Anda di halaman 1dari 8

Penelitian

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KONTEKSTUAL


UNTUK MATA PELAJARAN IPS SEKOLAH DASAR

Citra Dwi Lestari


Email : citradwi28@gmail.com
PGSD FIP Universitas Negeri Jakarta
Jl. Setiabudi No. 1 Kelurahan Setiabudi Jakarta Selatan

Abstrak: Penelitian dan pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar IPS berbasis
pendekatan kontekstual untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar. Bahan ajar berisikan materi mengenai
kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerah. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian Research and Development (R & D) dengan
mengacu pada Model Pengembangan Instruksional dari Atwi Suparman. Penelitian ini dilakukan
November 2015 sampai Juni 2016 dan melibatkan siswa kelas empat SDN Binong V Kabupaten Tangerang.
Penelitian ini menggunakan angket, observasi, dan wawancara melalui tahapan uji coba ahli, evaluasi
satu-satu, evaluasi kelompok kecil, dan uji lapangan. Hasil penelitian menunjukkan, pengembangan
bahan ajar IPS berbasis pendekatan kontekstual mencapai hasil dengan kriteria sangat baik.
Kata-kata Kunci: bahan ajar, pendekatan kontekstual, IPS.

DEVELOPMENT CONTEXTUAL LEARNING MATERIALS


FOR SOCIAL SCIENCE IN ELEMENTARY SCHOOL

Abstract: This research and development aimed at producing social science learning materials for the fourth grade
of Elementary School students. The learning materials contain economic activities related to natural resources and
other potentials in their area. This research used research and development method with reference to the instructional
development model adopted by Atwi Suparman. This research involved the fourth grade students in Binong V
Primary School, Tangerang Regency. This research used questionnair, observation, and interview to collect data
from the respondent. The steps included experts review, one to one evaluation, small group evaluation, and field
test. The results indicate that the development of social science learning materials based on contextual approach
reach the very good criteria.

Keywords: learning materials, contextual approach, social science.

PENDAHULUAN 2003 pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional,


menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha
Seluruh manusia di dunia membutuhkan sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
pendidikan. Pendidikan merupakan jalan utama belajar dan proses pembelajaran agar peserta
untuk membuka cakrawala berpikir manusia. Berpikir didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
yang khas yang membedakan manusia dari hewan. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak
Melalui pendidikan, manusia dapat mengembangkan mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
cara berpikir, bersikap, dan potensi diri sehingga masyarakat, bangsa dan Negara.
dapat mewujudkan kehidupan yang lebih baik pada Terkait dengan peran penting pendidikan
masa sekarang dan masa yang akan datang. di atas, maka kualitas pendidikan merupakan hal
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun penting yang harus diperhatikan. Pendidikan di

PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 30 No. 2 Oktober 2016 105


Pengembangan Bahan Ajar ...

Indonesia sampai saat ini masih jauh dari apa yang Pada beberapa kompetensi dasar IPS di kelas
diharapkan, contohnya pendidikan pada jenjang IV sd mencakup pembahasan materi yang cukup
sekolah dasar. Rendahnya kualitas pendidikan pada luas untuk dipelajari. Menurut guru kelas IV salah
sekolah dasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor satu materi yang cukup luas untuk dipelajari adalah
diantaranya karena proses kegiatan belajar mengajar pada KD. 2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang
di sekolah dasar yang pada umumnya masih berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain
monoton, pembelajaran dilaksanakan cenderung di daerahnya. Kompetensi dasar tersebut terdapat
berpusat pada guru yang akan menyebabkan di semester II KTSP 2006. Cukup luasnya materi
pembelajaran pasif. Penggunaan bahan ajar masih untuk dipelajari tersebut tidak di dukung dengan
bergantung pada bahan ajar tinggal pakai dan tinggal kelengkapan penyajian materi di dalam bahan ajar
beli, padahal bahan ajar merupakan salah satu aspek seperti yang telah dijabarkan sebelumnya.
penting dalam penyampaian pelajaran. Kekurangan lain yang peneliti temukan dalam
Setiap mata pelajaran di sekolah dasar tentu bahan ajar yang digunakan adalah tidak terdapatnya
memerlukan bahan ajar, termasuk mata pelajaran IPS. tujuan belajar yang harus dikuasai siswa, penggunaan
Melalui mata pelajaran IPS siswa diajak untuk dapat bahasa juga kurang komunikatif, serta penyajian
mengenal lingkungan fisik dan lingkungan sosial materi dalam bahan ajar tersebut tidak dihubungkan
beserta hubungan dan interaksi yang terjadi antara dengan konteks kehidupan nyata siswa, sehingga
kedua lingkungan tersebut. Dengan demikian, IPS pembelajaran menjadi kurang bermakna. Untuk itu
merupakan salah satu mata pelajaran yang menarik pemilihan bahan ajar yang tepat diperlukan dalam
untuk dipelajari karena secara umum IPS memuat penyajian materi pada KD. 2.1 tersebut.
hal yang dekat dengan kehidupan siswa. Namun Berdasarkan masalah yang telah diuraikan
sayangnya, banyak siswa sekolah dasar yang merasa sebelumnya maka diperlukan suatu pengembangan
kurang tertarik dalam mempelajari IPS, salah satu bahan ajar yang dapat menarik minat siswa untuk
penyebabnya adalah karena bahan ajar IPS yang mempelajarinya dan memudahkan siswa dalam
digunakan selama ini belum dapat menimbulkan belajar. Penyajian materi dalam bahan ajar disajikan
minat belajar siswa. dengan penjelasan yang lebih mudah dimengerti,
Masalah di atas jelas ditemukan peneliti di penggunaan bahasa yang lebih komunikatif, gambar
lingkungan sekolah, yakni di kelas IV SDN Binong V penjelas materi yang lebih lengkap dan berwarna,
Kec. Curug, Kab. Tangerang-Banten. Bahan ajar yang serta pengaitan antara materi pelajaran dengan tujuan
digunakan adalah berupa buku LKS IPS. Kurang pembelajaran dan kehidupan siswa.
tertariknya siswa kelas IV dengan pelajaran IPS dan Menurut Barbara B. Seels dan Rita Richey
bahan ajar yang ada dapat terlihat saat pelajaran IPS dalam Warsita, pengembangan adalah proses
berlangsung, siswa terlihat tidak bersemangat ketika penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk
mengikuti pelajaran IPS. Siswa terlihat sibuk dengan fisik. Trianto menyatakan bahwa pengembangan
kegiatannya masing-masing, bercanda bersama merupakan suatu kegiatan yang dapat berupa
teman, dan tidak membaca bahan ajar yang ada. perancangan, perencanaan, atau perekayasaan
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru yang dilakukan dengan berdasar metode berpikir
kelas IV SDN Binong V, didapatkan informasi bahwa ilmiah guna memecahkan permasalahan yang nyata
bahan ajar IPS yang digunakan dirasakan belum terjadi, sehingga hasil kerja pengembangan berupa
dapat mendukung proses pembelajaran. Beberapa pengetahuan ilmiah atau teknologi yang digunakan
faktor penyebabnya adalah karena penyajian materi untuk memecahkan masalah tersebut. Pembelajaran
pada bahan ajar cenderung membosankan jika dapat dikatakan berjalan dengan baik apabila tujuan
dibaca oleh siswa, karena hanya berisi tulisan atau pembelajaran tercapai. Agar tercapainya tujuan
penjelasan yang padat dan panjang, materi tidak pembelajaran yang diinginkan maka dibutuhkan
didukung dengan kelengkapan gambar penjelas sebuah bahan ajar. Menurut Pannen dalam Prastowo,
materi, walaupun terdapat beberapa gambar, menyatakan bahwa bahan ajar adalah bahan-bahan
namun gambar tersebut tidak berwarna. Selain itu, atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis,
fasilitas buku untuk menunjang pembelajaran IPS yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses
yang tersedia di perpustakaan sekolah juga belum pembelajaran.
lengkap. Faktor-faktor yang telah diuraikan tersebut Selanjutnya, Prastowo menyatakan bahwa
menyebabkan siswa mengalami kesulitan di dalam bahan ajar merupakan sebuah susunan atas bahan-
mempelajari IPS. bahan yang berhasil dikumpulkan dan berasal dari

106 PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 30 No.2 Oktober 2016


Pengembangan Bahan Ajar ...

berbagai sumber belajar yang dibuat sistematis. penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
Menurut Widodo dan Jasmadi dalam Lestari, anggota keluarga dan masyarakat. Selanjutnya
menyatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat menurut Komalasari, pendekatan kontekstual adalah
sarana atau alat pembelajaran, metode, batasan- pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang
batasan, dan cara mengevaluasi yang di desain secara dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-
sistematis dan menarik dalam rangka mencapai hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,
tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi masyarakat maupun warga Negara, dengan tujuan
atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya. untuk menemukan makna materi tersebut bagi
Pada pembuatan bahan ajar pemilihan warna kehidupannya. Pendekatan kontekstual dalam
diperhatikan agar sesuai dengan pengguna bahan pembelajaran menurut Sardiman memiliki langkah-
ajar. Menurut Hurlock menyatakan bahwa, anak langkah penerapan yang terdiri atas tujuh aspek
kecil menyukai warna yang cerah dan menyolok dan yaitu, (a) Teori Konstruktivisme, (b) Menemukan
menganggap warna pastel jelek. Dengan demikian, (Inkuiri), (c) Bertanya, (d) Masyarakat Belajar
dalam pengembangan bahan ajar maka pemilihan (Learning Community), (e) Pemodelan, (f) Refleksi
warna-warna yang cerah dan mencolok seperti warna dan Penilaian yang Autentik.
kuning, merah, biru dan hijau akan lebih diutamakan Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan
di dalam desain bahan ajar. Hal ini disesuaikan sebelumnya, maka perlu dilakukan penelitian
dengan psikologi pengguna bahan ajar, yakni siswa pengembangan yang berjudul “Pengembangan
sekolah dasar kelas IV yang rata-rata berusia 9-10 Bahan Ajar IPS Berbasis Pendekatan Kontekstual
tahun. Untuk Siswa Kelas IV SD.” Peneliti berharap bahan
Menurut Sapriya, IPS merupakan nama mata ajar ini dapat menjadi bahan ajar yang efektif,
pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah menyenangkan, dan bermakna dalam pembelajaran
atau nama program studi di perguruan tinggi IPS khususnya di kelas IV sekolah dasar.
yang identik dengan istilah “social studies” dalam Berdasarkan latar belakang masalah maka fokus
kurikulum persekolahan di Negara lain, khususnya pengembangan adalah “Bagaimana mengembangkan
di Negara-negara Barat seperti Australia dan bahan ajar IPS berbasis pendekatan kontekstual untuk
Amerika Serikat. Menurut Ahmadi dan Amri, IPS siswa kelas IV SD?” Penelitian dan pengembangan
merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk
di SD yang mengkaji seperangkat perisitiwa, fakta, bahan ajar pembelajaran IPS untuk siswa kelas IV
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sekolah dasar. Oleh karena itu, diharapkan dapat
sosial. Menurut Gunawan, menyatakan bahwa Ilmu memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat secara praktis.
peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan ilmu sosial. METODE PENELITIAN
Bahan ajar yang sesuai untuk dikembangkan
dalam materi ini adalah bahan ajar yang berbasis Metode penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kontekstual. Peneliti mengembangkan metode penelitian dan pengembangan (Research
bahan ajar dengan pendekatan kontekstual and Development) dengan menggunakan Model
dikarenakan pendekatan tersebut dianggap tepat Pengembangan Instruksional (MPI) dari Atwi
digunakan dalam pembelajaran IPS terutama dalam Suparman.
materi aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan Penelitian pengembangan ini dilaksanakan
sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya. pada semester dua tahun ajaran 2015/2016 pada bulan
Melalui penggunaan pendekatan kontekstual dalam November 2015 sampai Juni 2016 di SDN Binong V
bahan ajar yang dikembangkan maka akan membuat Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang-Banten.
siswa dapat membuat keterkaitan antara materi Teknik analisis data yang digunakan adalah
pelajaran dengan situasi atau keadaan di dunia nyata. statistik deskriptif kuantitatif. Evaluasi data yang
Rosalin menyatakan bahwa pembelajaran dilakukan adalah evaluasi formatif yang dilakukan
dalam pendekatan kontekstual (CTL) merupakan dalam empat tahap, yaitu: evaluasi oleh ahli (expert
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan review) yang terdiri atas ahli materi, bahasa, dan media;
antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata evaluasi satu-satu (one-to-one evaluation); evaluasi
siswa dengan mendorong siswa membuat hubungan kelompok kecil (small group evaluation); dan uji coba
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan lapangan (field test). Responden dalam penelitian

PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 30 No. 2 Oktober 2016 107


Pengembangan Bahan Ajar ...

Tabel 2. Hasil Rekapitulasi Ahli Bahasa


pengembangan ini adalah siswa kelas IV SDN Binong
V Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang-Banten.
Jumlah Skor Jumlah
Penelitian pengembangan ini dilaksanakan pada No. Aspek yang dinilai %
Butir Kriterium Nilai
semester dua tahun ajaran 2015/2016 pada bulan 1. Kesesuaian 2 8 8
November 2015 sampai Juni 2016. dengan tingkat
perkembangan
siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN 2. Kekomunikatifan 4 16 14
3. Keruntutan dan 3 12 9
Penelitian pengembangan ini menghasilkan keterpaduan alur
pikir
sebuah produk bahan ajar IPS berbasis pendekatan
4. Penggunaan 1 4 4
kontekstual untuk kelas IV sekolah dasar. Produk
istilah, simbol, atau
bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual memuat ikon
KD 2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan 5. Penggunaan kata 2 8 8
dengan sumber daya alam dan potensi lain di 6. Penggunaan 2 8 7
daerahnya. kalimat

Produk bahan ajar yang dikembangkan 7. Kemudahan 2 8 8


dipahami anak
merupakan bahan ajar cetak (printed). Ukuran bahan
Jumlah 16 64 58 90,62
ajar mengacu pada standar ukuran kertas yang telah
ditetapkan oleh ISO untuk kelas IV sekolah dasar
yakni A4 (210 x 297 mm). Jenis kertas yang digunakan Berdasarkan data pada tabel 2 di atas dapat
untuk cover adalah Art Cartoon dengan berat 250 terlihat bahwa produk bahan ajar mendapatkan
gsm dan untuk isi bahan ajar menggunakan HVS persentase penilaian oleh ahli bahasa sebesar 90,62%
ukuran A4 dengan berat kertas 100 gsm. Jenis huruf maka dapat dikategorikan sangat baik.
yang digunakan dalam bahan ajar adalah Comic Sans Selanjutnya, Tabel 3 berikut merupakan hasil
MS dengan ukuran huruf 12 pt-14 pt. rekapitulasi penilaian oleh ahli media.
Selanjutnya, dilakukan tahap expert review,
Tabel 3. Hasil Rekapitulasi Ahli Media
produk bahan ajar dinilai berdasarkan instrumen
yang telah dibuat. Tabel 1 berikut merupakan Jumlah Skor Jumlah
No. Aspek yang dinilai %
penilaian ahli materi berdasarkan instrumen yang Butir Kriterium Nilai
digunakan dengan rekapitulasi. 1. Teknik penyajian 3 12 11
2. Penyajian 3 12 11
Tabel 1. Hasil Rekapitulasi Ahli Materi pembelajaran
3. Kelengkapan 10 40 40
Jumlah Skor Jumlah penyajian
No. Aspek yang dinilai %
Butir Kriterium Nilai 4. Ukuran bahan ajar 2 8 8
1. Kesesuaian uraian 5 20 18 5. Desain kulit bahan 10 40 40
materi dengan SK ajar
dan KD
6. Desain isi bahan 14 56 54
2. Keakuratan materi 3 12 10 ajar
3. Materi pendukung 5 20 18 Jumlah 42 168 164 97,6
pembelajaran
4. Langkah-langkah 7 28 27
pendekatan Berdasarkan data pada tabel 3 di atas dapat
kontekstual terlihat bahwa produk bahan ajar mendapatkan
Jumlah 20 80 73 91,25 persentase penilaian oleh ahli media sebesar 97,6%
maka dapat dikategorikan sangat baik. Komentar
Berdasarkan hasil rekapitulasi ahli materi dan saran dari para ahli peneliti gunakan untuk
pada tabel 1, dapat terlihat bahwa produk bahan ajar memperbaiki produk bahan ajar.
mendapatkan persentase penilaian oleh ahli materi Selanjutnya penelitian dilanjutkan pada tahap
sebesar 91,25% maka dapat dikategorikan sangat evaluasi formatif yakni evaluasi satu-satu (one to
baik. Selanjutnya, Tabel 2 berikut merupakan hasil one evaluation) dengan melibatkan tiga orang siswa
rekapitulasi penilaian oleh ahli bahasa.

108 PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 30 No.2 Oktober 2016


Pengembangan Bahan Ajar ...

kelas IV B SDN Binong V sebagai responden. Tabel 4 Tabel 6. Hasil Rekapitulasi Field Test
berikut adalah hasil rekapitulasi one to one evaluation.
Jumlah Jumlah
No Responden Persentase (%)
Tabel 4. Hasil Rekapitulasi One-to-one Evaluation Butir Soal Skor
1 AD 17 14 82,35
Jumlah Jumlah 2 AF 17 17 100
No Responden Persentase (%)
Butir Soal Skor 3 AHK 17 14 82,35
1 IS 9 8 88,89 4 AR 17 17 100
2 MIM 9 9 100 5 AN 17 17 100
3 SH 9 9 100 6 AA 17 17 100

Rata-rata 96,3 7 AND 17 17 100


8 APH 17 16 94,12

Berdasarkan data pada tabel 4, dapat terlihat 9 BMW 17 16 94,12

bahwa produk bahan ajar mendapatkan persentase 10 BH 17 17 100

penilaian pada tahap one-to-one evaluation sebesar 11 CAR 17 17 100


12 EA 17 17 100
96,3% maka dapat diartikan bahwa produk bahan
13 FRS 17 15 88,24
ajar menurut responden sangat baik.
14 KM 17 17 100
Setelah melalui tahap one to one evaluation
15 MM 17 16 94,12
selanjutnya dilakukan penelitian tahap small group
20 RFR 17 16 94,12
evaluation dengan melibatkan sepuluh orang siswa
21 RAS 17 17 100
kelas IV B SDN Binong V sebagai responden. Tabel
22 RTW 17 16 94,12
5 berikut adalah hasil rekapitulasi small group
23 RP 17 17 100
evaluation.
24 RH 17 14 82,35

Tabel 5. Hasil Rekapitulasi Small Group Evaluation 25 SI 17 17 100


26 SN 17 17 100
Jumlah Jumlah 27 SS 17 17 100
No Responden Persentase (%)
Butir Soal Skor 28 WTA 17 17 100
1 AW 17 16 94,12 Rata-rata 96.64
2 DM 17 17 100
3 IS 17 16 94,12 Berdasarkan data pada Tabel 6 di atas,
4 LR 17 17 100 dapat terlihat bahwa produk bahan ajar berbasis
5 MA 17 17 100 pendekatan konterkstual mendapatkan persentase
6 MI 17 15 88,24 penilaian pada tahap field test sebesar 96.64%. Sesuai
7 MRB 17 16 94.12 persentase yang didapatkan maka dapat diartikan
8 NAZ 17 17 100 bahwa produk bahan ajar yang menurut responden
9 NF 17 17 100 sangat baik.
10 SSS 17 17 100 Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
Rata-rata 97,06 pengembangan bahan ajar ini dapat digunakan
secara mandiri atau digunakan untuk siswa belajar
Berdasarkan data pada tabel 5 di atas, dapat di rumah dan di sekolah. Selain untuk siswa, produk
terlihat bahwa produk bahan ajar mendapatkan ini juga dapat menjadi alternatif bahan ajar yang
persentase penilaian pada tahap small group dapat digunakan oleh guru untuk kegiatan belajar
evaluation sebesar 97.06% maka dapat diartikan tatap muka pada materi KD. 21 Mengenal aktivitas
bahwa produk bahan ajar yang menurut responden ekonomi berdasarkan sumber daya alam dan potensi
sangat baik. lain di daerah.
Setelah melalui tahap small group evaluation Melalui penggunaan pendekatan kontekstual
selanjutnya dilakukan penelitian tahap terakhir yakni sebagai basis pada bahan ajar, maka dapat
field test dengan melibatkan siswa kelas IV A SDN menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna
Binong V sebagai responden. Tabel 6 berikut adalah karena siswa dapat menghubungkan antara materi
hasil rekapitulasi field test. yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari.

PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 30 No. 2 Oktober 2016 109


Pengembangan Bahan Ajar ...

Kegiatan belajar juga dapat dilaksanakan dengan kesulitan disaat kegiatan belajar berlangsung. Pada
lebih menyenangkan karena siswa dapat terlibat aktif saat wawancara guru menyatakan ketertarikannya
di saat proses kegiatan belajar berlangsung. menggunakan produk bahan ajar di dalam kegiatan
Di dalam penggunaan produk bahan ajar, belajar di kelas.
sebaiknya guru juga memperhatikan beberapa hal Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat
lain sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang disimpulkan bahwa hasil pengembangan bahan ajar
maksimal. Hal tersebut seperti penguasan materi IPS berbasis pendekatan kontekstual untuk kelas
yang baik oleh guru, penguasaan penerapan langkah- IV sekolah dasar ini merupakan produk yang valid
langkah pendekatan kontekstual, penggunaan dan sudah mencapai kriteria sangat baik. Produk ini
media pembelajaran yang dapat mendukung proses dapat digunakan sebagai bahan ajar IPS di kelas IV
pembelajaran, dan pemanfaatan berbagai sumber pada materi mengenal aktivitas ekonomi berdasarkan
belajar yang berada di sekitar siswa. sumber daya alam dan potensi lain di daerah yang
tertera pada kompetensi dasar 2.1 KTSP 2006.
PENUTUP Saran
Peneliti memberikan saran sebagai berikut:
Kesimpulan Siswa diharapkan menggunakan bahan ajar berbasis
Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan pendekatan kontekstual sebagai sumber belajar
produk bahan ajar IPS untuk siswa kelas IV sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar
sekolah dasar dengan judul “Mengenal Kegiatan yang bermakna dan menyenangkan, Guru diharapkan
Ekonomi”. Pengembangan bahan ajar dilakukan dapat menggunakan bahan ajar berbasis pendekatan
karena bahan ajar yang sebelumnya digunakan di kontekstual dengan materi mengenai kegiatan
sekolah yakni LKS dirasakan belum memadai dan ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam
belum sesuai kebutuhan siswa. Bahan ajar dibuat dan potensi lain sebagai bahan ajar alternatif yang
dengan berbasis pendekatan kontekstual. Dengan dapat memberikan pemahaman mengenai kegiatan
pendekatan kontekstual maka kegiatan belajar ekonomi, sekolah diharapkan dapat memanfaatkan
yang dilakukan akan lebih bermakna karena siswa bahan ajar ini sebagai tambahan koleksi bahan ajar
dapat membuat keterkaitan antara materi pelajaran IPS dan menjadi salah satu sumber belajar alternatif
dengan situasi atau keadaan di dunia nyata. Peneliti yang dapat digunakan secara maksimal di dalam
mengembangkan bahan ajar IPS berbasis pendekatan pembelajaran di kelas, dan peneliti selanjutnya
kontekstual mengacu dan mengikuti langkah- diharapkan dapat menghasilkan produk bahan
langkah dari model pengembangan instruksional ajar yang lebih baik dan inovatif serta dapat
menurut Atwi Suparman. mengembangkan materi pada kompetensi dasar dan
Di dalam proses pengembangan, bahan ajar IPS materi selanjutnya.
berbasis pendekatan kontekstual yang dikembangkan
diuji validitas oleh 3 orang ahli, yaitu ahli materi, ahli DAFTAR PUSTAKA
bahasa, dan ahli media. Hasil rata-rata persentase
penilaian dari para ahli secara keseluruhan mencapai Ahmadi, L. K.,& Amri, S. (2011). Mengembangkan
93.16% dengan demikian produk dinyatakan valid pembelajaran IPS terpadu. Jakarta: Prestasi
dengan kriteria sangat baik. Selanjutnya dilakukan Pustakarya.
tahap uji coba pada siswa kelas IV SDN Binong V Amri, S.,& Ahmadi, L. K. (2010). Konstruksi
Kabupaten Tangerang. Pertama, tahap one to one pengembangan pembelajaran. Jakarta: PT. Prestasi
evaluation didapatkan hasil rata-rata mencapai 96,3% Pustakarya.
dengan kriteria sangat baik. Kedua, yakni tahap small Emzir. (2014). Metodologi penelitian pendidikan. Depok:
group evaluation didapatkan hasil rata-rata mencapai Rajagrafindo Persada.
97,06% dengan kriteria sangat baik. Terakhir adalah Gunawan, R. (2014). Pengembangan kompetensi guru IPS.
tahap field test didapatkan hasil rata-rata mencapai Bandung: ALFABETA.
96,64% dengan kriteria sangat baik. Hindarto, M. P. (2006). Warna untuk desain interior.
Hasil observasi tahap small group evaluation Yogyakarta: Media Pressindo.
dan tahap field test menunjukkan bahwa bahan ajar Hurlock, E. B. (1978). Perkembangan anak jilid 2. Jakarta
dapat digunakan secara efektif dan tidak melebihi : Erlangga.
waktu yang dialokasikan untuk pelajaran IPS (2x35 Iskandarwassid.,& Sunendar, D. (2009). Strategi
menit). Guru dan siswa terlihat tidak mengalami pembelajaran bahasa. Bandung: Remaja

110 PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 30 No.2 Oktober 2016


Pengembangan Bahan Ajar ...

Rosdakarya. Sapriya. (2013). Pendidikan IPS. Bandung: Remaja


Kementrian Pendidikan Nasional. (2011). Standar Rosdakarya.
kompetensi dan kompetensi dasar sekolah dasar/ Sitepu, B. P. (2012). Penulisan buku teks pelajaran.
madrasah ibtidaiyah. Jakarta: Kementrian Bandung: Remaja Rosdakarya.
Pendidikan Nasional. Sardiman. (2011). Interaksi & motivasi belajar mengajar.
Komalasari, K. (2013). Pembelajaran kontekstual konsep Jakarta: Raja Grafindo Persada.
dan aplikasi. Bandung: Refika Aditama. Sugiyanto. (2010). Model-model pembelajaran inovatif.
Lestari, I. (2013). Pengembangan bahan ajar berbasis Surakarta: Yuma Pustaka.
kompetensi. Padang: Akademia Permata. Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif
Maryani, E. (2011). Pengembangan program pembelajaran dan R&D. Bandung: Alfabeta.
IPS untuk meningkatkan keterampilan sosial. Suparman, M. A. (2012). Desain Instruksional Modern.
Bandung: Alfabeta. Jakarta: Erlangga.
Muclish, M. (2009). KTSP pembelajaran berbasis Susanto, A. (2013). Teori belajar pembelajaran di sekolah
kompetensi dan kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. dasar. Jakarta: Prenamedia Group.
Muclish, M. (2010). Text book writing. Jogjakarta: Ar- Syaodih, N. S.,& Syaodih, E. (2012). Kurikulum dan
Ruzz Media. pembelajaran kompetensi. Bandung: Refika
Mulyasa, E. (2009). Standar kompetensi dan sertifikasi Aditama.
guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Trianto. (2011). Pengantar Penelitian Pendidikan bagi
Prastowo, A. (2011). Panduan kreatif membuat bahan ajar Pengembangan Profesi Pendidikan & Tenaga
inovatif. Jogjakarta: DIVA Press. Kependidikan. Jakarta: Prenada Media Grup.
Purwanto, N. (2007). Psikologi pendidikan. Bandung: Trianto. (2013). Mendesain model pembelajaran inovatif-
Remaja Rosdakarya. progresif. Jakarta: Prenada Media Group.
Putra, N. (2011). Research & development. Jakarta: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
RajaGrafindo Persada. 2002. Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan,
Rosalin, E. (2008). Gagasan merancang pembelajaran dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
kontekstual. Bandung: Karsa Mandiri Persada. http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/
Sanjaya, W. (2013). Perencanaan dan desain sistem uu/UU_2002_18.pdf. Diakses pada tanggal 9
pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Grup. Desember 2015 pukul 19.16 WIB
Sanjaya, W. (2010). Strategi pembelajaran berorientasi Warsita, B. (2008). Teknologi pembelajaran landasan dan
standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana. aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 30 No. 2 Oktober 2016 111


Pengembangan Bahan Ajar ...

112 PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 30 No.2 Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai