karena secara umum pada semua proses pembakaran
senyawa yang mengandung Chlor dan Carbon pada suhu 180-4000C, akan
terbentuk senyawa dioksin. Bila manusia menghirup dioksin, maka akan rentan
15

terhadap berbagai penyakit di antaranya kanker, gangguan sistem syaraf, hepatitis,


dan berbagai penyakit lainnya.

Tabel 5 Strategi Penanganan Sampah Plastik di Beberapa Negara

Negara Strategi Penanganan Sampah Kantong Plastik

China Melarang supermarket dan toko menggunakan kantong plastik


sebagai kemasan
Singapura Menetapkan hari-hari tertentu sebagai bring your own bag day,
bagi yang tidak membawanya akan dikenai denda
Australia Friends of the Earth, toko menjual produk dalam bentuk curah
dan pelanggan diharuskan membawa kantung belanjaan sendiri
Jepang UU tahun 1997 tentang Pengumpulan Sampah Terpilah dan Daur
Ulang Kaleng dan Kemasan, melakukan pemilahan sampah mulai
dari tingkat rumah tangga, daur ulang plastik dilakukan secara
terpusat, adanya buku panduan
Kairo Sistem pengumpulan dan daur-ulang sampah yang mampu
memanfaatkan 85% sampah yang terkumpul dan mempekerjakan
40,000 orang
Kanada Kotak biru, tempat sampah khusus untuk bahan yang dapat didaur
ulang
Sumber: Sugianto (2008), Anonim (2008), Ginting (2006)

Proses Pembuatan Kantong Plastik Belanja Konvensional

Bahan Baku
Pemakaian jenis dan jumlah bahan baku ditentukan berdasarkan
spesifikasi produk yang akan diproduksi. Produsen membuat barang contoh yang
diminta sesuai dengan keinginan pihak pemesan. Setelah disetujui dan diketahui
karakteristik plastik yang akan digunakan, proses pembuatan mulai dilakukan.
Material bahan baku berbentuk pelletpolyethylene atau polypropylene, yang
merupakan jenis thermoplasticdan memiliki karakteristik yang bervariasi.
Polyethylene biasanya lunak pada temperatur 1100C – 1300C, dan mencair pada
suhu 1400C - 1600C. Pada suhu yang rendah, dapat digunakan sampai - 300C.

Proses Pewarnaan
Pada saat proses pewarnaan, bahan baku biji plastik dibawa ke mesin
mixer untuk diberi campuran warna sesuai pesanan konsumen.

Pemasukan Bahan Baku ke dalam Hopper


Bahan baku yang telah selesai diberi campuran warna pada mixer,
dimasukan kedalam hopper, kemudian siap untuk dilakukan proses pencetakan
dengan menggunakan mesin injection moulding. Kapasitas hopper umumnya
sekitar 20 kg - 50 kg. Hopper merupakan corong masuk bahan baku biji plastik
yang terdapat pada bagian atas mesin injection moulding.
16

Injeksi
Bahan baku yang masuk ke dalam hopper kemudian diteruskan ke dalam
Reciprocating screw dan akan meleleh dengan cepat saat mencapai bagian
kompresi dari screw, kemudian akan diinjeksikan ke dalam moulding dengan
screw yang berputar untuk proses pencetakan. Bahan baku yang meleleh
diinjeksikan kedalam cetakan melalui nozzle, proses injeksi membutuhkan waktu
7–20 detik untuk memenuhi ruang cetakan yang tergantung besarnya cetakan.

Holding Time
Holding time dilakukan setelah proses injeksi. Extruder akan berhenti
sejenak, saat pemberhentian extruder ini dinamakan proses holding time. Proses
holding time bertujuan untuk mencegah kembalinya material yang berbentuk
lelehan ke dalam extruder akibat pembalikan arah.Proses holding ini merupakan
penahan waktu agar plastized yang ada dalam cetakan dapat segera dingin karena
cetakan yang berpendingin air.

Ejeksi (pengeluaran dari cetakan)


Setelah holding time, cetakan akan membuka secara otomatis, lalu produk
yang terdapat pada cetakan akan dikeluarkan oleh ejector pin secara otomatis.

Quality Control
Produk yang dikeluarkan dari cetakan memerlukan suatu proses
pengontrolan kualitas oleh operator, agar produk yang mengalami cacat atau tidak
diinginkan segera dipisahkan dari produk yang baik. Produk yang mempunyai
kualitas baik akan diteruskan ke bagian perakitan, sedangkan yang tidak baik akan
dihancurkan kembali atau didaur ulang oleh mesin crusher.

Crusher machine
Barang jadi yang tidak lolos pengontrolan kualitas akan segera di bawa ke
ruang penghancur untuk dihancurkan menjadi serpihan-serpihan kecil.
Selanjutnya serpihan-serpihan tersebut akan di bawa langsung ke mesin mixer
untuk dilakukan pewarnaan ulang dan hasilnya dapat dipakai sebagai bahan baku.

Packing
Produk yang lolos dari pengontrolan kualitas barang jadi tersebut akan
langsung dibawa ke ruang pengepakan. Di tempat ini akan produk akan disusun
dengan dengan baik agar tidak rusak selama proses pengiriman.

Kantong Plastik Ramah Lingkungan

Kantong Plastik Oxodegradable


Plastik Oxodegradable dikategorikan plastik ramah lingkungan
karenapada proses pembuatannya dilakukan dengan cara menambahkan sebanyak
1-3 % additive prodegradant kepada plastik poliolefin konvensional PE yang
akan mempercepat proses oksidasi polimer dengan pengaruh utama panas dan
sinar ultraviolet untuk mempercepat degradasi. Additive prodegradant
mempunyai berat molekul kecil,bersifat aktif, dan berfungsi untuk memecah
rantai polimer PE. Additive ini hanya memicu pemecahan lembaran plastik secara
17

fisik setelah kontak dengan air dan sinar matahari menjadi partikel-partikel kecil
yang bisa dikonsumsi oleh mikroorganisme. Kecepatan degradasi plastik jenis ini
sangat tergantung pada kondisi tanah dan lingkungan, seperti suhu, kelembaban
dan intensitas penyinaran ultra violet dan material dari plastik tersebut, seperti
jenis resin, dan ketebalannya. Pakar lingkungan yang kontra terhadap plastik jenis
oxodegradable ini mempermasalahkan apakah mikroorganisme bisa mencerna
lebih lanjut partikel-partikel kecil plastik tersebut, sehingga tidak diharapkan hasil
akhirnya adalah campuran biomasa dan residu plastik. Namun dari beberapa
penelitian mikrobiologi yang dipublikasi oleh PT Tirta Marta sebagai salah satu
produsen kantong plastik jenis oxodegradable (uji mikrobiologi dilakukan di
Laboratorium BPPT), hasilnya adalah mikroba dalam cawan petri bertambah
banyak jumlahnya dengan adanya partikel-partikel kecil plastik tersebut,
dibandingkan dengan cawan petri yang berisi potongan kantong plastik
konvensional (Sugianto, 2012).
Di Indonesia ada beberapa perusahaan yang memproduksi dan
mendistribusi resin plastik dan oxodegradable plastic packaging, diantaranya:
1) PT Tirta Marta di Cikupa, Tangerang- Propinsi Banten adalah perusahaan
industri plastik kemasan lokal yang memproduksi berbagai jenis resin
oxodegradable dengan brand Oxium.
2) PT Chandra Asri Petrochemical Tbk di Propinsi Banten. Produk yang
dihasilkan bernama Asren HDPE degradable juga sudah memproduksi kantong
plastik belanja jenis oxodegradable.
3) PT Agra Karya Prima Industry yang merupakan perusahaan mitra PT Merindo
yang diberikan lisensi oleh EPI (Environmental Product Inc.) Canada untuk
mendistribusikan resin oxo-biodegradable PE film, dan memproduksi kantong
plastik belanja atau dikenal sebagai kantong kresek yg dipakai hotel-hotel, bank,
perusahaan dan ritel seperti Ranch Market, Carrefour, Ace Hardware dan lainnya.
EPI adalah perusahaan pelopor di dunia untuk teknologi oxo-biodegradable dan
memiliki pengalaman , pengetahuan teknis untuk merancang sistem aditif untuk
polietilen, polipropilen dan polistiren agar dapat memenuhi berbagai kebutuhan
dan pelayanan dan kinerja degradasi.TDPA ® (Total Degradable Plastic Additive)
seperti yang dimiliki oleh pabrik resin EPI, ketika ditambahkan ke dalam resin
PE, PP dan PS, menyebabkan plastik lebih mudah hancur dalam waktu tertentu
(terkendali). Degradasi ini dipicu oleh paparan sinar ultraviolet (sinar matahari),
suhu yang tinggi atau stres mekanik. Setelah awal proses degradasi, produk yang
dibuat dengan polietilen seperti kantong plastik belanja yang hancur, juga akan
dapat dikonsumsi oleh mikroba dalam tanah (termasuk biodegradable). Dosis
penambahan TDPA sangat penting dalam merancang umur simpan dan
memungkinkan produk ini untuk didaur ulang dengan aman di sungai dengan
menunjukkan tanda-tanda visual dari degradasi - kerapuhan atau disintegrasi.
Menurut EPI, proses keseluruhan dari polimer menjadi karbon dioksida, air dan
biomassa disebut okso-biodegradasi.
Kantong plastik PE dengan tebal 0.0030 cm diberi aditif prodegradant 2%
akan terdegradasi dalam waktu 3 bulan, jika dibiarkan terbuka di lingkungan
udara terbuka di Thailand dan sebuah wadah plastik dengan tebal 0.15 cm atau
dalam bentuk lembaran PP akan menurunkan waktu degradasi menjadi waktu 3-6
bulan. Plastik jenis oxodegradable tidak dapat terdegradasi dengan cepat namun
waktu degradasinya dapat dikendalikan (Morawietz, 2006).
18

Kantong Plastik Biodegradable


Berdasarkan formulasi bahan baku yang dipakai, plastik biodegradable
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dengan bahan baku
petrokimia menggunakan sumberdaya alam yang tidak terbarukan (non-renewable
resources), dan kelompok dengan bahan baku produk tanaman seperti pati dan
selulosayang menggunakan sumber daya alam terbarukan (renewable resources)
yg mudah dicerna oleh mikroorganisme (bakteri dan jamur), sehingga disebut juga
biodegradable atau compostable, karena jika dicerna oleh mikroba kantong
plastik belanja tersebut berubah menjadi kompos/biomasa. Pengomposan yang
sempurna sampai ke tahap mineralisasi akan menghasilkan karbon dioksida dan
air (Pranamuda,2001). Biodegradable didefinisikan sebagai bahan yang bisa
didekomposisi menjadi karbon dioksida, metana, air, komponen anorganik atau
biomassa melalui mekanisme enzimatis mikroorganisme, yang bisa diuji dengan
pengujian standar dalam periode waktu tertentu (Latief, 2001). Biodegradable
merupakan salah satu mekanisme degradasi material, selain compostable,
hydrobiodegradable, photobiodegradable, bioerodable (Nolan-ITU, 2002).
Plastik Biodegradable dapat pula diartikan sebagai suatu material polimer
yang berubah menjadi senyawa dengan berat molekul rendah dimana paling
sedikit satu atau beberapa tahap degradasinya melalui metabolisme organisme
secara alami (Latief, 2001). Polimer-polimer yang mampu terdegradasi harus
memenuhi beberapa kriteria, yaitu mengandung salah satu dari jenis ikatan asetal,
amida, atau ester, memiliki berat molekul dan kristalinitas rendah, serta memiliki
hidrofilitas yang tinggi (Pila, 2011). Persyaratan ini tidak sesuai dengan
spesifikasi teknis plastik yang diinginkan dan dibutuhkan pasar, sehingga perlu
adanya pengoptimalan pengaruh berat molekul, kristalinitas dan hidrofilitas
terhadap biodegradabilitas dan sifat mekanik. Plastik biodegradable dapat
dihasilkan melalui tiga cara yaitu:
- Biosintesis, seperti pada pati dan selulosa
- Bioteknologi, seperti pada polyhydroxyl fatty acid
- Proses sintesis kimia seperti pada pembuatan poliamida, poliester dan
polivinil alkohol
Plastik Biodegradable yang didapat langsung dari sintesis alam memiliki
keunggulan ketersediaan dalam jumlah besar dan murah, namun memiliki
kelemahan dalam hal penyerapan air yang tinggi dan tidak dapat dilelehkan tanpa
bantuan bahan aditif (Budiman, 2003). Kelompok biopolimer yang menjadi bahan
dasar dalam pembuatan plastik biodegradable, yaitu:
1. Campuran biopolimer dengan polimer sintetis. Bahan ini memiliki nilai
biodegradabilitas yang rendah dan biofragmentasi sangat terbatas.
2. Poliester. Biopolimer ini dihasilkan secara bioteknologi atau fermentasi
dengan mikroba genus Alcaligenes dan dapat terdegradasi secara penuh
oleh bakteri, jamur, dan alga.
3. Polimer pertanian. Polimer pertanian diantaranya, cellophan,
seluloasetat, kitin, pullulan (Latief 2001).
Jenis plastik biodegradable lain yang banyak diteliti adalah plastik campuran dari
bahan non-biodegradable dengan bahan biodegradable, misalnya polietilena
dicampurkan dengan pati. Pencampuran tersebut merupakan salah satu alternatif
yang mungkin untuk diterapkan walaupun tidak terdegradasi sempurna.
19

Plastik Biodegradable yang berbasiskan pati dapat dibuat dengan cara sebagi
berikut (Tokiwa et al, 2009) yaitu:
(1) Mencampur pati dengan plastik konvensional (PE atau PP) dalam jumlah
kecil (10-20%)
(2) Mencampur pati dengan turunan hasil samping minyak bumi, seperti
PCL,dalam komposisi yang sama (50%)
(3) Menggunakan proses ekstrusi untuk mencampur pati dengan bahan seperti
protein kedelai, gliserol, lignin sebagai plasticizer (Flieger et al. 2003)

Gambar 2 Jenis Plastik Biodegradable


(Sumber: Tokiwa et al.,2009)

Potensi penggunaan pati sebagai plastik biodegradable berkisar 80-95%


dari pasar plastik biodegradable yang ada (Vilpoux dan Averous, 2006). Sumber
pati yang banyak digunakan antara lain jagung, ubi kayu atau singkong, gandum,
beras dan kentang. Jika dikaitkan dengan sumber daya lokal, khususnya sumber
daya alam penghasil pati yang ada di Indonesia, maka peluang dan potensi yang
bisa dikembangkan akan semakin luas mengingat masih banyak sumber
patipatianyang masih belum dimanfaatkan dengan maksimal, apalagi ketersediaan
pati dari biji-bijian yang selama ini dianggap sebagai limbah.
Pati sering digunakan dalam industri pangan sebagai biodegradable film
untuk menggantikan polimer plastik karena beberapa faktor seperti faktor
ekonomis, dapat diperbaharui, dan memberikan karakteristik fisik yang baik
(Bourtoom, 2007). Menurut Stevens (2001), plastik biodegradable disebut juga
bioplastik, yaitu plastik yang seluruh atau hampir seluruh komponennya berasal
dari bahan baku yang dapat diperbaharui. Plastik biodegradable mengandung satu
atau lebih biopolimer sebagai ingridien yang esensial. Plastik jenis ini merupakan
bahan plastik yang ramah terhadap lingkungan karena sifatnya yang dapat
kembali ke alam. Istilah bioplastik ditujukan untuk bahan kemasan yang berasal
dari polimer yang biodegradabel dan bisa diuji biodegradabilitasnya berdasarkan
standar yang berlaku seperti ASTM D6400-99 (Vink et al., 2003).
Di Indonesia ada beberapa perusahaan yang memproduksi resin plastik
dan biodegradable plastic packaging, diantaranya:
1) PT Tirta Marta di Cikupa, Tangerang- Propinsi Banten adalah industri
plastik kemasan lokal yang memproduksi jenis resin biodegradable dengan brand
Ecoplas, dan sekaligus memproduksi kantong plastik belanja untuk dipasok ke
berbagai perusahaan seperti kemasan plastik belanja produk Martha Tilaar.
Namun kendala harga yang membuat plastik biodegradable ini akhirnya diekspor
untuk memenuhi pesanan ritel atau perusahaan di luar negeri. Di Indonesia masih
sulit mendapatkan kantong plastik belanja yang benar-benar biodegradable.
20

2) PT Inter Aneka Lestari Kimia di Cikupa, Tangerang - Propinsi Banten


adalah perusahaan yang membuat kantong plastik dan kantong sampah
biodegradable dengan brand name Enviplast. Plastik alternatif enviplast terbuat
dari bahan baku yang tersedia terus menerus di alam dan dapat diperbaharui, yaitu
pati dari tapioka, jagung, dan turunan minyak nabati antara lain kelapa sawit.
Enviplast merupakan polimer biodegradable, yang dapat terurai di alam
dengan bantuan mikroorganisme dan air menjadi karbon dioksida, air dan
biomasa. Enviplast juga termasuk kelompok bahan compostable, yaitu dapat
menjadi kompos di dalam tanah karena enviplast yang terurai di dalam tanah,
akan menambah kemampuan tanah untuk mengikat air, sehingga meningkatkan
daya serap air dari tanah. Selain oleh mikroorganisme, enviplast juga dapat
dimakan oleh binatang seperti serangga, siput, serta hewan kecil lainnya, baik di
darat maupun di air, tanpa menimbulkan akibat buruk seperti efek racun atau
bahaya lainnya. Enviplast digolongkan sangat ramah lingkungan, yang bisa
ditunjukkan bila enviplast ada di dalam air akan melunak dan tenggelam, sehingga
memudahkan terdegradasi dan dimakan oleh mikro/makro organisme, serta tidak
menyumbat saluran pembuangan air. Enviplast juga tidak menghasilkan gas kimia
berbahaya atau residu lelehan bila dibakar. Plastik kemasan enviplast memang
belum banyak digunakan oleh peritel atau pertokoan bahkan di pasar tradisional,
karena terkendala oleh harga pati singkong, dan minyak sawit mentah atau crude
palm oil (CPO). Saat ini harganya hampir dua kali lipat dari plastik konvensional.
Kelemahannya, selain harga jual yang dibebankan kepada konsumen bisa
mencapai Rp 3000 per lembar kantong plastik belanja, enviplast juga akan
meleleh jika terkena panas di atas 800C.
Untuk industri plastik hilir, kemasan ramah lingkungan memang telah
menjadi suatu yang model, namun tidak semuanya menggunakan bahan baku dari
tumbuhan yang dapat membuat sampah kantong plastik tersebut terurai dalam
waktu 3-6 bulan, karena terkendala harga bahan baku. Beberapa pelaku industri
tetap menggunakan bahan baku berbasis minyak bumi (konvensional) yang diberi
campuran additive agar bisa didegradasi lebih cepat dalam waktu 2 tahun.

Pati (Starch)

Pati merupakan karbohidrat yang tersebar dalam tanaman terutama


tanaman berklorofil, terdapat pada biji, batang dan bagian umbi tanaman yang
merupakan cadangan makanan untuk masa pertumbuhan dan pertunasannya.
Banyaknya kandungan pati pada tanaman tergantung asal pati, misalnya pati yang
berasal dari biji beras mengandung pati 50-60%. Pati telah lama digunakan baik
sebagai bahan makanan maupun non-food seperti perekat, dalam industri tekstil,
polimer atau sebagai bahan tambahan dalam sediaan farmasi (Grag, 2006).
Pati adalah suatu polisakarida yang mengandung amilosa, suatu cabang
polimer linier dan amilopektin, polimer dengan banyak cabang (Mali, 2005). Pati
bila dipanaskan dalam air , akan terbentuk larutan koloid hingga berat molekulnya
tidak dapat ditentukan secara teliti, meskipun demikian berat molekulnya sangat
besar. Amilosa merupakan bagian yang larut dalam air (10-20%) yang
mempunyai berat molekul 50.000-200.000. Amilopektin merupakan bagian yang
tidak larut dalam air (80-90%) dengan berat molekul antara 70.000-106.
21

Keduanya mempunyai rumus empiris (C6H10O5)n. Baik amilosa maupun


amilopektin, bila terhidrolisis menunjukkan adanya sifat-sifat karbonil. Struktur
amilosa merupakan struktur lurus dengan ikatan α-(1,4)-D-glukosa. Amilopektin
terdiri dari struktur bercabang dengan ikatan α-(1,6)-D-glukosa dan titik
percabanganamilopektin merupakan ikatan α-(1,6). Dalam amilosa satuan-satuan
gula dihubungkan dengan ikatan 1,4, sedangkan dalam amilopektin ikatannya
pada 1,6 atau dengan kata lain atom C1 dari satu gula dihubungkan dengn atom C6
dari satuan gula berikutnya (Hornback, 2006). Struktur kimia Amilosa dan
Amilopektin dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3 Struktur Kimia Amilosa


(Sumber: Ann-Charlott, 2004)

Gambar 4 Struktur Kimia Amilopektin


(Sumber: Ann-Charlott, 2004)

Ubi-ubian, serealia, dan biji polong-polongan merupakan sumber pati yang


paling penting. Ubi-ubian yang sering dijadikan sumber pati antara lain ubi jalar,
kentang, dan singkong (Liu, 2005 dalam Cui, 2005). Pati singkong sering
digunakan sebagai bahan tambahan dalam industri makanan dan industri yang
berbasis pati karena kandungan patinya yang cukup tinggi (Niba, 2006 dalam Hui,
2006). Menurut Biro Pusat Statistik (2009), produksi tanaman singkong di
Indonesia tahun 2008 sebesar 20.834.241 ton. Melihat kandungan pati pada
singkong 90%, maka pada tahun 2008 dapat dihasilkan 18.750.816,9 ton pati
singkong. Produksi pati yang tinggi, penanamannya yang mudah, dan tanaman
mudah diperoleh di Indonesia menjadikan singkong potensial dijadikan sebagai
bahan dasar plastik biodegradable.
Kandungan pati pada beberapa bahan pangan disajikan pada tabel berikut.
22

Tabel 6 Kandungan Pati pada Beberapa Bahan Pangan

Bahan Pangan Pati (% basis kering)


1 Biji sorghum 67
2 Beras 89
3 Singkong 90
4 Ubi jalar 90
5 Kentang 75
6 Jagung 57
7 Biji gandum 67
Sumber: Liu (2005) dalam Cui (2005)

Sumber Pati

Singkong merupakan tanaman perdu yang berasal dari Amerika Selatan


dengan lembah sungai Amazon sebagai tempat penyebarannya (Odigboh, 1983
dalam Chan 1983). Pohon singkong dapat tumbuh hingga 1-4 meter dengan daun
besar yang menjari dengan 5 hingga 9 belahan lembar daun. Batangnya memiliki
pola percabangan yang khas, yang keragamannya tergantungpada kultivar
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1995). Gambar pohon singkong, akar umbi dan
bentuk granula pati singkong dapat dilihat pada gambar berikut .

Gambar 5 Umbi singkong Gambar 6 Granula Pati Singkong


Sumber: Grahito, 2007 Sumber: Niba, 2006 dalam Hui, 2006

Proses pembuatan pati tapioka secara tradisional terdiri dari tiga tahap
yang dilakukan secara terpisah. Tahap pertama adalah proses pemarutan ubi kayu
yang sudah dikupas kulitnya, sedangkan tahap kedua dan ketiga adalah proses
pemerasan dan penyaringan parutan ubu kayu yang sudah dicampur air, untuk
mendapatkan pati tapioka. Pemarutan yang menghasilkan pati tapioka bertujuan
untuk memecahkan dinding sel pada ubi kayu agar butir tepung /pati yang
terdapat di dalam ubi kayu tersebut dapat diambil. Setelah proses pemarutan
dilakukan, hasil parutan dicampur dengan air kemudian diperas dan disaring.
Selanjutnya campuran pati dan air ini diendapkan. kemudian dijemur hingga
kering (Soegihardjo, 2005).
Pati merupakan biopolimer karbohidrat yang dapat terdegradasi secara
mudah di alam dan bersifat dapat diperbarui. Untuk meningkatkan karakteristik,
biasanya pati dicampur biopolimer yang bersifat hidrofobik atau bahan tahan air.
Biji durian (Durio zibethinus Murr.) banyak mengandung lemak, protein,
dan karbohidrat terutama pati (Sumarlin, 2011). Pati dapat ditemukan pada
23

seluruh bagian tanaman (daun, batang, akar, umbi, dan biji). Pati dapat
dimanfaatkan secara luas dalam produk pangan, misalnya sebagai bahan pengikat
air atau pegental dan pembentuk tekstur dalam pembuatan biskuit dan roti
(Nielsen, 2003). Pati memiliki sifat yang berbeda-beda dipengaruhi oleh jenis
tanaman sumber pati, bentuk dan ukuran granula pati, kandungan amilosa dan
amilopektin. Untuk mendapatkan karakteristik pati yang diinginkan, maka dapat
dilakukan modifikasi pati dengan tujuan untuk mendapatkan sifat pati yang
spesifik. Pati termodifikasi dapat digunakan dalam produk pangan atau industri
untuk memperbaiki viskositas, stabilitas, tekstur, penampakan, dan emulsifikasi
(Jannsen, 2009).

Berpikir Sistem (System Thinking)

Berpikir sistemik merupakan kesadaran untuk mengapresiasi dan


memikirkan kejadian sebagai sebuah sistem atau sistem approach. Sistem adalah
suatu gugus dari elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk
mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuan-tujuan (Eriyatno, 2007).
Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisa organisatoris yang
menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisa. Metode ini merupakan
salah satu cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya
identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat
menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif (Marimin,2009).
Pengkajian dalam pendekatan sistem seyogyanya memenuhi tiga
karakteristik, yaitu: (1) kompleks, dimana interaksi antar elemen cukup rumit; (2)
dinamis, dalam arti faktor yang terlibat ada yang berubah menurut waktu dan ada
pendugaan ke masa depan; dan (3) probabilistik, yaitu diperlukannya fungsi
peluang dalam inferensi kesimpulan maupun rekomendasi (Eriyatno, 2007).
Dalam pelaksanaan metode pendekatan sistem diperlukan tahapan kerja
yang sistematis. Menurut Marimin metodologi sistem pada prinsipnya melalui
enam tahap analisis sebelum tahap sintesa (rekayasa), meliputi: (1) analisa
kebutuha, (2) identifikasi sistem, (3) formulasi permasalahan, (4) pembentukan
alternatif sistem, (5) determinasi dan realisasi fisik, social dan politik, (6)
penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan (finansial).
Pendekatan sistem memiliki dua hal umum sebagai tandanya, yaitu (1)
dalam semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk
menyelesaikan masalah; dan (2) dibuat suatu model kuantitatif untuk membantu
keputusan secara rasional (Marimin, 2010). Salah satu dasar utama untuk
mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang
penting dan tepat. Penemuan peubah tersebut sangat erat hubungannya dengan
pengkajian hubungan-hubungan yang terdapat diantara peubah-peubah. Teknik
kuantitatif dan simulasi digunakan untuk mengkaji keterkaitan antar peubah dalam
sebuah model. Sistem yang diberi abstrak dan deskripsi yang disederhanakan
memudahkan penggunaan model untuk menentukan usaha-usaha penelitian atau
menguraikan garis besar suatu masalah untuk pengkajian yang lebih mendetail
(Marimin, 2009).
Metodologi yang digunakan dalam pendekatan sistem bisa berupa hard
sistems thinking (HST), maupun soft sistem methodology (SSM). Pendekatan hard
sistem memiliki asumsi bahwa: (1) masalah yang dimiliki sistem terdefinisi
24

dengan baik, (2) memiliki solusi optimum tunggal, (3) pendekatan sains untuk
pemecahan masalah akan bekerja dengan baik, (4) didominasi faktor teknis.
Dalam pendekatan hard sistem teknik dan prosedur kaku untuk menghasilkan data
dan pengolahan masalah yang terdefinisi dengan baik, difokuskan pada
implementasi komputer. Sementara SSM merupakan sebuah pendekatan untuk
pemodelan proses pengorganisasian dan hal itu dapat digunakan baik untuk
pemecahan masalah umum maupun dalam manajemen perubahan. SSM lebih
mengarah pada model konseptual (normatif) yang bisa menghasilkan perencanaan
dan strategi (Marimin, 2009).

Analasis
Pendekatan
Kebutuhan
METODA Sistem
Formulasi
Masalah
AHP
MULAI Identifikasi
Pemilihan Produk Alternatif
SistemMPE
Gambar 7 Model Pendekatan Sistem
(Sumber; Marimin, 2009)

Pengertian AHP (Analitycal Hierarchy Process)

AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan


oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan
masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki.
Menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah
permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multilevel dimana level
pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan
seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, masalah
yang kompleks dapat diurai ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian
diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih
terstruktur dan sistematis. AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan
masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan berikut :
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai
pada subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan
keputusan.

Tahapan AHP

Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :


1. Masalah didefinisikan dan ditentukan solusi yang diinginkan. Dalam tahap ini
masalah yang akan dipecahkan agar ditentukan secara jelas, detail dan mudah
25

dipahami. Dari masalah tersebut coba tentukan solusi yang mungkin cocok
dan dapat berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut dikembangkan lebih
lanjut dalam tahap berikutnya.
2. Struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama harus dibuat. Setelah
menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang
berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk
mempertimbangkan atau menilai alternatif yang diberikan dan menentukan
alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda.
Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan).
3. Matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif
atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di
atasnya harus dibuat. Matriks bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat
untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin
dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu
menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan
pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam
prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan
berdasarkan judgement dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat
kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
4. Perbandingan berpasangan didefinisikan sehingga diperoleh jumlah penilaian
seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen
yang dibandingkan. Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan
berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat
kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan
dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah
terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil
perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang
dibandingkan.
Skala perbandingan perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan
oleh Saaty sebagai berikut dalam ujud Intensitas Kepentingan.
1 = Kedua elemen sama pentingnya, mempunyai pengaruh yang sama besar
3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yanga lainnya,
pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan
elemen yang lainnya
5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, penilaian sangat kuat
menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya
7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya, Satu elemen
yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek.
9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya,bukti yang mendukung
memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan,
nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan.
5. Nilai eigen dihitung dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten maka
pengambilan data diulangi.
6. Langkah 3, 4, dan 5 diulang untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang
merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen
26

pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan


dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi
setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk
memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap
baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata.
8. Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio
konsistensi dengan melihat indeks konsistensi. Konsistensi yang diharapkan
adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang
mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio
konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 %.

Nilai dan definisi kualitatif skala perbandingan Saaty dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 7 Skala Perbandingan Saaty


Nilai Keterangan
1 Kriteria/Alternatif A sama penting dengan kriteria/alternatif B
3 A sedikit lebih penting dari B
5 A jelas lebih penting dari B
7 A sangat jelas lebih penting dari B
9 Mutlak lebih penting dari B
2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
(Sumber: Saaty, 1993)

3.METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 7 (tujuh) bulan, mulai bulan Agustus 2012


sampai dengan bulan Pebruari 2013 di daerah Karawaci - Tangerang, Propinsi
Banten. Contoh uji yang berupa kantong plastik belanja diperoleh dari peritel-
peritel yang ada di pasaran di daerah Karawaci dan sekitarnya, bahkan dengan
adanya sistem waralaba, maka peritel yang ada di Karawaci juga sama dengan
peritel yang ada di seluruh Indonesia. Sampel yang diambil di daerah ini juga
merepresentasikan sampel kantong plastik belanja yang umumnya digunakan
oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Sebagai data pembanding, maka diambil
sampel kantong plastik belanja di beberapa supermarket di luar negeri.
Penentuan dan penetapan wilayah kecamatan Karawaci sebagai lokasi
sampling penelitian dengan pertimbangan bahwa Karawaci sudah merupakan
suatu area pusat yang menopang kegiatan masyarakat modern dan tradisional di
daerah ini. Karawaci adalah salah satu kecamatan di Kota Tangerang, Provinsi
Banten dengan luas 14.98 km², dan memiliki 16 desa/kelurahan.
Jumlah penduduk 145.306 jiwa (2001) dan kepadatan penduduknya 9.700
jiwa/km² (Badan Pusat Statistik, 2011)
27

Gambar 8 Peta Pusat Layanan Kegiatan Perdagangan dan Jasa Karawaci


(Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011)

Beberapa pertimbangan pemilihan lokasi wilayah administrasi kecamatan


Karawaci sebagai lokasi penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Wilayah kecamatan Karawaci merupakan daerah yang belum lama
berkembang jika dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya di
wilayah Tangerang. Sejak tahun 1993 saat didirikannya sekolah-sekolah
dan rumah sakit serta hotel bertaraf internasional, maka daerah Karawaci
mulai ramai dihuni masyarakat dan mempunyai tingkat pertumbuhan
penduduk yang besar. Layaknya pendukung sebuah kota yang baru
kerkembang, maka sarana lainnya seperti pusat perbelanjaan, restoran ,
toko swalayan dan perumahan meramaikan daerah ini .
2. Kecamatan dengan kecenderungan perkembangan infrastruktur yang
semakin pesat selalu dapat menggeser dan merubah pola pikir dan pola
hidup masyarakatnya, menjadi relatif konsumtif dan suka berbelanja.
3. Kecamatan Karawaci terletak dalam satuan wilayah pemukiman dengan
beberapa ritel dan mal besar seperti Hypermart, Giant, Carrefour,
Foodmart, Gramedia dan masih banyak lagi usaha-usaha yang selalu
menyediakan kantong plastik belanja ( termasuk usaha londri dalam
membungkus setiap helai pakaian).
4. Hampir semua toko dan ritel serta pasar modern merupakan representasi
dari usaha sejenis yang berlokasi di Jakarta atau di daerah lainnya di
Indonesia, karena adanya sistem waralaba yang diterapkan dalam semua
usaha-usaha tersebut. Semuanya kegiatan ini memerlukan sarana kantong
belanja untuk membawa barang-barangnya.
28

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer
dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui survei lapang dan
wawancara di lokasi penelitian terhadap jenis kantong belanja dan kantong plastik
belanja yang berlabel ramah lingkungan. Sedangkan data sekunder dikumpulkan
melalui penelusuran pustaka terkait di berbagai instansi, serta dari berbagai data
uji dan analisis laboratorium yang dilakukan. Laboratorium yang dipakai sebagai
tempat menganalisis adalah:
- Laboratorium Kimia Universitas Pelita Harapan, Karawaci-Tangerang
- Laboratorium Sentral Teknologi Polimer Puspitek, Serpong- Tangerang
- Laboratorium Teknik Kimia Institut Teknologi Indonesia, Serpong- Tangerang
- Laboratorium Balai Besar Kimia dan Kemasan, Pasar Rebo-Jakarta Timur
Metoda pengumpulan sampel yang dipakai adalah Purposive Sampling
Method yang merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan
tertentu yang didasarkan kepentingan dan tujuan tertentu (Patton, 1990).
Bahan yang dipakai untuk karakterisasi kantong plastik belanja yang ada
di pasaran adalah 50 (lima puluh) sampel kantong plastik belanja yang diperoleh
dari beberapa lokasi pasar swalayan dan ritel, yang terdiri dari 10 (sepuluh)
kantong plastik yang ada di supermarket di luar negeri seperti Italy, Singapore,
China, Australia, dan Amerika dan 40 (empat puluh) kantong plastik belanja yang
ada di pasaran/ ritel/ supermarket lokal untuk dilakukan pengukuran tebal dan
density nya.
Untuk analisis parameter lainnya, dipilih beberapa sampel yaitu kantong
plastik dari Carrefour Milan-Italy (biodegradable) dengan kode B1, Hypermart
(Oxium, oxodegradable) dengan kode C1. Kantong plastik konvensional dengan
kode D1, Martha Tilaar (Ecoplas, biodegradable), dengan kode A1, Roti Boy
(EPI, oxodegradable) dengan kode C2, Green Laundry (Ecoplas, biodegradable),
dengan kode A2, Carrefour Indonesia (Oxium, oxodegradable) dengan kode C3.
Untuk analisis SEM juga diambil kantong plastik yang diperoleh dari supermarket
di Australia (Biodegradable dan Compostable LN), “ST” EPI, oxodegradable
DN), “FM” (Oxium, oxodegradable) dan no label (konvensional).
Sedangkan bahan yang digunakan untuk pembuatan bioplastik skala
laboratorium adalah biji plastik LDPE kualitas komersial, biji durian varietas
montong, dan pati sagu komersial merk “ALINI”. Bahan untuk proses analisis
mikroba (total count) adalah tanah, etanol 70%, akuades, media Potato Dextrose
Agar (PDA), dan media Plate Count Agar (PCA).
Peralatan yang dipakai untuk uji karakteristik kantong plastik belanja
yang ada di pasaran adalah Mikrometer, Neraca Analitik, Lampu UltraViolet,
Oven, Peralatan Uji Tanam, Fourier Thermal Infra Red (FTIR), Atomic
Absorption Spectrophotometer (AAS), Scanning Electron Microscopy (SEM)
dan Material Testing Machine Lloyds Instrument.
Sedangkan peralatan untuk membuat bioplastik antara lain Blender,
Chromameter, Oven, Neraca Analitik, Rheomix, dan alat Hot Press. Peralatan
yang digunakan untuk proses analisis bioplastik antara lain Material Testing
Machine Lloyds Instrument, Texture Analyzer TA.XT.Plus, Scanning Electron
Microscope, Pot untuk uji tanam, Mikrometer, Termometer, dan Higrometer.
29

Peralatan yang digunakan untuk analisis kandungan mikroba dalam tanah adalah
Laminar air flow, Autoclave, Cawan Petri, Inkubator, dan Colony Counter.
Metode penelitian yang digunakan adalah pengujian secara fisik seperti
panjang, lebar dan tebal serta bobot setiap sampel kantong plastik , sehingga dapat
dihitung berat jenis (density) nya. Selanjutnya dilakukan uji sifat fisik mekaniknya
seperti uji kuat tarik (tensile strength), kelenturan (elongation at break) terhadap
sampel dan dilihat perubahan sifat mekanik tersebut setelah sampel mengalami
perlakukan oksidasi dengan sinar ultra violet selama 8 minggu dan panas 800C
selama 2 jam (ASTM D 6954-04 dan ASTM D3826-98(2008)) . Dilakukan juga
analisis gugus fungsi dengan FTIR untuk mengetahui jenis gugus fungsi yang ada
pada kantong plastik belanja, dan analisis kandungan logam (Fe, Co dan Mn)
dengan AAS serta analisis morfologi dari kantong plastik menggunakan SEM.
Untuk melihat perubahan fisik dan laju degradasi yang terjadi, maka dilakukan uji
tanam terhadap sampel bioplastik sampai dengan 10 minggu di dalam tanah
dengan melakukan pengamatan setiap 2 minggu (ASTM D 5272-92(1999) dan
ASTM D5208-09).

Rancangan Tahapan Penelitian

Kegiatan penelitian dibagi menjadi 3 (tiga) tahap, yaitu :


(1) Focus Group Discussion (FGD) dengan mengundang pakar plastik ramah
lingkungan, industri plastik yang memproduksi plastik “ramah lingkungan” dan
pejabat pemerintah sebagai regulator serta para peneliti /akademisi. FGD ini
dimaksudkan untuk mendapatkan masukan dari para peserta tentang kantong
plastik belanja ramah lingkungan dengan mengisi AHP (Analytical Hierarchy
Process) dan datanya diolah dengan mengunakan software expert choice.
Survey dalam bentuk questionnaire juga dilakukan terhadap mahasiswa/siswa
SLTA dan ibu rumah tangga sebagai pengguna kantong plastik, sehingga dapat
disimpulkan jenis kantong plastik ramah lingkungan apa yang sesuai untuk
masyarakat Indonesia (oxodegradable, partial biodegradable, fully
biodegradable, kantong kertas atau kantong kain), dengan mempertimbangkan
faktor daya beli masyarakat, pelestarian lingkungan dan pelaku industri masih
tetap dapat melakukan investasi untuk memproduksi kantong plastik ramah
lingkungan.
(2) Pengambilan sampel dilakukan terhadap berbagai kantong plastik belanja
berlabel ramah lingkungan yang ada di ritel/supermarket dalam dan luar negeri,
dan dikelompokan menurut jenis label yang merepresentasikan jenis industri
plastik pembuatnya untuk diteliti karakteristiknya (berlogo oxium, ecoplas, EPI,
enviplast). Contohnya label ramah lingkungan yang tercetak di kantong plastik
belanja: Ecofriendly Fully Plastic Bag, Heal the world,make it a better green,
This bag is environment friendly, degradable in 10 weeks .

Gambar 9 Sampel Kantong Plastik Belanja


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
30

(3) Penelitian skala laboratorium dilakukan untuk novelty penelitian ini, yaitu
memanfaatkan pati dari biji durian yang merupakan limbah, dan pati sagu untuk
dicampur dengan biji plastik agar menjadi bioplastik yaitu plastik yang
biodegradable.

Survei Tentang Kantong Plastik Belanja Ramah Lingkungan

Survei tentang penggunaan kantong plastik belanja juga dilakukan dalam


penelitian ini terhadap kelompok masyarakat, dengan tujuan memetakan persepsi
masyarakat terhadap penggunaan kantong plastik belanja dan sejauh mana
pendapat tentang kantong plastik ramah lingkungan. Teknik pengumpulan data
akan dilakukan secara random terhadap beberapa komunitas, seperti ibu rumah
tangga dan siswa SLTA serta mahasiswa non teknik di daerah sekitar Karawaci,
Tangerang dan salah satu perumahan di Bogor. Instrumen atau alat pengumpul
data yang digunakan berupa kuesioner yang berisi daftar pertanyaan. Responden
di setiap lokasi masing-masing 30 orang secara acak dalam selang waktu antara
25 September s/d 25 Oktober 2012.
Lokasi penyebaran kuesioner dan pengambilan data dilakukan di beberapa
lokasi sebagi berikut:
1. Perumahan Bukit Cimanggu Villa Bogor
2. Pasar Tradisional di Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan
3. Supermal Karawaci, Tangerang
4. SMA St. Laurensia, Alam Sutera-Serpong
5 UPH College di Karawaci, Tangerang
6. Mahasiswa UPH non Teknik di Karawaci, Tangerang

4. FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) TENTANG KANTONG


PLASTIK BELANJA RAMAH LINGKUNGAN YANG SESUAI
UNTUK INDONESIA

Focus Group Discussion (FGD) dalam penelitian ini dimaksudkan untuk


mendapatkan masukan dari para peserta diskusi tentang model dan jenis kantong
plastik belanja yang ramah lingkungan. Diskusi ini mengundang para stakeholder
kantong plastik belanja, seperti pihak industri sebagai produsen kantong plastik
belanja, pihak retailer yang menyalurkan kantong plastik belanja ke konsumen,
pihak akademisi dan peneliti sebagai pakar plastik ramah lingkungan, pihak
masyarakat sebagai pengguna kantong plastik belanja dan pemerintah sebagai
regulator. Dalam FGD juga diedarkan kuesioner AHP (Analitycal Hierarchy
Process) yang bertujuan untuk mendapat masukan tentang kantong plastik
belanja yang seperti apa yang sesuai untuk masyarakat Indonesia (konvensional ,
oxodegradable, atau biodegradable). Penggunaan kantong plastik belanja ramah
lingkungan di Indonesia adalah sebuah sistem yang terdiri dari bagian-bagian
yang saling terkait yaitu dalam bentuk para stakeholder. Sebagai tahap awal
penelitian tentang sistem model kantong plastik belanja ramah lingkungan di
Indonesia , maka dibuat klasifikasinya sebagai berikut (Marimin, 2009):
31

Tabel 8 Klasifikasi Sistem Model Kantong Plastik Belanja Biodegradable

System Input Proses Output


Analysis Biji Plastik Produksi kantong Kantong plastik konvensional
plastik belanja yang menjadi sampah yang
terurai dalam waktu yang
sangat lama
Synthesis Pati dari bahan Teknologi pembuatan Kantong plastik ramah
nabati banyak bioplastik dengan lingkungan
tersedia di berbagai alternatif
Indonesia bahan baku nabati
dengan harga yang
relatif murah
Design -Pati dari hasil Rancangan model Formulasi yang menghasilkan
umbi-umbian proses pemanfaatan kantong plastik ramah
dan biji-bijian bahan yang dapat lingkungan yang mutunya
-Pengurangan diperbaharui sebagai sesuai SNI dengan harga yang
kantong plastik bahan campuran biji relatif murah
konvensional plastik
Control Masyarakat - Industri plastik -Ketersediaan kantong plastik
pengguna - Industri pembuatan belanja ramah lingkungan
kantong plastik Pati -Masyarakat teredukasi tentang
belanja -SNI kantong plastik dampak sampah kantong
ramah lingkungan plastik terhadap lingkungan

Selanjutnya dilakukan analisis kebutuhan terhadap ketersediaan kantong


plastik belanja yang ramah lingkungan di Indonesia, dengan mendata identifikasi
pelaku, komponen informasi dan tingkat kebutuhannya

Tabel 9 Analisis Kebutuhan Kantong Plastik Belanja Biodegradable

Pelaku
Komponen

Informasi Lembaga
Masyarakat Industri Ritel Pemerintah
Penelitian

Ketersediaan Bahan Baku Pati √ √√ - √ √


Ketersediaan Produk KPBB √ √√ √√ √ -
Teknologi Proses KPBB - √√ - √ √
Harga Biji Plastik - √√ - √ -
Harga KPBB √√ √√ √√ √ -
Instruksi Penggunaan √ √√ √√ √√ -
Kesadaran Menggunakan √√ √√ √√ √ √
*) KPBB : Kantong Plastik Belanja Biodegradable
32

Identifikasi sistem yang merupakan hubungan antara analisis kebutuhan


dengan permasalahannya dapat digambarkan sebagai berikut:

(-)

(+) Sampah Pencemaran


Produksi
kantong plastik (+) lingkungan
KPBB
konvensional karena plastik
yang tidak bisa
(+) Jumlah terurai
penduduk (+)
(+)
(+)

(+)
Polusi perairan
Industri pati Polusi darat
nabati (+) Kebijakan
(-)
pemerintah
(+)
(+)

Kesadaran
(+) masyarakat
Kesejahteraan (+) (+)
petani (+)

Pelaku ritel
(+) menyediakan UU & SNI
KPBB (+)
Model
penggunaan
KPBB (+)

Gambar 10 Causal Loop Model Penggunaan Kantong Plastik Belanja Biodegradable


SNI: Standar Nasional Indonesia UU: Undang Undang

Interpretasi causal loop kedalam diagram input -output terhadap penggunaan


kantong plastik belanja ramah lingkungan dibuat sebagai berikut:
INPUT TIDAK TERKENDALI OUTPUT YANG DIKEHENDAKI
· Proses produksi KPBB relatif INPUT LINGKUNGAN
· Undang – Undang · Masyarakat mengurangi jumlah
sulit
· pemakaian kantong plastik (Reduce)
· Pajak untuk bahan baku SNI (Standar Nasional
· Masyarakat mau menggunakan KPBB
· Masyarakat tidak peduli bahaya Indonesia)
· Kebijakan Pemerintah · Tersedianya KPBB di tempat
plastik terhadap lingkungan
· perbelanjaan
· Produsen tidak menyediakan Kondisi Lingkungan
· Pendapat masyarakat meningkat (Industri
KPBB karena harga lebih mahal
pertanian dapat diolah menjadi pati)
· Lingkungan lebih lestari

MODEL PENGGUNAAN KANTONG


PLASTIK BELANJA BIODEGRADABLE
(KPBB) SEBAGAI PENGGANTI KANTONG
PLASTIK KONVENSIONAL DI INDONESIA

INPUT TERKENDALI OUTPUT YANG TIDAK DIKEHENDAKI


· Tersedianya pati sebagai campuran · Kelangkaaan bahan bakar pati
bahan baku pembuatan KPBB · Masyarakat menolak menggunakan
· Kesadaran masyarakat KPBB karena membayar lebih
· Kepedulian pelaku retel dan industri · Harga KPBB mahal
· Lancar produksi KPBB sehingga · Pelaku industri enggan memproduksi
bisa ekspor KPBB
· Edukasi masyarakat lewat media · Pencemaran lingkungan
massa

MANAJEMEN PERENCANAAN DAN


PENGENDALIAN TERSEDIANYA
KPBB DI RITEL DAN SWALAYAN

Gambar 11 Diagram Input Output Penggunaan Kantong Plastik Belanja Biodegradable


33

Penggunaan Proses Hierarki Analitik

Dalam mengorganisir informasi yang diperoleh dari hasil diskusi persoalan jenis
kantong plastik belanja ramah lingkungan yang sesuai untuk masyarakat
Indonesia, maka digunakan Proses Hierarki Analitik (AHP) dengan 4 level
sebagai berikut:

Sasaran : Kantong Belanja Ramah Lingkungan Yang Sesuai Untuk Indonesia

Kriteria : (1) Ketersediaan


(2) Harga
(3) Minat Konsumen
(4) Proses

Aktor : (1) Pemerintah


(2) Pelaku Industri
(3) Pelaku Ritel
(4) Masyarakat

Alternatif: (1) Kantong Plastik Konvensional


(2) Kantong Plastik Oxodegradable
(3) Kantong Plastik Biodegradable

Hasil kuesioner yang diisi oleh 36 responden saat FGD dan diolah dengan
menggunakan expert choice software , maka level alternatif yang dipilih adalah
sebagai berikut.

Tabel 10 Peringkat Pilihan Jenis Kantong Plastik Hasil FGD

Jenis kantong
plastik belanja Pemerintah Industri Retail LSM-Peneliti-Masyarakat Total Peringkat

Konvensional 1 2 6 9 III

Oxodegradable 1 2 2 8 13 II

Biodegradable 2 1 11 14 I

Total 4 5 2 25 36
34

Gambar 12 Peringkat Pilihan Jenis Kantong Plastik

Focus Group Discussion dihadiri oleh 38 peserta yang terdiri dari


beberapa pimpinan industri plastik yang telah memproduksi kantong plastik
belanja ramah lingkungan, ataupun industri yang mengimpor biji plastik yang
sudah diproses dan tergolong ramah lingkungan, wakil-wakil dari ritel, wakil dari
instansi pemerintah, LSM, akademisi, dan peneliti. Peserta di dominasi oleh
masyarakat pengguna kantong plastik belanja.
Kuesioner yang diisi oleh responden adalah sejumlah 36 (4 wakil dari
Pemerintah, 5 wakil dari Industri, 2 wakil ritel dan 25 wakil dari LSM, akademisi,
peneliti dan masyarakat pengguna). Dari hasil diskusi dapat disimpulkan bahwa
jenis kantong plastik belanja ramah lingkungan yang diharapkan dapat dipakai di
Indonesia adalah jenis biodegradable, namun karena faktor ketersediaan yang
belum memadai, maka yang banyak di pasaran adalah jenis oxodegradable (tidak
tersedia jenis pilihan alternatif yang ramah lingkungan lainnya).
Sedangkan dari hasil perhitungan pengolahan data kuesioner AHP, yang
diolah dengan software expert choice, maka jenis kantong plastik ramah
lingkungan yang dipilih pada level alternatif adalah berturut-turut kantong plastik
jenis biodegradable (38.89%), oxodegradable (36.11%) dan konvensional (25%).
Persentase pilihan alternatif biodegradable dan oxodegradable relatif sangat kecil
perbedaannya (hanya berbeda 1 responden). Faktor penyebab pemilihan alternatif
tersebut terutama adalah faktor harga dan ketersediaan.
Gambar 11 berikut menjelaskan faktor level kriteria yang mempengaruhi
36 responden dalam memutuskan memilih alternatif model kantong plastik
belanja ramah lingkungan, yaitu faktor harga 44.44% (16 responden),
ketersediaan 30.55% (11 responden), minat menggunakan 19.44% (7 responden)
dan yang mementingkan proses pembuatan kantong plastik ramah lingkungan
hanya 5.57% (2 responden).
35

Gambar 13 Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kantong Plastik

Selama ini pihak ritel dan toko-toko memberikan kantong plastik secara
gratis dan tidak dibatasi jumlahnya kepada para konsumen, sehingga agak sukar
mengubah pola pikir masyarakat pengguna (konsumen) untuk memulai membayar
kantong plastik belanjanya. Oleh sebab itu pihak ritel cenderung memilih kantong
plastik konvensional agar omzet penjualan tetap stabil, karena konsumen bisa
belanja barangnya dalam jumlah yang besar.
Sebaliknya pihak industri plastik selama ini mengekspor kantong plastik
belanja jenis biodegradable yang diproduksinya ke berbagai manca negara,
karena faktor harga menjadi kendala jika jenis biodegradable tersebut dijual
kepada ritel lokal. Mahalnya pati singkong yang dipakai sebagai bahan pengisi
biji plastik menyebabkan kendala faktor harga.
Jadi perlu intervensi pemerintah untuk membuat regulasi bahwa kantong
plastik yang dipakai di pasaran, haruslah kantong plastik yang ramah lingkungan
biodegradable dengan memberikan keringanan pajak dan memberikan kebijakan
fiskal tertentu bagi industri yang memproduksi atau ritel yang menggunakan
kantong plastik belanja ramah lingkungan dalam usaha mereka.

Hasil Survei tentang Kantong Plastik Belanja Ramah Lingkungan

Dari hasil kuesioner yang dibagikan kepada responden di beberapa lokasi,


maka diperoleh data sebagai berikut:
- 80% responden menggunakan kantong plastik belanja dalam aktivitas
kesehariannya, dan 67% rata2 mengunakan >5 kantong plastik per hari
- 50% responden tidak pernah membawa kantong belanja sendiri dan 58%
responden tidak pernah berniat mengurangi penggunaan kantong plastik
- 27% responden menolak diberikan kantong plastik di supermarket atau di
pasar dan hanya 57% yang menggunakan kembali kantong plastiknya (reuse)
- 54-87% responden mengetahui dampak buruk kantong plastik yang dibuang
terhadap lingkungan
- 56% responden dapat membedakan jenis kantong plastik ramah lingkungan
(banyak responden yang mengetahui kantong plastik ramah lingkungan hanya
dari membaca label yang tercetak pada kantong plastik tentang slogan
degradable dan sejenisnya) dan 43% diantaranya adalah pelajar /mahasiswa
36

- 60% responden belum pernah menggunakan kantong plastik ramah


lingkungan bahkan masih ada yang tidak mendukung penggunaan plastik ini
- 93% responden merasa perlu menerapkan penggunaan kantong plastik ramah
lingkungan di semua pasar di Indonesia
- 67% responden merasa perlu adanya peraturan pemerintah tentang kewajiban
menggunakan kantong plastik ramah lingkungan di semua tempat
perbelanjaan

Survei tentang kantong plastik belanja dan kantong plastik ramah


lingkungan jenis biodegradable ini, dilakukan terhadap populasi responden yang
berusia antara 15-50 tahun, yang umumnya masih memerlukan banyak kantong
plastik belanja dalam menunjang aktivitas kesehariannya. Ternyata para
responden hampir tidak dapat membedakan mana jenis kantong plastik belanja
yang ramah lingkungan, bahkan kantong plastik biodegradable masih merupakan
jenis yang belum tersosialisasi dengan baik. Umumnya responden mengetahui
manfaat penggunaan plastik ramah lingkungan, karena banyak melihat tumpukan
sampah kantong plastik yang ditemukan hampir di semua tempat, yang menurut
responden tidak dapat diurai atau tidak mudah hancur. Namun responden
mempertanyakan ketersediaan kantong plastik biodegradable, bahkan bersedia
membayar dengan harga antara Rp 200 – Rp 500 untuk setiap lembar kantong
plastik belanja ramah lingkungan jenis biodegradable.

5. KARAKTERISASI KANTONG PLASTIK BELANJA


YANG ADA DI PERTOKOAN DAN PASAR SWALAYAN

Uji Fisik Berbagai Jenis Kantong Plastik Belanja

Sampel terdiri dari beberapa jenis kantong plastik belanja, yaitu kantong
plastik konvensional yang tidak mempunyai label (kantong kresek biasa);
kantongplastik belanja berlabel total degradable (oxodegradable); dan kantong
plastik belanja biodegradable yang dibuat dari campuran biji plastik LDPE
dengan pati singkong atau pati lainnya. Untuk membandingkan karakteristiknya
dengan kantong plastik di luar negeri, maka diambil juga sampel kantong plastik
belanja di beberapa pasar swalayan Italy, Singapore, Beijing, USA dan Japan.
Hasil uji fisik yang berupa ukuran panjang, lebar dan tebal serta kepadatan atau
densitas (density) dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. diperlukan kurang lebih
dua kali lebih luas area dan dua kali volume tempat sampah.
Dari data pengukuran 40 sampel kantong plastik belanja yang diperoleh
dari dalam negeri maupun 10 sampel dari luar negeri, diperoleh data bahwa
tebalnya hampir sama namun densitas kantong plastik dalam negri lebih kecil
50% (tebal rata-rata 40 sampel DN 0.0026 cm dan densitas rata-rata 1.119
gr/cm3), sedangkan 10 sampel luar negeri (tebal rata-rata 0.0027cm dan densitas
rata-rata 2.258 gr/cm3).
37

Tabel 11 Data Fisik Berbagai Jenis Kantong Plastik Belanja

Panjang Lebar Tebal Berat Densitas Keterangan


Kantong Plastik
No Warna
Belanja
(cm) (cm) (cm) (gram) (gram/cm3) (Label )

IMPOR
1 Carrefour, Italy 58.6 31.0 0.003 14.1020 2.58 Transparan Biodegradable
2 Biolene, Italy 58.0 30.5 0.002 8.2024 2.01 Putih Biodegradable
3 Muji, Japan 33.0 20.5 0.003 4.1495 1.86 Putih Konvensional
4 Obat,China 40.0 21.8 0.003 5.9299 2.27 Putih Konvensional
5 Singapore 33.0 20.5 0.003 5.1180 2.52 Kuning Konvensional
Green Save
6 K-Link 33.2 15.0 0.003 4.3238 2.89 Putih Lives
7 China Ungu 54.0 32.0 0.002 8.0293 2.32 Ungu Konvensional
8 China 58.0 39.2 0.002 10.7660 2.37 Transparan Konvensional
Reduce,
9 Nex, USA 44.5 30.0 0.001 4.5857 2.29 Hitam Reuse,Recycle
10 Xissmei, China 30.0 20.5 0.005 4.3399 1.47 Putih Konvensional
Rata-rata 0.0027 2.258

Kantong Plastik Panjang Lebar Tebal Berat Densitas Keterangan


No Warna
Belanja (Label )
(cm) (cm) (cm) (gram) (gram/cm3)

LOKAL
11 Green Laundry 90.0 45.0 0.003 24.8400 1.75 Putih Biodegradable
12 Martha Tilaar 28.5 15.1 0.003 3.6247 2.41 Putih Biodegradable
13 Ceria Mart 49.0 27.0 0.002 6.2670 2.37 Transparan Degradable
14 Hypertmart 50.0 28.7 0.002 9.8193 2.74 Putih Degradable
15 Giant 48.0 29.5 0.002 9.2620 3.27 Transparan Degradable
16 Guardian 31.5 20.6 0.002 2.8622 1.76 Putih Degradable
17 Toys City 33.0 20.3 0.001 2.4473 2.43 Transparan Degradable
18 Indomart(besar) 47.0 26.5 0.003 8.4879 2.00 Putih Degradable
19 Indomart biasa 27.5 16.2 0.001 1.8610 2.78 Putih Degradable
20 Alfamidi 29.5 15.0 0.001 1.9081 2.87 Putih Degradable
21 Hero 48.5 30.5 0.003 11.3670 2.19 Putih Degradable
22 Century 43.0 29.0 0.004 13.2830 2.66 Hijau Degradable
23 Gramedia 43.5 19.5 0.001 4.1553 3.27 Putih Degradable
24 Carrefour 32.0 15.0 0.001 2.0477 4.27 Putih Degradable
25 Kem-Chick 46.5 28.0 0.002 8.9630 2.75 Putih Eco Friendly
26 Alfa Mart 32.5 24.0 0.001 2.8823 3.69 Putih Degradable
38

27 Farmers Market 37.0 20.5 0.002 2.4886 1.56 Putih Degradable


28 Hoka Hoka Bento 39.5 30.0 0.003 6.5636 1.73 Putih Degradable
29 Dr. Kong 53.0 33.0 0.007 30.6870 2.58 Hijau Degradable
30 Chandra Asri 49.5 29.5 0.003 8.1321 1.86 Putih Degradable
31 Food Mart (besar) 49.5 28.5 0.003 9.0631 1.89 Putih Degradable
32 Food Mart (kecil) 34.0 14.5 0.002 2.4975 2.03 Putih EPI
33 Krisna bali 45.5 27.0 0.002 6.1775 2.51 Putih EPI
34 Rotiboy 38.6 37.0 0.002 11.9960 3.36 Putih EPI
35 Watsons 30.0 23.5 0.003 4.2223 1.76 Hijau EPI
36 Foodhall 48.0 24.5 0.003 7.6572 1.97 Putih @rene
37 Breadlife 25.5 30.5 0.005 7.5214 1.82 Abu-abu Konvensional
38 Mc Donald 45.8 26.0 0.002 6.0922 2.56 Putih Konvensional
39 Sogo 39.8 28.0 0.002 3.9520 1.42 Merah Konvensional
40 Bread Talk 32.6 44.5 0.004 12.5400 2.16 Abu-abu Konvensional
41 Rapha Kimia 40.0 25.3 0.002 7.0510 2.78 Putih Konvensional
42 Kresek Pasar 40.3 24.0 0.002 6.9776 2.88 Putih Konvensional
43 Ace Hardware 47.5 32.7 0.003 18.9250 3.48 Putih Konvensional
44 Hitam Polos 46.5 28.7 0.003 10.1120 2.16 Hitam Konvensional
45 Plastik kresek 40.2 24.5 0.004 7.0449 1.99 Putih Konvensional
46 Pizza Hut 55.5 27.5 0.003 7.8946 1.52 Putih Konvensional
47 Kue Mochi 32.0 22.5 0.003 5.2894 2.37 Putih Konvensional
48 A&W 38.0 23.0 0.003 4.9075 2.00 Putih Konvensional
49 Matahari 34.0 14.8 0.003 4.5243 2.64 Hitam Konvensional
50 Roti Abadi 53.5 30.0 0.004 13.4120 1.99 Putih Konvensional
Rata-rata 0.0026 1.119

Pengukuran data fisik kantong plastik belanja ini berkorelasi dengan


fungsinya sebagai kantong belanja dan tempat membuang sampah. Densitas
sampel kantong plastik belanja yang ada di pasaran dalam negeri adalah 49.55%
dari densitas sampel luar negeri. Ini berarti tempat untuk menampung sampah
kantong plastik di dalam negeri dengan berat yang sama (bila dibandingkan
dengan di luar negeri)

Pengaruh Sinar UV dan Pemanasan terhadap Sifat Mekanik Kantong Plastik

Pada penelitian ini dilakukan pengujian berbagai kantong plastik belanja


yang bertujuan untuk mengetahui perubahan sifat mekanik uji tarik (tensile
strength), dan uji perpanjangan putus (elongation at break) setelah dilakukan
penyinaran dengan sinar UV selama 8 minggu dan pemanasan 800C selama 2 jam.
Salah satu karakteristik mekanik yang sangat menentukan dari kantong plastik
adalah tensile strength, yang menyatakan gaya tarik maksimum yang dapat
39

ditahan oleh plastik sebelum plastik tersebut rusak (Suyadi et al., 2007). Pengujian
dilakukan menggunakan Material Testing Machine Lloyds Instrument yang sesuai
dengan ASTM E8 dan JIS 2241. Dengan menarik suatu bahan, akan segera
diketahui bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan sejauh
mana material itu bertambah panjang lalu putus.

Gambar 14 Tensile strength vs UV dan pemanasan Gambar 15 Elongation vs UV dan pemanasan

Sinar UV dan pemanasan menyebabkan putusnya rantai polimer dan ikatan-ikatan


kimia pada plastik sehingga terjadi penurunan tensile strength dan elongation dari
kantong plastik.

Tabel 12 Penurunan Tensile Strength Akibat Penyinaran UV dan Pemanasan

Nilai Tensile Strength (MPa)


Nama
No Awal UV 8 minggu Pemanasan 800C, 2 jam
Sampel
I II Rata2 I II Rata2 I II Rata2
17,664 15,969 16,8165 3,9715 3,8374 3,9044 6,4025 6,8568 6,6296
1 B1
(76,78%) (60,57%)
21,2596 21,7437 21,5016 20,0309 14,671 17,3509 13,8560 13,8560 13,8560
2 C1
(19,30%) (35,56%)
91,8130 91,1070 91,4600 3,518 3,518 3,5180 8,6748 8,9535 8,8141
3 D1
(96.16%) (90,36%)
80,899 80,785 80,8420 20,0309 19,3236 19,6772 24,4786 21,7307 23,1046
4 A1
(75,66%) (71,42%)
179,369 446,9200 313,1445 34,1156 34,1156 34,1156 37,0378 42,0783 39,5580
5 C2
(89,10%) (87,36%)
59,8940 59,5610 59,7275 9,4804 9,4719 9,4761 5,6607 5,6607 5,6607
6 A2
(81,13%) (90,53%)
35,4550 35,4550 35,4550 15,746 15,275 15,5100 24,973 24,981 24,9770
7 C3
(56,25%) (29,55%)

Dari Gambar 14 dapat dilihat bahwa kantong plastik kode “D1” memiliki
penurunan nilai tensile strength paling besar setelah disinari UV (96.16%) dan
(90.36% setelah pemanasan) artinya paling mudah didegradasi dengan sinar UV
dan pemanasan. Tabel 12 diatas menunjukkan bahwa penurunan % tensile
strength dari semua jenis kantong plastik lebih besar jika potongan sampel
tersebut disinari dengan sinar UV selama 8 minggu, dari pada dilakukan
pemanasan 800C selama 2 jam di dalam oven, seperti pada Gambar 16 dan
Gambar 17 berikut.
40

Gambar 16 Penurunan TS vs UV dan pemanasan Gambar 17 Penurunan Elongation vs UV dan pemanasan

Tensile Strength dipengaruhi oleh karakteristik kimia dari plastik seperti


komposisi dan struktur kimia dari komponen-komponen penyusun plastik. Plastik
konvensional, degradable dan biodegradable memiliki karakteristik kimia yang
berbeda sehingga nilai tensile strength dan elongation dari masing-masing jenis
plastik tersebut juga berbeda. Elongation at break merupakan karakteristik
mekanik dari plastik yang menyatakan perubahan panjang maksimum yang dapat
ditarik hingga plastik putus (Davis, 2004).

Tabel 13 Penurunan %Elongation Akibat Penyinaran UV dan Pemanasan

Nilai Elongation (mm)


Nama Awal UV, 8 minggu Pemanasan 800C, 2 jam
No
Sampel I
II Rata2 I II Rata2 I II Rata2
1 166,7000 181,0700 173,8850 34,8550 35,8170 35,3360 91,6300 141,8229 116,7264
B1
(79,67%) (32,87%)
2 86,2980 82,4210 44,7500 44,7500 44,7500 73,5180 67,9986 70,7583
C1
83,3595 (46,39%) (15,11%)
3 125,7600 122,9400 124,3500 56,4660 56,4660 56,4660 89,0810 90,4380 89,7595
D1
(54,59%) (46,31%)
4 65,7820 51,9660 58,8740 13,3680 13,8730 13,6205 24,9730 24,9810 24,9770
A1
(76,85%) (57,57%)
5 207,0979 207,1076 207,1027 191,3327 191,3327 191,3327 206,0226 207,4730 206,7478
C2
(7,61%) (0,17%)
6 40,5550 43,7620 42,1585 18,0090 18,2610 18,1350 29,4640 29,0570 29,2605
A2
(56,98%) (30,59%)
7 166,8400 157,8100 162,3250 73,5180 80,8870 77,2025 101,8683 113,3479 107,6081
C3
(52,43%) (33,70%)

Gambar 17 menunjukkan kantong plastik kategori biodegradable yaitu


kode B1 (Carrefour Italy) mempunyai penurunan % elongation paling besar
(79.67%) dan kode A1 Martha Tilaar (76.85%). Ini menunjukkan bahwa kedua
jenis plastik ini benar termasuk kategori biodegradable (memiliki kandungan
polimer alami seperti pati singkong, atau pati sagu). Perlakuan sinar UV dan
pemanasan pada berbagai jenis kantong plastik menunjukkan terjadinya
penurunan nilai elongation seperti pada data Tabel 13 diatas .

Uji Tanam

Karakteristik kantong plastik dapat juga diuji dengan cara menanamnya


di dalam tanah selama beberapa waktu (ASTM G21-09). Hasil uji tanam
(pendam) dapat dilihat pada gambar-gambar berikut. Pada Gambar 18, kode D1
adalah kantong plastik konvensional terlihat tetap utuh, tidak terjadi degradasi
41

selama ditanam 2 hingga 10 minggu. Sedangkan pada Gambar 20 kode B1 dan


Gambar 23 kode A1 terjadi degradasi, yang mengindikasikan kantong plastik
tersebut benar biodegradable, berbeda dengan Gambar 21, kode A2 yang
menunjukan karakteristik jenis konvensional walau mempunyai label
biodegradable (ecoplas). Hal ini membuktikan bahwa komponen penyusun
kantong plastik konvensional sedikitpun tidak dikonsumsi oleh mikroba tanah.
Sampel uji ada yang tetap utuh atau tidak mengalami degradasi sampai 10 minggu
seperti pada Gambar 22 kode C1 dan Gambar 24 kode C2, karena keduanya
termasuk jenis oxodegradable yang melabelkan akan didegradasi maksimum
dalam 2 tahun.

Gambar 18 Kode D1 konvensional Gambar 19 Kode C3 oxodegradable

Gambar 20 Kode B1 biodegradable Gambar 21 Kode A2 biodegradable

Gambar 22 Kode C1 oxodegradable Gambar 23 Kode A1 biodegradable

Gambar 24 Kode C2 oxodegradable


42

Analisis Gugus Fungsi dengan Fourier Thermal Infra Red (FTIR)

Hasil FTIR dari sampel uji kantong plastik konvensional, degradable


dan biodegradable dapat dilihat pada Tabel 14 dan Tabel 15. Adanya daerah
serapan (2850-2970 cm-1, 1400-1600cm-1 dan 675-1000 cm-1) menunjukkan
adanya hidrokarbon jenuh dan tidak jenuh (alkena dan alkana) dan daerah serapan
3367.71 cm-1 menunjukkan adanya gugus OH yang khas dalam struktur pati.

Tabel 14 Spektum FTIR Kantong Plastik Degradable dan Konvensional


No Serapan (cm-1) Ikatan Senyawa
1. 2850-2970 CH Alkana
2. 1400-1600 C=C Alkena
3. 675-1000 CH Alkena

Tabel 15 Spektrum FTIR Sampel Uji Kantong Plastik Biodegradable


No Serapan (cm-1) Ikatan Senyawa
1 3200-3600 OH alkohol
2 2850-2970 CH alkana
3 1400-1600 C=C alkena
4 1050-1300 C-O Alcohol
5 1600-1800 C=O Aldehid/keton
6 675-1000 CH Alkena

Berdasarkan kurva-kurva dibawah ini, dapat dilihat bahwa Gambar 30


yaitu kantong plastik “Degradable” China mempunyai kurva serapan yang sama
dengan Gambar 28 kantong plastik konvensional lokal, artinya kedua jenis
kantong plastik ini termasuk yang tidak ramah lingkungan walau menuliskan
label degradable namun ternyata jenis konvensional. Pada Gambar 26, kantong
plastik GL yang mempunyai label Ecoplas, namun kurva serapannya sama dengan
Gambar 27 kantong plastik oxium oxodegradable, sehingga kebenaran label
Ecoplas yang seharusnya biodegradable dari kantong plastik GL masih perlu
diteliti lebih detail lagi.
Berikut kurva-kurva analisis FTIR berbagai jenis kantong plastik :

Gambar 25 Kantong Plastik Carrefour Italy Gambar 26 Kantong Plastik GL Ecoplas


43

Gambar 27 Kantong Plastik Oxodegradable Gambar 28 Kantong Plastik Konvensional Lokal

Gambar 29 Kantong Plastik Konvensional China Gambar 30 Kantong Plastik Degradable China

Analisis Kandungan Logam dengan AAS

Teknologi oxodegradable menggunakan zat aditif seperti oxium atau


prodegradant sebanyak 3-10% dari total bahan baku pembuatan plastik biasa,
akan membuat kantong plastik dapat terdegradasi dalam waktu 6 bulan sampai 24
bulan (Sugianto, 2011). Untuk melihat data kandungan logam yang ditambahkan
sebagai aditif agar komponen plastik lebih mudah teroksidasi dengan adanya
sinar UV dan panas, maka terhadap beberapa sampel kantong plastik yang
berbeda jenis dilakukan analisis dengan menggunakan AAS. Analisis dilakukan
di Balai Besar Kimia dan Kemasan, Jakarta Timur. Hasil analisis kandungan
logam Fe ,Co dan Mn dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Hasil Analisis Kandungan Logam Fe, Co dan Mn

Kantong Plastik Belanja (jenis) Logam Fe Logam Co Logam Mn


(mg/ kg) ( mg/kg ) ( mg/kg)
1 “A2” biodegradable ecoplas 10.70 <3.3
2 “C4” oxodegradable oxium 29.84 <3.3
3 “C2” oxodegradable EPI 16.33 <3.3
4 “C1” oxodegradable oxium 18.78 <3.3
5 “C3” oxodegradable oxium 29.80 <3.3
6 “D1” konvensional <2.3 <3.3
7 “A1” biodegradable ecoplas <2.3 <1.0
8 “D2” , konvensional <2.3 <1.0
(Sumber: data analisis hasil Lab BBKK Jakarta, 2012)
44

Kantong plastik “A2” yang diberi label biodegradable ecoplas


seharusnya tidak mengandung logam, namun dari data pada Tabel 16 ditemukan
logam Fe 10.70 mg/kg, kemungkinan logam-logam tersebut berasal dari tinta
cetak pada kantong plastik atau memang kantong plastik dengan kode A2
sebenarnya termasuk jenis oxodegradable, bukan biodegradable seperti yang
tertulis pada labelnya.

Analisis Morfologi dengan Scanning Electron Microscopy (SEM)

Analisis dilakukan untuk melihat morfologi dari 5 (lima) jenis kantong


plastik belanja yang diperkirakan berbeda karakteristiknya,sesuai dengan label
yang tertera di kantong-kantong plastik belanja tersebut, yaitu:

Sampel No 1. Kantong plastik yang diperoleh dari supermarket di Australia


(terlabel Biodegradable dan Compostable)
Sampel No 2. Kantong plastik Martha Tilaar dengan label ecoplas (ada campuran
tepung singkong)
Sampel No 3. Kantong plastik Sushi-tei dengan label EPI, go green 100%
degradable)
Sampel No 4. Kantong plastik dari Farmers market dengan label oxium tergolong
oxodegradable
Sampel No 5. Kantong plastik konvensional yang didapat dari pasar tradisional

Sampel lembaran plastik dengan ukuran 1x0,5cm2 langsung di coating


dengan platina selama 60 detik. Analisis dilakukan pada accelerated voltage
sebesar 20kV pada perbesaran 500 X, 100 X, 2500 X dan 5000 X. Hasilnya dapat
dilihat pada Gambar 31 s/d Gambar 35 berikut.

Gambar 31 Kantong Plastik Australia Gambar 32 Kantong Plastik Martha Tilaar (Ecoplas)
(Biodegradable dan Compostable Labelled) 500 X (a) , 100 X (b), 2500 X (c), 5000 X (d))
500 X (a) , 100 X (b), 2500 X (c) and 5000 X (d)
45

Gambar 33 Kantong Plastik Sushitei (EPI Labelled) Gambar 34 Kantong Plastik Farmers Market (Oxium
500 X (a) , 100 X (b), 2500 X (c) ,5000 X (d ) Labelled) 500 X (a) , 100 X (b), 2500 X (c) 5000 X(d)

Gambar 35 Kantong Plastik Konvensional (No Labelled)


500 X (a), 100 X (b), 2500 X (c) and 5000 X (d)

Dari beberapa gambar hasil SEM diatas, dapat dilihat hasil perbedaan morfologi
bentuk masing-masing jenis kantong plastik, seperti bentuk morfologi jenis
konvensional (Gambar 35), jenis oxodegradable dengan penambahan additive
yang berbeda (Gambar 33 dan Gambar 34) menyebabkan bentuk morfologi yang
berbeda juga dan jenis biodegradable (Gambar 31 dan Gambar 32 ) yang
mengandung pati di dalamnya (starch based).

6. PEMBUATAN BIOPLASTIK DENGAN MEMANFAATKAN


PATI BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr.)
DAN PATI SAGU (Metroxylon sp.)
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen dua tahap. Penelitian tahap I bertujuan untuk memperoleh pati dari
biji durian dengan cara ekstraksi menggunakan air. Prosedur ekstraksi pati biji
durian dapat dilihat pada diagram alir yang ada pada Gambar 36 dibawah ini.
46

biji durian
kulit biji dikupas
biji dipotong
dicuci hingga bebas lendir
ditimbang
ditambahkan air dengan perbandingan 1:10
dihancurkan menggunakan blender selama 5 menit
diendapkan selama 24 jam
dekantasi air diatas endapan
endapan dicuci menggunakan akuades
diendapkan kembali selama 24 jam
endapan pati diletakkan dalam loyang
dikeringkan dalam oven suhu 500C selama 24 jam
dihaluskan menggunakan blender kering
Pati biji durian

Gambar 36 Diagram Alir Ekstraksi Pati Biji Durian


(Sumber: Modifikasi Jufri et. al, 2006)

Penelitian tahap II bertujuan membuat plastik biodegradable (bioplastik)


dengan mencampurkan pati biji durian dengan biji plastik LDPE (Low Density
Poly Ethylene) dan sekaligus membuat bioplastik dengan menambahkan pati sagu
dengan biji plastik LDPE. Prosedur pembuatan bioplastik dapat dilihat pada
Gambar 37 berikut:
Biji plastik LDPE

Penimbangan biji plastik LDPE sesuai dengan perlakuan

Penimbangan pati sagu/biji durian sesuai dengan perlakuan

Pencampuran biji plastik dengan pati menggunakan mesin Rheomix


suhu 1400C, 50 rpm selama 10 menit

Poliblend

Pencetakan poliblend dengan mesin hot press


suhu1900C, 10 Bar selama 18 menit

Bioplastik

Gambar 37 Diagram Alir Pembuatan Bioplastik


(Sumber: Modifikasi Subowo dan Pujiastuti, 2003)
47

Rancangan percobaan penelitian tahap II adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)


dua faktor, yaitu jenis pati yang digunakan dan variasi penambahan konsentrasi
pati. Kombinasi perlakuan jenis pati dan variasi penambahan konsentrasi pati
dapat dilihat pada Tabel 17 dibawah ini .

Tabel 17 Kombinasi Jenis Pati dan Variasi Konsentrasi Pati


Konsentrasi Penambahan Pati (%) Total
Jenis Pati
0% 10% 30% 50% Pelakuan
Biji Durian Y11 Y12 Y13 Y14 Y.1
Sagu Y21 Y22 Y23 Y24 Y.2

Model matematika percobaan penelitian tahap II sebagai berikut:


Yij = i + j + (ij + ij dimana:
Yij = kualitas bioplastik dengan menggunakan pati i dan konsentrasi j
 = nilai rataan populasi
i = pengaruh akibat perlakuan sumber pati yang digunakan taraf ke-i
j = pengaruh akibat konsentrasi pati taraf ke-j
()ij = pengaruh interaksi faktor  taraf ke-i dengan faktor  taraf ke-j
ij = pengaruh galat dari perlakuan ke-i yang memperoleh perlakuan ijk
Hipotesa :
H0 : Tidak ada pengaruh dari jenis pati yang digunakan terhadap
karakteristik bioplastik
H0 : Tidak ada pengaruh dari variasi konsentrasi pati terhadap karakteristik
bioplastik
H0 : Tidak ada pengaruh dari jenis pati dan variasi konsentrasi pati yang
digunakan terhadap karakteristik bioplastik
H1 : Ada pengaruh dari jenis pati yang digunakan terhadap karakteristik
bioplastik
H1 : Ada pengaruh dari variasi konsentrasi pati terhadap karakteristik
bioplastik
H1 : Ada pengaruh dari jenis pati dan variasi konsentrasi pati terhadap
karakteristik bioplastik

Terhadap pati biji durian hasil ekstraksi dan terhadap pati sagu yang dipakai,
dilakukan beberapa analisis (contoh perhitungan analisis terdapat dalam
Lampiran 9 , Lampiran 10 dan Lampiran 6):
1. Analisis proksimat (kadar air, protein, lemak, abu dan karbohidrat)
2. Analisis kadar pati (amilosa dan amilopektin)
3. Analisis derajat putih dengan Chromameter

Terhadap bioplastik yang dihasilkan, maka dilakukan beberapa uji dan analisis:
1. Kekuatan tarik (tensile strength)
2. Kekuatan lentur atau perpanjangan putus (elongation at break)
3. Kekerasan plastik dengan Texture Analyzer
4. Morphology analysis dengan SEM
5. Derajat putih dengan Chromameter
6. Kehilangan berat (degradasi)
7. Perhitungan Modulus Young dari sampel
48

Pati Biji Durian dan Pati Sagu

Pati termasuk salah satu jenis polisakarida penting yang banyak


terkandung pada beberapa tanaman yang tersebar di alam dan dapat diekstrak dari
sumbernya, seperti biji-bijian (jagung, beras), umbi-umbian (singkong, kentang,
ubi jalar), dan empulur batang palma (sagu, aren). Pati yang didapat dari hasil
ekstraksi biji durian berupa serbuk halus berwarna putih dan memiliki rendemen
sebesar 19.36%. Analisis komposisi kimia pati sagu dan pati biji durian dapat
dilihat pada Tabel 18 berikut:

Tabel 18 Analisis Kimia Pati Biji Durian dan Pati Sagu


Analisis Pati Sagu Pati Biji Durian

Karbohidrat (%) 88.94 83.92


Rasio Amilosa /Amilopektin 23/63 14/74
Protein (%) 0.35 4.76
Lemak (%) 0.04 0.38
Abu (%) 0.26 0.25
Air (%) 10.34 10.71
Granula Pati*) 20-60 m 8-10 m
Sumber: Soebagio et al., 2009

Pati yang terdapat pada tanaman ini terdiri atas tiga fraksi penyusun, yaitu
amilosa, amilopektin, dan bahan antara seperti protein dan lemak. Pati disusun
oleh molekul yang lurus (amilosa) dan molekul yang bercabang (amilopektin).
Adanya amilosa membuat pati bisa membentuk gel ketika dipanaskan. Adanya
amilopektin membuat pati memiliki sifat lengket. Rasio amilosa dan amilopektin
bervariasi untuk tiap jenis pati tergantung sumber pati. Pati kentang memiliki
rasio amilosa dan amilopektin 21% berbanding 79%, pati tapioka memiliki rasio
amilosa dan amilopektin 17% berbanding 83%, sedang pati sagu memiliki rasio
amilosa dan amilopektin 23% berbanding 63% (Brown, 2008). Pati hasil ekstraksi
biji durian memiliki rasio amilosa dan amilopektin yang hampir sama dengan pati
singkong (tapioka) yaitu 14% berbanding 74%, sehingga berpotensi baik untuk
dijadikan bahan baku dalam pembuatan bioplastik.

Pembuatan Bioplastik
Bioplastik dibuat dari campuran pati sagu dengan biji plastik LDPE dan
pati biji durian dengan biji plastik LDPE. Proses pembuatan bioplastik LDPE
dalam penelitian ini dibagi dua tahap, yaitu tahap pencampuran dan tahap
pencetakan.

Pencampuran Biji Plastik LDPE dengan pati


Penambahan pati ke dalam polimer sintetis akan memperbaiki kemampuan
degradasi dari plastik dan bisa ditambahkan mulai dari konsentrasi pati 15%
hingga 80% (Chinnaswamy dan Hanna, 1996). Ada tiga komposisi pencampuran
baik untuk pati sagu maupun pati biji durian dalam penelitian ini, yaitu
perbandingan pati sagu atau pati biji durian, dengan biji plastik LDPE: 10:90;
30:70 dan; 50:50 seperti dibawah ini.
49

Gambar 38 Pati Sagu, Pati Biji Durian, dan Biji Plastik LDPE
(Sumber: dokumentasi pribadi)

Pati sagu, pati biji durian dan biji plastik LDPE sulit untuk dicampur
secara manual pada suhu ruang. Hal ini disebabkan karena perbedaan polaritas
antara kedua material tersebut. Pati sagu dan pati biji durian bersifat polar,
sedangkan biji plastik LDPE bersifat non polar.

a. LDPE – Durian 10% b. LDPE – Sagu 10% c. LDPE – Durian 30%

d. LDPE – Sagu 30% e. LDPE – Durian 50% f. LDPE – Sagu 50%

Gambar 39 Poliblen
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2012)

Agar hasil pencampuran bersifat homogen maka ditambahkan surfaktan


yang hidrofobik seperti organosiloksan pada pati sagu dan pati biji durian. Pati
yang telah ditambah surfaktan kemudian dicampur dengan biji plastik LDPE pada
kondisi panas menggunakan mesin Rheomix (Subowo dan Pujiastuti, 2003).
Dalam penelitian ini, pencampuran antara pati dan biji plastik LDPE dilakukan
pada temperatur 1400C, kecepatan putar motor 50 rpm selama 10 menit. Hasil
pencampuran berupa poliblen dapat dilihat pada Gambar 39 berikut.Pencetakan
Poliblen
Hasil pencampuran antara biji plastik dengan pati disebut dengan poliblen
(Subowo dan Pujiastuti, 2003). Sebelum dicetak menjadi bioplastik, poliblen akan
diperkecil ukurannya menjadi bentuk yang menyerupai pelet. Pelet ini kemudian
dicetak menggunakan mesin hot press pada suhu 1900C, tekanan 10 bar, selama
18 menit.
50

Pencetakan pelet menghasilkan lembaran bioplastik LDPE dengan


diameter 20 cm dan ketebalan 0.79 cm. Hasil cetakan bioplastik dapat dilihat pada
Gambar 40. berikut.

a. LDPE b. LDPE – Durian 10% c. LDPE – Sagu 10%

d. LDPE-Durian 30% e. LDPE – Sagu 30% f. LDPE-Durian 50% g. LDPE – Sagu 50%
Gambar 40 Bioplastik LDPE
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2012)

Bioplastik yang telah dicetak diukur derajat putih menggunakan


kromameter. Hasil pengukuran akan didapat nilai L*, a*, dan b* yang akan diolah
menjadi indeks putih. Berdasarkan hasil Anova (Lampiran 7 ), perlakuan jenis pati
berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap indeks putih bioplastik. Perlakuan variasi
konsentrasi pati juga berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap indeks putih bioplastik.
Interaksi antara jenis pati dan variasi penambahan pati berpengaruh nyata
(p<0.05). Hasil uji lanjut dengan metode Tukey HSD (p<0.05) menunjukkan
indeks putih bioplastik pati biji durian pada perlakuan rasio jenis pati dan
konsentrasi pati berbeda nyata dengan indeks putih bioplastik pati sagu pada
perlakuan yang sama. Tingkat indeks putih dapat dilihat pada Gambar 41 berikut.

Gambar 41 Indeks Putih Bioplastik Terhadap Jenis Pati dan Konsentrasi Pati
Keterangan: Notasi huruf yang beda di belakang angka menunjukkan beda nyata (p<0.05)

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa rentang nilai indeks putih yang
dihasilkan berkisar antara 7.66 sampai 98.36 yang menunjukkan rentang warna
dari coklat hingga putih. Intensitas perubahan warna coklat bioplastik meningkat
51

seiring dengan bertambahnya pati dalam bioplastik. Bioplastik pati biji durian
memiliki warna yang lebih coklat dari bioplastik pati sagu. Hal ini disebabkan pati
biji durian yang digunakan belum mengalami proses bleaching dan pemurnian
yang ditunjukkan dengan adanya kandungan protein yang tinggi pada pati.
Adanya protein ini dapat memicu terjadinya reaksi maillard (Bourtom, 2007).
Pati sagu yang digunakan adalah pati sagu komersial yang telah
mengalami proses bleaching dan pemurnian, sehingga warna bioplastik yang
dihasilkan lebih cerah. Hal ini berkorelasi pada pembuatan kantong plastik
biodegradable (bioplastik), jika yang diinginkan warna putih maka perlu
dilakukan proses pemutihan (bleaching) terhadap pati dari biji durian.

Analisis Degradasi Bioplastik

Lembaran bioplastik kemudian dianalisis tingkat degradasinya. Analisis degradasi


yang dilakukan meliputi analisis berat plastik, analisis kekuatan mekanik, dan
analisis SEM.

Analisis Pengurangan Berat Bioplastik

Penurunan berat bioplastik merupakan salah satu indikasi terjadinya proses


degradasi pada bioplastik selama ditanam dalam tanah yaitu persentase
pengurangan berat. Pada penelitian ini sampel bioplastik ditanam dalam tanah
selama 8 minggu. Selama pemendaman bioplastik tidak mengalami perubahan
warna yang menunjukkan bahwa tidak terjadi reaksi kimia (Aidzan, 2009).
Pengurangan berat yang terjadi dapat disebabkan oleh adanya proses pelarutan
pati kedalam tanah (leaching) atau degradasi pati oleh mikroorganisme tanah.
Hasil uji mikrobiologi menunjukkan bahwa jumlah mikroba yang ada di dalam
tanah adalah TBUD (Terlalu Banyak Untuk Dihitung). Umumnya spesies-spesies
yang dominan yang terdapat pada sampel polietilena adalah Bacillus sp.,
Staphylococcus sp., Streptococcus sp., Diplococcus sp., Microccocus sp.,
Pseudomonas sp., Moraxella sp., Aspergillus niger, A. ornatus, A. flavus, dan A.
candidus. Mikroba tersebut memanfaatkan polietilena sebagai sumber karbon
untuk metabolisme mereka. Mikroorganisme tersebut umumnya terdapat pada
permukaan plastik polietilena (Vijaya dan Reddy, 2008). Pengaruh perlakuan
antara jenis pati dan konsentrasi pati terhadap persentase kehilangan berat dapat
dilihat pada Gambar 42 berikut.

Gambar 42 Kehilangan Berat Bioplastik vs Jenis Pati dan Konsentrasi Pati


52

Dari Gambar diatas, dapat dilihat bahwa tingkat biodegradasi dari


bioplastik meningkat seiring dengan peningkatan kandungan pati yang
ditambahkan ke dalam bioplastik tersebut. Kehilangan berat bioplastik sebanding
dengan peningkatan konsentrasi pati yang ditambahkan. Makin banyak pati di
dalam matriks bioplastik maka tingkat kehilangan berat akan semakin besar
(Subowo dan Pujiastuti, 2003).
Dari hasil analisa, dapat dilihat bahwa kehilangan berat pada bioplastik
komposit pati sagu mengikuti pola polynomial (R2=0.8561), sedangkan
kehilangan berat pada plastik biokomposit pati biji durian bergerak secara linier
terhadap peningkatan persen substitusi (R2=0.9458). Hal ini menunjukkan laju
degradasi bioplastik dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi substitusi pati. Makin
kecil ukuran granula pati, maka enzyme dari mikroorganisme akan semakin
mudah untuk menguraikannya (Franco, 2010). Granula pati dengan ukuran diatas
16 μm seperti pati sagu, akan mengalami penguraian pada permukaan granula
dengan arah radial, sedangkan granula yang lebih kecil seperti pati biji durian
akan mengalami erosi permukaan sehingga meleleh secara sempurna.
Hal ini menyebabkan laju degradasi atau pengurangan berat dari bioplastik
yang dibuat dengan penambahan pati biji durian dan pati sagu berbeda. Dari
Gambar 42 terlihat bahwa bioplastik yang terbuat dari pati sagu mengalami
persentase penurunan berat yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
bioplastik pati biji durian, sedangkan secara teori seharusnya bioplastik biji durian
yang lebih baik artinya mengalami persentase kehilangan berat lebih tinggi karena
pati biji durian memiliki ukuran granula pati kecil yang membuat mikroorganisme
mudah untuk menguraikan (Nakamura, 2005). Hal ini bisa saja terjadi karena
adanya lubang diantara pencampuran pati biji durian dan biji plastik jika diamati
struktur morfologisnya, sehingga membuat bioplastik menyerap air berlebih
selama dipendam dalam tanah (Aht-Ong dan Charoenkongtum, 2002).

Analisis Kekuatan Mekanik

Analisis mekanik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis uji
kekuatan tarik (tensile strength), analisis perpanjangan putus (elongation), dan
analisis modulus elastisitas (modulus young) dengan menggunakan Material
Testing Machine. Analisis kekerasan bioplastik juga diukur menggunakan Texture
Analyzer TAT/X2. Kekuatan tarik didefinisikan sebagai tegangan maksimun yang
dapat diterima oleh suatu sampel. Perpanjangan putus didefinisikan sebagai
pertambahan panjang pada plastik sampai pada titik maksimum ketika ditarik
sampai dengan putus. Perpanjangan putus merupakan indikator keelastisan dari
plastik (Surdia dan Saito, 1995).

Kekuatan Tarik (Tensile Strength)

Kekuatan tarik menggambarkan kemampuan bioplastik untuk menerima


beban tanpa mengalami kerusakan. Berdasarkan hasil Anova (Lampiran 9),
perlakuan variasi konsentrasi pati berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap kekuatan
tarik bioplastik sedangkan jenis pati yang digunakan tidak berpengaruh nyata
(p>0.05) terhadap kekuatan tarik bioplastik. Interaksi antara jenis pati dan variasi
53

konsentrasi pati tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap kekuatan tarik


bioplastik. Hasil uji lanjut dengan metode Tukey HSD menunjukkan kekuatan
tarik bioplastik pada perlakuan konsentrasi pati sebesar 0% dan 10% berbeda
dengan perlakuan konsentrasi pati 30% juga berbeda dengan perlakuan
konsentrasi pati 50%. Pengaruh perlakuan jenis pati dan konsentrasi pati terhadap
kekuatan tarik dapat dilihat pada Gambar 43 dan Gambar 44 sebagai berikut.

Gambar 43 Kekuatan tarik vs jenis pati Gambar 44 Kekuatan tarik vs konsentrasi pati
Keterangan: Notasi huruf yang sama di belakang angka menunjukkan tidak beda nyata (p>0.05)

Gambar 43 di atas menunjukkan bahwa bioplastik pati sagu memiliki nilai


kekuatan tarik yang lebih tinggi dari bioplastik pati biji durian. Hal ini sesuai
dengan teori yang dimana bioplastik pati sagu (memiliki ukuran granula pati
besar) memiliki gaya adhesi antara pati dan polimer yang kuat sehingga membuat
nilai kekuatan tarik lebih besar (Moura, 2006). Gambar 44 menunjukkan
penambahan konsentrasi pati menyebabkan menurunnya kekuatan tarik bioplastik.
Semakin tinggi konsentrasi pati yang ditambahkan maka menyebabkan
berkurangnya kompabilitas dari campuran, yang berarti plastik berubah menjadi
rapuh (Aidzan et al, 2009).

Kekerasan

Berdasarkan hasil Anova (Lampiran 5), perlakuan variasi konsentrasi pati


berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap kekerasan bioplastik. Sedangkan jenis pati
tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap kekerasan bioplastik. Interaksi antara
jenis pati dan konsentrasi pati tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap
kekerasan bioplastik. Hasil uji lanjut dengan metode Tukey HSD menunjukkan
bahwa kekerasan bioplastik berbeda nyata pada tiap variasi konsentrasi pati.
Pengaruh perlakuan jenis pati dan konsentrasi pati terhadap kekerasan bioplastik
dapat dilihat pada Gambar 45 dan Gambar 46.

Gambar 45 Kekerasan vs Jenis Pati Gambar 46 Kekerasan vs Konsentrasi Pati


Keterangan: Notasi huruf yang sama di belakang angka menunjukkan tidak beda nyata (p>0.05)
54

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa jenis pati yang digunakan tidak
terlalu berpengaruh terhadap nilai kekerasan bioplastik. Nilai kekerasan bioplastik
pati biji durian juga tidak berbeda jauh dengan bioplastik pati sagu. Peningkatan
konsentrasi pati dalam matriks LDPE membuat tingkat kekerasan plastik menjadi
berkurang. Makin banyak pati yang ditambahkan membuat plastik menjadi rapuh.

Perpanjangan Putus (Elongation at break)

Nilai perpanjangan putus juga menggambarkan keelastisitasan suatu


benda. Makin kecil nilai perpanjangan putus, benda makin tidak elastis (Askeland
et al, 2010). Gambar 47 menunjukkan keelastisan bioplastik berkurang seiring
dengan meningkatnya konsentrasi pati. Perpanjangan putus menggambarkan nilai
pertambahan panjang plastik ketika plastik menerima beban. Berdasarkan hasil
Anova (Lampiran 5), perlakuan variasi konsentrasi pati berpengaruh nyata
(p<0.05) terhadap nilai perpanjangan putus bioplastik. Jenis pati yang digunakan
berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap nilai perpanjangan putus. Interaksi antara
jenis pati dan variasi konsentrasi pati berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap nilai
perpanjangan putus bioplastik. Hasil uji lanjut dengan metode Tukey HSD
menunjukkan bahwa nilai perpanjangan putus pada perlakuan LDPE-pati biji
durian konsentrasi 30% dan 50% berbeda dengan perlakuan LDPE-pati sagu
konsentrasi 10% serta berbeda dengan konsentrasi 0%. Data Elongation
bioplastik dapat dilihat pada Gambar 47 yang menunjukkan bahwa peningkatan
konsentrasi pati penyebab terjadinya penurunan nilai perpanjangan putus
bioplastik. Jenis pati yang digunakan berpengaruh terhadap tingkat nilai
perpanjangan putus bioplastik. Perpanjangan putus bioplastik berkurang karena
terjadinya pelemahan gaya adhesi antara molekul pati dengan molekul plastik.
Penambahan komponen pati diatas 20% akan membuat bioplastik menjadi rapuh
(Aidzan et al, 2009).

Gambar 47 %Perpanjangan Putus vs Konsentrasi Pati dan Jenis Pati


Keterangan: Notasi huruf yang berbeda di belakang angka menunjukkan beda nyata (p<0.05)

Modulus Young

Modulus Young atau sering disebut modulus elastisitas adalah


perbandingan antara besaran kekuatan tarik dan perpanjangan putus. Modulus
55

Young berkaitan dengan nilai elastisitas dari bioplastik (Askeland et al., 2010).
Berdasarkan Anova (Lampiran 5) perlakuan variasi konsentrasi pati berpengaruh
nyata (p<0.05) terhadap modulus young bioplastik. Perlakuan jenis pati tidak
berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap modulus young. Interaksi tidak berpengaruh
nyata (p>0.05) terhadap modulus young dari bioplastik. Hasil uji lanjut dengan
metode Tukey HSD menunjukkan bahwa modulus young bioplastik pada
perlakuan konsentrasi pati 10% berbeda dengan perlakuan konsentrasi pati 50%.
Pengaruh perlakuan jenis pati dan konsentrasi pati dapat dilihat pada Gambar 48
dan Gambar 49.

Gambar 48 Modulus young vs jenis pati Gambar 49 Modulus young vs konsentrasi pati
Keterangan: Notasi huruf yang sama di belakang angka menunjukkan tidak beda nyata (p>0.05)

Dari gambar di atas dapat dilihat makin banyak pati yang ditambahkan akan
membuat modulus young bioplastik menjadi berkurang. Gambar 48 menunjukkan
bahwa modulus young bioplastik pati sagu lebih besar dari bioplastik pati durian.
Menurut Moura (2006) bioplastik pati sagu (memiliki granula pati besar) memiliki
kekuatan tarik dan nilai perpanjangan putus yang tinggi dari bioplastik pati biji
durian.

Analisis Morfologi Bioplastik dengan SEM

Hasil analisis SEM pada Gambar 50 berikut dengan perbesaran 2500x


menunjukkan bahwa penyebaran granula pati meningkat seiring dengan tingginya
konsentrasi pati dalam campuran. Pencampuran pati yang kurang merata pada
matrik LDPE dengan konsentrasi 10% berbeda dengan substitusi pati 50%.

Pati Biji Durian (perbesaran 2500x) LDPE (perbesaran 2500x)


56

LDPE – Pati Durian 10% (perbesaran 2500x) LDPE – Pati Sagu 10 %(perbesaran 2500x)

LDPE – Pati Durian 50%(perbesaran 2500x) LDPE – Pati Sagu 50%(perbesaran 2500x)

Gambar 50 Morfologi Pati Biji Durian, LDPE, Bioplastik Pati Biji Durian dan Pati Sagu 10% dan 50%
(Sumber: Hasil Analisis di Lab STP, 2012)

Adanya lubang atau celah diantara molekul pati dengan biji menyebabkan
kekuatan mekanik bioplastik menjadi berkurang karena menjadi rapuh ketika
ditarik (Aht-Ong dan Charoenkungthum, 2002). Pati dengan warna putih tersebar
sebagai fasa kontinyu pada matriks yg berwarna gelap dan menimbulkan adanya
lubang warna hitam pada matriks. Adanya lubang ini kemungkinan disebabkan
kareana adanya udara dan air yang terkandung dalam pati yang dicampurkan.
Dengan bertambahnya jumlah pati yang ditambahkan sebagai campuran, maka
ukuran dan bentuk pati dan lubang hitam pada hasil SEM makin bertambah.
Makin besarnya ukuran bentuk pati yang ditambahkan, maka makin kecil luas
permukaan pati yang terikat oleh biji plastik seperti LDPE, oleh sebab itu dengan
bertambahnya pati yang dimasukkan ke dalam matriks, maka lubang yang
terbentuk makin besar dan banyak sehingga lebih mudah di degradasi.

7. PEMBAHASAN UMUM

Dari hasil diskusi (Focus Group Discussion), yang diadakan bersama


beberapa pimpinan industri plastik, wakil ritel, wakil instansi pemerintah dan juga
peserta yang didominasi oleh masyarakat pengguna kantong plastik belanja dan
peneliti/akademisi, maka diperoleh data bahwa jenis kantong plastik yang dipilih
responden adalah jenis kantong plastik ramah lingkungan (baik jenis
biodegradable maupun oxodegradable). Sedangkan dari hasil perhitungan
pengolahan data kuesioner, yang disukai adalah berturut-turut kantong plastik
57

jenis biodegradable, oxodegradable dan konvensional. Faktor kendala pemilihan


alternatif tersebut terutama adalah faktor harga. Selama ini retailer dan toko-toko
memberikan kantong plastik secara gratis, sehingga “agak sukar” mengubah pola
pikir masyarakat pengguna untuk memulai membayar kantong plastik belanjanya.
Sedangkan pihak ritel cenderung memilih kantong plastik oxodegradable dan
konvensional agar omzet penjualan tetap stabil, karena konsumen bisa belanja
barangnya dalam jumlah yang besar.
Dari hasil uji karakteristik berbagai jenis kantong plastik belanja yang ada di
pasaran, ternyata tidak semuanya sesuai dengan label ramah lingkungan yang
tercetak, bahkan ada yang menggunakan isu lingkungan ini hanya sebagai piranti
marketing saja. Tebal dari sampel kantong plastik belanja yang ada di pasaran
hampir sama, namun densitas dari produk kantong plastik belanja lokal hanya
49.55% dari produk impor, sehingga perlu volume untuk sampah kantong plastik
2x lebih luas pada berat yang sama. Tensile Strength (TS) dan Elongation(E)
semua jenis kantong plastik belanja mengalami penurunan setelah disinari UV dan
pemanasan, namun % penurunan tiap jenis berbeda tergantung % pati atau % zat
aditif yang ditambahkannya. Hanya kantong plastik dengan kode B1 dan A1 yang
benar biodegradable jika dilihat dari karakteristiknya, sedangkan untuk jenis
oxodegradable masih mengandung logam Fe yang cukup signifikan bagi
lingkungan.
Pati biji durian dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat plastik
biodegradable, karena karakteristik mekanik plastik yang dihasilkannya hampir
sama dengan bioplastik pati sagu dan pati singkong. Konsentrasi pati yang
ditambahkan masih dalam jumlah yang relatif kecil, namun dari hasil uji tanam
yang dilakukan ternyata bioplastik dapat hancur dalam waktu 10 minggu, karena
keberadaan pati dalam jumlah tertentu tersebut dikonsumsi oleh mikroorganisme
tanah. Formulasi jumlah pati yang ditambahkan perlu diteliti lebih lanjut,
sehingga diperoleh jumlah yang optimum dan sifat mekanik kantong plastik yang
sesuai. Potensi pati ini diharapkan dapat dipakai untuk membuat kantong plastik
belanja biodegradable dengan harga yang murah, agar masyarakat mulai
menggunakan kantong plastik belanja jenis ini, sehingga dampak negatif sampah
kantong plastik belanja terhadap lingkungan dapat diminimisasi.

8.SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Masyarakat selaku pengguna kantong plastik belanja sudah menyadari
dampak masalah lingkungan yang ditimbulkan akibat sampah kantong plastik
konvensional, dan tidak berkeberatan menggunakan kantong plastik belanja ramah
lingkungan. Jenis kantong plastik ramah lingkungan belum tersosialisasi dengan
benar, yaitu informasi tentang biodegradable ataupun oxodegradable. Umumnya
masyarakat hanya mengetahui dari pernyataan tertulis tentang slogan lingkungan
(go green) yang tercetak pada kantong plastik belanja. Belum adanya law
enforcement dan pengawasan Undang-Undang No 18 tahun 2008 pasal 15,
membuat beberapa pelaku bisnis kantong plastik belanja hanya mencantumkan
saja berbagai slogan tentang biodegradable atau yang bisa diurai alam.
58

Salah satu penyebabnya adalah kendala harga dari bahan tambahan (filler)
yang dicampurkan kedalam biji plastik, baik berupa pati ataupun aditif
prodegradant.
Teknologi pemrosesan kantong plastik biodegradable dan oxodegradable
sebenarnya sama dengan teknologi proses pembuatan kantong plastik
konvensional, sehingga tidak perlu menggunakan sarana peralatan produksi yang
baru atau investasi tambahan. Hal yang perlu dilakukan hanya memodifikasi atau
memformulasi bahan baku biji plastik yang dipakai, dan selanjutnya mengikuti
alur produksi yang sama dengan kantong plastik konvensional. Kemurnian
(purity) dari pati yang dipakai untuk bahan pengisi (filler) biji plastik, juga tidak
memerlukan kemurnian yang tinggi (high purity) seperti halnya untuk industri
makanan dan farmasi, sehingga masyarakat dapat melakukan ekstraksi berbagai
jenis sumberdaya pati yang banyak terdapat di Indonesia. Seperti dalam penelitian
ini dipakai pati dari limbah biji durian dan pati sagu yang pemanfaatannya selama
ini belum optimal. Oleh sebab itu, jika diatur tata niaga pati maka masyarakat
dapat terpacu (encourage) menjadi pengusaha (enterpreneur) di sektor pati,
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus mendapatkan
solusi masalah lingkungan yang diakibatkan oleh sampah kantong plastik belanja.

Saran

Perlu intervensi pemerintah untuk membuat regulasi bahwa kantong plastik


yang dipakai di pasaran , haruslah kantong plastik yang ramah lingkungan dengan
memberikan keringanan pajak dan memberikan kebijakan fiskal tertentu bagi
industri yang memproduksi atau retailer yang menggunakan kantong plastik
belanja ramah lingkungan dalam usaha mereka. Teknologi sederhana dalam
pembuatan pati dari berbagai potensi sumberdaya pertanian perlu diinformasikan,
terutama pati yang tidak berasal dari bahan yang masih digunakan untuk pangan
dan energi. Tata niaga pati perlu diatur, sehingga hasil pati dapat diserap oleh
pabrik kantong plastik belanja. Sosialisasi kantong plastik belanja biodegradable
perlu dilakukan melalui berbagai media masa dan jaringan sosial kepada
masyarakat, sehingga masyarakat pengguna kantong plastik belanja dapat
menerima informasi dengan benar, dan dapat membedakan jenis kantong plastik
konvensional dan dampaknya, serta kantong plastik ramah lingkungan dan
benefitnya terhadap lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwijaya,Michael. 2012. Peran Pemerintah, Industri Ritel, dan Masyarakat


dalam Membatasi Penggunaan Kantong Plastik sebagai Salah Satu Upaya
Pelestarian Lingkungan. UK –Petra. Surabaya.
Aht-Ong, D. dan K. Charoenkongthum. 2002 .Thermal Properties and
MoistureAbsroption of LDPE/Banana Starch Biocomposite Films. Journal
of Metal, Material, and Minerals. 12 (2002): 1-10.
59

Aidzan. 2009. W., R. A. Ali, J. Jamaluddin, dan I. I. Mohammad. Development of


Polyethylene Sago Based Biofilm via Blown Film Molding Technique.
Malaysia: Faculty of Chemical and Natural Resources.
Ann-Charlott Eliasson. 2004. Starch in Food. Cambridge: Woodhead Publishing
Limited.
Anthony L Andrady .2003. Plastic and The Environment. Canada: John Wiley
and Sons Publication.
Anonim. 2013. Bioplastik: Potensi dan Tinjauan. Google Online. Home page
Online. http://magazine.godsdirectcontact.net/indonesian/178/ga_44.htm;
internet, diakses tanggal 20 Pebruari 2013.
Anonim. 2008. Criterias China Green Companies. http://green.daonong.com,
diakses tanggal 1 Juni 2011.
AOAC. Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Method of
Analysis.Gaithersburg, MD, USA: Association of Official Analytical
Chemist Inc.
Arlinda, Dwita. 2012. Kegiatan Headbag MOB Tim Kampanye Diet Kantong
Plastik Greeneration Indonesia. Jurnal Elektronik Universitas Pajajaran.
Vol1(2012):1-17.
Askeland, D.R., P.P. Fulay, dan W. J. Wright. 2010. The Science and Engineering
of Materials 6th Edition. USA: Cengange Learning.
[ASTM] American Society for Testing and Material D5208-09: Standard Practice
for Fluorescent Ultra Violet (UV) Exposure of Photodegradable Plastics
[ASTM] American Society for Testing and Material D3826-98 (2008): Standard
Practice for Degradation End Point in Degradable PE and PP Using a
Tensile Test.
[ASTM] American Society for Testing and Material D5272-92 (1999): Standard
Practice for Outdoor Exposure Testing of Photodegradable Plastics.
[ASTM] American Society for Testing and Material D 6954-04: Standard Guide
for Exposing and Testing Plastics that Degrade in the Environmental by
Combination of Oxidation and Biodegradation
[ASTM] American Society for Testing and Material G21 - 09 Standard Practice
for Determining Resistance of Synthetic Polymeric Materials to Fungi.
[BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. 2012.Produksi Buah-buahan Menurut
Propinsihttp://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1
&id_subyek=55&notab=1. Diakses 10 Juli 2013.
Bastioli, C. 2005. Handbook of Biodegradable Polymer. United Kingdom: Rapra
Technology Limited.
Biro Pusat Statistik. 2011. Statistik Indonesia; Harvested Area, Yield Rate and
Production of Cassava by Province.
http://www.datastatistikindonesia.com/component/option,com_tabel/kat,1/
idtabel,111/Itemid,165 . Diakses tanggal 6 Januari 2011.
Bishop, P. L. 2001. Pollution Prevention: Fundamentals and Practice. Boston:
McGraw-Hill.
Bourtoom, T. 2007. Effect of Some Process Parameters on The Properties of
EdibleFilm Prepared From Starch. Department of Material Product
Technology, Songkhala. http://vishnu.sut.ac.th/iat/food_innovation/
up/rice%20starch%20film.doc.
60

Budiman N. 2003. Polimer biodegradabel.


http://www.kompas.com/0302/28/llpeng/151875.htm-35k. Diakses tanggal
28 Juni 2013.
Chaplin,M. 2005. Starch. http://www.lsbu.ac.uk/water/hysta.html Diakses 20 Juli
2013
Charoenkul, N., Dudsadee, u., Worayudh, P., dan Yasuhito, T. 2011.
Physicochemical characteristics of starches and flours from cassava
varieties having different cookedroot textures. Food Science and
Technology. Vol. 44 (2011): 1774-1781.
Chinnaswamy, R. dan M. A. Hanna. 1996. Biodegradable Polymer. USA.
Coles, R., D. McDowel, dan M. J. Kirwan. 2003. Food Packaging Technology.
Iowa: Blackwell Publishing.
Comhar. 2007. Principle for Sustainable Development. Comhar-the-National
Sustainable Development Partnership.
Christianty, M. U. 2011. Produksi Biodegradable Plastic Melalui Pencampuran
Pati Sagu Termoplastis dan Compatibilized Linear Low Density
Polyethylene. Thesis. Institut Pertanian Bogor, 2009.
Cui, S. W. 2005. Food carbohydrates: chemistry, physical properties, and
applications. Boca Raton: Taylor & Francis.
Corradini E, Carvalho AJF, Curvelo AAD, Agnelli JAMm Mattoso LHC. 2007.
Preparation and characterization of thermoplastic starch/zein blends. Mat
Res 10(3).
Corneliussen RD. 2002. Linear Low Density Polyethylene
http://www.maropolymeronline.com/Properties/LLDPE.asp. Diakses
tanggal 8 Juli 2013.
Damayanthy D. 2003. Teknologi proses pembuatan dan karakterisasi
biodegradabel plastik dari bahan campuran polipropilen dan tapioka
[Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Davis, J. R. 2004.Tensile Testing 2nd Edition. USA: ASM International.
Dawn Thilmany, Jessica Hernandez, Anita Alves Pena and Phil Watson. 2008.
The Economic Contribution of Colorado’s Green Industry. Working Paper
at Department of Agricultural and Resource Economics Colorado State
University.
Dewi, Mariani. 2009. ’Producers Responsible’ for Recycling Plastic Waste.
http://www.thejakartapost.com/news/2008/11/11/039producers-
responsible039-recycling-plastic-waste.html. Diakses tanggal 5 Maret
2012.
EPI. 2012. http://www.epi-global.com/files/epi_news/1327619717120126%20-
EPI%20launches%20OxoGreen.pdf. Diakses 26 Januari 2012
Eriyatno, Fajar S. 2007. Riset Kebijakan. IPB Press. Bogor
Escamilla, G. Canché, M. Canché-Canché, S. Duarte-Aranda, M. Cáceres-Farfán,
R. Borges-Argáez. 2011. Mechanical properties and biodegradation of
thermoplastic starches obtained from grafted starches with acrylics.
Carbohydrate Polymers 86 (2011) :1501– 1508.
Esti dan Prihatman. 2000. Tepung tapioka.http://bebas.vlsm.org/v12/artikel.
Diakses tanggal 1 Desember 2012.
Food and Agriculture Organization (FAO). 2007. Cassava.http://www.fao.org.
Diakses tanggal 1 Desember 2012.
61

Fabunmi, Oyeyemi O, Tabil LG, Chang PR, Panigrahi S. 2007. Developing


Biodegradable Plastics from starch. Paper number RRV07130, ASABE
/CSBE North Central Intersectional Meeting. The American Society of
Agri cultural and Biological Engineers, St. Joseph, Michigan.
www.asabe.org. Diakses tanggal 13 Maret 2013.
Fang J, Fowler P. 2003. The use of starch and its derivatives as biopolymer source
of packaging material. J Food Agric Environ 1(3-4): 82-84.
Favis BD, Rodriguez F, Ramsay BA. 2005. Method of making polymer
composition containing thermoplastic starch.http://www.freepatentsonline.
com/6844380.html. Diakses tanggal 8 Juli 2013.
Fenichell, Stephen.1996. Plastic the Making of a Synthetic Century. New York:
Harper Collins.
Firdaus F dan Mulyaningsih S. 2008. Morfologi Film Plastik Biodegradable dari
Komposit Pati Tropis- PLA, Pati Tropis-Khitosan, dan Pati Tropis-
PLAKhitosan. Jurnal Teknoin ISSN 0853-8697 (Terakreditasi) Edisi Juni
2008.
Flieger MM, Kantorova A, Prell T, Rezanka, Votruba J. 2003. Biodegradable
plastics from renewable sources. J Folia Microbiology 48(1): 22-44.
Franco,TdS. A. P. d. A. Carneiro and C. M. L. Franco. 2010. Effect of enzymatic
hydrolysis on some physicochemical properties of root and tuber granular
starches. Ciência e Tecnologia de Alimentos, vol. 30: 544-551.
Garg S, Jana AK. 2006. Effect of starch blends on mechanical properties of low
density polyethylene (LDPE). Film Indian Chemical Engr (48) 3.
Ghosh, Premamoy. 1990. Polymer Science and Technology of Plastics and
Rubbers. 5thedition. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company.
Ginting, P. 2006. Mengelola Sampah, Mengelola Gaya Hidup.
http://www.walhi.or.id. Diakses tanggal 26 Maret 2012.
Gould, J. H., Gordon, L.B. Dexter and C.L. Swanson. 1990. Biodegradation of
starch-containing plastics. New York: American Chemical Society.
Greeneration Indonesia. 2009. Lestarikan Bumi Kita Indonesia.
http://www.ibl.or.id/index.php?id=article&sid=details&articleID=868&lan
g=enhttp://www.ibl.or.id/index.php?id=article&sid=details&articleID=868
&lang=enhttp://greeneration.org/sejarah/. Diakses tanggal 12 April 2013.
Griffin, G. 1994. Chemistry and Technology of Biodegradable Polymers. Blackie
Academic&Proffesional.
Gunawan, I. Deswita, Aloma, Sudirman. Sintesis dan Karakterisasi Komposit
HDPE-Pati Tapioka. Jurnal Sains Materi Indonesia (2008): 5-8.
Hicks, A. 2002. Minimum Packaging Technology for Processed Foods:
Environmental Considerations. AU J.T.6(2): 89-94 . Diakses tanggal 15
Oktober 2002.
Hornback, J.M. 2006. Organic Chemistry. USA: Thomson Leaning.
Hutapea, P. 2010. Pembuatan Tepung Biji Durian (Durio Zibethinus Murr)
dengan Variasi Perendaman dalam Air Kapur dan Uji Mutunya. [Thesis].
Universitas Sumatera Utara.
[Inaplas] Asosiasi Industri Aromatik Olefin dan Plastik Indonesia. 2011.
http://www.inaplas.org/index.php?option=com_content&view=article&id
=190:chandra-asri-bangun-pabrik-butadiene-us-110-
juta&catid=2:petrokimia&Itemid=3Dokumen . Diakses 5 September 2011.
62

International Trade Center. 1996. The Packaging Legislation of Austria and Its
Potential Impact on Export Packaging from Developing Countries. Pack
data Factsheet No.29.April. ITC. UNCTAD/WTO.
[IISD] International Institute for Sustainable Development. 2005. National
Strategies for Sustainable Development: Challenges, Approaches and
Innovations in Strategic and Co-ordinated Action. IISD-GTZ.
Unigraphics, Winnipeg, Manitoba.
Ishizaka Alessio, Labib Ashraf. 2009. Analytic Hierarchy Process and Expert
Choice: Benefits and Limitations, ORInsight, 22(4), p. 201–220
Janssen, L. P. B. M and Moscicki, L. 2009. Thermoplastic Starch: A Green
Material forVarious Industries. Weinheim: Wiley-VCH.
Jufri, M., R. Dewi, A. Ridwan, Firli. 2006. Studi Kemampuan Pati Biji Durian
Sebagai Bahan Pengikat dalam Tablet Ketoprofen Secara Granulasi
Basah. Majalah Ilmu Kefarmasian. 3 (2006): 78-86.
Kalambur S, Rizvi SSH. 2006. An overview of starch-based plastic blends from
reactive extrusion. J Plast Film Sheet 22: 39-58.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2008. Makalah Seminar: Kebijakan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dalam Seminar Nasional . Meretas Langkah Menuju
Bumi Bebas Sampah Plastik dengan Bioplastik. Universitas Negeri
Jogjakarta: 6 November 2008.
Komunitas Save the Earth. 2008. Makalah Seminar: Selamatkan Bumi Kita dari
Kantong Plastik. Institut Pertanian Bogor: 17 Mei 2008.
Kementrian Pertanian Indonesia, 2010. Ubi Kayu.
http://www.deptan.go.id/ditjentan/admin /rb/Ubi %20 Kayu.pdf; Diakses
tanggal 27 Mei 2011.
[Kemenperin] Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. 2011. Industri
konsumsi plastik akan terus meningkat.
http://www.kemenperin.go.id/artikel/929/Suarakarya-
online.com,%2028%20Juni%202011. Diakses tanggal 1 September 2012.
[Kemenperin] Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. 2012. Pusat
Standarisasi Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri.
http://pustan.bpkimi.kemenperin.go.id/?pg=6&a=reset. Diakses tanggal 1
Juli 2012.
[Kemenperin] Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. 2013. Konsumsi
Kantong Plastik Belanja. http://kemenperin.go.id/jawaban.php?id=9016-
92352. Diakses tanggal 9 Juli 2013.
Koswara, S., 2009. Teknologi Modifikasi Pati. http://ebookpangan.com. Diakses
tanggal 30 Agustus 2011.
Latief R. 2001. Teknologi kemasan plastik biodegradabel. http://www. hayati_ipb.
com/users/rudyct/individu 2001/rindam_latief.htm-87k. Diakses tanggal
23 Juni 2013.
Lerdy, Leonardus, Anityasari Maria. 2011. Pemodelan Consumer Acceptance
Terhadap Produk Pengganti Tas Plastik Dengan Metode SEM. Surabaya:
Institut Teknologi Surabaya.
Martaningtyas, D. 2004. Potensi Plastik Biodegradable.
http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0904/02/cakrawala/lainnya06.htm.
Diakses tanggal 2 September 2011.
63

Masters, Gilbert M.. 2007. Introduction to Environmental Engineering and


Science. New Jersey: Prentice Hall.
Marimin, Maghfiroh N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan Dalam
Manajemen Rantai Pasok. Bogor: IPB Press.
Marimin. 2009. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial.
Edisi ke 3. IPB Press. Bogor.
Marimin. 2008. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.
Edisi ke 3. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Miller, G. T. 2005. Environmental science: working with the earth (11. ed.,
internat. student ed.). Belmont, CA [u.a.: Thomson/Brooks/Cole.
Morawietz K. 2006. Industrial development of environmental degradable plastics
from the idea to a commercial product. Workshop “Sustainable Plastics in
India and Asian Countries” 14 – 16 Desember 2006 in India. Biopolymer
Technologies Germany.
Moura, R.A. 2006. The Effect of Physical Aging, Starch Particle Size, and Starch
Oxidation on Thermal-Mechanical Properties of Poly (Lactic Acid)/Starch
Composites. A Dissertation. Kansas.USA.
Munasinghe, M. 1993. Environmental Economics and Sustainable Development.
The World Bank, Washington, D.C Miller, A.Ch.E. 1994. Converting for
Flexible Packaging. Technomic Publishing Co., Inc. Lancaster-Basel.
Nakamura EM L. Cordi GSG, AlmeidaN. Duran LHI. 2005. Study and
development of LDPE/starch partially biodegradable compounds.
Materials Processing Technology 162: 236-241.
Narayan R. 1996. Biobased and Biodegradable Plastic. http://www.
plasticsindustry.org/files/events/pdfs/bio-narayan-061906.pdf. Diakses
tanggal 24 Agustus 2012.
Nasiri, Syah Johan A., 2008. Plastik Ramah Lingkungan dalam Majalah Sentra
Polimer. Tahun VII nomor 27. Jakarta.
Nogoseno. 2003. Arah dan Kebijakan Pengembangan Agribisnis Sagu di
Indonesia dalam: Sagu untuk Ketahanan Pangan. Prosiding Seminar
Nasional Sagu: Manado, 6 Oktober 2003. Manado: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan Manado.
Nolan-ITU. 2002. Environment Australia: Biodegradable Plastics-Development
and Environment Impact. Melbourne: Nolan-ITU Pty Ltd.
Nwokocha, L. M., Ndubisi A. Aviara, Chandra Senan, dan Peter A. Williams. A
Comparative Study of Some Properties of Cassava (Manihot esculenta,
Crantz) and Cocoyam. Carbohydrate Polymers 76: 362-367 (2009).
Park HM, Lee SR, Chowdhury SR, Kang TK, Kim HK, Park SH, Ha CS. 2002.
Tensile Properties, Morphology, and Biodegradability of Blends of Starch
with Various Thermoplastics. J Appl Polym Sci (86): 2907–2915.
Patton, Michael Quinn. 1990. Qualitative Evaluation and Reasearch Methods 2nd
Edition. New York: Sage Publication, Inc.
Pila, S. 2011. Handbook of Bioplastics and Biocomposites Engineering
Application. New Jersey: John Wiley & Sons
Phillips, G. O., P. A. Williams. 2000. Handbook of Hydrocolloids. Cambridge:
CRC Press, Cambridge.
Pranamuda H. 2001. Pengembangan bahan plastik biodegradabel berbahan baku
pati tropis. Disampaikan pada Seminar on-Air Bioteknologi untuk
64

Indonesia Abad 21, 1-14 Pebruari 2001. Jepang: Sinergy Forum-PPI


Tokyo Institute ofTechnology.
Prihatman, K. 2000. Ketela Pohon/Singkong (Manihot utilissima Pohl). Available
at: http://www.ristek.go.id. Diakses tanggal 6 Pebruari 2011.
Putri, W. D. R., Haryadi, D. W., Marseno, dan Cahyanto, M. N. 2011. Effect of
biodegradation by Lactic Acid Bacteria on physical properties of cassava
starch. International Food Research Journal Vol.18(3) (2011)1149-1154.
Rapra. 1996. Plastic Material for Packaging: Development in Markets, Materials,
and Processes. Shrewbury: Rapra Technology Limited.
Robertson, GL. 2006. Food Packaging Principles and Practice Second Edition.
USA: CRC Taylor&Francis.
[RoL] Republika on Line. 2009. Kantong Plastik Ramah Lingkungan.
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/ritel/12/02/20/74474-
indomaret-luncurkan-kantong-plastik-ramah-lingkungan
Rubin, E. S., & Davidson, C. I. 2001. Introduction to Engineering and The
Environment. Boston: McGraw-Hill.
Sanchez, A. C., Popineau, Y., Mangavel, C., Larre, C., & Geguen, J. 1998. Effect
of different plasticizers on the mechanical and surface properties of wheat
gliadin films. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 46, 4539–4544.
Saaty,T.L.1993. Decision Making For Leaders: The Analytical Hierarchy Process
for Decision in Complex World. Pittsburgh: RWS Publication.
Saaty.T.L. 2006. Rank from Comparisons and from Ratings in the Analitic
Hierarchy Network Processes. European Journal of Operational Research
168 (2):557-570
Sanjaya, I. G. dan T. Puspita. 2012. Pengaruh Penambahan Khitosan dan
Plasticizer Glicerol Pada Karakteristik Plastik Biodegradable dari Pati
Limbah Kulit Singkong. [Thesis]. Institut Teknologi Sepuluh November,
Surabaya.
Scott, Gregory J. and Princess I. Ferguson. 2003. Product Development for Root
and Tuber Crops. Lima: International Potato Center, 1993.
Sharma, S. K. dan A. Mudhoo. 2003. A Handbook of Applied Biopolymer
Technology: Sythesis, Degradation, and Application. London: RSC
Publishing.
Sihaloho, Eva. 2011. Evaluasi Biodegradabilitas Plastik Berbahan Dasar
Campuran Pati dan Poli Etilen Menggunakan Metoda Enzimatik,
Konsorsia Mikroba dan Pengomposan. [Skripsi]. UI. Jakarta.
Silitonga, L. T. 2008, Penggunaan Plastik Supermarket Akan Dibatasi, edisi 29
Oktober, Bisnis Indonesia, Jakarta, Indonesia.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2011. Kriteria ekolabel untuk produk kantong
plastik belanja. SNI 7188.7: 2011. Dewan Standarisasi Nasional : Jakarta .
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2008. Syarat Mutu dan Metoda Uji Tepung
Sagu. SNI 3729:2008. Dewan Standarisasi Nasional Jakarta.
Soebagio B., Sriwidodo, dan A. Aditya. 2009. Pengujian Sifat Fisikokimia Pati
Biji Durian (Durio zibethinus Murr) Alami dan Modifikasi Secara
Hidrolisa Asam. [Thesis] Universitas Padjajaran.
Sperling, R. H. 1992. Introduction to Physical Polymer Science, 2nd Ed. New
York: Wiley. Page 16, 314, 358-359.
65

Srichuwong, Sathaporn, Titi Candra Sunarti, Takashi Mishima, Naoto Isono,


Makoto Hisamatsu. 2005. Starches from Different Botanical Sources I:
Contribution of Amylopectin Fine Structure to Thermal Properties and
Enzyme Digestibility. Carbohydrate Polymers. 60 (2005): 529-538.
Sriroth, K., Sangseethong K. 2006. Biodegradable Plastics from Cassava Starch.
http://www.actahort.org/members/showpdf?booknrarnr=703_16. Diakses
tanggal 1 Maret 2011.
Stevens, Eugene S. 2001. Green Plastics. New Jersey: Princeton University Press.
Stevens MP. 2007. Polymer Chemistry. Iis Sopyan, penerjemah. Jakarta:
PT Pradnya Paramita.
Strong, A. Brent. 2000. Plastics, Materials and Processing. 2nd Edition. New
Jersey: Prentice Hall Pearson Education. Inc.
Subowo, W. S. dan S. Pujiastuti. 2003. Plastik yang Terdegradasi Secara Alami
(Biodegredable) Terbuat Dari LDPE dan Pati Jagung Terlapis. Journal of
Applied Polymer Science. 42 (2003): 2691-2701.
Sugianto, R. 2013. http://www.thejakartapost.com/news/2013/01/14/sugianto-
tandio-making-eco-friendly-plastic.html .Diakses tanggal 14 januari 2013
Sugianto, R. 2012. Formula Rahasia Plastik Hijau. http://koran-
jakarta.com/index.php/detail/view01/80863. Diakses tanggal 15 Januari
2012.
Sugianto, R. 2011. Bahaya Kantong Plastik.
http://www.ilmuwan.files.wordpress.com. Diakses tanggal 26 Maret 2011.
Suismono, Hadi S., dan Widowati. 2006. Pembuatan Tepung Kasava. Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Balai
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Sumarlin, Efendi R, Rahmayuni. 2011. Karakterisasi Pati Biji Durian (Durio
zibethinus Murr.,) dengan Heat Moisture Treatment (HMT). Universitas
Riau.
Surdia, T. dan S. Saito. 1995. Pengetahuan Bahan Teknik. Pradnya Paramita
Jakarta.
Susilo, Nina. 2011. Jumlah Penduduk Indonesia 259 Juta.
http://nasional.kompas.com/read/2011/09/19/10594911/Jumlah.Penduduk.
Indonesia.259.Juta. Diakses tanggal 11 Juni 2012.
Suyadi, et al. 2007. Pembuatan Alat Uji Tarik Sampel Plastik Sistem Pneumatik
Dengan Memanfaatkan Mikrokontroler Untuk Diversivikasi Pengujian
Destruktif Non Metal. Penelitian Dosen Muda. Dikti .Jakarta.
Syamsu, K., K. Setyowati, dan A. A. Khoiri. 2008. Pengaruh Penambahan
Pemlastis (Polietilen Glikol 400, Dietilen Glikol, dan Dimetil Ftalat)
Terhadap Proses Biodegradasi Bioplastik Polib-hidroksialkanoat Pada
Media Cair Dengan Udara Terlimitasi. Jurnal Teknologi Pertanian 4. 1
(2008): 1-11.
Tharanathan, R. N. 2003. Biodegradable films and composite coatings: past,
present and future. Trends Food Sci. Tech., 14, 71-78.
Tharoke, I.M., S.Desai, B.D.Sarawade, dan S. Devi.2001. Studies on
Biodegradability, Morphology, and Thermomechanical Properties of
LDPE/Modified Starch Blends. European Polymer Journal. 37 (2001):
151-160.
66

Tokiwa, Y., B. P. Calabia, P. U. Ugwu, S. Aiba. 2009. Biodegradability of


Plastics. International Journal of Molecular Sciences. 10 (2009): 3722-
3742.
Tongdang, T. 2008. Some Properties of Starch Extracted from Three Thai
Aromatic Fruit Seeds. Journal of Starch, vol. 60 (2008). no. 3-4, pp. 199-
207.
[UU RI] Undang-Undang Republik Indonesia 2008. Nomor: 18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah.
[UNEP] United Nations Environmental Program. Promoting Sustainable Trade for
Green Economy. 2013. www.unep.org . Diakses tanggal 5 Juli 2013.
[US EPA] United State Environmental Protection Agency. 2013. Plastics.
http://www.epa.gov/epawaste/conserve/materials/plastics.htm. Diakses
tanggal 5 Juli 2013.
Van Berkel, R. 2001. Cleaner Production for Achieving Eco-efficiency in
Australian Industry. Curtin University of Technology, Perth,
http://cleanerproduction.curtin.edu.
Vijaya, C. dan R. M. Reddy. 2008. Impact of Soil Composting Using Municipal
Solid Waste Biodegradation of Plastics. Indian Journal of Biotechnology.
7 (2008): 235-239.
Vilpoux, O., dan L. Averous. Starch Based Plastics.
http://averousl.free.fr/fichiers/Starch-based_Plastics.pdf. Diakses tanggal 3
Februari 2012.
Vinhas GM, Lima SML, Santos LA, Gomes MA, Bastos YM. 2007. Evaluation of
the types of starch for preparation of LDPE/starch blends. Brazilian
Archives Of Biol Technol 50(2007) 3: 361-370.
Vink E.T.H, Rabago K.R., Glassner D.A., dan Gruber P.R. 2003. Apllications of
life cycle assessment to Nature WorksTM polylactide (PLA) production.
Polym. Deg. Stab, 80, 403-419.
Yuniar,Vica. 2011. Evaluasi Biodegradabilitas Plastik Berbahn Dasar Campuran
Pati dan Poli Etilen Menggunakan ASTM G21-99, Uji Mikroorganisme
dan Uji Lapangan. [Skripsi]. UI. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Uji Kadar Logam Kantong Plastik Belanja (AAS)
eeDAN-F EN GKAJ tAN lG ril.lAxAu r xl inn ffi 'niuru INDUSTRT
i rn
BALAI eEsAR Krrvun ilN drdAidi-
LABORATOruUM UJI DAN KALIBRASI
Jl. BalaiKimia No. 1, Pekayon Pasar Rebo, Jakarta 13069, Kotak pos 6916 JATPK
Te lp. (02 1 ) qll!
Fq (H untins), Bt 2044e F ax. (021) 87 1 4e2B
E-mail : bbkk@ cbn.rle t.id ; http : / /www.bbkk-[itbaig.so.id

1204.0016 Jakarta, 27 April 2012


Kepada: UNIVERSITASPELITAHARAPAN
To. LIPPO KARAWACI
No. Analisa : 0026/ lN/12
Report Nr.
Yanq bertanda tanqan dibawah ini meneranokan bahwa oenouiian/analisa di laboratorium :
TE undersigned cerlifies that laboratary testing / analysis
D.atl cgntoh ( contoh-contoh )
: Plastik Martha Tilaar
Of the sample (s)
Yanolami terima dari saudara tanoqal 26 Maret 2012
Received on
,) Hasilnva adalah sebaqai berikut :
irmg Results
jtr
.E
ft LAPORAN HASIL UJI
$f;8
{!E
hs
H$ I *o I uJr
PARAMETER UJI | ,oruo* I to METODA

fr: (Fe)
| 1. I ms/kg I
fifr
fji
is;
L1lil' '-
lBesi
:, ' ,' lir??,'f-o'r:'-rl
21

*.-{;;
AAS
AAS

l:E
.Fv:
l

E*
-J.::\

,r l *"1,,i:r'ir'd:i;*l,f,E;
fiE
is BalC
{.s
IEffi
:s
>s
tQ
i

36
E &:C.t. arsip
i.t
| ]aponn hasit uji tidak dibenar*,an untuk dlpefuanyak, Terkecuali secan tengkap dan
[j.='Tnendapaf pers etujuan teftulis dari LUK BBKK
:6
lc

Ja
o3
B ctr
r€

+gl
LrL ,irr.ili;t'n
!-E t:,
,Ia li,i
llF f\f
j'
t!

o
'!-

.i
3
$
:€
H
c
ffi

----*-*ar*;i&
BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI
Kementerian BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN
Perindustrian LABORAiTOhIUM UJI DAN KALIBRASE
R#pi?* t,1{ iyi"{i*ijs,y.f,ip, Jl. Balai Kimia No. 1, Pekayon Pasar Rebo, Jakarta 13069, Kotak pos 6916 JATPK
Telp. (021) 8717438 (Hunting),8720449 Fax. (021) 8714929
E-mail : bbkk@ cbn.net.id ; http : / lwww.bbkk-lirbang.go.id

Jakarta, 27 April 2012


Kepada: UNIVERSITASPELITAHARAPAN
To. LIPPO KARAWACI
No. Analisa : 0029/ lN/12
Repoft Nr.
Yanq bertanda tanoan dibawah ini meneranokan bahwa oenouiian/analisa di laboratorium :
The undersigned certifies that laboratoty testing / analysis
Dari contoh ( conloh-contoh : ) Plastik Carrefour Lokal
Qf the sample (s)
Yaqq kami terima dari saudara tanoqal : 26 Maret 2012
Received on
Hasilnva adalah sebaoai berikut :
Results

LAPORAN HASIL UJt

HASIL METODA
tiO FARAMETER UJI SATUAN ':-: .--
: ;

1. Besi (Fe) H smg/kg d


29,gos AAS
2. Kobal (Co) AAS
ruffi,Hr.,j"$q iTff#fl$ffi
-,..,r,:,: ;:,j;5._l

:i;r i
:
.1;,];iti.i;.;i',,
"1,' ,., i::11,:::-ii t:
Ii ::
ffimr#c.-tr$e3w€reffiffi
.:.'ii.:j!l,
",tl+jl
l': : ji Kimia dan Kema san

;1

lC.l. Arsip
t'
,l^oonn hasil uji tidak dibenarkan untuk diperbanyalt Terkecuali secan lengkap dan
'iitndapat persetujuan tertulis dari LUK BBKK
il

Halaman I dari 1

,1r:11{i;;;:;t;,-
-iii ll','+,,iti::
.:ff,.,i,:
t;
..-r!rli+r,..
* ..'..:.. .rf,li''.:,. ;
.: -i.
.:=: i
d ii:iir',j']#if#tiiiif'
f,
#
il
&-
----
*i:*'
*gs
s
,*
?
'a

a
(D

!)
gt
n
3

lA, :"
(]I
=ar
!, (,
3=
5c*_i
(o
, 3='
o-,
t uep t uewepH ro c.
EA'
iir

r =3
dF
y)t1gynl e:
yep silnyat uen[rypstadredepuaw

os,rad
uep.de46ua1I etexos !, ' elueqadp 4n1un ualreuaqlp \epp th pseq uaodel d- !
[npeq ap,v.r.cc i. l
-'J
SF
rrp
oJ
;Io.
=st
f=
:'!,
E€
liiir;
:!.,-(DF
e 1-
'.,.1'' ./+';:. -_
. ii,i{. .=: tD
i.r | . ':lt ':r,;l-"til
=' =
i I
#%ArS

w
& d#q ;.1u"..4';= e
",r,:".:;;# i:. d ct
ffiffis# ffiFru tu€#Fdffi
F-
wiq
-----€
-{,.-14
i-:i*
i=r:,"
!_Lj;r;:ll
=
6 E

'ttin.Ftrur"^l
F H&
*ry1izu
p#Dr*
E trP4T z,I gg
4
:-+=*.Tffi]
Effi5
t0rfl#
ryarl l
ffi:z
"t,
,ii,i.r H) tsee l I I 3
g

En"u3+llt1!sWd:r I ott ..l


Tlff {Ej&!
$.Y,Et
': :jlt::,,lll

;:ji-::-
.' : ,. '
5+

sq
qtr O
trn ltsvHTmie EV=i
tod- =.t,
ctlD
ilg
stps?U 9. *
sllns2a
:@s uo po loca|/ X
p-remn5EF
o psAracra tlz lunr /0
7,1 I ! :@I
ilEeT-6rEI (s) eldwes aq116 *
Iwes eq119
qo-lT65nqi
t; AUONnv-r N33rue vytrs\nd
spfieue 'al
:@3
rfuopnqe! pql saEyac peu'lslepun eql
q'

'sJapun aqt : nlrllJoleloqBl !p esllBue/uBllnDuoo eMqeq uelDuerauaul lul qe Aeqlp uEouel Bpuepaq ouEA
lelaq oue^ WWeA
't1t1 yodag ztlNr/6900 : EStt-W-6N
EEflEEY--oN

itrmYSiCEn 'ot
NVdVUVH Vlngd SVI|SUSA|Nn :epedeY
FTOO' t000'90trNr

-^
-n@Wifrd@,tiqq:t,ow-s
^. 8z6vtL8(tzo) 'xet 6woz/9. '(6unung) e*tt tb (izo) tler
,ogoeJ
vf'9t69 sod leloy eub)tbF:oqay'.resiijuolei;j1;:i,n'er-n ry teteg .lr
Yl$Xf,*##tdi Sil#i1ti,i I:
8l-tvx Nvq trn uunruo.tvuogvl uB!4snpuilod
NVSVl,tiliIy NVq VlUllly UVSitg tVTVg uelJolu0urey
Qna.,-
J INDUS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI
AN BALAI BESAR KIMTA DAN KEMASAN
Kementerian
.lB Perindustrian I-ABORATORIUM UJI DAN KALIBRASI
s 6916 JA fi *iluff Lii{ ;$;**id# $ i/.1 petqyqllasar
Jl. Balai Kimia. No. I, Rebo, Jakarta 13069, Kotak pos 6916 JATPK
relp. (02 1 )
9!1i !39 (Huntins),'anoacs F;i. i qszs-'
aoi ij'8? -
E-mail : bbkk@ cbn.net.id ; nttp, t t_r_,OOW- ilffi

Jakarta, 27 April 2012


Kepada: UNIVERSITASPELTTAHARAPAN
To. LIPPO KARAWACT
No. Analisa : 002411N112
Report Nr.

Yeno bqrtanda tanoan dibawah ini menerangkan bahwa penouiian/analisa di laboratorium :


The undersigned cedifies that laboratory testing / analysis
Dari contoh ( contoh-contoh : ) Plastik Food Hall
Of the sample (s)
Yanq kami terima dari saudara tanqoal : 26 Maret 2012
Received on
Hasilnva adalah sebagai berikut :
Results

LAFORAN HASIL UJI

_-]
NO PARAMETER UJI SATUAN }IASIL METODA
-.,1
-t 1.
2.
Besi (Fe)
Kobal (Co) ;1'*,n,., ..
mg/kg
,, *mg/kg
29,94
<
AAS
;,: ', i,::r,o:... " 3,3* AAS
;.-".: - ffi msws# m&m w#.m **
I

!::.j' *rir - $

..:,
:iiri:1i
i;::.;;{l:,r: tr#$u4ffifl$H $ffi1F
ii b*++ qlAA,*t-4.e#s
'''
j:'.:i,t:!ii1:..{jr,:'
ltl ,r a:l
Kimia dan Kemasan
'-,lr.r-l-;
. il.:,:-, .

rik,
,.f
r.I
'l-
:

hasil uji tidak dibenarkan untuk diperhanyak, Te*ecuali secara lengl<ap dan
Noetuiuanleftulis dari LllK BBI{J(

Halaman 1 dari I

r,i:..l-:liI:n'r:;r.il'i jtir!!iir:+.
iii:+ ,:':-i
: '

6
', r,',''
...'.r-'l
-=l:'r:
'j.,;--
l:::. .,
,
.ii:,j''fii
fig ''+1.-i.:'
f:.:,i-l .i__-ri .
{F
I
"-:l.'.l:t:'
a
g
BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU I

Kementerian BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN


Perindustrian LABORATORIUM UJI DAN KALIB
ic l:i r tiiSi-i g fi**?.1 il::li: Jl. Balai Kimia No. '1, Pekayon-Pasar Rebo, Jakarta 1306% Kotak Po.q 6916 JA
Telp. (021) 8717438 (Hunting), 8720449Fax. (021)8714928
E-mail : bbkk@cbn.net.id; http : //www.bbkk-litbang.go.id

NJ2A4.A0I7 Jakarta, 27 April 2012


Kepada: UNIVERSITASPELITAHARAPAN
To. LIPPO KARAWACI
No. Analisa : 40271 lNl12 No. Analisa
Repoft Nr. Pcpoft Nr.
Yanq bertanda tanoan dibawah ini meneranqkan bahwa oenquiian/analisa di laboratorium :
Yanq bertan
The undersigned ceftifies that laboratory testing / analysis The undersi
Dari contoh ( contoh'contoh : ) Plastik Hypermart Dari contoh
(! Of the sanple (s) Of the samg.
Yano kami terima dari saudara tanqqal : 26 l{aret 2012 Yanq kami t
l! Received on Received ot
'1
Hasilnva adalah sebaoai berikut : Hasilnva ad
Results Results
dt
gt
*'6
56 LAPORAN HASIL UJI
-oL
oil
g=
LtE
tt v
*G
g1'
o=
o,r:
o.i
Eb
c}fl
()!s
-o
;q
EJ
o6
l(rs
Eo
ffi'*-F-$F +$+*=.tW j
Eg
.6- Kimia dan Kemasan E
::

o:= Teknik, 4
&o 4r
I
oo
>t! !
go- 0- 4
rgc II
€tg
i
I
F

F SC.l.
U.6
Arsip
$C.1. Arsip
e
E -Taporan hasil uji tidak dihenarkan untuk diperbanyak, Terkecuali secara lengkap dan '{aponn hasil uit
'jn:,;dapat persetuiuan tedulis dari LUK BBKK
f 'nendapat perse;
:
e> ll
=G !
Halaman I dari 1 ?
=q)

t5

-(u
f,tc6
(,,ag
rE=
r6
Jci

s
(.
o
INDUS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI
iN BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN
Kementerian
IB Perindustrian LABORATORIUM UJI DAN KALIERASI
6916 JATPK R$ilijfii"lF ;n:i'1*:';r"1;inn Jl. BalaiKimia No. 1, PglqyqllgqarRebo,^/q!qr!g 13069, Kotak pos 6916
JATpK
retp- (021) 911-l!38 (Huntins), 872044s rax. (ozt1 aiiqsza
E-mail : bbkk@ cbn.net.id ; http : / ltytw.bbkk_litbang.eo.id

Jakarta, 27 April 2012


Kepada: UNIVERSITASPELITAHARAPAN
To. LIPPO K.ARAWACI
No. Analisa : 002311N112
R:tpod Nr.
Yanq bertanda tanqan ciibawah ini meneranqkan bahwa penouiian/analisa di laboratorium :
The undersigned certifies that laboratory testing / analysis
Dari contoh ( contoh-contoh ) Plastik Boy Roti
Of the sample (s)
,&
,!
! Yanq kami terima dari saudara tanoqal | 26 Mafet 2012
5 Received on
a Hasilnva adalah sebaqai berikut :
Results

LAPORAN HASIL UJI

',PARAMEI ER,U{|I

Besi (Fe) 16,33


Kobal (Co) < 3,3*

{enrasan Kimia dan Kemasan

Halaman I dari I

r1::i:t1:it-j:'L i:i
,i:ii;:::+:r;lr1:;i;;=
;.=:iril .::i:: l'

$

5
,-lf;i+.= :.r*t ,,t
:. l i+'i;1
.:.: I -+:..;l
_: ,,.,,;.:
e* :-:. - ti: ti-l,a-,
:':_.:1i:-'
. r'
, .
3 1-,1;i,.1, 1; :trirrrri::1J :!:t; :rl :

flg
. -1*R
BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INT
-
&F* Kementerian BALAI BESAR KIMIA DAN xrunsau
qtu# Peri n{*ffi *.ft?.?,ffiTg5j"Ytr ff"j,:_p,tH ffi 1*

'N1204.001s Jakarta, 27 April 2A12


Kepada: UNIVERSITASPELTTAHARAPAN
To. LIPPO KARAWACI
No. Analisa : 00251 1N112
Repo,t Nr.
Yanq bertanda tanqan dibawah ini meneranqkan bahwa penquiian/analisa di laboratcrium : No. Analisa
The undersigned ceftifies that laboratory testing / analysis Repoft Nr.
Dari contoh ( contoh-contoh ) : Plastik G Laundry Yano bertanr
(g Of the sample (s) The undersil
rO Yanq kami terima dari saudara tanqoal : 26 Maret 2012 Dari contoh t
Received on
.)as Hasilnva adalah sebaqai berikut :
Of the samp,
!Z Yanq kami t(
Y Results
!0 Received on
I Hasilnva ad:
*'6 LAPORAN HASIL UJI Results
=lg
llL
d,it
aD
LIE=,

5G
9€ ,,,NO HASIL .M-ETODA
o=' SAT.T'AN
o
rC
c;
oif 1. mglkg 10,70
o!E AAS [*
O'-
-o
o=
FJ
2.
esT,g'$g*.-
*
,€,rEft
u'3'3,r=
B.i ,e"fi ss Fj iiir"ts s.1
AAS
l,
o;
.:d E
E,n
ffi*F.#g*Efl.ggog:i%
t
{
l1
_ie
(g_ r Kimia dan Kemasan I{
!
o:= i
,0c'
tEo I
>(g
ccL
ctc 4 x
!
-3.t' 3
3
i
€E ;
c CC.l- Arsio I
9F ji
i
i
E $aporan has il uji tidek dibenarkan untuk dipefuanyak, Terkecuali secan lengkp dan !
'lnendapat persetuiuan tedulis dari LUK BBKK
f $C. l. Arsip
!
rdc fuporan hasil uii
:'(9 Hala;nan I dari 1 $endapaf perseft
cc
:a';
G5
rt g,
-(,
SE
:ls6
O(l|
EO
jr.i

.i::;i::: :r:;: :.::r:

:..,r j,li'tl_.ll :
=i-. .-
.r5-::_ ;;:..'i:i tL:'::
!:i:: r_i:r tai

..rjn::'.:!: :ri::;;i:iij
t:i:::.{::i... - ..:i::,_i'tiia.
i
_.-:'j : '
,til'
INDU BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI
N BALAI BESAR KIMIA DAT{ KEIUIASAN
Kementerian
IB Perindustrian LABORATOHUM UJI DAN KALIERASI
6916 JA r ,{ r:'j.ll:ftj*rj;i. pefqyqllasar
I .jl. Balai Kimia, No. 1, Rebo, Jakarta 13069, Kotak pos 6916 JATPK
retp. (02 1 ) 9-l j! (H u ntins), 87 2044e rax- (oz il'ai i igza-
139 -
E-mail : bbkk@cbrr.net.iri; http : /lwww.bbkk_litbanp.so_id-

26 .luni 2012
Jakarta,
Kepada: UNIVERSITAS PELITAHARAPAN
To. LIPPO KARAWACI

No.Analisa : 0058/lN/12
Report Nr
Yanq bertanda tanqan dibawah ini meneranqkan bahwa penouiian/analisa di laboratorium :
The undersigned ceftifies that laboratory testing / analysis
Dari contoh ( contoh-contoh ): PLASTIK VENETA SYSTEM
Of the sample (s)
Yanq kami terima dari saudara tanoqal : 08 Februafi 2011
Received on
Hasilnva adalah sebaqai berikut :
Resuhs

LAPORAN HASIL UJI

---l
I

€masan ffiF"Fff-E R"#ffigtF-

dan Kemasan
.

L Arsip
hasil uji tidak dibenarkan untuk diperbanyak, Te*ecuali secara lengkap dan
persetujuan terlulis dari LUK BBKK

Halaman I dari 1

.,,..;,;,.,,t?..,,-.,
,r .,..":.jL' "'-;;rt:r
r'::ili ,ii:f:::r:
t
....:+ , r;.
':
& ::1.-i I!
6 .r;iil rt: inr:-::
* tiu.,i;l'..1:iff'
s
I
t
$
BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU I

Kementerian BATAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN


Perindustrian LABORATCRIT'M UJI DAN€ KALIB
R SF ii* t!t{ i },f **hi il ii} i,r: Jl. Balai Kimia No. 1, Pekayonpasar Rebo, Jakarta 13069, J(otak po_s 6916 JA
relp (021) 871!\39 (Hunrins), *znq,qs rii. iozl'a?iie-2;"'.
E-mail : bbkk@ cbi.net.id ;-Wr,, t t-"*.tUH,_ iA

rN1204.0018 Jakafta, 27 Apfl 2A12


Kepada: UNIVERSITASPELTTAHARAPAN
Ta. LIPPO KARAWACT
No. Analisa : 0028/ lN/12
Repoft Nr.
Yano bertanda tanqan dibawah ini meneranokan bahwa penquiian/analisa di laboratorium :
The undersigned cefiifies that laboratory testing / analysis
Dari contoh ( contoh-contoh : ) Plastik Control
.g Of the sample (s)
fi Yano.karTri terima dari saudara tanqqal 26 Mafet Z01Z :
E Hecetvecl on
.l Hasilnva adalah sebaqai berikut :
V R"*tr;-
dt
n4

E.S
*,b
LAPORAN HASIL UJI
fl€)<
.g
gE
gSl*ol, . PARAMerenult l sArunru I HA

E.:
F*lr.z. lBesi (Fe) lms/kg | .,
:i I Ixouat 1co; i",r: ,r,,.i: lu*mo/ku I -=.:
E;
i;
E
EE
!S
E ,i'i
i'.+
,
.,ir;',
,, i:i. ffi .-.. .--.r -
it,
"'"1
..

rt
$

'"F.F1-e;rB{{sEF*EAru
"'i' *EF.#-'r.j:' i fl$ 14ffi
Es
e:F I ,.",t,:' l6th\jl
Kimia dan Kemasan
f$-' "tl:i!!:ta' /i'\.t"qLtn:
s S is)19
>$a.
>tF
ca.
c
,i
ii:9 r
i'-^1c

Gg
l!g
.c $ ; , i,i
: i; :'{l
|g:
Ei:
5 $C.1. Arsip .
iiw
E fl.aponn hasil uji tidak dihdna*m untuk diperbanya& Tertecuali secara lengkap dan
'lnendapat persetuiuan lerlulk dari LUK BBKK
i
e>
={6
JC
56, Halaman 1 dari 1
c-
.xF
.i5
:o gt

:1 tr
=S
o)6
-a :

* f.;

.E i
j3
G
.c
(u -d&L

;iiii.i;r,:

ft
: '. . ir,,'
,,.,*5;:'tl.;11*
-l i':...j
..,.' .,,,, 4...
SENTRATEKNOLOGI

No.Lap: 1367

LAMPIRAN

I
'1

Gambar L. Foto Morfologisampel Pati Biji Durian Pembesaran 1.500X (a) dan 2.500X (b)

Gambar 2. Foto Morfologi Sampel Pati Biji Durian Pembesaran 5.000X (a) dan 10'000X (b)

samPaikan
Laporan hasil pengujian ini hanya berlaku untuk sampel
ke Manajer Mutu STP; dilarang menggandakan lapora uan tertulis dari STP
iTP
r-*xorocr

36ZA5soaa Ho, Laj_: r3S+iFEF*


fial.: ZJ2 *a=

Laporan Pengujian
No. Laporan: 1354170961 Order No. : l35363g6gl
Tanggal: 29-11-ZglZ
Pelanggan Universitas Pelita Harapan
Kampus UPH, Lippo KarawaciTangerang Banten 15g11
Kontak Person Bpk. Arief Tanjoyo
Jenis Sampel 1. Sampet No. 1
2. Sampel No.2
3. Sampel No.3
4. Sampel No.4
5. Sampel No.5
Penerimaan Sampel 22 Nopember 2012
Tanggal Pengujian 29 Nopember 2012

*"^ Jenis Pengujian Analisa Morfologi dengan SEM


to'
,
KONDISI PENGUJIAN

s.."tq:t lembaran plastik dengan ukuran panjang sekitar 1 x 0,5 cm kemudian


langsung
dicoating dengan platina selama 60 detik. s"mp"irerudi"n dianalisa
morfologinya dengan
alat SEM' Analisa dilakukan pada accelerated voltage sebesar
20 kv pada perbe'saran S00
X 10Q0 X; 2500 X dan 5000 X.

HASIL

Hasil analisa morfologi sampel No 1 s/d 5 menggunakan SEM terlihat pada gambar di
bawah ini :
I

l00x (b)

:.=c*-++ hasi! pengujian ini han


:bFei #t:pa*an ke Manajer Mutu sTP; dilarang menggandarin laporan initanpa persetujuan tertulis dari
STp.
;ErtiRA fEt(li,i ()cr
i,l;

No. Lap.: 135417096

Gambar 1. Foto SEM Sampel No. pada perbesaran 500 X (a);


1
1000 X (b); 2soO X (c) dan
5000 x (d)
r-Er d*:
g {'. r:arq -6E .'F
& %,
':(liri 1
il_E
sErir? 1
& -#*,#
'rrl;:,tc, "t i,ra;n"*€
3541
No. Lap.; 1 3541 7096X
3ts

(d)

Gambar 2. Foto SEM Sampel No. 2 pada perbesaran 500 X (a); 1000 X (b); 2500 X (c) dan
5000 x (d)

Gambar3. Foto sEM sampel No. 3 pada perbesaran 500 x (a); 1000 x (b); 2500 x
5000 x (d)
1q-bg*
Laporanhasilpengujianinihanyaberlakuuntuksampelyangdiujiois@
dapat disampaikan ke Manajer Mutu STP; dilarang menggandakan laporan ini tanpa p-ersetujuan terl

J*-il ,
le{a::
!:r':i,' :

i.i:ii!r"
ir-r:i;-::

.l::!-.
(c)
Gambar 4. Foto sEM Sampel No. 4 pada perbesaran 500 x (a); 10oo x (b); 2s00 x (c) dan
5000 x (d)

Laporan hasil pengujian ini hanya berlaku untuk sampel yang diuji di STP, segala pengaduan sehubungan
dapat disampaikan ke Manajer Mutu STP; dilarang menggandakan laporan ini tanpa persetujuan tert
s-HF"ffi
No. Lap.: 1354170961
5/5

Gambar 5. Foto sEM Sampel No. 5 pada perbesaran 500 x (a); 1000 x (b); 2500 x (c) dan
5000 x (d)

Manajer Pengujian Kimia,

idi STP, segala Pengaduan sel


persetujuan
dapat disampaikai lie Manajer fu1utu STP; dilarang menggandakan laporan ini tanpa
Lampiran 3: Hasil Uji Keberagaman Indeks Putih Bioplastik

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Indeks_Putih

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 32797.304 7 4685.329 145.560 .000
Intercept 87445.947 1 87445.947 2716.696 .000
Jenis_Plastik 9553.257 1 9553.257 296.792 .000
Konsentrasi_Pati 18372.639 3 6124.213 190.262 .000
Jenis_Plastik * 4871.408 3 1623.803 50.447 .000
Konsentrasi_Pati
Error 515.014 16 32.188
Total 120758.264 24
Corrected Total 33312.318 23

a. R Squared = .985 (Adjusted R Squared = .978)


One Way ANOVA dilakukan karena pada tabel Two Way ANOVA terdapat interaksi
Indeks_Putih

Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Between Groups 26282.287 7 3754.612 84.445 .000
Within Groups 711.397 16 44.462
Total 26993.684 23

Post Hoc Tests


Indeks_Putih
a
Tukey HSD

Subset for alpha = 0.05

Interaksi N 1 2 3 4
LDPE-Durian 50% 3 7.6567
LDPE-Durian 30% 3 13.9933
LDPE-Sagu 50% 3 60.3333
LDPE-Durian 10% 3 61.2500
LDPE-Sagu 30% 3 73.6200 73.6200
LDPE-Sagu 10% 3 88.9400 88.9400
LDPE-Durian 0% 3 98.3600
LDPE-Sagu 0% 3 98.3600
Sig. .931 .287 .159 .670

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


Indeks_Putih
a
Tukey HSD

Subset for alpha = 0.05

Interaksi N 1 2 3 4
LDPE-Durian 50% 3 7.6567
LDPE-Durian 30% 3 13.9933
LDPE-Sagu 50% 3 60.3333
LDPE-Durian 10% 3 61.2500
LDPE-Sagu 30% 3 73.6200 73.6200
LDPE-Sagu 10% 3 88.9400 88.9400
LDPE-Durian 0% 3 98.3600
LDPE-Sagu 0% 3 98.3600
Sig. .931 .287 .159 .670

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.


Lampiran 4. Hasil Uji Keberagaman Kehilangan Berat Bioplastik

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Hilang_Berat

Type III Sum of


Source Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 52.689 7 7.527 1.154 .380

Intercept 227.008 1 227.008 34.800 .000

Jenis_Plastik 2.729 1 2.729 .418 .527

Konsentrasi_Pati 44.898 3 14.966 2.294 .117

Jenis_Plastik * 5.063 3 1.688 .259 .854


Konsentrasi_Pati

Error 104.370 16 6.523

Total 384.068 24

Corrected Total 157.059 23

a. R Squared = .335 (Adjusted R Squared = .045)


Lampiran 5. Hasil Uji Keberagaman Kekuatan Mekanik Bioplastik
Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Kekuatan_Tarik
Type III Sum of
Source Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 1048.853 7 149.836 27.326 .000
Intercept 8455.881 1 8455.881 1542.094 .000
Jenis_Plastik 33.486 1 33.486 6.107 .014
Konsentrasi_Pati 1000.994 3 333.665 60.850 .000
Jenis_Plastik * 14.373 3 4.791 .874 .455
Konsentrasi_Pati
Error 1403.744 256 5.483
Total 10908.479 264
Corrected Total 2452.598 263

a. R Squared = .428 (Adjusted R Squared = .412)

Kekuatan_Tarik
a,,b
Tukey HSD

Subset
Konsentrasi_Pati N 1 2 3 4
50% 66 3.028460
30% 66 4.671729
10% 66 6.868587
0% 66 8.069193
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is
Mean Square(Error) = 5.483. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 66.000. b. Alpha = .05.

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Kekerasan
Type III Sum of
Source Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 546.745 7 78.106 164.383 .000
Intercept 17356.404 1 17356.404 36528.388 .000
Jenis_Plastik .662 1 .662 1.392 .239
Konsentrasi_Pati 543.957 3 181.319 381.605 .000
Jenis_Plastik * 2.127 3 .709 1.492 .217
Konsentrasi_Pati
Error 121.638 256 .475
Total 18024.786 264
Corrected Total 668.383 263
Kekuatan_Tarik
a,,b
Tukey HSD

Subset
Konsentrasi_Pati N 1 2 3 4
50% 66 3.028460
30% 66 4.671729
10% 66 6.868587
0% 66 8.069193
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is
Mean Square(Error) = 5.483. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 66.000. b. Alpha = .05.

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Kekerasan
Type III Sum of
Source Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 546.745 7 78.106 164.383 .000
Intercept 17356.404 1 17356.404 36528.388 .000
Jenis_Plastik .662 1 .662 1.392 .239
Konsentrasi_Pati 543.957 3 181.319 381.605 .000
Jenis_Plastik * 2.127 3 .709 1.492 .217
Konsentrasi_Pati
Error 121.638 256 .475
Total 18024.786 264
Corrected Total 668.383 263

a. R Squared = .818 (Adjusted R Squared = .813)

Kekerasan
a,,b
Tukey HSD
Subset
Konsentrasi_Pati N 1 2 3 4
50% 66 6.273032
30% 66 7.318064
10% 66 8.787412
0% 66 10.054550
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is
Mean Square(Error) = .475.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 66.000.


b. Alpha = .05.
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Perpanjangan_Putus
Type III Sum of
Source Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 9.803E6 7 1400465.494 41.342 .000
Intercept 1.671E7 1 1.671E7 493.361 .000
Jenis_Plastik 663837.577 1 663837.577 19.597 .000
Konsentrasi_Pati 8525627.997 3 2841875.999 83.894 .000
Jenis_Plastik * 613792.886 3 204597.629 6.040 .001
Konsentrasi_Pati
Error 8671945.569 256 33874.787
Total 3.519E7 264
Corrected Total 1.848E7 263
a. R Squared = .531 (Adjusted R Squared = .518)
One Way ANOVA dilakukan karena pada tabel two way ANOVA terdapat interaksi
Oneway
ANOVA
Perpanjangan_Putus

Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Between Groups 1.090E7 7 1557257.823 47.919 .000
Within Groups 8319435.317 256 32497.794
Total 1.922E7 263

Post Hoc Test


Perpanjangan_Putus
a
Tukey HSD
Subset for alpha = 0.05
Interaksi N 1 2 3 4 5
LDPE-Durian 50% 33 23.006224
LDPE-Durian 30% 33 46.130516 46.130516
LDPE-Sagu 50% 33 126.336546 126.336546 126.336546
LDPE-Durian 10% 33 163.688971 163.688971
LDPE-Sagu 30% 33 236.130056 236.130056
LDPE-Sagu 10% 33 329.052770
LDPE-Durian 0% 33 573.011991
LDPE-Sagu 0% 33 573.011991
Sig. .282 .144 .211 .422 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 33.000.
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Modulus_Young
Type III Sum of
Source Squares df Mean Square F Sig.
a
Corrected Model 850697.540 7 121528.220 4.767 .000
Intercept 3.073E7 1 3.073E7 1205.511 .000
Jenis_Plastik 41309.741 1 41309.741 1.620 .204
Konsentrasi_Pati 770837.974 3 256945.991 10.079 .000
Jenis_Plastik * 38549.825 3 12849.942 .504 .680
Konsentrasi_Pati
Error 6526542.006 256 25494.305
Total 3.811E7 264
Corrected Total 7377239.546 263
a. R Squared = .115 (Adjusted R Squared = .091)

Modulus_Young
a,,b
Tukey HSD
Subset
Konsentrasi_Pati N 1 2 3
50% 66 272.081041
30% 66 315.378889 315.378889
0% 66 359.256921 359.256921
10% 66 418.071000
Sig. .405 .393 .151
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 25494.305.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 66.000.
b. Alpha = .05.
Lampiran 6. Data Indeks Putih Bioplastik
Chromameter Indeks Putih
L a b L-3b
LDPE 88.67 0.65 -3.11 98
89.03 0.64 -3.21 98.66
89.12 0.62 -3.1 98.42
LDPE-D10 84.88 1.03 5.42 68.62
81.77 1.65 8.43 56.48
82.74 1.41 7.67 58.65
LDPE-D30 78.81 3.94 22.34 11.79
78.5 4.59 25.56 1.82
81.23 2.57 17.62 52.86
LDPE-D50 84.15 3.91 23.11 14.82
78.4 7.64 28.47 -7.01
78.39 6.29 25.75 1.14
LDPE-S10 88.08 -0.03 -0.3 88.98
87.74 -0.03 -0.31 88.67
87.94 -0.04 -0.41 89.17
LDPE-S30 88.78 -0.19 4.85 74.23
89.87 -0.36 3.35 79.82
87.3 0.61 6.83 66.81
LDPE-S50 89.5 -0.41 7.58 66.76
87.36 0.29 11.28 53.52
88.35 -0.24 9.21 60.72
Lampiran 7. Data Kehilangan Berat dan Uji Mikrobiologi Bioplastik
Data Kehilangan Berat
M Ulangan Rata-
1 2 3 rata
LDPE Mo 0.3846 0.3543 0.3846
M1 0.3786 0.3514 0.3786
% Diff 1.5648 0.8056 1.5648 1.3117
Durian Mo 0.3846 0.3745 0.4150
10% M1 0.3767 0.3595 0.4108
% Diff 2.0588 4.0046 1.0080 2.3571
Durian Mo 0.4049 0.4150 0.4049
30% M1 0.3964 0.4061 0.3986
% Diff 2.0900 2.1406 1.5466 1.9257
Durian Mo 0.4555 0.4453
50% M1 0.4147 0.4136
% Diff 8.9572 7.1188 8.0380
Sagu Mo 0.4251 0.3644 0.3947
10% M1 0.4088 0.3500 0.3828
% Diff 3.8355 3.9452 3.0248 3.6018
Sagu Mo 0.4251 0.4150 0.3883
30% M1 0.4032 0.4033 0.3765
% Diff 5.5128 2.8185 3.0388 3.7900
Sagu Mo 0.4757 0.4656
50% M1 0.4522 0.4195
% Diff 4.9401 9.9012 7.4207
Keterangan: Mo adalah massa plastik sebelum dipendam
M1 adalah massa plastik setelah dipendam

Data Uji Mikrobiologi


Minggu ke- Total Mikroba Kapang/khamir
0 TBUD TBUD
1 TBUD TBUD
2 TBUD TBUD
3 TBUD TBUD
4 TBUD TBUD
5 TBUD TBUD
TBUD: Terlalu Banyak Untuk Dihitung
Lampiran 8. Data Kekuatan Mekanik Bioplastik

Kekuatan Tarik Kekerasan % Perpanjangan Modulus Young


Bioplastik (MPa) (N) Putus (MPa)
7.6387 10.8128 616.0781 338.5711
7.8247 10.7559 605.9536 325.6980
8.2949 10.4882 653.6431 331.4024
5.9952 11.7670 587.6214 338.5711
6.9400 10.9933 580.3104 337.4806
6.7773 10.9746 616.0781 337.8337
6.7862 11.6052 70.1094 347.8025
6.6213 12.4054 520.7204 325.7870
8.6329 10.5304 652.0996 312.9102
10.9439 11.2678 595.9643 808.8593
12.8048 9.0496 737.5187 326.9477
5.3199 9.2124 580.2312 271.7022
5.7158 8.9025 914.7312 813.2513
LDPE 7.5601 8.7760 879.5068 399.0330
5.2404 9.3712 918.8740 535.8911
14.1015 9.7282 43.0117 286.0406
15.6970 8.6142 66.6092 361.1373
15.0861 8.8279 28.1300 278.2624
4.0905 9.6546 550.1772 345.4006
6.1766 8.8976 730.5444 368.3091
6.0780 8.9603 1277.4114 324.0406
7.2409 10.6490 118.4776 299.8390
10.5214 10.0410 583.9776 319.4605
15.0450 10.0077 550.0777 318.3602
6.7764 10.0469 532.4104 375.6558
5.0768 9.8459 468.5942 297.5160
5.7347 9.4791 700.1123 278.1703
5.8580 10.0322 616.3538 284.5238
6.8011 10.1773 720.9765 316.1049
5.7870 10.1469 608.1778 298.7666
4.9829 9.8537 560.7274 277.3845
Kekuatan Tarik % Perpanjangan Modulus Young
(MPa) Kekerasan (N) Putus (MPa)
12.1991 9.8567 516.2940 331.8482
5.9342 10.0685 707.8922 342.9169
5.1869 9.3761 28.5522 299.2197
6.3423 9.9714 20.1876 201.7603
7.6944 9.1908 110.1556 304.3275
5.0519 8.7564 21.0430 290.2172
4.3973 8.8299 12.3763 285.6824
0.0000 9.2732 0.0000 0.0000
4.5803 10.0057 339.7321 281.6519
6.1847 9.7851 119.7286 278.1324
6.0403 9.1898 50.1851 368.5024
8.9055 8.7309 339.7321 389.7310
6.9422 7.7590 119.7286 614.8095
Durian 9.0137 8.0130 50.1851 815.1756
10% 4.6960 8.6338 76.8072 345.9339
5.0287 7.9689 387.8302 470.3181
4.2585 8.6004 658.6314 404.2147
9.4098 8.3111 21.6103 250.3223
11.4398 7.9169 36.3769 270.0679
9.3935 6.9745 148.0538 204.3097
9.1028 9.4163 191.3863 555.3718
5.0382 8.6828 182.0321 569.9603
7.7557 8.8279 301.1519 638.2715
8.5163 8.0571 234.5170 425.3735
6.3589 8.4092 24.4875 287.9685
7.1506 8.4112 231.3749 714.3261
4.0124 8.1846 18.1095 245.7087
5.4395 7.9924 438.4992 287.8830
5.2148 8.3670 22.6103 311.2836
10.8434 9.0888 86.0937 802.0515
8.2995 8.8868 304.4196 885.3252
7.4377 8.8495 296.4314 411.4640
Kekuatan Tarik % Perpanjangan Modulus Young
(MPa) Kekerasan (N) Putus (MPa)
4.9837 8.9084 20.3658 331.9072
5.7301 8.3111 22.2431 348.0679
5.6400 8.2415 487.0976 274.1497
3.3191 7.4040 80.3997 264.5724
3.9562 7.4874 28.3440 290.5154
3.0173 7.2226 42.0203 286.8507
4.1007 8.2239 17.1554 407.3362
4.5217 8.2366 23.9092 290.8727
2.1496 8.4455 18.2087 200.1721
2.6202 6.9617 5.9978 321.5068
3.7472 7.0000 11.9981 274.2308
3.2417 6.9892 25.9642 305.2181
9.9580 6.9617 5.9978 251.5904
Durian
30% 5.2524 7.0000 11.9981 276.3830
7.4275 6.9892 25.9642 247.7338
4.0043 7.9610 77.0741 548.3971
4.4339 8.3023 23.5101 318.8238
3.7885 7.8355 143.2308 503.9443
7.2900 7.0098 35.2748 310.5261
3.9735 7.0784 15.7979 312.9838
7.4453 7.9493 24.5650 294.5271
3.5496 7.9159 63.5211 335.8944
3.0310 7.4521 55.6888 281.2739
3.2151 7.3187 83.8295 304.1046
2.8237 7.2461 6.2002 256.8647
3.3367 7.0520 9.9773 276.3694
3.6927 7.2569 22.3991 338.2000
2.9461 6.8882 32.7652 260.6318
3.2067 7.3785 174.8526 561.2975
2.8103 7.1265 22.2643 244.7017
2.9054 6.8980 33.3972 305.9543
4.7870 6.9765 147.2982 310.8116
Kekuatan Tarik % Perpanjangan Modulus Young
(MPa) Kekerasan (N) Putus (MPa)
2.8597 7.1540 28.5992 233.9972
3.6968 7.0726 186.2860 353.5038
3.3556 7.6904 15.2968 308.9129
2.8372 7.3628 22.5214 266.1003
2.2829 6.0585 30.7200 190.4642
2.0560 5.9232 8.3558 195.0230
1.9124 5.7634 19.2997 144.8489
2.4693 5.8820 28.0989 262.4136
1.9154 5.6830 58.0991 156.7371
2.4641 5.2985 50.7101 254.1750
3.1970 6.9362 10.5324 318.3791
2.4602 7.6149 14.8558 295.6518
Durian 2.2804 7.8237 1.7862 316.0128
50% 2.6202 5.6251 53.7654 180.0164
3.7472 6.7077 23.5430 170.2684
3.2417 5.5104 6.2305 209.3547
2.5143 6.6018 7.3552 324.6116
2.3190 6.3027 5.6199 446.3107
3.0857 6.7166 19.1874 277.6382
3.2643 5.8104 49.7637 206.9114
3.3147 5.1779 27.7754 193.7943
3.4453 5.5084 52.2555 173.0348
2.7315 6.0782 16.0427 321.7967
2.3991 5.8781 13.3749 288.7417
2.3371 6.7185 3.9863 285.5319
2.8338 5.7359 46.6544 197.8596
2.3232 5.7163 28.3749 161.9350
2.0165 5.0612 19.5195 168.5095
2.0131 6.8902 3.0310 274.3645
2.0325 7.2363 4.9205 276.5434
2.3577 6.8568 14.0768 259.2755
2.9461 6.1576 61.5194 246.6999
Kekuatan Tarik % Perpanjangan Modulus Young
(MPa) Kekerasan (N) Putus (MPa)
3.2067 5.5251 23.0768 259.4608
2.8103 5.4515 38.2557 213.5757
2.1785 6.1233 4.8537 229.8360
2.0229 5.6986 8.0649 264.7114
1.5689 6.0419 5.4999 258.5470
7.6387 10.8128 616.0781 338.5711
7.8247 10.7559 605.9536 325.6980
8.2949 10.4882 653.6431 331.4024
5.9952 11.7670 653.6744 338.5711
6.9400 10.9933 692.1073 337.4806
6.7773 10.9746 53.1189 337.8337
6.7862 11.6052 70.1094 347.8025
LDPE 6.6213 12.4054 520.7204 325.7870
8.6329 10.5304 652.0996 312.9102
10.9439 11.2678 475.2645 808.8593
12.8048 9.0496 318.4091 326.9477
5.3199 9.2124 39.2537 271.7022
5.7158 8.9025 914.7312 813.2513
7.5601 8.7760 879.5068 399.0330
5.2404 9.3712 918.8740 535.8911
14.1015 9.7282 140.2395 286.0406
15.6970 8.6142 398.9093 361.1373
15.0861 8.8279 320.3508 278.2624
4.0905 9.6546 550.1772 345.4006
6.1766 8.8976 730.5444 368.3091
6.0780 8.9603 1277.4114 324.0406
7.2409 10.6490 511.9979 299.8390
10.5214 10.0410 23.5555 319.4605
15.0450 10.0077 486.2554 318.3602
6.7764 10.0469 532.4104 375.6558
5.0768 9.8459 468.5942 297.5160
5.7347 9.4791 700.1123 278.1703
Kekuatan Tarik % Perpanjangan Modulus Young
(MPa) Kekerasan (N) Putus (MPa)
5.8580 10.0322 511.9979 284.5238
6.8011 10.1773 23.5555 316.1049
5.7870 10.1469 486.2554 298.7666
4.9829 9.8537 560.7274 277.3845
12.1991 9.8567 516.2940 331.8482
5.9342 10.0685 707.8922 342.9169
4.1777 9.7272 539.6767 302.5926
5.5751 9.4938 612.6880 303.8980
6.0145 9.2977 27.4978 271.2943
4.2592 8.9348 19.7543 270.6890
5.9571 8.4239 582.5304 265.0875
5.0500 8.4818 557.9887 224.4702
Sagu 10%
9.9580 10.1646 730.3746 321.5068
5.2524 9.8233 131.7555 274.2308
7.4275 9.4516 650.9552 305.2181
11.5743 8.3955 19.5880 779.3405
9.1015 8.0866 209.2763 654.5070
7.7271 8.7779 306.0649 955.5423
5.8696 9.6890 778.8317 339.6007
4.5617 9.3546 721.9197 341.4573
4.7100 9.5919 258.6988 676.4574
13.8415 9.3604 201.7294 269.5047
13.6983 9.0329 200.9084 273.4418
11.5137 8.0974 440.5844 293.5395
7.4953 9.2114 347.7487 991.5942
5.3693 8.7220 31.9318 309.0485
9.8627 8.8093 645.1534 564.2263
8.8962 8.3043 464.0398 1193.6448
8.2021 8.7907 27.9649 931.5185
7.6880 8.7132 441.6211 598.8935
8.5964 8.2935 202.9314 249.9974
3.5870 8.6240 424.1082 302.8798
Kekuatan Tarik % Perpanjangan Modulus Young
(MPa) Kekerasan (N) Putus (MPa)
5.6933 7.5913 77.5868 334.8220
7.4953 9.2869 222.8218 358.3278
5.3693 8.9191 425.1843 259.0370
9.8627 8.6612 183.0321 302.5859
4.5018 9.0319 328.5215 306.6054
4.3309 8.1405 25.0309 297.5543
4.0177 8.7632 20.2421 306.0831
6.4578 8.3033 410.1754 223.5288
4.9133 8.7328 386.5665 269.4450
6.9870 8.8172 15.9335 252.5395
6.4578 7.0167 475.7319 243.0865
Sagu 30% 4.9133 6.6568 464.9312 275.2251
6.9870 6.6940 250.5551 208.9812
6.4494 7.5501 176.0441 277.6641
2.6786 7.4864 51.8002 242.5515
3.7755 6.7146 147.1536 285.3098
4.2904 7.1353 19.5880 299.6418
4.4833 6.5597 209.2763 326.3141
7.3659 6.6264 306.0649 447.8329
8.7353 7.4393 253.4634 420.7115
4.1457 7.1696 164.0737 413.0740
8.2365 7.4158 149.2203 741.2621
7.8197 6.2645 201.7294 831.8264
8.3153 6.6018 200.9084 269.9086
6.6146 7.2981 440.5844 652.5818
3.5264 7.7433 128.0869 289.3968
4.1719 7.0216 262.4296 275.6595
3.5026 7.4540 156.4416 245.0193
7.0335 7.2098 464.0398 472.2306
2.8707 6.8970 27.9649 229.0944
4.2170 6.9058 441.6211 215.3243
3.1291 7.6198 344.4430 362.9087
Kekuatan Tarik % Perpanjangan Modulus Young
(MPa) Kekerasan (N) Putus (MPa)
5.6195 7.4756 198.5327 291.0857
5.6710 7.0677 0.0000 0.0000
7.8870 7.3265 222.8218 225.1694
3.5750 7.2197 425.1843 215.9816
0.0000 7.0353 183.0321 248.8151
3.4787 7.1804 325.6652 256.0566
7.5357 6.9078 27.6425 231.1443
3.1892 7.5982 260.5863 230.8330
2.5063 7.6717 177.7752 204.8063
2.6468 7.7522 278.6428 210.3007
2.5731 7.3726 215.2093 213.0073
Sagu 50%
2.5063 6.1684 255.3877 170.3712
2.6468 6.2429 187.0534 237.9139
2.5731 6.2596 70.9436 232.1536
3.0848 7.2785 158.9321 186.4235
3.9985 6.4665 169.4191 174.7883
3.3979 7.1834 54.2865 562.1964
4.7549 6.2704 6.1880 263.0010
5.2838 5.9585 11.2536 274.7863
4.3648 6.3361 10.7987 250.8686
2.9239 6.4224 58.5862 632.5507
3.1223 5.6820 37.6538 343.1213
2.0504 6.3361 89.9626 428.0751
6.8863 5.9507 52.0765 271.8701
3.7759 5.9624 233.1107 235.6565
6.1651 5.9497 8.3885 211.0641
2.2944 6.7480 195.5614 820.9802
2.7709 6.5391 165.3186 593.5782
2.9311 6.1527 188.9076 386.5235
4.7549 6.4694 18.8083 215.4589
5.2838 6.5155 76.2522 235.5440
4.3648 6.8117 185.0081 202.4825
Kekuatan Tarik % Perpanjangan Modulus Young
(MPa) Kekerasan (N) Putus (MPa)
2.5147 6.4165 129.4531 188.1529
1.9130 6.3420 26.3647 157.0431
2.4045 6.3478 89.8868 240.5736
6.4203 6.1360 157.6839 690.9404
2.8563 6.1154 241.5090 214.2541
2.6912 6.3831 73.5330 238.4495
3.1952 6.0174 233.7654 251.6466
3.1488 5.8183 243.9991 198.5663
2.7056 5.8291 67.3866 197.1656
Kurva Uji Mekanik Bioplastik

Nilai kekerasan plastik adalah puncak dari kurva


Nilai kekerasan plastik adalah: 0.7207 kilogram force
0.7207 kgf x 1000 gf = 720.7 gf
1 gf = 0.00980665 N
Nilai kekerasan (N) = 720.7 gf x 0.00980665 N
= 7.0676 N
Data:
Diketahui: lebar plastik (p) : 1cm = 0.01 m
tebal plastik (l) : 0.79 mm = 0.00079 m
Gaya tarik (F) : 43.90 N
Regangan tarik: 172.69 mm
Luas Penampang (A): l x t
= 0.01 m x 0.00079 m
= 0.0000079 m2
Kekuatan tarik () = F/A
= 43.90 N / 0.0000079 m2
= 5557500 N/m2
= 5557500 Pa x 10-6 MPa
= 5.5575 MPa
Regangan tarik () = (Total perpanjangan - panjang awal) / panjang awal
= (172.69 mm – 50 mm) / 50 mm
= 122.69 mm / 50 mm
= 2.4538
% perpanjangan putus = regangan tarik x 100%
= 2.4538 x 100%
= 245.38%
Modulus Young () = 
F x L0) / (A x L)
= (43.90N x 0.05m) / (0.0000079m2 x 0.1227m)
= 2.915 Nm / 0.00000096933 m3
= 3007231.79 N/m2
= 3007231.79 Pa x 10-6MPa
= 3.007 MPa
Lampiran 9. Data Hasil Analisis Proksimat Pati Sagu dan Pati Biji Durian
Pati Sagu
Kadar Abu
Sampel 1: 5.0006 gram Cawan 1: 21.7989 gram
Sampel 2: 5.0006 gram Cawan 2: 29.7206 gram
Cawan 1+ Abu : 21.8063 gram
Cawan 2+Abu : 29.7287 gram
Kadar abu 1: (21.8112-21.7989)
------------------------- x 100%
5.0006
= 0.246%
Kadar abu 2: (29.7341-29.7206)
----------------------- x 100%
5.0006
= 0.27%
Rata-rata kadar abu: (0.246%+0.27%)
---------------------
2
= 0.258%
Kadar Lemak
Sampel 1: 3.0006 gram Labu lemak 1: 106.0108 gram
Sampel 2: 3.0004 gram Labu lemak 2: 108.5880 gram
Labu lemak 1+sampel 1 akhir: 106.012 gram
Labu lemak 2+ sampel 2 akhir: 108.5892 gram
Kadar lemak 1: (106.012-106.0108)
------------------------- x 100%
3.0006
= 0.0388%
Kadar lemak 2: (108.5892-108.5880)
-------------------------- x 100%
3.0004
= 0.0412%
Rata-rata kadar lemak = (0.0388% + 0.0412%)
----------------------------
2
= 0.04%
Kadar Air
Sampel 1: 5.0002 gram
Sampel 2: 5.0004 gram
Cawan 1: 19.4456 gram
Cawan 2: 19.8677 gram
Cawan 1+ sampel 1 akhir: 19.9891 gram
Cawan 2+ sampel 2 akhir: 20.3582 gram
Kadar air 1: (19.9891-19.4456)
----------------------- x 100%
5.0002
= 10.87%
Kadar air 2: (20.3582-19.8677)
------------------------ x 100%
5.0004
= 9.81%
Rata-rata kadar air: (10.87%+9.81%)
--------------------
2
= 10.34%
Kadar Protein
Sampel 1: 0.5005 gram
Sampel 2: 0.5002 gram
Volume blanko: 0.2 ml
Volume titrasi 1: 0.30 ml
Volume titrasi 2: 0.30 ml
%N 1= (0.30-0.2)x0.2x14
---------------------------- x 100%
0.5005
= 0.0559%
% Protein = 0.0559% x 6.25
= 0.35%

%N 2= (0.3-0.2)x0.2x14
-------------------------- x 100%
0.5002
= 0.0559%
% Protein = 0.0559% x 6.25
= 0.35%
Rata-rata kadar protein = 0.35%
Kadar Karbohidrat: 100% - (0.258% + 0.35% + 10.34% + 0.11%)
= 88.94%
Pati Biji Durian

Kadar Abu
Sampel 1: 5.0001 gram
Sampel 2: 5.0006 gram
Cawan 1: 21.7989 gram
Cawan 2: 29.2706 gram
Cawan 1+abu 1: 21.8084 gram
Cawan 2 +abu 2: 29.2861gram

Kadar abu 1: (22.8084-21.7989)


----------------------- x 100%
5.0001
= 0.19%
Kadar abu 2: (29.2861-29.2706)
------------------------ x 100%
5.0006
= 0.31%
Rata-rata kadar abu: (0.19% + 0.31%)
----------------------
2
= 0.25%
Kadar Lemak
Sampel 1: 3.0006 gram
Sampel 2: 3.0004 gram
Labu lemak 1: 106.0108 gram
Labu lemak 2: 108.5880 gram
Labu lemak 1+ sampel 1 akhir: 106.0156 gram
Labu lemak 2+ sampel 2 akhir: 108.6057 gram
Kadar lemak 1: (106.0156 - 106.0108)
--------------------------- x 100%
3.0006
= 0.16%
Kadar lemak 2: (108.6057 – 108.5880)
------------------------------ x 100%
3.0004
= 0.59%
Rata-rata kadar lemak: (0.16% + 0.59%)
----------------------
2
= 0.38%
Kadar Air
Sampel 1: 5.0013 gram Cawan 1: 19.4445 gram
Sampel 2: 5.0002 gram Cawan 2: 19.8544 gram
Cawan 1+ sampel 1 akhir: 20.0287 gram
Cawan 2+ sampel 2 akhir: 20.3414 gram
Kadar air 1: (20.0287-19.4445)
------------------------ x 100%
5.0013
= 11.68%
Kadar air 2: (20.3414 – 19.8544)
-------------------------- x 100%
5.0002
= 9.74%
Rata-rata kadar air: (11.68% + 9.74%)
-----------------------
2
= 10.71%

Kadar Protein
Sampel 1: 0.5003 gram
Sampel 2: 0.5005 gram
Vol. Blanko: 0.2 ml
Vol. Sampel 1: 1.56 ml
Vol. Sampel 2: 1.55 ml
%N1 = (1.56 – 0.2) x 0.2 x 14
--------------------------------- x 100%
0.5003
= 0.7611%
% protein: 0.7611% x 6.25
= 4.76%
%N2 = (1.55-0.2) x 0.2 x 14
------------------------------- x 100%
0.50005
= 0.7552%
% protein: 0.7574% x 6.25
= 4.72%
Rata-rata kadar protein: (4.76% + 4.72%)
----------------------
2
= 4.764%
Kadar Karbohidrat: 100% - (0.25% + 0.38% + 10.71% + 4.74%)
= 83.92%
Lampiran 10. Hasil Uji Kadar Pati dan Rasio Amilosa/Amilopektin

DA'A T{ASTL PENcUKURITI KASAR F'I?I

: KeasMr .*_.
9mdrl!dr*.imr+50!f p.lsoitr{ io* i
:
it fto.Slndr tbi..6.{r A}qrta5i i.:: i
&.. lfll (Evrn0 : os i
! 0.. 0.0lat lc=
--: I
2 0.6 0.1962 : i
3 L2 t2a?4
4 r.6 o.9ar1 i; aB i
s a o.9s5r c'' i

t-t
8..' :
ff.-i,
:i, :R6ruorr.;ro
Bryol, *.*. r:

#,,.*
RASIO PATI OA'I AI{LOAA

!
F
t
:i {n%'e

s
g
s
f
f
."&
Lampiran 11" contol' Data xsian Kuesiondn AFrp
Kantong plastik Belanja
(pelaku Industri)

TUK INDONESIA

KUESIONER PEI\TELITL{N
Yth. Bapat</Ibu
untuk memperoreh informasi guna
nmah lingkungan yang seperti apamengetahui jenis kantong prastik berania
yaig patin;-;;r"k';rtuk Indonesia
dapat diterima oE1
i1i[i'pensambit- din
peneriti dari Fakurtas 2eyQ *upiliir,
Teknotogi tiarltri1upn *e;;;';;;J"bnkan maka kami tim
untuk lebih memahami.pengitaiii, pertimbangui"a;i-'.inat peneritian
satah seonns pakar gtiry Anda sebaoai
6iig";'6i4, x"puiiiii' t"iiLiirt diatas.
hanva memakan waktu
kami nanrnva untuk
*iriig-iii'io suruei-ini
iunitiir-ztrJ sansat membantu
te-nruk kantong ptastik beranja ramah
,j:t:X:!E: seperti apa ^"rr^'itiJ,
/uiJ' ;,;b cocok nantinya basi masyarakat
Terima kasih atas kesediaan Bapak/Ibu
mengisi kuesioner ini.

Inge Sefiawati
PT Inter Aneka Lestaii Knlia
JlRayaSerang@
Vice General Manager
482 8213770
inae@interaneka.com

Keterangan Cara Mengisi Kuesioner

Berilah randa X pada bobot atau angka yang


sesuai dengan tingkat pembobotan,
sesuai dengan masing-masing pertanyaan
yang ada-
Contoh pengisian kuesioner adalah sebagai
berikut :

Menurut pengalaman dan preferensi Anda


berapa tuat kriteria pRosES lebih penting
dan kriteria KETERSEDIAAN?

Keterangan
f . sama pentingnya dengan 7. jauh lebih penting daripada
3. agak lebih penting daripada 9. mutlak lebih penting daripada

Jawaban diatas menudukkan bahwa kriteria


PROSES agak lebih penting dari pada
kriteria KETERSEDIAAN-
:
5'-
x
*:
,'&!
KANTONG BELANJA RAMAH LINGKUNGAN UNTUK INDONESIA

untuk memudahkan Anda dalam memahami Iftiteria" berikut (tabel x) kami


cantumkan keterangan untuk masing masing Kriteria yang dipertimbangkan
dalam penelitian ini.

Tabel X. Keterangan Kriteria


LEWL A:
TUJUAN
KANTONG BELANJA
RAMAH LINGKUNGAN YANG SESUAI UNTUK
I P
PENGAMBILAN INDONESIA
F
KEPUTUSAN
F
LEYEL 1 .' KRITERIA (Atribut yang akan mempengaruhi pemilihan alternatif)
N

MINAT Minat untuk menggunakan jenis kantong plastik belaqia _t


N

HARGA Harga yang harus dibayar untukjenis kantong plastik belanja 1


KETERSEDIAAN Ketersediaan jenis kantong plastik belanja

PROSES Kemudahan proses pembuatan jenis kantong plastik belanja

LEVEL 2: SUB KRITERIA (Stakeholder)

Pelaku Ritel Supermarket atau pedagang tadisional

Masyarakat Masyarakat pengguna kantong plastik belanja

Pelaku Industri Industri yang memproduksi kantong plastik belanja

Pemerintah Pemerintah selaku Regulator

LEI/EL -t.' ALTERNATIF (Jenis kantong plastik)

Konvensional Kantong plastik bela4iayang berbahan baku hanya polimer

Oxodegradable Kantong plastik belaqia berbahan baku polimer ditambah


additive sehinesa hancur dalam waktu maksimal 2 tahun J
F

Biodegradnble Kantong plastik belanja berbahan baku hanya polimer dan F

dicampur bahan pati dll yang bisa hancur oleh mikrobatanah F

dalam 10 minggu F

J
l
1

t
lj

t
,
ta
u

-",--",**.j&r
KANTONG' BELANJA RAltfiAH LINGKUNGAN UNTUK INDONESIA

DAFTAR PERTAI\TYAAN
l. Menurut pengalaman dan preferensi Andq seberapa kuat Perbandingan kepentingan
relative antar kriteria-kriteria berikut yang akan mempengaruhi keputusan
penggunaan kantong plastik belaqia ramah lingkungan di Indonesia?

Kriteria Penilaian Kriteria


PROSES I I 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 * I I KETERSEDIAAN
PROSES I I 7 6 5 4 3 2 g 2 3 4 5 6 7 8 9 HARGA
PROSES I 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 E 6 7 I I MINAT
KETERSEDIAAN I I 7 6 E 4 3 2 1 2 3 4 t 6 7 I I HARGA
KETERSEDIAAN I I 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 E 6 7 I I MINAT
HARGA I I 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 E 6 7 I o MINAT
Keterangan
1. sama pentingnya dengan 7-iauh lebih per{ing daripada
3. agak lebih penting daripada 9. mutlak lebih penting daripada
5. lebih pentinq daripada 2,4,6,8. jika terdapat keterangan antara dua penilaian berd@@4

2. Menurut pengalaman dan preferensi AndA seberapa kuat Perbandingan kepentingan


relative sub kriteria (PELAKU pengambil keputusan) dalam menentukan
PROSES'pembuatan kantong plastik belanja ramah lingkungan di lndonesia?

Sub Kriteria Penilaian Sub Kriteria


PEMERINTAH I I E 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 I I PELAKU INDUSTRI
Keterangan
1. sama pentingnya dengan 7. jauh lebih pentirg daripada
3- agak lebih penting daripada 9. muflak lebih penting dariPada
5. bbih oentino darioada 2,4,6, f. iika terdapat kderargan antara dua penilaia

3. Menurut pengalaman dan preferensi Anda, seberapa kuat Perbandingan kepentingan


relative sub lcriteria (PELAKU pengambil keputusan) dalam menentukan
KETERSEDIAAN kantong plastik belanja ramah lingkungan di Indonesia?

Sub Kriteria Penilaian Sub Kriteria


PtrMtrRINTAH I I 7 6 E 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 B I PEI.AKU INDUSTRI
PEMERINTAH I I E 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 I I MASYARAKAT
o 8 7 6 E 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 o PEI3KU RITEL
PEMERINTAH
PELAKU INDUSTE! 9 I 7 6 5 4 E 2 1 2 3 4 5 6 7 8 I MASYARAKAT
PELAKU lNqqsIE! o 8 7 6 5 4 3 2 1 2 E 4 5 6 7 B I PEISKU RITEL
MASYARAKAT I B 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 E 6 7 I I PEIAKU RITEL
Keterangan
dengan
1. sama pentingnya
7' iauh bttih pentirg daripada
daripada
3. agak lebih penting
9- mudak lebih penting daripada

s. felin *ntng dariFBda 2, 4, 6, 8. iika terdapai keterangan antara dua penilaian berdekatan
KANTONG BELANJA RAftNAH LINGKUNGAN UNTUK INDONESIA fi
I
't !
I

4. Menurut pengala'ra'da'preferensi Andq seberapa kuat perbandingan


kcpcntingan
relative sub kiteria (PELAKU pengambil keputusan) dalam
menent'kan MINAT
penggunaan kantong plastik belarja ramah ringkungan
tli Indonesia?

I K

1. sama pentingnya dengan 7. jauh lebih penting daripada j


3. agak lebih penting daripada 9. mutlak lebih penting daripada c
K
1
a
5. Menurut pengalaman dan preferensi Anda seberapa kuat pe&andingan kepentingan
5
relative sub kriteria (PELAKU pengambil keputusan) dalam kiteria p€nentuan
HARGA kantong plastik belanja ramah lingkungan di Indonesia?

Sub Kriteria Penilaian Sub Kriteria


PEMERINTAH I I 7 6 5 4 3 2 1 2 g 4 5 6 7 I I PELAKU INDUSTRI
PEMERINTAH 9 8 7 6 5 4 3 2 E 2 3 4 5 6 7 8 I MASYARAI<AT
J
PEMERINTAH I I 6 5
PEI.AKU INDUSTRI I 8
7
7 6 E
4
4
3
3
2
2
1

1
2
2
3
3
4
4
F
5
6
6
7
7
8
I 9
o PELAKU RITEL
MASYARAI(AT
I
PELAKU INDUSTRI I J
8 7 6 5 4 3 2 E 2 3 4 t 6 7 I 9 PELAKU RITEL I
MASYARAKAT 9 I 7 6 5 4 3 2 1 2 q
4 6 6 7 I I PEI.AKU RITEL 1
Keterangan
1. sama pentingnya dengan 7. jauh lebih penting daripada t
3. agak lebih penting daripada 9. muflak lebih penting daripada
5- lebih pentingdaripada 2, 4, 6, 8. jika terdapat keterangan antara dua penilaian berdekatan

6- Menurut pengalaman dan preferensi And4 seberapa kuat Perbandingan preferensi


relative untuk Alternatif jenis kantong plastik yang disukai dalam kriteria IIARGA
ditinjau dari Pengambil keputusan pihak PELAKU INDUSTRI

Altematif Penilaian altematif


KONVENSIONAL o I 7 6 6 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 OXODEGRADABLE
KONVENSIONAL E 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 I o BIODEGRADABLE
OXODEGRADABLE E 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 o BIODEGRADABLE
Keterangan
1. sama disukai dengan 7. jauh lebih disukaidaripada
3. agak lebih ciisukai daripada 9. mutlak lebih disukai daripada
5. lebih disukaidaripada 2, 4, 6, 8, jika terdap?{ keterangan antara dua penilaian berdekatan

a:
KANTONG BELANJA RAITJIAH LINGKUNGAN UNTUK INDONESIA

7. Menurut pengalaman dan preferensi And4 sebenlpa kuat perba'dingan prcferensi


relative untuk Alternatif jenis kantong plastik yang disukai datam
kriteria
KETERSEDIAAN ditinjau dari pengarnbil keputusarr pihak PEI_AKU INDUSTRI

Keterangan
1. sama disukai dengan 7. jauh lebih disukai daripada
3. agak lebih disukai daripada 9. mutlak lebih disukai daripada

8. Menurut pengalaman dan preferensi And4 seberapa kuat perbandingan preferensi


relative untuk Atternatif jenis kantong plastik yang disukai dalam kriteria pROSES

n'a -l ditinjau dari Pengambil keputusan pihak pELAKU INDUSTRI

,STRI I altematif Penilaian altematif


o I

l
KONVENSIONAL 7 6 H 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 I OXODEGRADABLE
KONVENSIONAL E I 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 I I BIODEGRADABLE
OXODEGRADABLE 9 8 E 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 I
BIODEGRADABLE
= Keterangan
= 1. sama disukaidengan 7. jauh lebih disukai daripada
3. agak lebih disukaidaripada g. muflak lebih disukaidaripada
5. lebih disukai daripada 2, 4, 6, 8. jika terdqpat keterangan antara dua penilaian berdekatan

TERIMA KASIH

L] ATAS PARTISIPASI ANDA MENGISI KUESIONER INI


)ABLE I

I
**-1

;
I
**s"&
Lampiran 12. Pie Chart Hasil Survei Kantong Plastik Belanja
Ramah Lingkungan
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Cirebon pada tanggal 8 Nopember 1955 sebagai putri sulung dari Bpk
Tjitromulyo (alm) dan ibu Beti Kamadjaja (almh) dan telah dikaruniai 3 orang putra/i yang
semuanya sudah memiliki ijazah S1. Rinan, putri sulung yang lahir 5 Maret 1986 adalah
alumni Asia Pacific University - Japan dan saat ini bermukim di Hawaii. Danar,putra kedua
yang lahir 25 Oktober 1989 adalah Sarjana Kedokteran yang sedang menjalani masa Koas di
RS Polri Kramatjati dan Amy, putri bungsu yang lahir pada 7 Nopember 1991, baru saja
menyelesaikan pendidikan S1 nya dibidang Hubungan Internasional.
Tahun 1979 penulis menyelesaikan pendidikan S1 sebagai Insinyur Kimia di program
studi Teknologi Kimia ITB dan setelah hampir 20 tahun bekerja di berbagai industri, maka
pada tahun 2000 penulis menyelesaikan pendidikan S2 Magister Teknik, dalam program
studi Studi Pembangunan di ITB dengan tesis tentang Renewable Energy. Tahun 2010,
penulis mendapat kesempatan terakhir memperoleh BPPS dari Dikti (batasan usia beasiswa)
dan memilih Program Doktor pada Sekolah Pasca Sarjana IPB, program studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL).
Awal karir penulis adalah bekerja sebagai Process Engineer di perusahaan
multinasional di Bandung yaitu NS Electronics Indonesia selama 1,5 tahun , selanjutnya
bekerja sebagai Quality Assurance Officer di Nestle (PT Food Specialities Indonesia) di
Surabaya selama 3 tahun. Karir sebagai Kepala Laboratorium Kimia di BUMN di tanah
rencong, yaitu PT Pupuk Iskandar Muda Lhokseumawe NAD, dijalani penulis selama 8
tahun. Setelah kembali ke ibukota, maka penulis tertarik mengabdikan berbagai pengalaman
kerjanya dengan bekerja sebagai dosen di Universitas Pelita Harapan, Karawaci sejak 1994
sampai dengan saat ini di Fakultas Sains dan Teknologi. Sertifikasi dosen yang dimiliki
penulis adalah dalam mengajar mata kuliah Kimia Dasar, Kimia Analitik dan Teknologi
Lingkungan. Jabatan manajerial yang pernah dipercayakan kepada penulis selama bekerja di
Universitas Pelita Harapan adalah Kepala Laboratorium Kimia (1995-2001), Sekertaris
Jurusan Teknologi Pangan (2001-2004), Direktur Fakultas selama 8 tahun (2004-2012) dan
saat ini kembali menjabat sebagai Kepala Laboratorium Kimia.
Berbagai pelatihan di dalam dan di luar negeri sudah dijalani penulis, baik dalam
bidang keilmuan seperti Kimia, Teknologi Pangan, Teknologi Lingkungan dan Energi,
maupun sertifikasi manajemen seperti ISO, HACCP, Auditor dll. Penulis juga menjadi
member aktif dari berbagai organisasi keilmuan di dalam negeri seperti Patpi, BKK-PII dan
juga di luar negeri seperti Iseki Food Association, sehingga secara rutin mengirimkan
publikasi karya ilmiah dalam acara seminar nasional dan internasional, baik oral maupun
poster. Pengabdian masyarakat selalu dilakukan penulis secara berkala bersama rekan dosen
dan mahasiswa Universitas Pelita Harapan di beberapa organisasi masyarakat dan yang
berlokasi di propinsi Banten dan Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai