Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KIMIA FISIKA

EMULSI

Di susun oleh :

Nama : Febry Aditya Utami


NIM : 021140010

D-3 Teknik Kimia


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2014
PENGERTIAN EMULSI

Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair
yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur. Emulsi yang mempunyai fase
dalam minyak dan fase luar air disebut emulsi minyak dalam air dan biasanya diberi tanda
sebagai emulsi m/a. Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak
disebut emulsi air-dalam-minyak yang dikenal sebagai a/m. Fase luar dari suatu emulsi bersifat
kontinu,suatu emulsi minyak-dalam-air bisa diencerkan atau ditambah dengan air. Untuk
membuat suatu emulsi yang stabil, perlu fase ketiga yaitu : zat pengemulsi.

TIPE-TIPE DAN KOMPONEN EMULSI

 Zat pengemulsi

Tahap awal dalam pembuatan susatu emulsi adalah pemilihan zat pengemulsi. Agar berguna
dalam preparat farmasi, zat pengemulsi harus mempunyai kualitas tertentu. Zat pengelmusi harus
tidak toksis pada penggunaan yang di maksud dan jumlahnya yang diminum oleh pasien. Yang
paling penting yaitu kemampuan dari zat pengelmusi tersebut untuk emulsi dan menjaga
stabilitas dari emulsi tersebut agar tercapai shelf life dari produk tersebut. Diantara zat
pengemulsi dan zat penstabil untuk sistem farmasi adalah sebagai berikut :

1. Bahan-bahan karbohidrat seperti zat-zat yang terjadi secara alami : akasia, tragakan, agar,
kondrus, dan pectin.
2. Zat-zat protein seperti : gelatin, kuning telur, dan kasein.
3. Alcohol dengan bobot molekul tinggi seperti trearil alcohol, setil, alcohol, dan gliseril
monostearat,.
4. Zat-zat pembasah, yang biasa bersifat kationik, anionic, dan nonionic.
5. Zat padat yang terbagi halus, seperti: tanah liat koloid termasuk bentonit, magnesium
hidroksida, dan aluminium hidroksida.

 Tolok Ukur Fisika

Jumlah input kerja tergantung pada panjangnya waktu seama energy disuplai, dengan demikian
penjadwalan input kerja menjadi tolok ukur fisika yang penting.

 Panas

Penguapan merupakan suatu cara efektif dalam pemecahan sebagian besar ikatan antara
molekul-molekul suatu cairan. Emulsi dibuat dengan melewatkan uap suatu cairan ke dalam fase
luar yang mengandung zat pengemulsi yang sesuai. Proses emulsifikasi di sebut juga metode
kondensasi, relative lambat dan terbatas pada pembuata emulsi encer dari bahn-bahan yang
mempunyai tekanan uap relative rendah, sehingga secara teoritas amat penting.
Emulsifikasi dengan disperse yang lebih praktis dipengaruhi oleh panas-atau lebih baik,
perubahan dalam temperature – dengan sejumlah cara.kenaikan dalam t

emperatur akan mengurangi tegangan antar muka dan viskositas. Perubahan pada temperatur
mengubah koifisien distribusi pengemulsi antar a dua fase dan menyebabkan migrasi
pengemulsi. Distribusi pengemulsi sebagai suatu fungsi temperatur tidak dapat dihubungkan
secara langsung, baik dengan pembentukan emulsi atau stabilitas, karena perubahan dalam
tegangan permukaan serta viskositas terjadi secara serentak.

 Temperatur inversi fase

Pengaruh yang paling penting adalah bahwa temperatur pada suatu emulsi memungkinkan
inversi. Temperatur dimana terjadi inversi tergantung pada konsentrasi pengemulsi, dan disebut
temperatur inversi fase(TIF). Tipe inversi ini dapat terjadi selama pembentukan emulsi, karena
emulsi umumnya dibuat pada temperatur kamar untuk mendinginkannya. Emulsi yang dibentuk
dengan teknik inversi fase umumnya dianggap sangat stabil, dan dijamin mengandung fase
dalam yang terdispersi halus. TIF umumnya dianggap temperatur di mana sifat-sifat hidrofilik
dan lifofilik dari pengemulsi berada dalam keseimbangan, sehingga disebut juga temperatur
KHL.

 Waktu

Waktu seperti variasi dalam temperatur, mempunyai pengaruh kompleks dan mendalam pada
proses emulsifikasi. Selama periode pengocokan awal yang dibutuhkan untuk emulsifikasi,
tetesan-tetesan di bentuk; tetapi pada pengocokan selanjutnya, kemungkinan untuk kolisi antara
tetesan-tetesan menjadi lebih sering, sehingga dapat terjadi penggabungan. Disarannkan untuk
menghindari pengocokan yang terlalu lama, pada waktu dan sesudah pembentukan emulsi. Di
lain pihak, adalah tidak mungkin menentukan waktu yang dibutuhkan untuk pengocokan, dan
waktu optimum yang diperlukan untuk emulsifikasi ini biasanya ditentukan secara empiris.
Briggs menunjukan bahwa pembentukan emulsai yang terbaik adalah dengan menggunakan
pengocokan pada waktu-waktu tertentu. Ia menemukan bahwa ia dapat mengemulsikan 60%
volume benzen dalam 1% natrium oleat dalam air dengan mengocok secara mekanis 750 kali
selama periode empat sampai lima menit. Tetapi campuran yang sama dapat teremulsi secara
sempurna hanya dengan lima adukan tangan dalam waktu kira-kira dua menit, jika emulsi
tersebut dibiarkan diam selam 20 sampai 30 detik setelah tiap pengocokan. Alasan stabilisasi
tetesan ang tergantung pada waktu, mungkin disebabakan distribusi pengemulsi antara fase,
pembentukan lambat dari lapisan rangkap pada permukaan tetesan benzen, atau gangguan
pembentukan tetesan dengan pengocokan kontinu.

 Emulsi Energi Rendah

Proses klasik emulsifikasi yang baru saja diuraikan, membutuhkan banyak energi selama siklus
pemanasan dan siklus pendingin pada pembentuk emulsi. Dalam emulsi dimana terdapat
temperatur inversi fase, emulsi pekat tersebur sebaliknya dibuat diatas TIF-nya, yang
menghasilkan emulsi dengan ukuran tetesan yang sangat kecil.
 Peralatan Mekanik Untuk Emulsifikasi

Hampir semua metode yang digunakan memecah fase dalam menjadi tetesan-tetesan tergantung
pada “kekuatan kasar “ dan membutuhkan beberapa macam pengocokan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perceraian dari suatuti garis tengah pipa semprot, kecepatan cairan yang
diinjeksikan, kerapatan dan viskositas yang yang diinjeksikan, dan sudah tentu, tegangan
antarmuka antara kedua cairan tersebut. Tanpa melihat ukuran dan perbedaan-perbedaan kecil,
alat tersebut dapat dibagi menjadi empat kategori luas yaitu :

 Pengaduk mekanik
 Homogenisator
 Ultrasonifier
 Penggiling koloid

Faktor paling penting yang terlibat dalam pembuatan emulsi adalah derajat shear dan turbulensi
yang diperlukan untuk menghasilkan dispersi tertentu dari tetesan-tetesan cairan. Dua faktor
terakhir ditentukan oleh tipe emulsi, rasio fase, dan tipe serta konsentrasi pengemulsi.

 Pengaduk Mekanik

Suatu emulsi dapat diaduk dengan menggunakan berbagai pengaduk dengan bantalan pada ujung
tangkai, yang ditempatkan langsung ke dalam sistem yang diemulsikan, jika viksositas rendah,
pencampur sederhana dengan baling-baling pengembangan kerja rutin dalam laboratorium dan
untuk tujuan produksi.

 Homogenisator

Dalam suatu homogenisator, dispersi dari dua cairan dicapai dengan melewatkan campuran
melalui suatu lubang masuk tingggi pada tekanan tinggi. Homogenisator umumnya terdiri dari
pompa menaikan tekanan dispersi pada kisaran 500 500 psi, dan suatu lubang yang dilalui cairan
dan mengenai katup penghomogen yang terdapat pada tempat katup dengan suatu spiral yang
kuat.

 Ultrasonifie

Penggunaan energi ulltrasonik untuk menghasilkan emulsi farmasitik telah diperlihatkan, dan
banyak model ukuran laboratorium tersedia. Alat-alat trandusi piezoelektrik digunakan untuk
pembuatan emulsi cairan dalam laboratorium dengan viskositas sedang dan ukuran partikel kecil.

 Penggiling Koloid

Homogenisator dan peralatan ultrasonik tergantung pada perubahan tekanan tiba-tiba yang
mempengaruhi dispersi cairan.

Sebaiknya penggiling koloid melaksanakan prinsip shear tinggi, yang secara normal digerakan
antara rotor dan stator dari penggiling tersebut. Penggiling koloid terutama digunakan untuk
mengecilkan zat padat dan untuk mendispersi suspensi yang mengandung zat padat yang sedikit
di basahi , tetapi juga berguna untuk pembuatan emulsi yang relatif kental.

 Emulsi Spontan

Emulsifikasi spontan terjadi bila suatu emulsi di bentuk tanpa penggunaan pengadukan luar
apapun. Mikroemulsi biasa terbentuk secara serentak, tetapi tidak semua emulsi spontan
transparan. Fenomena emulsifikasi spontan dapat diamati bila setetes minyak di tempatkan pada
larutan air dari suatu pengemulsi, dalam hal mana antarmuka menjadi tidak stabil dan
menghasilkan pembentukan tetesan-tetesan halus.

 Aspek Produksi

Dalam produksi rutin pembuatan emulsi biasanya digunakan ketel, pengaduk, dan alat-alat
seperti itu. Pemilihan alat diperdagangan untuk produksi emulsi sebagian didasarkan pada
kapasitas produksi dan persyaratan-persyaratan kekuatan untuk berbagai tipe alat.

 Pembentukan Busa Selama Pengocokan

Selama pengocokan atau pemindahan suatu emulsi, busa bisa terbentuk. Pembentukan busa
terjadi karena surfaktan yang melarut dalam air, yang dibutuhkan untuk emulsifikasi, umumnya
juga mengurangi tegangan permukaan antarmuka udara-air. Untuk memperkecil atau
meminimumkan pembentukan busa, emulsifikasi harus dilaksankan dalam sistem tertutup dan
atau di bawah vakum.

Contoh-contoh praktis

Beberapa formula pilihan yang telah di publikasi dalam literatur diutamakan dibawah.
Formmula-formula ini belum disiapkan oleh pengarang, juga belum diperiksa kestabilan atau
keamananya.

1. Tolok Ukur Kimia


1. Stabilitas Kimia

Ke-inert-an adalah suatu persyaratan absolut dan hampir nyata untuk bahan-bahan emulsi.
Penting diketahui bahwa sifat bahan kimia dari semua konstituen emulsi dimengerti sebelum di
buat pemilihan untuk preparat tertentu.

B. Keamanan

Keamanan dan klirens toksikologis dari senyawa-senyawa emulsi farmasi dan kosmetik
merupakan persyaratan muthlak. Perlu bagi pembuat untuk sangat tergantung pada informasi
toksikologis dari penyalur atau dalam literatur ilmiah, dan pada aktivitas pengaturann oleh
badan-badan pemerintah.
 Pilihan Dari Fase Lemak

Bahan-bahan yang membentuk bagian minyak dari suatu emulsi dan jumlah relatifnya di
tent.ukan terutama dengan penggunaan akhir dari produk tersebut.

 Perbandingan \fase

Perbandingan fase dalam dengan fase luar seringkali ditentukan oleh kelarutan zatb aktif, yang
harus terdapat pada suatu tingkat efektif secara farmakologis. Emulsi cair dapat di hasilkan dari
tingkat fase dalam yang rendah, sedangkan emulsi yang lebih berat merupakan hasil dari
presentase fase dalam yang lebih tinggi.

 Pemilihan zat pengemulsi

Umumnya dibedakan dalam tiga golongan besar zat pegemulsi yaitu : surfaktan, koloid
hidrofilik, dan zat padat yang terbagi halus. Golongan pengemulsi tertentu dipilih terutama
berdasarkan stabilitas shelf-life yang di kehendaki, tipe emulsi yang diinginkan, dan biaya
penelmusi.

 Pemilihan surfaktn

Jumlah surfaktan yang disediakan untuk membentuk emuls sangat besar, sehingga tidak mungkin
untuk menguraikanya. pemilihan pengemulsi, griffin pada tahun 1947 mengembangkan sistem
keseimbangan Hidrofilik-lipofilik (KHL) dari surfaktan. KHL yang dibutuhkan untuk
mengemulsi minyak tertentu dalam air dapat ditentukan dengan metode coba dan ralat yakni
dengan membuat emulsi yang t pat dengan membuat emulsi yang tepat dengan pengemulsi yang
mempunyai kisaran harga-arga KHL, dan kemudian tentukan nilai KHL yang menghasilkan
emulsi terbaik. Umumnya dianggap bahwa penmgemulsi yang lebih hidrofilik cenderung
membentuk emulsi m/a, sednagkan surfaktan-surfaktan yang lebih nonpolar cenderung
membentuk a/m.

 Pemilihan Pengemulsi Tambahan padatan

Zat yanng terbagi halus ternyata merupakan pengemulsi yang baik, terutama bila di
kombinasikan dengan surfaktan dan atau makroolekul yang meningkatkan viskositas.

 Koloid Hidrofilik

Polimer yang peka terhadap air mempunyai beberapa kegunaan sebagai pengemulsi utama.
Tetapi polimer-polimer tersebut adalah sebagai pembantu pengemulsi da sebagai zat pengental.

 Pertimbangan Formulasi spesifik konsistensi

Bila emulsi dan pengemulsi yang diinginkan telah dipilih, maka konsistensi yang memberikan
kestabilan yang di kehendaki, namun mempunyai karateristik aliiran yang sesuai harus dicapai.
Viskoositas emulsi di pengaruhi oleh perubahan komposisi sehubungan dengan generalisasi
berikut :

1. Adanya hubungan linear antara viksositas emulsi dan viksositas fase kontinu.
2. Makin besar volume fase dalam, makin besar pula viksositas nyatanya.
3. Untuk mengatur vikspsitas emulsi, tiga faktor interaksi harus di pertimbangakan oleh
pembuat fomula.
4. Biasanya viksositas emulsi meningkat dengan meningkatnya umur sediaan tersebut.

 Emulsi jernih

Umumnya pertimbangan yang dapat di terapkan untuk emulsi yang tidak tembus cahaya
berhubungan dengan pembuatan-pembuatan emulsi jernih. Mikroemulsi kosmetik dan farmasetik
biasanya tidak menggunkan larutan pembantu yang di perlukan untuk mikroemulsi yang lebih
klasik dan minat teoritas.

 Pemilihan Pengawet Antimikroba

Emulsi seringkali mengandung sejumlah bahan seperti karbohidrat, protein, sterol, dan fostafida
serta semua bahan yang menunjang pertumbuhan berbagai mikroorganisme. Akibat pemasukan
suatu pengawet merupakan hal yang diperlukan dalam proses formulasi. Sisitem pengawet
sebagian besar bahan formulasi harus memenuhi kriteria umum seperti toksisitas rendah ke
stabilan pada pemanasan dan penyimpanan, dapat bercampur secara kimia, biaya yang pantas, da
rasa dan bau yang bisa diterima. Masalah kompleks timbul bila pengawet berinteraksi dengan
salah satu bahan emulsi, interaksi ini dapat menginaktifasi pengawet terebut. Selain itu juga ada
beberapa faktor yang mempengaruhi yatitu, Ph. Ph di kenal menghasilkan pengaruh besar pada
kemampuan pengawet asam atau fenol untuk mengganggu pertumbuhan bakteri.

 Pemilihan |Antioksidan

Banyak senyawa organik mudah mengalami autoksidasi bila dipaparkan ke udara, dan lemak
yang mudah teremulsi terutama peka terhadap serangan. Banyak obat yang bisa di gabungkan ke
dalam emulsi mudah menghasilkan penguraian. Autoksidasi adalah suatu oksidasi rantai radikal
bebas, oleh karena itu rantai ini dapat meghambat dengan adany oksigen, oleh pemecah rantai
radikal bebas atau oleh suat zat pereduksi. contoh autoksida yaitu, asam galat ( L-Tokoferol ),
propil galat ( Hidroksitulen turbitulasi), dan asam askorbat ( hidroksianol terbutilasi).
 Rekomendasi tambahan

Dalam pengembangan emulsi di laboratorium, adalah iasa untuk membuat suatu fase minyak
yang mengandung semua bahan yang larut dalam minyak, dan untuk memanaskan pada kira-kira
sampai 100 diatas titik leleh dari bahan yang mempunyai titik leleh dari bahan yang mempunyai
titik leleh yang paling tinggi. Dalam pembuatan emulsi m/a anionik atau kationik, biasanya
ditambahkan fase minyak ke fase air, walaupun beberapa ahli teknik memilih teknik inversi,
yakni penambahan fase air ke minyak. Bila suatu emulsi dibentuk pada temperatur yang
dinaikkan, hilangnya air karena pembentukan harus dibentuk.

 Komponen untuk emulsi

Komponen emulsi dapat di golongkan menjadi 2 macam :

1. Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat di dalam emulsi,
terdiri atas
1. fase dispers/fase internal/fase diskontinu/fase terdispersi/ fase dalam, yaitu zat
cair yang terbagi – bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain.
2. fase eksternal/fase kontinu/fase pendispersi/fase luar, yaitu zat cair dalam emulsi
yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan pendukung) emulsi tersebut.
3. emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
2. komponen tambahan, adalah bahan tambahan, adalah bahan tambahan yang sering di
tambahkan ke dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen
saporis, odoris, colouis, I pengawet (preservative) dan anti oksidan.

Pengawet yang sering di gunakan dalam sediaan emulsi adalah metal,etil,propil, dan butyl-
paraben, asam benzoate dan senyawa ammonium kuarterner.

Antioksidan yang sering di gunakan antara lain asam askorbat (vitamin c), tokoferol, asam sitrat,
propil galat, dan asam galat.
DAFTAR PUSTAKA

http://fitriaabdullah.wordpress.com/2012/02/01/emulsi/

http://www.slideshare.net/vichalamoki/makalah-emulsi

Anda mungkin juga menyukai