Anda di halaman 1dari 1

Tanaman daun dewa merupakan tanaman obat yang dapat digunakan sebagai antikoagulan,

antikarsiogenik, antimutagenitas, diuretik, member efek analgesik, menghentikan pendarahan, menhilangkan


panas, membersihkan racun, penurun kadar gula darah, stimulasi sirkulasi, Daun dewa dapat digunakan dalam
bentuk segar atau yang telah dikeringkan. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan melarutkan
serbuh tumbuhan menggunakan bahan pengekstraksi, kemudian bahan pengekstrasi sebagian atau seluruhnya
diuapkan. Pembuatan ekstrak daun dewa dapat dilakukan dengan cara ekstraksi. Ekstraksi merupakan proses
pemisahan dan isolasi zat organik dari suatu campuran dengan penambahan pelarut tertentu. Daun dewa
memiliki kandungan kimia alkaloid, saponin, flavonoid, minyak atsiri, dan tannin. Senyawa alkaloid
mempunyai kemampuan berikatan dengan protein. Saponin bersifat sebagai pembersih. Saponin adalah
senyawa aktif permukaan yang dapat menimbulkan busa jika dikocok dalam air. Minyak Atsiri bersifat
sebagai antibakteri dan antifungi. Tanin merupakan bahan yang terdapat pada tanaman berkhasiat obat dan
mempunyai aksi fisiologis dalam menghambat bakteri. Flavonoid merupakan golongan senyawa fenol. Fenol
bersifat bakterisid dan fungisid yang mempunyai kemampuan menambah permeabilitas sel dan pada keadaan
tinggi dapat mengkoagulasi protein.
Rahman EF. 2018. Efektivitas ekstrak daun dewa (gynura pseudochina (lour.) DC) terhadap pertumbuhan
candida albicans pada plat dasar gigi tiruan resin akrilik. Majalah Ilmiah Sultan Agung 48(123) : 32-45.
Perkolasi adalah proses ekstraksi dengan pelarut yang dialirkan melalui kolom perkolator yang diisi
dengan serbuk bahan atau sampel, dan ekstraknya dikeluarkan melalui keran secara perlahan. Secara umum
proses perkolasi ini dilakukan pada temperature ruang. Parameter berhentinya penambahan pelarut adalah
perkolat sudah tidak mengandung komponen yang akan diambil. Pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan
alam terlihat tetesan perkolat sudah tidak berwarna. Caranya, serbuk bahan dibasahi dengan pelarut yang
sesuai dan ditempatkan pada bejana perkolator. Bagian bawah bejana diberi sekat berpori untuk menahan
serbuk. Cairan pelarut dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut. Cairan pelarut akan melarutkan
zat aktif dalam sel-sel yang dilalui sampai keadaan jenuh.
Atun S. 2014. Metode isolasi dan identifikasi struktur senyawa organik bahan alam. Jurnal Konservasi Cagar
Budaya Borobudur 8(2) : 53-61.
Pelarut organik merupakan pelarut yang umumnya mengandung atom karbon dalam molekulnya.
Pelarut organik dapat bersifat polar dan non-polar bergantung pada gugus kepolaran yang dimilikinya. Pada
proses kelarutan dalam pelarut organik, biasanya reaksi yang terjadi berjalan lambat sehingga perlu energi
yang didapat dengan cara pemanasan untuk mengoptimumkan kondisi kelarutan. Contoh pelarut organik
adalah alkohol, eter, ester, etil asetat, keton, dan sebagainya. Heksana adalah senyawa dengan rumus kimia
C6H14 yang merupakan hidrokarbon yang banyak digunakan sebagai pelarut organik yang memiliki sifat
mudah menguap. heksana merupakan pelarut nonpolar akan mengekstrak senyawa nonpolar. n-heksana
banyak dipilih untuk proses pengekstrakan bahan alam yang akan diambil senyawa nonpolarnya karena n-
heksana relatif murah harganya dan relatif aman karena tidak mengiritasi kulit dan tingkat toksisitasnya relatif
rendah. Namun, n-heksana akan mudah terbakar (flammable) jika n-heksana diletakkan di dekat api karena
titik didih n-heksana yang rendah yaitu 69 °C. Seperti ekstraksi minyak tumbuhan pada umumnya, ekstraksi
minyak biji kopi menggunakan pelarut organik seperti heksana. Pelarut ini bersifat inert, memiliki titik didih
yang rendah serta dapat melarutkan dengan cepat dan sempurna. Namun, penggunaan pelarut organik beracun
dalam proses pengolahan makanan harus dibatasi. Oleh karena itu,subtitusi pelarut heksana ke etanol sangat
dianjurkan.
Aziz T, Cindo RKN, Fresca A. 2009. Pengaruh pelarut heksana dan etanol, volume pelarut, dan waktu
ekstraksi terhadap hasil ekstraksi minyak kopi. Jurnal Teknik Kimia 16(1) : 1-8.

Anda mungkin juga menyukai