Laporan Percobaan 4 Kesetimbangan
Laporan Percobaan 4 Kesetimbangan
KELARUTAN
ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan untuk membuat suatu larutan jenuh, menentukan kelarutan,
dan menentukan hasil kali kelarutan garam CaCO3. Prosedur kerja yang digunakan pertama-
tama adalah mencampurkan CaCO3jenuh dengan HCl, kemudian pada larutan tersebut
ditambahkan NaOH dan indikator metil jingga, kemudian larutan tersebut dititrasi dengan
larutan HCl hingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah muda. Titrasi sampai
3 kali. Setelah didapatkan rata-rata volume HCl yang digunakan, barulah nilai Ksp nya dapat
dihitung.
Hasil kali kelarutan atau Ksp merupakan hasil kali konsentrasi ion-ion yang terlarut
dalam larutan tersebut dimana pada suhu tertentu terjadi kesetimbangan antara konsentrasi
ion-ion tersebut dengan padatannya. Setelah dilakukan perhitungan, ternyata harga Ksp yang
didapatkan berbeda dengan nilai teoritisnya. Pada perhitungan didapatkan harga Ksp
CaCO3 sebesar 4 x 10-6 M2 sedangkan secara teoritis adalah 4,9 x 10-9 M2. Perbedaan yang
besar ini dikarenakan ion yang berperan serta dalam kesetimbangan kelarutan secara
bersamaan juga terlibat dalam kesetimbangan asam basa atau ion kompleks. Faktor lainnya
yang berpengaruh adalah bahan-bahan yang dipergunakan sudah lebih dahulu teroksidasi,
selain itu kurang sterilnya alat-alat yang digunakan sehingga akan mempengaruhi
konsentrasi larutan tersebut, dan kurang tepatnya praktikan pada saat mengukur volume
larutan
4.1 PENDAHULUAN
4.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:
Larutan jenuh
Larutan HCl 1 M
Larutan NaOH 1 M
Indikator metil jingga
Akuades
4.4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Pada Larutan CaCO3
4.4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini praktikan menjelaskan tantang CaCO3,yaitu kesetimbangan garam
CaCO3 dengan kelarutan dan hasil kali kelarutan. Larutan jenuh CaCO3 adalah larutan yang
tepat akan mengendap apabila di dalamnya ditambahkan padatan CaCO3, dimana padatan
tersebut tidak akan larut dan membentuk endapan kembali. CaCO3 merupakan garam yang
mempunyai sifat elektrolit dan juga mempunyai kesetimbangan yang tergolong kecil.
Saat percobaan dimulai, dilakukan pencampuran larutan jenuh CaCO3dengan larutan
HCl 1 M. Pencampuran larutan jenuh CaCO3 dengan larutan HCl 1 M dimaksudkan untuk
menjadikan HCl sebagai pelarut untuk melarutkan endapan CaCO3, karena CaCO3 mudah
larut dalam HCl. Reaksi yang terjadi adalah:
CaCO3 + 2HCl → CaCl2 + H2O + CO2
Dari reaksi diatas terlihat bahwa koefisien pada HCl lebih besar daripada koefisien
CaCO3 karena Ca2+ dan Cl2-. Jadi, untuk bereaksi dengan Ca2+pada CaCO3 maka akan
diperlukan 2 kali HCl yang memiliki H+ dan Cl-,sehingga akan terbentuk CaCl2.
Reaksi yang terjadi tersebut berakibat menyisakan HCl karena tidak diketahui
banyaknya Ca2+ yang ada di dalam larutan CaCO3, sehingga ketika dilakukan penambahan
larutan NaOH 1 M, maka HCl yang berlebih tersebut akan bereaksi dengan NaOH. Reaksi
yang terjadi adalah:
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Setelah penambahan NaOH, larutan tersebut ditambahkan metil jingga yang mempunyai
trayek pH sebesar 3,1 - 4,4 sebanyak 3 tetes. Sehingga larutan tersebut yang pada saat
ditambahkan HCl dan NaOH tetap berwarna bening,berubah menjadi berwarna kuning. Ini
menandakan dalam larutan masih terdapat HCl sisa, oleh karena itu dilakukan titrasi untuk
mengetahui banyaknya volume HCl yang diperlukan agar bereaksi dengan NaOH.
Titrasi dilakukan hingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah
muda, karena pada saat ini larutan telah setimbang dan mencapai titik ekuivalen. Titik
ekuivalen yaitu titik dimana perbandingan konsentrasi asam yaitu HCl yang bereaksi sama
dengan konsentrasi NaOH sebagai basa yang bereaksi. Dengan kata lain titik saat asam (HCl)
dan basa (NaOH) telah tepat habis bereaksi.
Kesetimbangan yang terbentuk pada percobaan kali ini adalah kesetimbangan
heterogen, yaitu kesetimbangan dengan 2 fase lebih atau wujud yang berbeda. Reaksinya
dapat ditulis:
CaCO3 + 2HCl + 2NaOH ↔ CaCl2 + Na2CO3 + 2H2O
Dalam percobaan ini dilakukan tiga kali titrasi. Titrasi dilakukan untuk mengetahui
banyaknya volume HCl yang digunakan untuk bereaksi dengan NaOH. Pada proses titrasi
tersebut didapatkan volume HCl yang digunakan pada titrasi pertama sebesar 5,1 ml, kedua
sebesar 5,1 ml, dan ketiga juga tetap sebesar 5,1 ml, sehingga dirata-ratakan volumenya tetap
sebesar 5,1 ml.
Pada perhitungan Ksp garam CaCO3,diperoleh harga Ksp adalah 4x10-6 M2. Harga
Ksp dari perhitungan tersebut ternyata tidak sama dengan harga nilai Ksp teoritisnya, yaitu
4,8x10-9 M2. Perbedaan ini kemungkinan terdapat kesalahan beberapa faktor saat titrasi.
Beberapa faktor tersebut seperti pengukuran volume bahan, ketika pengenceran, suhu
ruangan yang tidak sesuai sejumlah 25o C, dan juga pada kebersihan alat-alat yang
kemungkinan kurang bersih atau terkontaminasi dengan zat lain sehingga mengakibatkan
data yang diperoleh masih kurang akurat.
4.5 PENUTUP
4.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah:
1. Larutan jenuh adalah larutan yang terbentuk dalam keadaan dimana ion-ion yang larut
kembali membentuk padatan.
2. Kelarutan adalah jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlahpelarut tertentu.
3. Hasil kali kelarutan adalah hasil kali konsentrasi ion-ion pada larutan tepatjenuh
dipangkatkan koefisien reaksi masing-masing.
4. Kelarutan garam CaCO3 yang diperoleh dari percobaan ini sebesar 0,002 M
5. Nilai Ksp CaCO3 yang didapat pada percobaan ini sebesar 4x10-6 M2.
4.5.2 Saran
Sebelum memulai praktikum,hendaknya praktikan terlebih dulu mengecek semua
alat-alat yang akan digunakan agar dalam keadaan steril. Praktikan juga diharapkan fokus dan
teliti terhadap percobaan, agar hasil yang didapat maksimal dan juga akurat. Karena jika
terjadi keteledoran pada percobaan maka hasil yang didapat mungkin akan berbeda dengan
teoritis.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia.2010.”Kesetimbangan Kimia”.
www.slideshare.net
Diakses pada 19-10-2011.
Wilson.1998.”Organic Chemistry”.
www.wordpress.co.id
diakses pada 19-10-2011.
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA
HASIL KALI KELARUTAN
OLEH:
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Timbal klorida (PbCl2) sedikit larut dalam air. Kesetimbangan terjadi pada larutan
PbCl2 jenuh dapat ditulis sebagai berikut :
Ksp =
Karena aktivitas padatan murni -1, maka persamaan di atas dapat disedrhanakan menjadi:
Dalam larutan encer, aktivitas dapat dianggap sama dengan konsentrasi dalam satuan molar. Nilai
Ksp di atas dikenal sebagai konstanta hasil kali kelarutan PbCl2.
3. menghitung panas pelarutan PbCl2 dengan menggunakan sifat ketergantungan Ksp pada suhu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute),
untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat
terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh.
Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah
etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible.
Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran.
Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut
seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut"
(insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat
sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik
kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat
jenuh (supersaturated) yang metastabil.
1. Temperatur
Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan. Bila panas pelarutan (∆H) negatif,
maka daya larut turun dengan turunnya temperatur. Bila panas pelarutan (∆H) positif, maka daya
larut naik dengan naiknya temperatur.
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling bercampur baik, sedang
yang tidak biasanya sukar bercampur.
3. Tekanan
Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat padat dan zat cair, tetapi
berpengaruh pada daya larut gas.
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling bercampur baik sedang
yang tidak biasanya sukar bercampur. Air dan alkohol bercampur sempurna (completely misible), air
dan eter bercampur sebagian (partially miscible),sedang air dan minyak sama sekali tidak bercampur
(completely immiscible).
2. Temperatur.
Kelarutan suatu gas dalam suatu cairan biasanya menurun dengan naiknya temperatur.
3. Tekanan
Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat pada zat cair, tetapi berpengaruh pada
daya larut gas.
Gas dengan gas selalu bercampur sempurna membentuk larutan. Sifat-sifat larutan adalah
aditif, asal tekanan total tidak terlalu besar.
Tergantung pada jenis gas, jenis pelarut, tekanan dan temperatur. Daya larut N2, H2, O2 dan
He dalam air, sangat kecil. Sedangkan HCl dan NH3 sangat besar. Hal ini disebabkan karena gas yang
pertama tidak bereaksi dengan air, sedangkan gas yang kedua bereaksi sehingga membentuk asam
klorida dan ammonium hidroksida. Jenis pelarut juga berpengaruh, misalnya N2, O2, dan CO2 lebih
mudah larut dalam alkohol daripada dalam air, sedangkan NH3 dan H2S lebih mudah larut dalam air
daripada alkohol.
Bila dua cairan dicampur, zat ini dapat bercampur sempurna, bercampur sebagian, atau
tidak sama sekali bercampur. Daya larut cairan dalam cairan tergantung dari jenis cairan dan
temperatur.
Contoh :
Benzena-Toluena
Air-Alkohol
Air-Metil
Air-Nitro Benzena
Air-Kloro Benzena
Daya larut zat padat dalam cairan tergantung jenis zat terlarut, jenis pelarut, temperatur,
dan sedikit tekanan. Batas daya larutnya adalah konsentrasi larutan jenuh. Konsentrasi larutan jenuh
untuk bermacam-macam zat dalam air sangat berbeda, tergantung jenis zatnya. Umumnya daya
larut zat-zat organik dalam air lebih besar daripada dalam pelarut-pelarut organik. Umumnya daya
larut bertambah dengan naiknya temperatur karena kebanyakan zat mempunyai panas pelarutan
positif.
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila
temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut
dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis
maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu
contoh dari temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva
parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan temperatur baik di
bawah temperatur kritis. Jika temperatur dari dalam kelarutan fenol aquadest dinaikkan di atas 50°C
maka komposisi larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam air untuk
lapisan atas akan bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandungan fenol dari lapisan bawah akan
berkurang (kurang dari 62,6 %). Pada saat suhu kelarutan mencapai 66°C maka komposisi sistem
larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat dicampur dengan sempurna.
Temperatur kritis adalah kenaikan temperatur tertentu dimana akan diperoleh komposisi
larutan yang berada dalam kesetimbangan.
1. Larutan homogen, yaitu apabila dua macam zat dapat membentuk suatu larutan yang
susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan,
bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Atau larutan dapat dikatakan dapat bercampur secara
seragam (miscible).
2. Larutan heterogen, yaitu apabila dua macam zat yang bercampur masih terdapat
permukaan-permukaan tertentu yang dapat terdeteksi antara bagian- bagian atau fase-fase yang
terpisah.
a. Insoluble, yaitu jika kelarutannya sangat sedikit, yaitu kurang dari 0,1 gram zat terlarut dalam 1000
gram pelarut. Misalnya, kaca dalam air.
b.Immisable,yaitu jika kedua zat tersebut tidak dapat larut antara zat satu ke dalam zat yang lain.
Misalnya, minyak dalam air.
Kelarutan adalah banyaknya zat yang melarut dalam suatu kuantitas tertentu pelarut untuk
menghasilkan larutan jenuh (gram zat terlarut/100 cm3 pelarut).
(http://www.scribd.com/doc/23305819/Praktikum-Kimia-Fisika-Kelarutan-Sebagai-Fungsi-Suhu)
Apabila suatu zat kita larutkan ke dalam suatu pelarut, ternyata ada yang mudah
larut(kelarutannya besar), ada yang sukar larut (kelarutannya kecil), dan ada yang tidak
larut(kelarutannya dianggap nol). Sebenarnya, tidak ada zat yang tidak larut dalam pelarut.
Misalnya, dalam pelarut air semua zat (termasuk logam) dapat larut, hanya saja kelarutannya sangat
kecil. Jika suatu zat terlarut dalam pelarut sangat sedikit, misalnya kurang dan 0,1 gram zat terlarut
dalam 1.000 gram pelarut, maka zat tersebut kita katakan tidak larut (insoluble).Di sini, kita akan
membicarakan zat padat yang sedikit kelarutannya dalam air.
Jika suatu zat padat, contohnya padatan PbI 2, kita larutkan ke dalam air maka molekul-
molekul padatan PbI 2 akan terurai, selanjutnya melarut dalam air. Untuk melarutkan PbI 2 ke dalam
air akan ada dua proses yang berlawanan arah (proses bolak-balik), yaitu proses pelarutan padatan
PbI 2 dan proses pembentukan ulang padatan PbI 2 . Mula-mula, laju pelarutan padatan PbI 2 sangat
cepat dibandingkan dengan laju pembentukan ulang padatan tersebut. Makin lama, konsentrasi
PbI 2 yang terlarut meningkat dengan teratur dan laju pembentukan ulang padatan juga meningkat.
Pada saat laju pelarutan padatan PbI 2 sama dengan pembentukan ulang padatan, proses yang saling
berlawanan arah tersebut kita katakan berada dalam kondisi kesetimbangan .
Pada kondisi kesetimbangan ini, larutan PbI 2 pada kondisi tepat jenuh. Jumlah PbI 2yang
dapat larut sampai dengan tercapainya kondisi tepat jenuh dinamakan kelarutan PbI 2 . Secara
umum, pengertian kelarutan suatu zat dalam air adalah batas maksimum dari jumlah suatu zat yang
dapat larut dalam sejumlah tertentu air.
PbI 2 melarut dalam air dalam bentuk ion Pb 2+ dan 2 ion I -, sehingga proses kesetimbangan
PbI 2 dalam air merupakan kesetimbangan ionisasi PbI 2 dalam air, yaitu sebagai berikut.
Dalam larutan PbI 2 jenuh terdapat reaksi ionisasi PbI 2 dalam keadaan setimbang. Tetapan
kesetimbangan ini kita namakan tetapan hasil kali kelarutan (solubility product constant) dan
disimbolkan dengan K sp .
(http://sahri.ohlog.com/kelarutan-dan-hasil-kali.oh85096.html)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Tempat : Laboraturium kimia fisika fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNSRI, Inderalaya.
a. Alat
b. Bahan
Pb(NO3)2 0,075 M
KCl 1,0 M
Tempatkan larutan Pb(NO3)2 dan KCl pada dua buret yang berbeda
Siapkan larutan seperti pada tabel di bawah ini dengan cara pertama- tama dengan
menambahkan 10 ml Pb nitrat 0,0075 ke dalam tiap-tiap tabung reaksi baru
menambahkan KCl sebanyak yang di cantumkan
1 10 0,5
2 10 1,00
3 10 1,50
4 10 2,00
kimia. Template Simple. Gambar template oleh luoman. Diberdayakan oleh Blogger.