Byzan
Byzan
Denah:
* segi empat polygonal, yang ditutup dengan atap kubah dan kubah kecil
mengelilingi kubah utama, sehingga bentuknya memusat serta simetris.
* sayap pendek yang sama pasa setiap sisinya, mengambi bentuk cross.
Dinding:
* Memakai bahan bata, dan dibagian dalam (interiornya) dilapisi dengan mosaic
yang terbuat dari pualam warna-warni yang menggambarkan ajarannya.
Bukaan Pintu dan Jendela:
* Busur ½ lingkaran dipakai untuk menunjang galery dan bukaan pada pintu dan
jendela
* Jendela-jendela kecil ½ lingkaran mengelilingi dasar kubah (pendetive)
Atap:
Sky Line:
Karakter Arsitektur
Salah satu segi terpenting bagi kota baru Konstantinopel adalah kota tersebut
bukan merupakan duplikat dari kota Roma yaitu dengan dibangun gereja Kristen
pertama Hagia Sophia serta menyelesaikan banyak gereja lainnya.
Seni dekorasi motif Mosaic yang cemerlang dan gemerlapan berkembang pesat.
Sedangkan Arsitektur bangunan bersegi banyak dengan atap kubah bermunculan
dimanapun, dibukit Yugoslavia, dilembah Rumania digurun Suria Bizantium yang
mengembangkan hirarki bentuk semacam itu.
Hasil pembangunan kota Konstantinopel, meliputi banyak bangunan antara lain 2
gedung teatre, 8 pemandian umum, 153 pemandian prbadi, 5 lumbung, 8 akuaduk,
14 gereja, 14 istana dan 4388 rumah tinggal yang cukup besar, dan masih banyak
lagi fasilitas umum, misalnya rumah sakit, pasar serta perumahan penduduk yang
tidak tercatat kota menampung sekitar 600.000 orang penduduk.
Begitu pula ketika masa Islam dipimpin oleh empat serangkai khalifah al-rasyidin,
mulai Abu Bakar hingga Ali bin Abu Thalib: masjid-masjid yang dibangun tak
bermenara. Hanya saja ada semacam ruang kecil di puncak teras masjid sebagai
tempat muazzin mengumandangkan adzan.
Tradisi membangun menara diawali oleh Khalifah Al-Walid ketika memugar bekas
basilika Santo John (Yahya) menjadi sebuah masjid besar, yang kemudian menjadi
Masjid Agung Damaskus. Pada bekas basilika tersebut tadinya terdapat dua buah
menara yang berfungsi sebagai penunjuk waktu: lonceng pada siang hari dan
kerlipan lampu pada malam hari.
Menara itu sendiri merupakan salah satu ciri khas bangunan Byzantium. Rupanya,
Khalifah Al-Walid tertarik untuk mempertahankan kedua menara tersebut. Bahkan,
kemudian ia membangun sebuah menara lagi di sisi utara pelataran masjid (tepat
di atas Gerbang al-Firdaus). Menara ini disebut Menara Utara Masjid Damaskus.
Satu tahun kemudian (706 M), Khalifah Al-Walid memugar Masjid Nabawi di
Madinah. Masjid ini tadinya tak mempunyai satu pun menara. Al-Walid lalu
memerintahkan para arsiteknya untuk membangunkan menara masjid sebagai
tempat muadzin untuk mengumandangkan azan.
Bentuk menara pada Masjid Nabawi dan menara utara Masjid Damaskus sangat
mirip, terutama pada ornamen kubah puncak menara yang ramping. Yang jelas,
pada saat itu kehadiran menara masjid masih merupakan sesuatu yang baru.
Bentuk menara seperti menara Masjid Agung Damaskus cukup populer. Bahkan,
hingga 250 tahun kemudian, bentuk menara Masjid Nabawi dan Masjid Agung
Damaskus ini juga menjadi model tipikal menara Masjid Al-Azhar yang dibangun
oleh Dinasti Fatimiyah di Kairo.
Menara berbentuk silinder ini dibuat dengan gaya yang teramat kokoh untuk
sebuah menara yang biasanya berbentuk ramping. Ribbat Shushah, sebagai kota
pelabuhan, memanfaatkan menara masjid sebagai sarana untuk melakukan
pengamatan lepas pantai dari balkon menara.
vinny imoet
saya ntuh orgnya tergtung mod ja&yg pasti tdk neko2
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.