Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, memiliki naluri untuk
hidup dengan lainnya. Karena sejak dilahirkan manusia sudah mempunyai
dua kecenderungan pokok, yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan
manusia lain di sekelilingnya (masyarakat), dan keinginan untuk menjadi satu
dengan suasana alam sekelilingnya. Kecenderungan manusia untuk hidup
bersosial-bermasyarakat sudah ada sejak lahir. Terdapat hubungan timbal
balik antara kebudayaan dengan masyarakat, sebagaiamana ada hubungan
antara kebudayaan, peradaban dan sejarah. Masyarakat itu menghasilkan
kebudayaan, sedangkan kebudayaan itu menentukan corak masyarakat. Jadi
antara manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang memiliki
hubungan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Melalui
ini,kita akan melihat seberapa eratnya masyarakat dengan budayanya,dan
budaya dengan masyarakatnya,serta seberapa penting dan bagaimana
kebudayaan itu ada di dalam masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian kebudayaan?
2. Apa saja proses Dinamika kebudayaan?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebudayaan & Arti Menurut Para Ahli
Kata "kebudayaan berasal dari (bahasa Sanskerta) yaitu "buddayah" yang
merupakan bentuk jamak dari kata "budhi" yang berarti budi atau akal.
Kebudayaan diartikan sebagai "hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau
akal". Pengertian Kebudayaan secara umum adalah hasil cipta, rasa dan karsa
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup
pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat dan setiap kecakapan, dan
kebiasaan. Sedangkan menurut definisi Koentjaraningrat yang mengatakan
bahwa pengertian kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan
hasil yang harus didapatkannya dengan belajar dan semua itu tersusun dalam
kehidupan masyarakat. Senada dengan Koentjaraningrat, didefinisikan oleh Selo
Soemardjan dan Soelaeman Soenardi, pada bukunya Setangkai Bunga Sosiologi
(Jakarta :Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
1964), hal 113, merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, cipta, dan
rasa masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan
kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh
manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat
diabdikan untuk keperluan masyarakat.
Pengertian Kebudayaan dalam bahasa inggris disebut culture.
merupakan suatu istilah yang relatif baru karena istilah culture sendiri dalam
bahasa inggris baru muncul pada pertengahan abad ke-19. Sebelumnya pada tahun
1843 para ahli antropologi memberi arti kebudayaan sebagai cara mengolah tanah,
usaha bercocok tanam, sebagaimana tercermin dalam
istilah agriculture dan holticulture. Hal ini bisa kita mengerti karena istilah
culture berasal dari bahasa Latin colere yang berarti pemeliharaan, pengolahan
tanah pertanian. Pada arti kiasan kata itu juga berarti "pembentukan dan
pemurnian jiwa". Seorang antropolog lain, E.B. Tylor (1871), dalam bukunya
yang berjudul Primitive Culture (New York ; Brentano's, 1924), hal 1, yang
mendefinisikan pengertian kebudayaan bahwa kebudayaan adalah kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
B. Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Dan Proses-proses
Kebudayaan
1. Konsepsi-konsepsi Khusus Mengenai Pergeseran Masyarakat dan
Kebudayaan
Semua konsep yang diperlukan apabila ingin menganalisis proses-
proses pergeseran masyarakat dan kebudayaan, termasuk lapangan
penelitian ilmu antropologi dan sosiologi yang disebut dinamika sosial.
Diantara konsep-konsep yang terpenting dan mengenai proses belajar
kebudayaan oleh warga masyarakat bersangkutan, yaitu internalisasi,
sosialisasi, dan enkulturasi. Ada juga proses perkembangan kebudayaan
umat manusia pada umumnya dan bentuk-bentuk kebudayaan yang
sederhana, hingga bentuk-bentuk yang makin lama makin komplek, yaitu
evolusi kebudayaan. Kemudian ada proses penyebaran kebudayaan sacara
geografi, terbawa oleh perpindahan bangsa-bangsa. Proses-proses
terjadinya kebudayaan itu sendiri ialah:
a. Proses Internalisasi
Proses internalisasi adalah proses panjang sejak seorang individu
dilahirkan sampai ia hampir meninggal. Manusia memililki bakat yang telah
terkandung dalam gennya untuk mengembangkan berbagai macam
perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi dalam kepribadian individunya. Perasaan
pertama yang yang diaktifkan dalam kepribadian seorang bayi saat
dilahirkan adalah perasaan puas dan tidak puas. Lingkungan yang berebeda
dengan kandungan ibu memberi pengalaman tidak puas yang pertama pada
si individu baru itu. Kemudian setiap kali ia terkena pengaruh-pengaruh
lingkungan yang menyebabkan rasa tidak puas tadi ia akan menangis. Setiap
hari dalam hidupnya berlalu, bertambahnya pengalamannya mengenai
bermacam-macam perasaan baru, dan belajarlah ia merasakan kegembiraan,
kebahagiaan, simpati, cinta, keamanan dan harga diri.
b. Proses Sosialisasi
Proses sosialisasi berkaitan dengan proses belajar kebudayaan dalam
hubungan dengan sistem sosial. Kita dapat mengerti cara menyelami dan
mencoba mencapai mengerti tentang suatu kebudayaan dengan belajar dari
jalannya proses sosialisasi baku yang lazim dialami oleh sebagian individu
dalam kebudayaan bersangkutan. Itulah sebabnya proses sosialisasi
merupakan proses yang sudah sejak lama mendapatkan perhatian besar dari
banyak ahli antropologi sosial.
Proses sosialisasi dalam golongan-golongan sosial yang lain (dalam
lingkungan sosial dalam berbagai suku bangsa di Indonesia atau bangsa lain
di dunia) dapat menunjukan proses sosialisasi yang sangat berbeda.
Demikianlah para individu masyarakat yang berbeda akan mengalami
proses sosialisasi yang berbea pula karena proses sosialisasi banyak
ditentukan oleh susunan kebudayaan dan lingkungan sosial yang
bersangkutan.
c. Proses Enkulturasi
Istilah yang sesuai dengan kata “enkulturasi” adalah “pembudayaan”.
Proses enkulturasi adalah proses seorang individu mempelajari dan
menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat, system norma, dan
peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Sudah tentu dalam suatu
masyarakat adapula individu yang mengalami berbagai hambatan dalam
proses internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasinya, yang menyebabkan
bahwa hasilnya kurang baik. Individu itu tidak dapat menyesuaikan
kepribadiannya dengan lingkungan sosial sekitarnya, menjadi kaku dalam
pergaulannya, dan condong untuk senantiasa menghindari norma-norma dan
aturan-aturan masyarakatnya. Hidupnya penuh peristiwa konflik dengan
orang lain. Individu serupa itu disebut deviants. Sebelumnya para
antropologi kurang memperhatikan faktor deviants ini dalam masyarakat
dan kebudayaan. Mereka hanya memperhtikan hal-hal yang bersifat umum
saja yakni yang lazim dilakukan oleh sebagian besar dari manusia dalam
kebudayaan itu. Sekarang banyak para ahli antropologi telah mengerti
bahwa penyimpangan dari adat yang lazim merupakan suatu faktor yang
penting karena merupakan sumber dari berbagai kejadian masyarakat dari
kebudayaan positif maupun negatif. Kejadian masyaarakat yang positif
adalah perubahan kebudayaan (culture change) yang menjelma kedalam
perubahan dan pembaruan dalam adapt istiadat yang kuno.
d. Proses Evolusi Sosial
1. Proses Microscopic dan Macroscopic Dalam Evolusi Sosial
Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat
dianalisis oleh seorang peneliti seolah-olah dari dekat secara detail
(microscopic), atau dapat juga dipandang seolah-olah dari jauh dengan
hanya memperhatikan perubahan-perubahan yang tampak besar saja
(macroscopic). Proses evolusi sosial-budaya yang dianalisis secara
detail akan membuka mata peneliti untuk berbagai macam proses
perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari tiap
masyarakat di dunia. Proses ini disebut dalam ilmu antropologi “proses
berulang”. Proses-proses evolusi sosial budaya yang dipandang seolah-
olah dari jauh hanya akan menampakkan kepada peneliti perubahan-
perubahan besar yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Proses
ini disebut “proses-proses penentuan arah”.

2. Proses-proses Berulang Dalam Evolusi Sosial Budaya


Perhatian terhadapa proses-proses berulang dalam evolusi
sosial-budaya, belum lama mendapatkan perhatian dari ilmu
antropologi. Perhatian itu timbul terhadap faktor individu dalam
masyarakat yaitu sejak tahun 1920. Sebelum tahun 1920 sarjana
antropologi hanya memperhatikan adapt istiadat yang lazim berlaku
dalam masyarakat yang menjadi obyek penelitian. Sikap, perasaan, dan
tingkah laku khusus para individu dalam masyarakat mungkin
bertentangan dengan adat istiadat yang lazim itu tidak dapat perhatian
layak. Sikap individu yang hidup dalam banyak masyarakat terutama
adalah mengingat keperluan diri sendiri. Diseluruh dunia tidak ada
suatu masyarakat yang semua warganya seratus persen taat pada adapt
untuk selamanya. Kita mengerti bahwa justru keadaan-keadaan yang
menyimpang dari adat ini sangat penting artinya, karena penyimpangan
demikian merupakan pangkal dari proses-proses perubahan kebudayan
masyarakat pada umumnya. Faktor ketegangan antara adat istiadat dari
suatu masyarakat dengan keperluan para individu di dalamnya itu
menyebabkan perlu adanya dua konsep yang harus dibedakan dengan
tajam oleh para peneliti masyarakat, terutama para ahli antropologi dan
sosiologi.

3. Proses Mengarah Dalam Kebudayaan


Kalau evolusi masyarakat dan kebudayaan kita pandang dari
jarak jauh dengan mengambil interval waktu yang panjang maka akan
tampak perubahan-perubahan besar yang seolah-olah bersifat
menentukan arah dari sejarah perkembangan masyarakat yang
bersangkutan. Pada masa sekarang gejala ini menjadi perhatian khusus
dari suatu sub ilmu dalam antropologi, yaitu ilmu preshistori.

e. Proses Divusi
1. Pennyebaran Manusia
Ilmu paleoantropologi telah memperkirakan bahwa mkhluk
manusia pertama hidup di daerah sabana beriklim tropis di Afrika
Timur, dan sekarang makhluk itu sudah menduduki hampir di seluruh
muka bumi dalam segala macam lingkungan iklim. Ditinjau secara
lebih teliti, maka kita dapat membayangkan berbagai macam sebab dari
migrasi-migrasi itu. Para sarjana ilmu prehistori mencoba
merekontruksikan kembali gerak migrasi kelompok-kelompok manusia
di bumi.

2. Penyebaran Unsur-unsur Kebudayaan


Salah satu bentuk difusi adalah penyebaran unsure-unsur
kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi oleh
kelompok-kelompok manusia yang bermigrasi. Terutama dalam
preshistori, puluhan ribu tahun lalu ketika kelompok-kelompok manusia
yang hidup dari berburu pindah dari satu tempat ke tempat-tempat lain
hingga jauh sekali. Bentuk difusi yang lain lagi dan mendapat perhatian
ilmu antropologi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang
berdasarkan pertemuan-pertemuan antara individu dalam suatu
kelompok manusia dengan individu kelompok tetangga.
Pertemuan-pertemuan antara kelompok-kelompok semacam itu
dapat berlangsung dengan berbagai cara :
a. Hubungan dimana bentuk dan kebudayaan itu masing-masing
hampir tidak berubah. Hubungan ini disebut hubungan symbiotic.
b. Hubungan yang disebabkan karena perdagangan, tetapi dengan
akibat yang labih jauh dari pada yang terjadi pada hubungan
symbiotic. Hubungan ini disebut penetraction pacifique, artinya
pemasukan secara damai.

f. Akulturasi dan Asimilasi


1. Akulturasi
Istilah akulturasi mempunyai berbagai arti diantara berbagai arti
diantara sarjana antropologi. Tetapi semua sepaham bahwa konsep itu
mengenai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsure-unsur dari
suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur
kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam
kebudayaan sendiri. Proses akulturasi itu ada sejak dulu kala dalam
sejarah kebudayaan manusia. Penelitian-penelitian tentang masalah-
masalah akulturasi timbul dalam lapangan ilmu antropologi kurang dari
setengah abad yang lalu. Disamping karangan-karangan deskriptif,
timbul pula karangan yang berifat teori, yaitu karangan-karangan yang
mengabtraksikan berbagai peristiwa akulturasi dan beberapa konsep
mengenai mengenai gejala akulturasi.
2. Asimilasi
Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada :
a. Golongan-golongan manusia dengan latar belakang yang berbeda-
beda
b. Saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama
c. Kebudayaan-kebudayaan golongan tadi masing-masing berubah
sifatnya yang khas
Hal yang penting untuk ditahui adalah faktor-faktor yang
menghambat proses asimilasi. Dari berbagai proses asimilasi telah
terbukti bahwa hanya dengan pergaulan antara kelompok-kelompok
secara luas dan intensif saja, belum tentu terjadi proses asimilasi.
Sikap toleransi dan simpati terhadap kebudayaan lain sering
terhalang oleh berbagai faktor :
a. Kurang pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapai
b. Sifat takut terhadap kekuatan dan kebudayaan lain
c. Perasaan superioritas para individu-individu dari satu kebudayaan
terhadap yang lain

g. Proses Pembaruan dan Inovasi


1. Inovasi dan Penemuan
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dan penggunaan sumber-
sumber alam, energi, dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan
penggunaan tekhnologi baru yang semua akan menyebabkan adanya
system produksi menghasilkan produk-produk baru. Suatu penemuan
biasanya juga merupakan suatu proses sosial yang panjang dan melalui
dua tahap khusus yaitu discovery dan invention.
– Suatu discovery yaitu suatu penemuan dari suatu unsure
kebudayaan yang baru, baik berupa alat baru, suatu ide baru, yang
diciptakan oleh seorang individu, atau suatu rangkaian dari
beberapa individu dalam masyarakat.
– Proses dari discovery ke invention sering memerlukan tidak
hanya seorang individu, yaitu penciptanya saja, tetapi suatu
rangkaian yang terdiri dari beberapa orang pencipta
2. Pendorong Penemuan Baru
Para sarjana mengatakan bahwa pendorong itu adaalah :
1. Kesadaran para individu akan kekurangan dalam kebudayaan
2. Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan
3. Sistem perangsang bagi aktivitas mencipta dalam masyarakat
Dalam tiap masyarakat tentu ada individu-individu yang sadar
akan adanya berbagai kekurangan dalam kebudayaan mereka. Diantara
para individu itu banyak menerima kekurangan-kekurangan itu sebagai
hal yang memang harus diterima saja. Individu-individu lain mungkin
tidak puas dengan keadaan, tetapi pasif dan tidak berani atau tidak
mampu berbuat apa-apa. Sedangkan ada juga invidu-individu aktif yang
berusaha berbuat sesuatu untuk mengisi atau memperbaiki kekurangan
yang mereka sadari itu. Suatu krisis masyarakat sering juga merupakan
suatu masa timbulnya banyak penemuan baru. Suatu krisis masyarakat
berarti bahwa dalam masyarakat itu banyak inndividu menentang
keadaan. Mereka menentang karena tidak puas dengan keadaan, dan
mereka tidak puas karena mereka sadar akan kekurangan-kekurangan
disekelilingnya. Usaha untuk mencari dan menemukan baru sering juga
terdorong oleh system perangsang yang ada dalam masyarakat itu.
Yaitu orang yang menciptakan penemuan-penemuan baru misalnya,
akan diberi ganjaran dari berupa kehormatan dari umum, kedudukan
tinggi dan harta.

3. Inovasi dan Evolusi


Suatu penemuan baru yang selalu harus dilihat dalam kebudayaan
tempat penemuan tadi terjadi. Disebabkan karena suatu penemkuan
baru jarang merupakan suatu perubahan mendadak dan keadaan tidak
ada, menjadi keadaan ada. Suatu penemuan baru berupa suatu
rangkaian panjang, dimulai dari penemuan-penemuan kecil yang secara
akumulatif diciptakan oleh deretan pencipta-pencipta. Dengan demikian
proses inovasi yaitu proses pembaruan tekhnonogi ekonomi dan
lanjutannya, itu juga merupakan suatu proses evolusi. Bedanya ialah
bahwa dalam proses inovasi individu-individu itu bersifat aktif,
sedangkan suatu proses evolusi individu itu bersifat pasif, bahkan
sering bersifat negatif. Karena dalam kegiatan dan usaha individu
itulah, maka suatu inovasi merupakan suatu proses perubahan
kebudayaan yang lebih cepat, artinya lebih cepat kelihatan daripada
suatu proses evolusi kebudayaan.

C. ANALISIS KEBUDAYAAN
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kebudayaan merupakan pengetahuan yang merupakan system ide atau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia. Perwujudan kebudayaan
diciptakan manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa prilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata. Kebudayaan dimiliki oleh setiap manusia,
kebudayaan membentuk karakter manusia dalam tindakan-tindakan yang
dilakukan sehari-hari.
Begitu pula dengan prosesnya, keudayaan memiliki banyak proses
hingga ia dapat diabadikan dikalangan masyarakat seperti halnya budaya
leluhur yang telah kita jaga hingga sampai sekarang ini.
B. SARAN
Kita sebagai manusia yang berbudaya harus dapat berprilaku sesuai
norma atau aturan yang menjadi kebudayaan yang telah diwariskan oleh
nenek moyang kita. Kita juga wajib menghormati kebudayaan dengan selalu
menjaga dan memelihara kebudayaan tersebut.
Sebagai manusia yang tidak ingin tertinggal oleh zaman tentu kita
selalu mengikuti kemajuan teknologi namun kita sebagai manusia yang
mempunyai budaya juga harus mampu menyaring setiap dampak positif dan
negative dari masuknya kebudayaan asing sehingga kita bisa menjaga
kebudayaan asli kita.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. 2002


Waluyo, Supartono. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta:Ghalia Indonesia, 1995
http//:google/dinamika masyarakat dan kebudayaan/.html
Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi I. Jakarta: PT Rineka Cipta
Effendi,Ridwan. 2006. Pendiidkan Lingkungan Sosial Budaya dan
Teknologi. Bandung: UPI PRESS.
Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Antropologi Sosial Budaya. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Supartono W, Ilmu Budaya Dasar, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1995, hal 30
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Gramedia, 2002, hal 198
http//:google/dinamika masyarakat dan kebudayaan/.html/25/2013.
http//:google/dinamika masyarakat dan kebudayaan/.html/25/2013.
Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi I,jakarta,PT Rineka Cipta,2003,hal 142
Effendi,Ridwan, Pendiidkan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi, Bandung,
UPI PRESS, 2006, hal 145
Fathoni, Abdurrahma, Antropologi Sosial Budaya, Jakarta, PT Rineka Cipta,
2006, hal 25
Soekanto,Soerjono, 2007, hal 169
MAKALAH ANTROPOLOGI

PROSES KEBUDAYAAN

DISUSUN OLEH :

FEBBY SURAIYA

1705905010096

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA

MEULABOH

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “PROSES
KEBUDAYAAN ”
Makalah ini berisikan tentang Shalat Sunnah atau lebih khususnya
membahas macam-macam Shalat Sunnah. Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang Proses Kebudayaan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................ i
Daftar Isi .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Biografi dan Karya Al-Gazali ............................................... 2
2.2 Pemikiran Filsafat Al-Gazali ................................................ 5
2.3 Pandangan Al-Gazali terhadap filsafat Islam ........................ 11

BAB III KESIMPULAN ........................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 16

Anda mungkin juga menyukai