Skripsi
Disusun oleh :
08/268224/KU/12837
FAKULTAS KEDOKTERAN
YOGYAKARTA
2012
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
yang berjudul “Hubungan Stres Pasca Bencana Dengan Kualitas Hidup Korban
Dalam menyusun proposal skripsi ini, peneliti telah mendapat banyak arahan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima
kasih kepada:
ii
arahan, motivasi, dan bimbingan selama penyusunan skripsi ini dari BAB I-
III.
7. Seluruh staf, dosen, dan administrasi PSIK FK UGM yang telah memfasilitasi
8. Kepada kedua orang tua tercinta (Rr. Sri Suwasti, dan Alm. Drs. M. Noer
11. Teman-teman PSIK 2008 yang telah membantu dan memberikan semangat
12. Semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa peneliti
sebutkan satu-persatu.
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan
skripsi ini.
Penulis
iii
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA 58
LAMPIRAN …………………………………………………………………..64
Kuesioner Karakteristik Responden...................................................68
Instrumen PTSD PCL-C.....................................................................70
Kuesioner Kualitas Hidup Short-Form 36..........................................72
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
INTISARI
Latar belakang: Bencana merupakan salah satu faktor penyebab yang dapat
menimbulkan stres pada seseorang yang dapat mempengaruhi kualitas hidup
pada individu tersebut, bisa berupa masalah kesehatan fisik ataupun masalah
kesehatan mental.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stres pasca
bencana dengan kualitas hidup seseorang dalam kaitannya dengan korban pasca
erupsi Merapi di Kelurahan Umbulharjo Cangkringan.
Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dan
merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan Cross sectional. Penelitian
ini dilaksanakan di dusun Pelemsari dan Dusun Pangukrejo di Kelurahan
Umbulharjo Cangkringan Sleman Yogyakarta. Instrumen yang di gunakan
adalah instrumen karakteristik responden, instrumen stres bencana Post
Traumatik Stress Disorder Check List Civilian Version, dan instrumen kualitas
hidup short form 36. Metode pemilihan sample dengan menggunakan rumus dari
Nursalam dengan jumlah sample sebanyak 67 orang dewasa. Analisis data
menggunakan Test of Normality Kolmogrov-Smirnov,dan Spearman.
Hasil: Analisis korelasi menunjukkan ada korelasi atau hubungan yang
bermakna antara stres pasca bencana dengan kualitas hidup korban pasca erupsi
merapi pada orang dewasa di Kelurahan Umbulharjo Cangkringan (p = <0,05).
Secara umum tingkat stres yang dialami korban pasca erupsi merapi adalah stres
sedang (50,75%), (26,86%) mengalami stres tinggi, dan (20,90%) mengalami
stres rendah. Kualitas hidup secara umum pada korban pasca erupsi merapi
menunjukkan kualitas hidup yang buruk (53,73%), dan (46,27%) menunjukkan
kualitas hidup yang baik.
Kesimpulan: Ada hubungan yang bermakna antara stres pasca bencana dengan
kualitas hidup korban pasca erupsi Merapi di Kelurahan Umbulharjo
Cangkringan.
Kata kunci: Stres, kualitas hidup, pasca bencana
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.
2
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.
ix
ABSTRACT
Background: The disaster is one of the factors that can cause stress on a person
who can affect the quality of life of the individual, can include physical health
problems or mental health problems.
Purpose: This study aims to determine the post-disaster stress relationship with
quality of life in relation to the victim after the eruption of Merapi in
Umbulharjo Cangkringan.
Methods: This study is a type of non-experimental research and a quantitative
study with cross sectional design. The research was conducted in Pelemsari
Village and Pangukrejo Village of Umbulharjo Cangkringan Sleman
Yogyakarta. The instruments are in use is the instrument characteristics of the
respondents, the instrument of disaster stress Post Traumatic Stress Disorder
Check List Civilian Version, and the instrument's quality of life short form 36.
Sample selection method by using the formula of Nursalam by the number of
sample as many as 67 adults. Analysis of data using the Test of Normality
Kolmogrov-Smirnov,and Spearman.
Results: Correlation analysis showed a correlation or a significant association
between post-disaster stress the quality of life of the victim after the eruption of
Merapi in adults in the Village Umbulharjo Cangkringan (p = <0.05). In general,
the level of stress experienced by victims of post-eruption of Merapi is the
medium stress was (50.75%), (26.86%) had a high stress, and (20.90%) had low
stress. Quality of life in general on the victim after the eruption of Merapi
showed poor quality of life (53.73%), and (46.27%) showed good quality of life.
Conclusion: There was a significant association between post-disaster stress
procure quality of life for victims of post-eruption of Merapi in the Village
Umbulharjo Cangkringan.
Keywords: stress, quality of life, post-disaster
1
The Student of Nursing Science Program Medical Faculty Gadjah Mada
University Yogyakarta.
2
The Lecturer of Nursing Science Program Medical Faculty Gadjah Mada
University Yogyakarta.
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gunung Merapi merupakan gunung berapi aktif yang sering kali meletus
tiap beberapa tahun sekali. Gunung ini terletak diperbatasan paling utara Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan Provinsi Jawa Tengah. Terakhir gunung ini
meletus tanggal 26 Oktober 2010 dan hingga lebih dari sebulan setelah meletus
Bencana (BNPB, 2011). Status awas ini menandakan gunung masih berbahaya
untuk didekati.
Maarif mengatakan bahwa korban meninggal dunia akibat bencana akibat erupsi
gunung Merapi di DIY dan Jawa Tengah berjumlah 116 orang, yang terdiri dari
Boyolali dan 2 korban di daerah Klaten Jawa Tengah. Korban yang terkena luka-
luka berjumlah 218 orang yang terdiri dari 147 orang yang berasal dari Sleman,
57 orang berasal dari Klaten dan 14 orang yang berasal dari daerah Magelang.
Jumlah pengungsi mencapai 198 ribu orang meliputi daerah Sleman sebanyak 56
ribu, di daerah Magelang 64 ribu, di daerah Klaten 40 ribu dan di daerah Boyolali
serta mata pencaharian. Keadaan tersebut dapat menjadi pemicu stres pada
seseorang. Stres muncul karena reaksi tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan
1
mental atau beban kehidupan). Stres dapat mengakibatkan berbagai masalah pada
Stimulus yang membuat stres pada seseorang dianggap sebagai suatu sistem
nonspesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya (Hawari, 2001). Istilah stres
menurut Spencer, et.al. menunjukkan adanya tekanan atau kekuatan pada tubuh;
dalam psikologi dikenal dengan istilah stres; sedangkan sumber stres disebut
stresor (Sukmono, 2009). Pada gejala stres, gejala yang dikeluhkan penderita
cukup banyak yang bersifat positif, hal tersebut disebut sebagai eustres (Hawari,
2001).
Dalam batas tertentu, stres dapat membantu kita untuk tetap aktif dan
waspada. Akan tetapi, stres yang berlangsung lama dapat melebihi kemampuan
kita untuk mengatasinya dan menyebabkan distres emosional seperti depresi, atau
kecemasan, atau keluhan fisik seperti kelelahan, meningkatnya asam lambung dan
tetapi tidak semua orang mampu menangani stresor atau melakukan adaptasi.
Kegagalan beradaptasi akan menimbulkan stres pada individu yang nantinya akan
2
Definisi kualitas hidup menurut Batsi (2008) adalah persepsi individu
terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang
ada yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan juga perhatian. Kualitas
perbandingan yang memuaskan antara diri sendiri dan orang lain (Walker, 2005).
telah diketahui jumlah korban sebanyak 47 orang, 37 orang korban berasal dari
Dusun Pelemsari, 2 orang dari Dusun Plosorejo, 3 orang korban dari Dusun
Plosokerep, 2 orang dari Dusun Pangukrejo, 1 orang dari Dusun Grogol, dan 1
orang korban lagi dari Dusun Karangkendal. Dua dusun yaitu Dusun Pelemsari
dan Dusun Pangukrejo mengalami dampak yang cukup parah akibat erupsi
Korban yang meninggal pada kedua dusun tersebut, Dusun Pelemsari dan
rumah sudah rata dengan tanah bahkan ternak yang dimiliki oleh warga juga
tidak bisa diselamatkan. Sekarang ini warga Dusun Palemsari dan Pangukrejo
bertempat tinggal di selter yang atapnya terbuat dari seng dan dinding yang
terbuat dari anyaman bambu. Peneliti juga telah mengadakan wawancara kepada 4
warga Dusun Pelemsari mengenai stres akibat bencana dan penurunan kualitas
3
hidup. Peneliti menggunakan Kuesioner Post Traumatik Stress Disorder Check
List Civilian Version (PTSD PCL-C) untuk stres dan beberapa pertanyaan dari
Kuesioner Quality of Life. Dari hasil wawancara dari keempat warga tersebut 3
orang mengalami stres dan penurunan kualitas hidup yang hasilnya diukur
yang sudah dilakukan oleh peneliti tersebut, merupakan bahan penelitian yang
menarik untuk diteliti yakni mengenai apakah ada keterkaitan stres akibat erupsi
hubungan antara stres dengan kualitas hidup korban pasca bencana erupsi
2. Tujuan Khusus
Kelurahan Umbulharjo.
D. MANFAAT
1. Manfaat teoritis
4
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang stres
2. Manfaat praktis
b. Bagi masyarakat
E. KEASLIAN PENELITIAN
5
adalah tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan sosial
kuisioner kualitas hidup yaitu Short Form 36 yang disusun oleh Ware
pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu stres bencana,
6
menggunakan Short Form 36 yang disusun oleh Ware (1994) dengan
ini yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada variabel terikatnya
7
Kualitas Hidup Anak disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori.
Instrumen Prestasi Belajar didapatkan dari nilai rapor dan buku laporan
dengan prestasi belajar pada saat tiga tahun pasca gempa pada murid
dengan penelitian ini yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada
prestasi belajar. Lokasi penelitian yang akan diambil oleh peneliti yaitu
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. STRES
a. Pengertian
sebagai keadaan internal yang diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau dari
1984). Menurut Markam et.al (2004), stres merupakan keadaan fungsi tubuh dan
Stres dapat terjadi akibat adanya situasi dari luar ataupun dari dalam diri
Stress merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, bahkan
seperti merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri (Martam, 2009). Stres bisa
cenderung mendapatkan stres fisik dan psikologis, namun individu tersebut dapat
stres psikologik yang berada diluar ambang rentang normal pengalaman manusia,
misalnya perkosaan, kecelakaan lalu lintas, perang, dan bencana alam. Kejadian
9
tersebut dapat membuat seseorang menjadi impulsif, menghindari aktifitas yang
eustress yaitu hasil dari stres yang berespon sehat, positif, dan konstruktif atau
bersifat membangun. Stres tidak perlu selalu dilihat sebagai hal negatif. Dalam hal
tertentu, stres memiliki dampak positif. Eustress adalah stres dalam arti positif
performance yang tinggi. 2) distress, merupakan stres yang berlebihan yang akan
berpengaruh buruk karena akan mempengaruhi pikiran, emosi, prilaku, dan fisik.
Hal ini terjadi bila alam bergolak sangat berat: badai, kebakaran, gempa
mereka yang sangat dicintai dan dekat dengan yang bersangkutan. Halangan
10
persaingan yang terlalu tajam atau ketat, perubahan zaman yang terlalu cepat,
(Setyonegoro, 2005).
beberapa cara yaitu; dengan menghadapi masalah tersebut, minta nasehat dari
Faktor-faktor yang dapat mengurangi stres ada tiga macam yaitu antara
lain :
dialami. Ada tiga hal yang harus dimiliki oleh individu yaitu:
11
b). Berani melakukan perubahan
Individu tidak boleh terpaku pada kondisi mereka saat ini saja tetapi
2). Optimisme
pada kesehatan yang lebih baik misalnya, pasien yang memiliki fikiran
lebih pesimis maka selama masa sakitnya akan lebih menderita dan
sikap optimis pada seseorang. Hal tersebut akan mendorong tekad dan
yang memiliki resistensi yang tinggi maka akan memiliki hidup yang lama
12
membantu mengurangi dan menghilangkan stres. Saat berbicara dengan
(Mendatu, 2010).
e.Teori Adaptasi
terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan
interdependensi selama sehat dan sakit. Potter, et.al (2005) mengatakan seluruh
menggunakan Post Traumatik Stress Disorder Check List Civilian Version (PCL-
C) yang disusun oleh Trachman (2010). PCL-C digunakan sebagai alat untuk
mengukur tingkat stres pada individu korban bencana yang terdiri dari 17 item
dikatakan stres akut jika gejala yang muncul dialami lebih dari 1 bulan, PTSD
akut jika gejala yang di alami 1-3 bulan, dan PTSD kronis jika gejala yang
13
muncul dialami lebih dari 3 bulan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Trachman (2010) instrumen PTSD PCL-C masih dapat digunakan setelah 2 tahun
pasca bencana, hal demikian telah dilakukan oleh peneliti tersebut saat meneliti
2. KUALITAS HIDUP
a. Pengertian
posisi mereka dalam kehidupan pada konteks budaya dan sistem nilai dimana
mereka hidup dan dalam hubungannya dengan tujuan, harapan, standar, dan
perhatian mereka. Konsep yang luas tersebut yang mempengaruhi keadaan yang
pada keadaan yang dialami yang kemudian dibandingkan dengan persepsi ideal
yang mungkin dapat dicapai oleh individu tersebut (Halim, et.al. 2003). Kualitas
hidup ditunjukkan dengan adanya perasaan sejahtera dan penuh kepuasan sebagai
hasil dari faktor-faktor yang terdapat di lingkungan eksternal dan internal dari
Konsep kualitas hidup menurut Ware (1994) mencakup dua aspek, yaitu aspek
kesehatan fisik (fungsi fisik, keterbatasan peran oleh masalah kesehatan fisik,
nyeri tubuh, dan kesehatan umum) dan aspek mental (vitalitas, fungsi sosial,
14
keterbatasan peran oleh masalah emosi, dan kesehatan mental umum), yang terdiri
2) Fungsi sosial yang merupakan derajat dalam hal keterbatasan kesehatan atau
3) Nyeri tubuh merupakan intensitas dan pengaruh nyeri terhadap kerja normal,
15
c. Hubungan Kualitas Hidup dengan Kesehatan
kualitas hidup yang baik akan membuat seseorang merasa lebih sehat (Renwick,
et.al. 1996).
fungsional, serta bebas dari kesakitan atau nyeri. Secara umum, sehat lebih
kualitas hidup tidak berhubungan denga sesuatu yang nyata, hanya pada saat
apa yang dimaksud dalam kualitas hidup, maka kualitas hidup dapat dihubungkan
kebebasan untuk memilih. Sementara itu, beberapa faktor yang terbukti sangat
kuat dan spesifik pada masing-masing individu adalah keluarga dan teman,
16
Menurut Barlow (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
kesehatan seseorang dapat dibagi menjadi dua kategori berikut (Renwick et al.
1996).
sosial, budaya , politik, dan negara. Lingkungan ini lebih banyak memberi
somatik, kecelakaan, dan faktor lain yang relatif tidak dapat diubah. Faktor
Salah satu instrumen kualitas hidup yaitu instrumen kualitas hidup Short
Form 36 (SF-36) yang disusun oleh Ware pada tahun 1994. SF-36 ini ditujukan
untuk mengetahui kualitas hidup secara umum pada seseorang yang terdiri dari 36
17
item pertanyaan (Ware, 1994). Kategori penilaian SF 36 dibagi menjadi dua yaitu
baik atau buruk. Skor kualitas hidup rata-rata adalah 60, dibawah skor tersebut
kualitas hidup dinilai kurang baik dan nilai skor 100 merupakan tingkat kualitas
3. BENCANA
a. Pengertian
dimana pada kasus emergensi pasien bersifat individual, sedangkan pada bencana
kasus bersifat massal (mass casualty). Bencana medik adalah kejadian yang
melibatkan kasus massal, yang mana diluar jangkauan sumber daya tersedia untuk
disebabkan oleh alam atau ulah manusia yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau
Bencana alam adalah peristiwa yang disebabkan oleh gejala alam, seperti
gunung meletus, tanah longsor, banjir, gelombang pasang, angin ribut, dan banjir
lahar. Bencana alam dapat mengakibatkan korban, kerugian harta benda, dan
Bencana dapat diakibatkan oleh dua hal, yaitu bencana internal (Internal
Disaster) yaitu bencana yang menimpa pelayanan kesehatan seperti rumah sakit,
sampai pelayanan di rumah sakit. Bencana internal dapat terjadi bila telah terjadi
18
kerusakan fisik, infrastruktur, padamnya listrik, kesulitan penyediaan air bersih,
tidak lengkapnya SDM, persediaan obat tidak mencukupi, logistik tidak cukup
(Suryono, 2006).
b.Jenis-jenis bencana
masal adalah:
Sinila Dieng), dan j) Benturan meteor atau asteroid pada planet bumi.
Menurut Suarti, et.al (2007), gunung api meletus akibat magma di dalam
perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi atau karena
gerakan lempeng bumi, tumpukan tekanan dan panas cairan magma. Letusannya
membawa abu dan batu yang menyembur dengan keras, sedangkan lavanya bisa
Dampak dari hasil gunung api antara lain; gas vulkanik, lava dan aliran
pasir serta batu panas, lahar, tanah longsor, gempa bumi, abu letusan, awan panas
19
(Piroklastik) dan masih banyak lagi. Gas vulkanik adalah gas-gas yang
dikeluarkan saat terjadi letusan gunung api. Gas-gas yang dikeluarkan antara lain
Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen (N2) yang membahayakan bagi manusia
(BNPB, 2011).
permukaan melalui kawah gunung api. Lava encer mampu mengalir jauh dari
sumbernya mengikuti sungai atau lembah yang ada, sedangkan lava kental
Lahar juga merupakan salah satu ancaman bagi masyarakat yang tinggal di
lereng gunung api. Lahar adalah banjir bandang di lereng gunung yang terdiri dari
berupa lahar panas atau lahar dingin. Lahar panas berasal dari letusan gunung api
yang memiliki danau kawah, dimana air danau menjadi panas kemudian
bercampur dengan material letusan dan keluar dari mulut gunung. Lahar dingin
atau lahar hujan terjadi karena percampuran material letusan dengan air hujan di
sekitar gunung yang kemudian membuat lumpur kental dan mengalir dari lereng
gunung. Lumpur ini bisa panas atau dingin (Suarti, et.al. 2007).
Awan panas adalah hasil letusan gunung api yang paling berbahaya karena
tidak ada cara untuk menyelamatkan diri dari awan panas tersebut kecuali
melakukan evakuasi sebelum gunung meletus. Awan panas bisa berupa awan
panas aliran, awan panas hembusan dan awan panas jatuhan. Awan panas aliran
adalah awan dari material letusan besar yang panas, mengalir turun dan akhirnya
20
mengendap di dalam dan di sekitar sungai dan lembah (BNPB, 2011). Awan
panas merupakan campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala
ukuran) terdorong kebawah akibat densitas yang tinggi dan merupakan adonan
yang jenuh menggulung secara turbulensi yang menyusuri lereng. Selain suhunya
sanggat tinggi antara 300 sampai 700 derajat celcius, kecepatannya pun sanggat
tinggi berkisar 70-90 km per jam, tergantung kemiringan lereng (BNPB, 2010).
Abu letusan gunung api adalah material letusan yang sangat halus. Karena
gangguan kerja mesin dan kendaraan bermotor, kerusakan atap, kerusakan ladang
dan lingkungan sekitar, dan kerusakan infrastruktur seperti jalan dan bandar
c. Fase-fase Bencana
Menurut Santamaria (1995) cit. Arina (2006) ada 3 fase dalam terjadinya
suatu bencana,
21
impact ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan bantuan-bantuan
darurat dilakukan.
dari fase darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali
pada fungsi komunitas normal. Secara umum dalam fase postimpact ini
a) Korban primer, yaitu semua orang yang berada di daerah bencana yang
harta benda.
c) Korban tertier, yaitu semua orang yang berada di luar daerah bencana,
d. Dampak-dampak Bencana
22
Pengaruh trauma dan bencana mungkin bermacam-macam dengan
pengalaman yang baru terjadi yang mengingatkan orang pada kejadian lampau.
lingkungan yang dipengaruhi kejadian traumatik. Pada bagian ini kita menguji
respon psikiatrik, psikologis dan konsekuensi prilaku pada trauma dan bencana
pasangan hidup, anak atau orang di sekeliling. Selain itu, bencana juga dapat
sosial dan tingkah laku dari seseorang, serta dapat membuat perubahan yang besar
perubahan perilaku, marah, panik, kacau dan trauma. Perubahan perasaan dapat
ditandai dengan munculnya rasa cemas akan masa depan, sedih, tertekan, putus
asa, tidak berdaya, dan mudah tersinggung. Adapun perubahan dalam berpikir
ditandai dengan mudah lupa dan sulitnya memusatkan perhatian (Purnomo, et.al.,
2010).
23
4. DEWASA
Menurut Yusuf (2006) klasifikasi usia dewasa dibagi menjadi tiga yaitu: 1)
masa dewasa awal, yaitu usia 21 sampai 40 tahun, 2) masa dewasa pertengahan
yaitu usia 40 sampai usia 59 tahun, dan 3) masa dewasa akhir yaitu pada usia
diatas 60 tahun. Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan
masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan
perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru
(Andranita, 2008).
kehidupan dan merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan
ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam
kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru manusia (Yusuf, 2006).
Sedangkan masa dewasa ahir adalah periode penutup dalam rentang hidup
seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang di
tandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin
B. LANDASAN TEORI
Bencana ada dua macam yaitu bencana non alam dan bencana alam.
Bencana non alam adalah bencana yang terjadi akibat ulah manusia misalnya
nuklir atau bom, sedangkan bencana alam adalah bencana yang terjadi akibat
gejala alam seperti gunung meletus. Fase bencana ada tiga yaitu fase preimpact
24
atau disebut fase awal dimulainya bencana, fase impact yaitu fase saat terjadinya
bencana, dan fase postimpact yaitu saat dimulainya tahap perbaikan dan
ekonomi, psikologis, dan sosial. Bencana alam dan bencana non alam merupakan
stresor yang dapat membuat individu atau masyarakat yang berada ataupun ikut
merasakan peristiwa tersebut akan mengalami gangguan dan masalah seperti stres.
Jenis stes ada dua yaitu eustress dan distress. Stres bisa bersumber dari frustasi
eksternal dan frustasi internal yang semua itu dapat dipengaruhi oleh ketahanan
yang baik (adaptif), akan mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
perubahan sesuai teori Roy. Individu atau masyarakat yang tidak memiliki koping
C. KERANGKA TEORI
‐Faktor internal
Ketahanan psikologis,
Faktor Non Alam komitmen, percaya
‐Peperangan diri, optimisme
‐Teroris STRES
‐ Kecelakaan DAMPAK BENCANA ‐ Faktor eksternal
BENCANA ‐Jenis stres Dukungan sosial
‐ Fase‐fase bencana ‐Psikis
‐Dampak bencana ‐Sumber stres
‐Sosial
‐Fase‐fase
Faktor Alam KUALITAS HIDUP
‐ ekonomi bencana
‐ Gunung
meletus
‐ Gempa bumi Baik Buruk
‐ Tanah longsor Respon
‐ Adaptif
Gb 1. Skema Kerangka Teori ‐ Maladaptif
25
D. KERANGKA KONSEP
Stres akibat erupsi Kualitas hidup akibat
Kualitas hidup
Merapi pada orang erupsi Merapi pada
‐ Baik
dewasa di Umbulharjo orang dewasa di ‐ Buruk
Umbulharjo
Tingkat Stres
‐ Rendah
‐ Sedang
‐ Tinggi
E. HIPOTESIS PENELITIAN
Ada hubungan antara stres dengan kualitas hidup korban pasca bencana
F. PERTANYAAN PENELITIAN
di Kelurahan Umbulharjo
26
BAB III
METODE PENELITIAN
bencana dan kualitas hidup pada orang dewasa. Pengambilan data akan diukur
pada waktu yang bersamaan saat penelitian berlangsung, dan melalui pengujian
hipotesis.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April 2012 – Juni 2012. Tempat
Target populasi pada penelitian ini adalah korban pasca erupsi Merapi pada
populasi adalah 200 orang. Sampel penelitian adalah laki-laki dan wanita dewasa
n=
1 + N (d2)
Keterangan :
n = besar sampel
27
N = besar populasi
sebagai berikut :
200
n=
1 + 200 (0,12)
= 66,67
Kriteria sampel :
1). Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan atau layak
a) Laki-laki dan perempuan yang sudah berusia dewasa (20 – 49 tahun) saat
tidak tinggal di lokasi bencana saat erupsi Merapi atau penduduk yang
pengambilan data.
erupsi Merapi.
28
Peneliti menggunakan pengambilan data dengan teknik proporsional
Keterangan :
orang.
Perhitungan :
1) x n yaitu x 67 = 37 orang
2) x n yaitu x 67 = 30 orang
Didapatkan sampel yang terdapat dalam dua Dusun yaitu 37 orang dari Dusun
D. Variabel-variabel Penelitian
1. Variabel bebas adalah tingkat stress akibat bencana pada korban pasca erupsi
2. Variabel terikat adalah kualitas hidup pada korban pasca erupsi Merapi di
29
E. Definisi Operasional Penelitian
Merapi) yang dapat diukur menggunakan PTSD PCL-C. ). Stres bencana ini
2. Kualitas hidup adalah tingkat kepuasan hidup yang dirasakan oleh korban pasca
erupsi Merapi terhadap kondisi kesehatannya yang dilihat baik dari aspek fisik
diukur menggunakan kuesioner Short Form 36 atau SF-36 yang disusun oleh
Ware (1994) dengan memodifikasi setiap item untuk korban pasca erupsi
3. Korban pasca erupsi Merapi adalah korban yang sudah berusia dewasa dan
F. Instrumen Penelitian
30
anggota keluarga yang meninggal, tempat tinggal sekarang, dan tempat bekerja
sekarang.
Salah satu instrumen stres bencana adalah Post Traumatic Stress Disorder
atau disebut dengan istilah PTSD. PTSD merupakan suatu kondisi yang
kehidupan seseorang atau cidera serius atau menjadikan orang takut dengan
ketakutan yang sering dan dalam keadaan yang tidak bisa dibantu. 2) kilas
balik yang terjadi kembali, ingatan yang terulang serta emosi, mimpi, mimpi
buruk, ilusi, atau halusinasi dihubungkan pada kejadian traumatik dari yang
Kuesioner ini menyediakan lima pilihan jawaban yaitu sangat sering (SS),
31
pernyataan unfavourable : Sangat Sering (ST) = 1, Sering (S) = 2, Kadang-
Jumlah 12 5 17
Keterangan :
= jarak sebaran
6
N = banyaknya sampel
32
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh kategorisasi berdasarkan skor
sebagai berikut:
Semua sampel dengan sekor x < 40 memiliki tingkat stres rendah, skor 40 ≤ x <
62 memiliki tingkat stres sedang, dan skor 62 ≤ x memiliki tingkat stres tinggi.
Instrumen kualitas hidup yang akan digunakan adalah Short Form 36 yang
disusun oleh Ware (1994) dengan memodifikasi setiap item untuk korban erupsi
Merapi, yang didesain sebagai alat ukur kualitas hidup. Short Form 36 merupakan
kuesioner yang terdiri dari 8 elemen dengan 36 item tentang kualitas hidup
seseorang pada empat minggu terahir. Untuk kisi-kisi kuesioner kualitas hidup
Jumlah 36
(Ware, 1994).
33
Penyusunan kategori tingkat kualitas hidup menurut Elviana, 2011
menetapkan kategori penilaian SF 36 dibagi menjadi dua yaitu baik atau buruk.
Skor kualitas hidup rata-rata adalah 60, dibawah skor tersebut kualitas hidup
dinilai kurang baik dan nilai skor 100 merupakan tingkat kualitas hidup yang
Fungsi fisik 1 3
masalah fisik
Nyeri 1 6
Persepsi sehat umum 1 5
Vitalitas 1 6
Fungsi sosial 1 5
Keterbatasan peran karena 1 2
masalah emosi
Kesehatan mental umum 1 6
kategori baik dan buruk. Skor yang didapat dari perhitungan berdasarkan data
responden kemudian dikonversikan menjadi bentuk nilai atau angka akhir. Setelah
itu diinterpretasikan sebagai kategori baik (skor tinggi) atau kategori buruk (skor
dilakukan penghitungan dengan data dari stres bencana sebagai variabel bebasnya.
34
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
kualitas hidup harus mampu mengumpulkan data yang valid dan reliabel.
reliabilitas Short Form 36 yang dilakukan Brazier et.al.(1992) Cit. Seviyana dari
>0,85, koefisien reliabilitas >0,75 untuk semua elemen kecuali elemen fungsi
sosial. Short Form 36 mempunyai validitas yang cukup baik. Katz et.al. (1992)
dikorelasikan dengan Sickness impact Profile (SIP) adalah 0,78 dan mendapatkan
Life Index berkisar antara 0,48-0,6. Di Indonesia juga telah dilakukan uji
reliabilitas dan validitas Short Form 36 (Seviyana, 2009). Untuk keseluruhan nilai
item nilai Cronbach Alpha adalah 0,9426 (>0,5) sehingga instrumen ini
mempunyai konsistensi internal baik. Oleh karena itu, peneliti tidak melakukan uji
Uji validitas dan reliabilitas untuk instrumen PTSD PCL-C sudah dilakukan
oleh Weathers et.al. pada tahun 1993 menunjukan hasil reliabilitas 0,96 dan
konsistensi internal menunjukkan 0,97 dan bisa dikatakan baik. Nilai validitas
yang dikorelasikan dengan Mississippi Scale for PTSD menunjukkan nilai 0,93.
35
peneliti melakukan uji kelayakan alat ukur instrumen stres bencana PTSD PCL-C.
Uji ini dilakukan dengan cara diujicobakan kepada 30 sampel korban pasca erupsi
Peneliti sudah melakukan uji kelayakan pada instrumen stres bencana PTSD
1. Uji Validitas
pada butir dengan skor total) dengan menggunakan bantuan komputer (Azwar,
2008).
dalam kategori valid. Dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel. Untuk
responden 30, berdasar tabel taraf significancy (r) yang diperlukan adalah
0,361 untuk interval kepercayaan 95%. Apabila nilai r hitung lebih besar dari r
tabel (r > 0,361), maka pertanyaan dalam kuesioner tersebut dapat dikatakan
valid. Nilai uji validitas pada instrumen stres pasca bencana PTSD PCL-C
36
2. Uji Reliabilitas
dinilai reliabel apabila nilai alpha cronbach > 0,6. Setelah dilakukan uji
instrumen stres pasca bencana PTSD PCL-C dinyatakan reliabel dengan nilai
H. Pengumpulan Data
dengan kuesioner yang dibagikan kepada responden. Data yang didapatkan akan
dibedakan menjadi dua macam, yaitu data primer yang didapatkan dari data yang
diisi langsung oleh responden dan data sekunder yang didapatkan dari laporan-
laporan tertulis yang peneliti peroleh dari keterangan kepala desa ataupun kepala
Pengumpulan data dilakukan secara langsung oleh peneliti dan dibantu oleh
empat orang asisten yang telah disamakan persepsinya mengenai topik penelitian
terlebih dahulu bahwa responden telah sesuai dengan kriteria. Pengisian kuesioner
dilakukan di rumah atau di shelter responden yang telah disepakati antara peneliti,
asisten peneliti dan responden. Dalam penelitian ini terdapat tiga jenis kuesioner
37
dan kualitas hidup (Short Form 36). Ketiga kuesioner ini akan diberikan secara
bersamaan.
Kuesioner dibagikan oleh asisten untuk kemudian diisi sendiri oleh responden
tanpa ditunggui oleh asisten. Responden yang tidak dapat membaca akan dibantu
oleh asisten dalam pengisian kuesioner. Kuesioner yang telah diisi dikembalikan
lagi oleh responden kepada asisten untuk kemudian diambil oleh peneliti untuk
I. Analisis Data
1. Pengolahan Data
sebagai berikut :
38
c. Menyusun Data (tabulating)
Pada tahap ini data yang terlah dikumpulkan, disusun dan dikelompokkan.
d. Entry Data
terhadap data.
2. Analisis data
a. Analisis Univariat
korban paska erupsi merapi. Tingkat stres bencana diukur dengan sekala
interval, yaitu terdiri dari stres rendah, sedang, dan tinggi. Responden
stres sedang, dan skor 62 ≤ x maka mengalami stres tinggi. Untuk tingkat
kualitas hidup diukur dengan skala interval, yaitu terdiri dari kualitas
hidup baik dan buruk. Responden dengan skor 60 ≤ x < 100 maka
b. Analisis Bivariat
Analisis data dilakukan dengan terlebih dahulu mengecek data yang telah
normal. Untuk sample yang besar (sample > 50) menggunakan uji
39
Kolmogrov-Smirnov, sedangkan untuk sample yang kecil (sample ≤ 50)
kemaknaan untuk kedua kelompok data adalah > 0,05 maka dapat
data adalah < 0,05 maka distribusi data pada kedua kelompok adalah tidak
sebaran data masih tidak normal maka dilakukan uji alternatif yaitu
jika arah korelasi + (positif) atau korelasi searah berarti semakin besar
nilai satu variabel, semakin besar pula variabel yang lainnya. Begitupula
berarti semakin besar nilai suatu variabel, maka semakin kecil nilai
variabel lainnya.
40
J. Jalannya Penelitian
1. Tahap persiapan yang dimulai pada bulan Febuari sampai dengan November
proposal yang diseminarkan pada bulan Desember 2011, dan mengurus ijin
2. Tahap uji coba instrumen penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2012
penelitian.
3. Tahap pengumpulan data dimulai pada bulan April 2012. Pada tahap ini
peneliti dan asisten peneliti akan mengunjungi rumah atau selter responden
dalam penelitian.
4. Tahap pengolahan data dan analisis data dilaksanakan pada bulan Juni 2012,
bantuan komputer.
41
5. Tahap penyusunan laporan dimulai pada bulan Juni 2012, meliputi
1. Hambatan Penelitian
sibuk dengan aktivitasnya atau sedang tidak berada di shelter ketika peneliti
oriented terhadap tamu asing yang datang, sehingga ketika peneliti atau
terapeutik dan empati kepada responden, selain itu peneliti atau asisten
dan diisikan oleh peneliti atau asisten peneliti sehingga waktu yang
42
2. Kelemahan Penelitian
dengan pasti.
b. Karena pengambilan data sudah berjarak 1,5 tahun pasca erupsi merapi
43
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
diambil dari Dusun Pelemsari dan 30 orang diambil dari Dusun Pangukrejo
dilakukan pada tanggal 03 April 2012 sampai tanggal 03 Juni 2012. Karakteristik
44
sebanyak 42 orang (62,68%) dan laki-laki sebanyak 25 orang 37,74%, ini
dikarenakan banyaknya penduduk atau warga laki-laki yang tidak bersedia untuk
responden (65,67%) telah menikah karena warga di desa sudah terbiasa dengan
dan status pekerjaan dengan tingkat stres yang dialami korban pasca erupsi
Tabel 5. Distribusi Hubungan Status Perkawinan dan Status Pekerjaan dengan Tingkat
Stres Korban Pasca Erupsi Merapi Pada Orang Dewasa di Kelurahan
Umbulharjo Cangkringan Sleman Yogyakarta pada bulan April - Juni Tahun
2012 (n=67)
status perkawianan dengan tingkat stres yang dialami korban pasca erupsi Merapi.
Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang sudah dilakukan oleh Enarson (2008)
atau pengaruh secara signifikan terhadap tingkat stres yang dialami korban pasca
45
Berdasar tingkat pendidikan pada tabel di atas didapatkan sebagian besar
dan masih ada yang tidak bersekolah yaitu 19 orang (28,36%). Responden yang
memilih pernah mengalami erupsi sebelum erupsi merapi pada tahun 2010 yang
lalu berjumlah 59 orang (88,06%), dan yang memilih belum pernah mengalami
yang tidak bekerja rata-rata adalah ibu rumah tangga. Peneliti juga
menghubungkan antara status pekerjaan dengan tingkat stres pada korban pasca
erupsi merapi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
status pekerjaan dengan tingkat stres yang dialami korban pasca erupsi merapi,
menurut hasil data yang diperoleh hal tersebut dikarenakan sebagian besar
mengalami penurunan.
bahwa antara status pekerjaan dan stres tidak memiliki hubungan yang bermakna,
hal itu disebabkan oleh faktor lain yang dapat menyebabkan stres seperti
kehilangan orang yang mereka cintai, kehilangan tempat tinggal, serta dukungan
46
setelah erupsi merapi terjadi dikarenakan ternak mereka sudah tidak ada, hanya
sebagian kecil saja yaitu 4 orang (5,97%) mengaku penghasilan sebelum dan
47
Pada tabel 4.b digambarkan hampir seluruh responden yaitu 64 orang
(95,52%) menyatakan kondisi rumah mereka rubuh, dan sebagian kecil yaitu 3
orang (4,48%) menyatakan kondisi rumah mereka pasca erupsi merapi mengalami
rusak berat. Hal tersebut yang membuat mereka harus tinggal di shelter atau
shelter yang mereka tempati adalah layak ini disebabkan rumah mereka terdahulu
juga hampir serupa dengan kondisi shelter yang mereka tempati. Namun dari
menyatakan kurang layak ini disebabkan karena pasokan air kadang terlambat
lingkungan shelter kurang nyaman hal ini disebabkan karena responden tidak
terbiasa tinggal berdekatan dengan jalan raya dan keramaian dari kendaraan yang
lalu lalang.
Adapun gambaran tingkat stres bencana yang dialami korban pasca erupsi merapi
berikut:
Tabel 6. Gambaran tingkat stres bencana korban pasca erupsi Merapi pada orang dewasa
di Kelurahan Umbulharjo Cangkringan pada bulan April - Juni Tahun 2012
(n=67)
Kategorisasi Jumlah (f) Presentase (%)
Rendah 14 20,90%
Sedang 34 50,75%
Tinggi 18 26,86%
48
Responden yang mengalami stres bencana pasca erupsi Merapi sebagian besar
berada pada kategori stres sedang yaitu sebanyak 34 orang (50,90%), 18 orang
(26,86%) responden termasuk dalam kategori stres tinggi, dan sebagian kecil
psikologik yang berada diluar ambang rentang normal dari pengalaman manusia,
dalam hal ini adalah bencana alam. Kejadian tersebut dapat membuat seseorang
tersebut, waspada yang berlebihan, ansietas, dan menarik diri (Smeltzer, & Bare,
2002). Stres yang berlebihan akan mempengaruhi kualitas hidup (Swarth, 1994).
seperti stres di pengaruhi oleh gender atau jenis kelamin. Perempuan lebih rentan
masalah emosional, dimana gejala penderitaan emosi pada korban dengan usia
dewasa lebih serius daripada korban dengan usia sekolah. Sebuah penelitian
49
menyebutkan bahwa jenis kelamin, usia, hilangnya peran sosial, dan pengalaman
maupun permanen, pendapatan yang menurun, dan ketidak pastian dari segala
kerusakan atau gangguan psikologis sebagai akibat dari bencana besar, dan status
sosial ekonomi. Status sosial ekonomi menjadi salah satu keadaan yang penting
yang melemah seperti stres dan kualitas hidup yang menurun setelah bencana.
terhadap stresor-setresor dari dalam dirinya maupun dari luar. Hal itu disebabkan
Adapun gambaran kualitas hidup secara umum yang dialami korban pasca
Tabel 7. Gambaran kualitas hidup korban pasca erupsi Merapi pada orang dewasa di
Kelurahan Umbulharjo Cangkringan pada bulan April - Juni Tahun 2012 (n=67)
Kategorisasi Jumlah (f) Presentase (%)
Baik 31 46,26%
Buruk 36 53,73%
Sumber : Data Primer, 2012
50
Sebagian besar responden pasca erupsi Merapi mengalami kualitas hidup
buruk. Pada kategori kualitas hidup baik yaitu sebanyak 31 orang (46,26%), dan
buruk. Penelitian Ariani (2011) juga menemukan hasil yang sama yaitu, dimana
sebagian besar kualitas hidup korban selamat pasca gempa di Yogyakarta tahun
2009 adalah buruk yaitu (61,05%). Hasil penelitian yang lain menyatakan kualitas
hidup yang buruk terutama dialami oleh Responden yang memiliki gangguan
psikiatri seperti major depresion (MD) dan post traumatik stres disorder (PTSD)
Wu et al (2006).
bahwa kualitas hidup yang buruk tidak berpengaruh secara berarti terhadap
faktor yakni faktor hubungan keluarga, faktor pekerjaan, dan faktor keuangan.
51
berpengaruh terhadap penurunan kualitas hidup. Seperti penelian dari Borrott., et
itu menilai kebaikan dari berbagai aspek kehidupannya, hal-hal yang dievaluasi
Menurut Tsai (2007), cit Seviyana (2009) kejadian post traumatik stress
symptom (PTSS) dan kualitas hidup korban 3 tahun pasca bencana gempa akan
semakin membaik ketika PTSS menurun. Akan tetapi dalam penelitian ini, pasca
stres sedang dan mengalami penurunan kualitas hidup bila ditinjau secara umum.
yang buruk bila ditinjau dari kualitas hidup secara umum. Hal ini disebabkan
Pada penelitian ini karena jenis datanya adalah numerik-numerik dan setelah
antara dua variabel. Dapat dikatakan signifikan apabila nilai p< 0,05 dan
52
penelitian yang dilakukan pada bulan April sampai Juni 2012 didapatkan hasil dan
Tabel 8. Distribusi Hubungan Stres Pasca Bencana dengan Kualitas Hidup Korban Pasca
Erupsi Merapi Pada Orang Dewasa di Kelurahan Umbulharjo Cangkringan
Sleman Yogyakarta pada bulan April - Juni Tahun 2012 (n=67)
r p
pada uji stres pasca bencana dengan kualitas hidup mempunyai arah korelasi
berlawanan arah, semakin besar nilai suatu variabel semakin kecil nilai variabel
lainnya. Hal ini berarti semakin tinggi stres bencana yang dialami responden,
maka kualitas hidup responden pasca bencana semakin rendah. Nilai signifikansi
bermakna atau ada hubungan yang bermakna antara stres pasca bencana dengan
kualitas hidup. Jadi penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan
bermakna antara stres pasca bencana dengan kualitas hidup responden pasca
erupsi Merapi.
akan mempengaruhi kualitas hidup individu tersebut. Hasil penelitian ini pun juga
menunjukkan adanya keterkaitan atau hubungan antara stres pasca bencana dan
53
kualitas hidup responden. Responden yang mengalami stres sedang maupun tinggi
yaitu berjumlah 52 responden atau (77,61%) yang mengalami kualitas hidup yang
buruk ada 36 responden atau sekitar (53,73%), maka dapat dikatakan responden
kualitas hidup.
setelah kejadian stres psikologik dimana situsi tersebut berada diluar ambang
menarik diri (Smeltzer, & Bare, 2002). Sedangkan menurut Fausiyah, (2005) stres
Disorders (PTSD) akan memiliki resiko tinggi mempunyai nilai rendah yang
significan pada area Quality of Life, seperti kesehatan fisik, kesehatan psikis,
juga dialami oleh responden yang mengalami stres, rata-rata mereka mengalami
kelelahan, menarik diri, mimpi buruk, panik, mudah marah, mudah tersinggung,
54
Penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2010), menyebutkan bahwa
perubahan perilaku, marah, panik, kacau dan trauma. Perubahan perasaan dapat
ditandai dengan munculnya rasa cemas akan masa depan, sedih, tertekan, putus
asa, tidak berdaya, dan mudah tersinggung. Adapun perubahan dalam berpikir
ditandai dengan mudah lupa dan sulitnya memusatkan perhatian (Purnomo, et.al.,
2010).
dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurhasanah (2005) dalam kaitannya dengan
tingkat stres depresi yang dialami korban gempa di sleman, dengan penurunan
kualitas hidup. Kualitas hidup yang buruk lebih sering dialami atau terjadi pada
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dusun Palemsari dan Pangukrejo pada bulan April-Juni 2012, dapat di tarik
1. Terdapat hubungan yang bermakna antara stres pasca bencana dengan kualitas
hidup korban pasca erupsi Merapi, dan semakin tinggi tingkat stres yang
dialami oleh korban pasca erupsi Merapi maka kualitas hidupnya semakin
rendah.
2. Sebagian besar tingkat stres yang dialami korban pasca erupsi Merapi pada
3. Kualitas hidup korban pasca erupsi Merapi pada orang dewasa di Kelurahan
B. Saran
agar masyarakat korban pasca erupsi merapi tidak mengalami stres sedang
56
2. Bagi Instansi Kesehatan
mengalami stres sedang sampai berat dan bagi masyarakat yang mengalami
3. Bagi Pemerintah
hunian tetap agar beban yang masyarakat alami menjadi semakin ringan.
semua variabel dalam pengambilan data sehingga stres pasca bencana dan
kualitas hidup korban pasca erupsi Merapi kurang dapat digali secara
dan wawancara sehingga diperoleh hasil yang lebih baik dan sempurna.
saja yang dapat membuat stres pasca bencana dengan kualitas hidup
berhubungan.
57
DAFTAR PUSTAKA
Barlow, J. 2008. Quality of Life: Can We Measure It?. Online: 20 Febuari 2011.
Available from:
http://www.abpi.org.uk/publications_details/qualityOfLife/qol_life.asp
Batsi, W. R. 2008. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup
Lansia di Dusun Gamping kidul Ambarketawang Gamping Sleman
Yogyakarta (Sekripsi). Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada
BNPB. 2010. Letusan Gunung Api. Online: 25 April 2011. Available from:
http://www.bnpb.go.id/website/asp/benc.asp?p=8
British Columbia Real Estate Association (BCREA). 2005b. Beyond the polls
Province-wide Focus Group research Finding. Online: 17 Febuari 2011.
Available from: www.qualityoflife.bcrea.bc.ca
58
Burton, J. 2003. Post Traumatik Stress Disorder. Online: 15 Januari 2012.
Available from: http://www.hopkinsmedicine.org/gec/studies/ptsd.html
Carballo, M., Heal, B., Horbaty, G. 2006. Impact of The Tsunami on Psicosocial
Health and Weel-Being. Online: 20 Juni 2012. Available from:
http://web.ebscohost.com/ehost/detail.
Carlson, D.L. 2003. Mengatasi Keletihan Dan Stres. Yogyakarta: Andi Offset
Elviana, M. 2011. Kuesioner Short Form-36 (SF-36) sebagai alat ukur kualitas
hidup. Online: 16 Januari 2012. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22704/4/Chapter%20II.pdf
Enarson, E. 2008. Gender Mainstreaming in Emergency Opportunities for
Building Community resiliience in Canada. Online: 21 Juni 2012.
Available from: http://Gender_Mainstreaming_Emergency/
Applied/Disaster/andEmergency/Studies/Brandon/University
Halim, W., Wirawan, H. 2003. Quality Of Life Janda Pasca Cemoterapi dan
Radioterapi. Online: 16 Januari 2012. Available from:
http://www.psikologi.tarumanagara.ac.id/s2/wp-content/uploads/2010/09/
01-quality-of-life-janda-pasca-kemoterapi-dan-radioterapiwennyhalim.pdf
Hansen, M., Andersen, T.E., Armour, c.,dkk. 2010. PTSD-8 A short PTSD
Inventory. Online: 17 Febuari 2011. Available From:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21253461
59
Hetrick, S.E., Purcell, R., Garner, B., Parslow, R. 2010. Combined
Pharmacotherapy And Psychological Therapies for Post Traumatic Stress
Disorder (PTSD) (Review). Online: 20 Febuari 2011. Available from:
http//www.thecochranelibrary.com
Huang, W.W., Sheen, L.X., Zhu, W.M., Qian, M.C., Tang, W., et al. A
Comparative Study on Mental Health Among Students and Adults in The
Eartquaake-Hit Areas (Nov-2008). Retrieved Juni 20, 2012, from :
http://Wep.ebscohost.com/ehost/detail?vid=1&hid=106&sid=1f4bcd1b-
24e0=-4620-a83b-data.
Irawati, N.C. 2009. Hubungan Kualitas Hidup dengan Prestasi Belajar Tiga
Tahun Pasca Gempa Pada Murid SD Di Kecamatan Pundong Dan
Kasihan Bantul Yogyakarta (Sekripsi). Yogyakarta: Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Johansen, V.A., et al. 2007. The Predictive Value of Post Traumatic Stress
Disorder Symptoms for Quality of Life: a Longitudinan Study of Physically
Injured Victims of Not domestic Violence. Online: 5 Juli 2012. Available
from: http://www.hqlo.com/content/5/1/26
Lazarus, R.S., Folkman, S. 1984. Stress Appraisal and Coping. New York:
Springer Publishing Company
Lopes, J.J., Christodoulou, G., Maj, M., Sartorius, N., Okasha, A. 2005. Disaster
And Mental Health. World Psiciatric Asosiation. Online: 20 Febuari 2011.
Available from: www.wiley.com
Markam, S., Laksman, H., Ganiswara, S. 2004. Kamus Kedokteran Edisi Keempat.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Martam, I.S. 2009. Mengenali Trauma Pasca Bencana. Volume 14. Yayasan
Pulih. Online: 10 April 2011. Available from:
www.perpustakaanpulih.or.id
Mendatu, A. 2010. Pemulihan Trauma. Yogyakarta: Jalasutra
60
Nugraheni, D.H. 2008. Hubungan Depresi Dengan kualitas Hidup Penderita
Gagal Jantung di RS Dr Sardjito Yogyakarta (Sekripsi). Yogyakarta:
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada
Nurhasanah. 2008. Hubungan Tingkat Depresi dengan Kualitas Hidup Pada
Daerah Bencana Pasca Gempa Bumi di Kabupaten Sleman (Tesis).
Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Gadj
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Purnomo., dkk. 2010. Dampak Dampak Bencana. Online: 15 Juni 2011. Available
from:http://www.dampak_dampak_bencana_bnpb.go.id/website/file/pubne
w/104.pdf
Renwick, R., Brown, I., Neglear, M. 1996. Quality of Life In Health Promotion
and Rehabilitation. London: Sage Publication
61
Suarti, D.N., Leman, H.I., Adi, K. IDEP. 2007a. Penanggulangan Bencana
Berbasis Masyarakat. Bali : Yayasan IDEP. Online: 10 April 2011.
Available from: www.idepfoundation.org
Suarti, D.N., Leman, H.I., Adi, K. IDEP. 2007b. Panduan Kecil Tentang
Pemulihan Bencana. Online: 10 April 2011. Available from:
http://www.ennonline.net/pool/files/ife/idep-foundation-disaster-manage-
ment-booklet.pdf
Smeltzer, S.C., Bare, B.G. 2002. Keperawatan Medical Bedah Burnner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Trachman, J.N. 2010. Post Traumatik Stres Disorder And Vision. Online: 7 July
2011. Available from: www.accommotrac.com
Tsai, K.W., Chau, F.H., cit Seviyana. 2007. Three Years Follow-up Study of
Relationship Between Post Traumatik Stres Symptoms and Quality of Life
Among Eartquake. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
62
http://www.benfieldhrc.org/disaster_studies/projects/communitydrrindicat
ors/community_drr_indicators_index.htm
Walker, Alan. 2005. Understanding Quality Of Life In Old Age. Open University
Pres. Online: 20 Febuari 2011. Available from: www.openup.co.uk
WHO. 1993. Measuring Quality of Life. Online: 23 Juni 2011. Available from:
http://www.who.int/mental_health/media/68.pdf
Wu, H.C., Sun, W.J., Su, S.F., Chen, M.C. 2006. Survey of Quality of Lifeand
Related Risk Factors for a Taiwanese Village Population 3 Years Post
Eartquake. Medline. 26 (4): 203-12.
Yusuf, L.N., Syamsu, D.M. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Online: 16 Januari 2012. Available from:
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/remaja.html
63
CURRICULUM VITAE
Nama Lengkap : Firqoh Nur Azizah Fahmi
Nama Panggilan : Azizah
NIM : 08/268224/KU/12737
Fakultas :Kedokteran
Program Studi :Ilmu Keperawatan
Tempat, Tanggal lahir :Sleman, 4 Agustus 1989
Alamat Asal :Jl.Palagan Tentara Pelajar Km 9,9 No 9 Rejodani II Rt 04/ Rw
04 Sariharjo Ngaglik Sleman Yogyakarta
Alamat Sekarang:Jl.Palagan Tentara Pelajar Km 9,9 No 9 Rejodani II Rt 04/ Rw 04 Sariharjo
Ngaglik Sleman Yogyakarta
Handphone : 085743048994
Email :Azizah_Ozi@yahoo.com
Hobby :Berenang
GolonganDarah :B
Tinggi/Berat :157,5/45
Motto :Jadidirisendiri, lakukan yang terbaik
RiwayatPendidikan
Tahun Pendidikan NamaSekolah
1996-2002 SD SD Rejodani
2002-2003 SMP SMP Negeri3 Ngaglik
2005-2008 SMA SMA Negeri1 Ngaglik Sleman
2008-2012 PT UniversitasGadjahMada
PengalamanOrganisasi
Tahun Jabatan NamaOrganisasi
2008-2009 StafBendaharaUmum MSC
2009-2010 Bendahara I MSC
51
Lampiran
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswi Program Studi
dengan Kualitas Hidup Korban Pasca Erupsi Merapi Pada Orang Dewasa di
Jika saudara tidak bersedia menjadi asisten penelitian dalam penelitian ini
maka tidak ada ancaman bagi Saudara dan jika menyetujui, maka saya mohon
Peneliti,
Lampiran
nama :...............................................................................................
umur :.....................tahun
pekerjaan :...............................................................................................
alamat :...............................................................................................
dengan judul “Hubungan Stres Pasca Bencana dengan Kualitas Hidup Korban
Cangkringan”.
membantu peneliti dalam mengumpulkan data, dan saya mengetahui bahwa data
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan.
Yogyakarta,......................2011
Pembuat pernyataan,
(.............................................)
53
Lampiran
LEMBAR INFORMASI UNTUK RESPONDEN
Bencana merupakan salah satu faktor penyebab yang dapat menimbulkan stres
pada seseorang yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pada individu tersebut,
bisa berupa masalah kesehatan fisik ataupun masalah kesehatan mental.
Tujuan Penelitian:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stres pasca bencana
dengan kualitas hidup seseorang dalam kaitannya dengan korban pasca erupsi
Merapi di Kelurahan Umbul Harjo Cangkringan.
Jalannya Penelitian:
Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dan merupakan
penelitian kuantitatifdengan rancangan Cross sectional. Penelitian ini
dilaksanakan di dusun Pelem Sari dan Dusun Panguk Rejo di Kelurahan Umbul
Harjo Cangkringan Sleman Yogyakarta. Instrumen yang di gunakan adalah
instrumen karakteristik responden, instrumen stres bencana Post Traumatik Stress
Disorder Check List Civilian Version, dan instrumen kualitas hidup short form 36.
Metode pemilihan sample dengan menggunakan rumus dari Nursalam dengan
jumlah sample sebanyak 67 orang dewasa. Analisa data menggunakan Test of
Normality Kolmogrov-Smirnov,dan Spearman.
Penanggung jawab atas pengambilan data ini adalah peneliti sendiri yaitu Firqoh
Nur Azizah Fahmi dan penanggung jawab medis dari penelitian ini adalah
Ibrahim Rahmat S.Kp.,S.Pd.,M.Kes., Purwanta S.Kp.,M.Kes dari Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Informasi tambahan / CP :
Bapak/ibu Sdr/sdi dapat mengundurkan diri dari penelitian ini setiap saat dan
segala informasi yang di dapat dari penelitian ini bersifat rahasia, hanya akan
digunakan untuk tujuan penelitian.
Peneliti
Nama :
Alamat :
Umur :
No.telp/Hp :
Menyatakan bahwa:
Cangkringan,............................
Peneliti Responden,
Petunjuk pengisian :
Isilah titik-titik dibawah ini dan pilihlah salah satu pernyataan yang sesuai dengan
Anda dengan memberi tanda (√) pada kotak yang tersedia.
Nama :................................................................
Tanggal lahir :..................................................Umur:.......................tahun
□ Perempuan
Status : □ Kawin
□ Tidak Kawin
Pendidikan terahir : □ SD □SLTP □SMA
□ Tidak Sekolah □ Lain-lain
Alamat :..............................................................................................
□ Tidak Bekerja
Apakah Anda pernah mengalami peristiwa bencana erupsi Merapi sebelumnya?
□ Iya
□ Tidak
Apakah Anda saat peristiwa erupsi Merapi pada tahun 2010 berada di rumah atau
di lokasi erupsi?
□ Iya
□ Tidak
56
□ Iya □ Tidak
Bagaimanakah kondisi rumah anda saat ini :
□ Ada □ Tidak
Sudah berapa lama Saudara tinggal di selter:
INSTRUMEN PTSD PCL‐C
Petunjuk : Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini menyatakan tentang kondisi
Anda yang berhubungan dengan peristiwa pasca erupsi merapi. Informasi yang
diharapkan adalah bagaimana pengalaman hidup Anda dan respon Anda mengenai
pengalaman tersebut. Mohon setiap pertanyaan Anda jawab dengan cara
memberikan tanda silang ‘X’ di dalam kotak yang sesuai dengan keadaan Anda.
Terima kasih.
Saya menghindari
perbincangan atau
6 memikirkan mengenai 1 2 3 4 5
pengalaman erupsi Merapi.
Mohon diperiksa ulang, apakah ada pertanyaan yang terlewati atau belum
dijawab.
Terima kasih.
59
6. Dalam 4 minggu terakhir ini, seberapa jauh kondisi fisik dan masalah
emosi atau perasaan Anda mempengaruhi aktifitas sosial Anda dengan
keluarga, tetangga atau kelompok ? (contohnya pergi rekreasi, arisan,
rapat, pengajian, dll).
62
7. Seberapa berat nyeri tubuh (seperti sakit kepala, sakit leher, pegal,
kesemutan, dll) yang Anda alami selama 4 minggu terakhir ini ?
A. Tidak pernah
B. Sangat ringan
C. Ringan
D. Sedang
E. Berat
F. Sangat berat
8. Selam 4 minggu terakhir ini seberapa berat nyeri tubuh tersebut (seperti
sakit kepala, sakit leher, pegal, kesemutan, dll) mempengaruhi pekerjaan
atau aktifitas Anda ?
10. Dalam 4 minggu terakhir ini, seberapa sering masalah kesehatan fisik
dan masalah emosi atau perasaan Anda mempengaruhi aktifitas sosial ?
(seperti mengunjungi teman, pergi arisan, pengajian, rapat, kondangan,
dll)
A. Setiap waktu
B. Sangat sering
64
C. Kadang-kadang
D. Jarang
E. Tidak pernah
Mohon diperiksa ulang, apakah ada pertanyaan yang terlewati atau belum dijawab.
Terima kasih.