Anda di halaman 1dari 8

DEMOKRASI

TUGAS
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Pendidikan Kewarganegaraan
yang dibina oleh Bapak Dr. Budi Handoyo, M.Si.

Oleh
Chintya Yulian Triningrum (150543604379)
Afifah Izzaturrahayu (150543601362)
Dyahayu Rofiani (150543601734)
Rohmatul Laili (150543601073)
Rama Deyanto (160534611671)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI
Februari 2018
1. Esensi Demokrasi
Esensi dari demokrasi adalah kedaulatan rakyat. Kedaulatan rakyat berarti
kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Menurut Hans Kelsen, demokrasi
adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Pelaksana kekuasaan negara
ialah wakil-wakil rakyat yang terpilih. Rakyat telah yakin kepentingan dan
kehendaknya akan diperhatikan oleh wakil rakyat dalam melaksanakan kekuasaan
negara. Dalam demokrasi, rakyat diberi kebebasan untuk berpartisipasi dalam
pemerintahan. Rakyat memiliki hak untuk memilih dan dipilih.
Esensi demokrasi tertuang dalam sila ke-4 Pancasila, yakni “Kerakyatan
yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan.” Maksud dari sila ke-4 yakni demokrasi perwakilan.
Nilai-nilai yang terkandung dalam demokrasi antara lain sebagai berikut.
1. Kebebasan, meliputi kebebasan berkelompok, berpartisipasi, dan
berpendapat
2. Kesetaraan
3. Kedaulatan rakyat
4. Kerja sama
5. Kepercayaan

2. Penerapan Demokrasi pada masa Pemerintahan Presiden-Presiden di


Indonesia
a. Soekarno
Soekarno adalah seorang pemimpin yang memiliki semangat juang tinggi
untuk menyatukan seluruh rakyat. Ada yang berpendapat bahwa Soekarno
merupakan tipe pemimpin yang demokratis dengan mengedepankan semangat
persatuan di atas kepentingan golongan, kelompok, ras, suku, maupun agama
tertentu.
Ada pula yang menilai bahwa Soekarno adalah tipe pemimpin yang
otoriter karena terkesan memaksakan kebijakan pemerintahannya kepada lembaga
legislative pada saat kepemimpinannya. Idealismenya terlihat agak otoriter karena
memaksakan keputusan dalam mengatasi krisis dengan dekrit presiden dan
mengangkat dirinya sendiri menjadi presiden seumur hidup. Pada masa
kepemimpinannya juga berganti sistem demokrasi dari demokrasi parlementer ke
demokrasi terpimpin.

b. Soeharto
Presiden Soeharto memiliki gaya kepemimpinan yang otoriter, dominan,
dan sentralistis. Sebenarnya gaya kepemimpinan otoriter yang dimiliki oleh
Almarhum merupakan suatu gaya kepemimpinan yang tepat pada masa awal
terpilihnya Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia. Hal ini dikarenakan
pada masa itu tingkat pergolakan dan situasi yang selalu tidak menentu dan juga
tingkat pendidikan di Indonesia masih sangat rendah. Namun, dirasa pada awal
tahun 1980-an dirasa cara memimpin Soeharto yang bersifat otoriter ini kurang
tepat, karena keadaan yang terjadi di Indonesia sudah banyak berubah.
Masyarakat semakin cerdas dan semakin paham tentang hakikat negara
demokratis. Dengan sendirinya model kepemimpinan Soeharto tertolak oleh
kultur atau masyarakat. Untuk tetap mempertahkan kekuasaannya Soeharto
menggunakan cara-cara represif pada semua pihak yang melawannya.
Pada masa Orde baru, gaya kepemimpinannya adalah Otoriter/militeristik.
Seorang pemimpinan yang otoriter akan menunjukan sikap yang menonjolkan
“keakuannya”, antara lain dengan ciri-ciri :
1) Kecendurangan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat
lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang
menghargai harkat dan maratabat mereka.
2) Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa
mengaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para
bawahannya.
3) Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

Presiden Soeharto juga cenderung ditampilkan sebagai seorang pemimpin


yang lebih reaktif dibanding proaktif. Ia lebih sering memberikan tanggapan atau
respon terhadap pernyataan orang lain dibanding menunjukkan
gagasan/pemikirannya sendiri. Pesan-pesan verbal sebagaimana tercakup dalam
ucapan atau pernyataan yang disampaikan Presiden Soeharto kepada berbagai
pihak lebih banyak berisi tanggapan dirinya terhadap pertanyaan, opini, sikap, dan
perilaku para pejabat dan masyarakat yang dipimpinnya
Selain itu juga Presiden Soeharto digambarkan sebagai pemimpin yang
memiliki fleksibelitas dalam melaksanakan tugas dan fungsi kepemimpinannya.
Isi pesan-pesan politiknya dari periode ke periode mengalami pasang-surut. Pada
periode awal kepemimpinannya, yakni selama masa jabatan pertama 1968-1973,
dominasi gagasan-gagasan sendiri lebih menonjol dalam pesan-pesan politik
Presiden Soeharto. Namun, pada periode pengamalan dan pematangan
kepemimpinan, yakni selama masa jabatan kedua sampai kelima 1973-1993,
dominasi gagasan-gagasan sendiri semakin menurun, dan kecenderungan ini
diimbangi dengan meningkatnya tanggapan atau respon yang ia berikan terhadap
gagasan, ucapan, dan tindakan-tindakan orang lain. Sedangkan pada periode
puncak dan akhir kepemimpinannya, yakni selama masa jabatan keenam dan
ketujuh 1993-1998, isi pesan-pesan politik Presiden Soeharto semakin didominasi
oleh tanggapan atau respon yang ia berikan terhadap gagasan, ucapan, dan
tindakan-tindakan orang lain.

c. B.J. Habibie
Habibie merupakan seorang pemimpin yang bersifat demokratik.
Pencapaian yang dimiliki beliau diantaranya adalah pelaksanaan otonomi daerah.
Dengan adanya otonomi daerah ini, berbagi macam kerusuhan yang terjadi dapat
diredam. Sejalan dengan kepemimpinannya yang demokratik tersebut, kebebasan
untuk mengeluarkan pendapat dan membentuk serikat-serikat tersendiri membawa
dampak positif untuk negara Indonesia. Tak hanya itu, Presiden Habibie juga
membebaskan para tahanan politik yang ditangkap pada masa pemerintahan
Presiden Soeharto. Tak hanya pada bidang politik, di bidang ekonomi pun
Presiden Habibie memiliki pencapaian yang fantastis. Pada akhir masa
pemerintahannya, nilai tukar rupiah terhadap dollar mencapai angka Rp. 6.500,-
per US DOLLAR.
Pemerintahan Presiden Habibie tidak semua berjalan mulus. Hal yang
cukup fatal bagi dirinya yaitu mengizinkan diadakannya referendum kdi Timor
Timur untuk memilih apakah ingin tetap bergabung dengan NKRI atau
memisahkan diri. Akibat dari hasil referendum tersebut, Timor Timor kini
memisahkan diri dan berganti nama menjadi Timor Leste. Dengan terlepasnya
Timor Timur menimbulkan banyak kontroversi di negara Republik Indonesia. Hal
ini membuat pidato pertanggung jawaban Presiden Habibie ditolak oleh MPR dan
membuat dirinya tidak mencalonkan diri pada pemilu berikutnya. Namun, dengan
lepasnya Timor Timur ada dampak positif tersendiri yang didapat oleh Indonesia
seperti bersihnya nama Indonesia dimata dunia. Hal ini karena maraknya terjadi
kasus pelanggaran HAM di Timor Timur. Selain itu, Presiden Habibie mungkin
memiliki pemikiran tersendiri mengenai Timor Timur.
Saat ini, Presiden Habibie merupakan penasehat kepresidenan dimulai pada masa
pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Hingga akhir masa kepresidenannya, Presiden Habibie selalu mengemban
tugasnya dengan baik. Kepemimpinannya yang bersifat demokratik, mampu
membawa Indonesia melalui masa-masa sulit. Sang Jenius di bidang tehnik,
mampu membawa perubahan yang sangat besar kepada negara. Sungguh beliau
merupakan kebanggaan bangsa dan merupakan seorang presiden di hormati
setelah Presiden Soekarno. Semoga di masa yang akan datang, Indonesia bisa
lebih baik lagi.

d. Abdurrahman Wahid
Presiden Abdurrahman Wahid, atau akrab disapa Gus Dur, memiliki gaya
kepemimpinan responsif-akomodatif, yang berusaha untuk mengagregasikan
semua kepentingan yang beraneka ragam, yang diharapkan dapat dijadikan
menjadi satu kesepakatan atau keputusan yang memiliki keabsahan. Gus Dur
berjasa dalam penanaman kesadaran generasi muda akan perlunya menjunjung
tinggi pluralisme dan toleransi terhadap perbedaan ras atau golongan. Dimasanya,
rakyat mulai sadar akan pentingnya penghargaan akan etnis, termasuk etnis
Tionghoa. Namun, ia juga banyak menuai kritik karena sifatnya yang berubah-
ubah, ceplas-ceplos, dan dinilai agak ngawur. Kebijakannya untuk membekukan
MPR dianggap inkonstitusional dan tidak prosedural.
e. Megawati Sukarnoputri
Presiden Megawati Soekarno Putri memiliki gaya kepemimpinan
antikekerasan. Di masa pemerintahannya tidak terjadi banyak kasus besar atau
konflik yang melibatkan massa. Ia memiliki andil dalam perbaikan fasilitas dan
institusi kepolisian. Megawati merupakan sosok yang cukup demokratis, namun
juga dikenal sebagai pribadi yang tertutup dan cepat emosional. Ia alergi pada
kritik. Komunikasinya didominasi oleh keluhan dan uneg-uneg, nyaris tidak
pernah menyentuh visi, misi, atau kebijakan publik yang ia ambil. Pemerintahan
Megawati minim prestasi. Ia juga dikritik atas penjualan saham beberapa BUMN
serta aset-aset penting negara.

f. Susilo Bambang Yudhoyono


Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, terjadi
banyak kemajuan di berbagai bidang. Hal ini dikarenakan kemajuan teknologi dan
kebebasan berpendapat. Namun, terdapat beberapa kemunduran juga. Kita tidak
dapat melihat kesuksesan suatu pemerintahan hanya dengan satu pandangan. Kita
harus memandang dari berbagai sisi. Jika dibandingkan dengan pemerintahan
pada masa Orde Baru, memang dalam beberapa bidang terlihat kemunduran.
Tetapi bisa saja hal ini dikarenakan pada masa Orde Baru kebebasan pers
dikekang sehingga bagian buruk pada Orde Baru tidak terlihat.
Di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, musyawarah mufakat
diutamakan. Sehingga pengambilan kebijakan terkesan lambat. Meski begitu,
musyawarah mufakat ini dilakukan untuk kepentingan bersama. Sehingga dapat
dikatakan, pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono telah cukup
berkembang dibandingkan masa-masa sebelumnya dalam hal demokrasi.
Sisi lain dari pemerintahan SBY adalah penegakan supremasi hukum.
Penegakan supremasi hukum dilakukan agar Indonesia memiliki kepastian
hukum. Berbagai upaya penegakan hukum ini dapat kita jumpai pada pengusutan
kasus korupsi yang melibatkan pejabat negara, anggota DPR, dan berbagai kasus
lain. Perang terhadap narkoba juga gencar dilakukan oleh aparat penegak hukum.
Pemerintah lewat kebijakan penegakan hukum telah dapat mengembalikan
kepercayaan rakyat untuk menyerahkan mandat pemerintahan kepada eksekutif,
sehingga dalam periode kepemimpinan SBY ini masyarakat lebih memandang
bahwa pemerintah serius dalam menangani masalah perekonomian yang
berdampak pada peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat

g. Joko Widodo
Gaya kepemimpinan seorang Joko Widodo memang tergolong unik, sebab
orang-orang menyebutkan bahwa ia memiliki sebuah gaya kepemimpinanyang
lain dari pada yang lain. Banyak masyarakat yang menginginkan sebuah
perubahan dalam hal kepemimpinan bangsa ini, dan Jokowi pun hadir ditengah
tengah masyarakat dengan citra sebuah pemimpin yang sangat peduli dengan
kaum kelas bawah dan sangat peduli dengan rakyat kecil. Banyak masyarakat
Indonesia menggantungkan perubahan bangsa ini pada sosok Joko Widodo.
Konsep kepemimpinan Jokowi adalah servant, dimana dalam konsep
kepemimpinan ini
Pemimpin adalah menjadi seorang pelayan, dimana yang dimaksud adalah
Jokowi secara langsung terjun kedalam kehidupan masyarakat dan mengetahui
bagaimana nasib dan keluhan yang mereka alami saat ini. Meski demikian,
kepemimpinan Joko Widodo bukan tanpa cela. Kerap kebijakannya menuai
kontroversi. Misalnya, kebijakan menaikkan harga BBM. Ada pula pihak yang
menilai bahwa Joko Widodo disetir oleh partai yang mengusungnya.

3. Nilai Demokrasi yang Perlu Dikembangkan


a. Kepercayaan
Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah cenderung rendah.
Hal ini dikarenakan banyak terjadi penyimpangan oleh pemerintah yang
merugikan rakyat. Terlebih dengan maraknya kasus korupsi di Indonesia dan
pemerintah yang terkesan kebal hukum menjadikan rakyat semakin tidak percaya
kepada pemerintah. Untuk memperoleh kepercayaan masyarakat, seharusnya
kejujuran lebih ditegakkan.
b. Menghargai pendapat orang lain.
Salah satu hal yang perlu dikembangkan adalah sikap menghargai
pendapat orang lain karena sekarang banyak orang yang tidak bisa menerima
pendapat dari orang lain, kemudian secara sepihak menganggap pendapat sendiri
dan pendapat golongannya yang benar dan menyepelekan pendapat dari orang
lain.

c. Menjunjung Tinggi Hukum.


Hukum di Indonesia juga belum bisa sepenuhnya ditegakkan. Padahal
Indonesia merupakan negara hukum. Namun hukum sering kali berat sebelah.
Hukum menjadi lemah di hadapan orang yang berkuasa dan kaum kapitalis.
Hukum di negara ini seakan-akan bisa dibeli dengan uang.

d. Toleransi
Nilai demokrasi di masa sekarang yang harus dikembangkan adalah
toleransi antarumat beragama. Negara Indonesia memiliki masyarakat yang plural
sehingga rawan terjadi gesekan karena perbedaan, apalagi bila perbedaan tersebut
adalah perbedaan agama. Indonesia dikenal dengan negara yang toleran dan hal
ini perlu dikembangkan agar tercipta masyarakat yang damai.

Anda mungkin juga menyukai