Anda di halaman 1dari 21

1.

Pengertian Hepatitis B

Hepatitis B adalah infeksi serius pada hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV).
Hepatitis B bisa menyebabkan kondisi akut dan kronis pada pasien. Jika sudah memasuki level
kronis, penyakit ini bisa membahayakan nyawa penderitanya. Jika tidak segera ditangani,
pendertia hepatitis B kronis berisiko terkena sirosis, kanker hati, atau gagal hati.

Hepatitis B sulit dikenali karena gejala-gejalanya tidak langsung terasa dan bahkan ada yang
sama sekali tidak muncul. Karena itulah, banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya
telah terinfeksi. Virus ini biasanya berkembang selama 1-5 bulan sejak terjadi pajanan terhadap
virus sampai kemunculan gejala pertama.

Beberapa gejala umum hepatitis B antara lain:

 Kehilangan nafsu makan.


 Mual dan muntah.
 Nyeri di perut bagian bawah.
 Sakit kuning (dilihat dari kulit dan bagian putih mata yang menguning).
 Gejala yang mirip pilek, misalnya lelah, nyeri pada tubuh, dan sakit kepala.

Penderita Hepatitis B di Indonesia

Hepatitis B merupakan masalah kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Organisasi Kesehatan


Dunia (WHO) memperkirakan lebih dari 680 ribu orang meninggal dunia tiap tahun akibat
komplikasi hepatitis B, seperti siroris dan kanker hati.

Di Indonesia sendiri, hasil riset Kesehatan Dasar pada yang dirilis pada 2015 menunjukkan
bahwa penderita hepatitis di Indonesia diperkirakan mencapai 28 juta orang, dimana setengah di
antaranya berpotensi untuk menjadi kronis, dan 10 persen dari risiko kronis tersebut akan
mengalami sirosis atau bahkan kanker hati.

Cara Penularan Hepatitis B

Hepatitis B dapat menular melalui darah dan cairan tubuh, misalnya sperma dan cairan vagina.
Beberapa cara penularan umumnya antara lain:

 Kontak seksual. Misalnya berganti-ganti pasangan dan berhubungan seks tanpa alat
pengaman.

 Berbagi jarum suntik. Misalnya menggunakan alat suntik yang sudah terkontaminasi
darah penderita hepatitis B.

 Kontak dengan jarum suntik secara tidak disengaja. Misalnya petugas kesehatan
(paramedis) yang sering berurusan dengan darah manusia.
 Ibu dan bayi. Ibu yang sedang hamil dapat menularkan penyakit ini pada bayinya saat
persalinan.

Diagnosis pada Hepatitis B

Diagnosis hepatitis B dilakukan melalui serangkaian pemeriksaan darah, yakni tes antigen dan
antibodi untuk virus hepatitis B, serta pemeriksaan darah untuk melihat fungsi hati.

Ada tiga jenis pemeriksaan antigen dan antibodi untuk hepatitis B, yakni hepatitis B surface
antigen (HbsAg), hepatitis B core antigen (HbcAg), antibodi hepatitis B surface antigen (anti-
HbsAg). Masing-masing tes ini memiliki fungsi yang berbeda, dan akan dijelaskan lebih
mendetail pada bagian diagnosis.

Tes fungsi hati dilakukan untuk memeriksa kemungkinan menderita penyakit hati lainnya. Hal
ini dikarenakan gejala hepatitis B seringkali menyerupai penyakit lainnya, terutama gangguan di
hati. Pada pemeriksaan ini, akan dilihat apakah terdapat peningkatan enzim hati, yang
menandakan bahwa hati Anda sedang berada di bawah tekanan atau sedang mengalami
gangguan tertentu.

Hepatitis B Akut dan Kronis

Ada dua jenis infeksi hepatitis B, yaitu akut (terjadi dalam waktu singkat) dan kronis (jangka
panjang). Infeksi akut umumnya dialami oleh orang dewasa. Jika mengalami hepatitis B akut,
sistem kekebalan tubuh Anda biasanya dapat melenyapkan virus dari tubuh dan Anda akan
sembuh dalam beberapa bulan.

Hepatitis B kronis terjadi saat virus tinggal dalam tubuh selama lebih dari enam bulan. Jenis
hepatitis B ini lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Anak-anak yang terinfeksi virus
pada saat lahir berisiko mengalami hepatitis B empat sampai lima kali lebih besar dibanding
anak-anak yang terinfeksi pada masa balita.

Sebanyak 20 persen orang dewasa yang terpapar virus ini akan berujung pada diagnosis hepatitis
B kronis. Penderita hepatitis B kronis bisa menularkan virus meski tanpa menunjukkan gejala
apa pun. Berdasarkan penelitian WHO, sekitar 3 dari 10 penderita hepatitis B kronis akan
mengalami sirosis.

Sirosis adalah kerusakan hati jangka panjang atau kronis yang menyebabkan luka pada hati.
Perkembangan penyakit yang perlahan-lahan mengakibatkan jaringan sehat digantikan oleh
jaringan rusak. Fungsi hati dalam memproses nutrisi, hormon, obat, dan racun yang diproduksi
tubuh akan melambat.

Pengobatan Hepatitis B
Tidak ada langkah khusus dalam pengobatan hepatitis B. Tujuan pengobatan kondisi ini adalah
untuk mengurangi gejala dengan obat pereda sakit, serta menjaga kenyamanan sehari-hari si
penderita dan keseimbangan gizinya.

Sementara itu, pengobatan untuk hepatitis B kronis tergantung pada tingkat keparahan infeksi
pada hati. Penanganan penyakit ini adalah menggunakan obat-obatan yang berfungsi untuk
menghambat produksi virus dan mencegah kerusakan pada hati.

Hepatitis B Jangka Panjang (Kronis)

Hepatitis B kronis terjadi saat virus tinggal dalam tubuh selama lebih dari enam bulan. Gejalanya
cenderung lebih ringan dan tidak konstan. Sebagian besar penderita penyakit ini tidak mengalami
gejala yang signifikan.

Tetapi penderita harus tetap berhati-hati karena penderita hepatitis B kronis, terutama yang tidak
menjalani pengobatan, dapat mengalami komplikasi serius. Misalnya sirosis atau inflamasi hati.

Jika menemukan gejala-gejala tidak biasa yang berlangsung selama berhari-hari atau Anda
merasa telah terpapar virus hepatitis B, periksakan diri Anda ke dokter.

Infeksi hepatitis B dapat dicegah dengan pengobatan. Tetapi perlu diingat bahwa pengobatan ini
hanya efektif jika dilakukan dalam 48 jam setelah terjadi pajanan. Meski demikian, proses ini
juga terkadang bisa efektif sampai satu minggu

Penyebab Hepatitis B

Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B bisa menyebabkan kondisi akut
dan kronis pada pasien. Hepatitis B termasuk penyakit yang sangat mudah menular. Penularan
hepatitis B dapat melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lain penderita. Risiko Anda
akan makin tinggi jika Anda tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit ini.

Faktor Risiko Secara Umum

Banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terinfeksi. Berikut adalah beberapa hal
yang bisa meningkatkan risiko terkena hepatitis B pada diri Anda:

 Berbagi sikat gigi, alat cukur, dan handuk yang sudah terkontaminasi dengan darah yang
terinfeksi.
 Menggunakan obat-obatan terlarang dan berbagi jarum suntik.
 Berhubungan seks dengan pengguna obat-obatan terlarang yang memakai dan berbagi
jarum suntik.
 Memiliki luka terbuka dan terjadi kontak dengan darah yang terinfeksi.
 Bekerja dan berurusan dengan darah. Paramedis dan staf laboratorium memiliki risiko
lebih tinggi terhadap ketidaksengajaan tertusuk jarum suntik bekas.
 Menjalani transfusi darah di klinik atau rumah sakit yang tidak memeriksa darah untuk
hepatitis B. Semua darah yang akan digunakan dalam transfusi harus dites untuk berbagai
penyakit, termasuk hepatitis B.
 Menjalani pengobatan atau perawatan gigi di klinik atau rumah sakit dengan peralatan
yang tidak steril.
 Menindik atau menato tubuh di tempat yang peralatannya tidak steril.

Cairan tubuh merupakan salah satu perantara utama dalam penularan hepatitis B. Anda juga
berisiko mengalami penyakit ini jika:

 Melakukan hubungan seks tanpa kondom (termasuk seks oral dan seks anal), terutama
jika pasangan Anda sudah terinfeksi.
 Memiliki pasangan seksual lebih dari satu orang.
 Pekerja seks komersial (wanita atau pria) juga berisiko tinggi tertular hepatitis B.

Faktor Risiko Secara Geografis

Faktor geografis juga memiliki peran yang cukup penting dalam penularan hepatitis B. Wilayah
dengan jumlah kasus hepatitis B tertinggi di antaranya adalah Asia Tenggara, Asia Timur, Asia
Tengah, Afrika sub-Sahara, Eropa Timur, dan Eropa Selatan.

Jika Anda atau pasangan seksual Anda pernah tinggal lama di salah satu wilayah tersebut, Anda
berisiko tinggi untuk terkena Hepatitis B. Karena itu sebaiknya Anda berwaspada dan dianjurkan
menerima vaksinasi.

Penularan dari Ibu kepada Bayi

Jika ibu hamil terkena hepatitis B, bayinya dapat tertular selama masa kehamilan atau pada saat
lahir. Para ibu hamil dianjurkan untuk menjalani tes darah sehingga hepatitis B dapat segera
terdeteksi.

Penularan hepatitis B dari ibu kepada bayinya masih dapat dicegah. Caranya adalah dengan
memberi vaksin hepatitis B pada sang bayi saat dilahirkan (sebaiknya dalam waktu 12 jam).
Pemberian ASI juga boleh dilakukan jika sang bayi sudah menerima vaksin pada saat lahir.

2. Perlemakan Hati

Perlemakan hati adalah kondisi ketika lemak yang ada di dalam organ hati menumpuk hingga
lebih dari 5-10 persen dari berat total organ tersebut.

Penyakit dengan nama lain steatosis ini kebanyakan diderita oleh orang-orang berusia antara 40-
60 tahun. Kebanyakan kasus perlemakan hati tidak menimbulkan gejala apa pun pada penderita
dan bahkan tidak menyebabkan kerusakan permanen pada organ hati. Namun pada penderita
yang kebetulan mengalami gejala dapat merasakan beberapa hal berikut ini, di antaranya:

 Hilang nafsu makan.


 Berat badan berkurang.
 Badan terasa lelah dan lemah.
 Konsentrasi terganggu.
 Bingung.
 Mual.
 Nyeri pada bagian tengah perut atau pada perut atas sebelah kanan.
 Pembengkakan hati.

Pada kasus yang jarang terjadi, perlemakan hati juga bisa menyebabkan gejala berupa timbulnya
bercak-bercak berwarna gelap pada kulit lengan dan leher.

Penyebab Perlemakan Hati

Berikut ini beberapa hal yang bisa menyebabkan penyakit perlemakan hati, di antaranya:

 Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan


 Efek samping obat-obatan (misalnya steroid, aspirin, tetracyline, dan tamoxifen).
 Kadar kolesterol yang tinggi di dalam darah
 Obesitas.
 Faktor keturunan.
 Penyakit diabetes.
 Penyakit hepatitis C.
 Penyakit autoimun.
 Malanutrisi.
 Berat badan yang turun secara drastis.
 Kehamilan (kasus ini jarang terjadi).

Diagnosis Perlemakan Hati

Peradangan pada hati dapat dideteksi oleh dokter melalui pemeriksaan pada perut pasien.
Beberapa pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan oleh dokter antara lain:

 Apakah terasa lemah?


 Apakah ada penurunan selera makan?
 Riwayat penyakit yang pernah diderita, teruatama hepatitis (umumnya hepatitis A, B, C).
 Riwayat penggunaan minuman beralkohol, obat-obatan dan suplemen.
Beberapa tes pemindaian (misalnya USG, CT scan, atau MRI scan) biasanya diinstruksikan
untuk mendeteksi penyakit perlemakan hati. Melalui tes pemindaian ini, sejumlah lemak yang
bertumpuk di dalam organ hati dapat terlihat di layar monitor.

Selain melalui tes pemindaian, dokter juga dapat mendeteksi penyakit perlemakan hati dengan
cara meneliti sampel jaringan hati melalui biopsi atau dengan cara meneliti enzim hati melalui
tes darah.

Pengobatan Perlemakan Hati

Dokter hampir tidak pernah meresepkan obat khusus atau menyarankan operasi untuk menangani
penyakit perlemakan hati. Biasanya dokter hanya akan menyarankan pasien untuk:

 Mengurangi konsumsi minuman beralkohol atau menghentikannya sama sekali.


 Mengurangi berat badan.
 Mengendalikan kadar gula darah dan kolesterol.
 Berolahraga secara rutin.
 Mengonsumsi makanan sehat, seperti gandum, sayuran, dan buah-buahan.
 Membatasi konsumsi makanan berkadar kalori tinggi, seperti nasi, jagung, roti, dan
kentang.
 Mengonsumsi ayam dan ikan sebagai pengganti daging merah.
 Menghindari minuman berkadar gula tinggi (misalnya jus atau minuman berenergi).

Jika perlemakan hati disebabkan oleh suatu penyakit, maka kondisi yang mendasari tersebut
harus ditangani terlebih dahulu oleh dokter.

Pada kasus perlemakan hati akut (jangka pendek) di masa kehamilan, penanganan harus
dilakukan secepat mungkin di rumah sakit karena bisa membahayakan nyawa sang ibu dan bayi
yang dikandung. Beberapa contoh risiko serius yang bisa terjadi adalah kegagalan organ ginjal
dan hati, pendarahan parah, dan infeksi parah.

Setelah pasien hamil terdiagnosis dengan kondisi perlemakan hati, dokter akan menyarankan
untuk mengeluarkan bayi sesegera mungkin, kemudian merawat pasien secara intensif selama
beberapa hari atau minggu sampai pulih.

Komplikasi pada Pecandu Alkohol

Jika pecandu alkohol tidak menghentikan kebiasaan minumnya walaupun sudah terkena
perlemakan hati, maka kondisi bisa berkembang lebih parah menjadi sirosis dengan gejala-
gejala:

 Massa otot berkurang.


 Penumpukan cairan di dalam tubuh.
 Penyakit kuning (jaundice).
 pendarahan.
 Gagal organ hati.

3. Sirosis

Sirosis adalah kondisi terbentuknya jaringan parut di hati akibat kerusakan hati jangka panjang
(kronis). Penyakit ini berkembang secara perlahan dan mengakibatkan jaringan yang sehat
digantikan oleh jaringan parut. Jaringan parut akan menghambat aliran darah yang melewati hati
sehingga kinerja hati menjadi terganggu atau bahkan terhenti.

Kerusakan pada hati yang disebabkan oleh sirosis tidak bisa diperbaiki dan bahkan bisa
menyebar lebih luas dan menyebabkan hati tidak bisa berfungsi dengan baik. Kondisi inilah yang
sering disebut dengan istilah gagal hati. Sebelum sirosis menyebabkan gagal hati,
perkembangannya berlangsung selama bertahun-tahun. Umumnya, penanganan dilakukan hanya
untuk memperlambat perkembangan penyakitnya.

Hati adalah organ padat paling besar yang berada di dalam tubuh manusia. Hati memiliki banyak
fungsi penting bagi tubuh, berikut ini beberapa fungsi hati di dalam tubuh.

 Menyimpan nutrisi berlebih dan mengembalikan sebagian nutrisi ke dalam aliran darah.
 Memproduksi protein dalam darah untuk membantu penggumpalan, pengiriman oksigen,
dan fungsi kekebalan tubuh.
 Membantu menyimpan gula dalam bentuk glikogen.
 Menyingkirkan unsur berbahaya dalam aliran darah, termasuk di antaranya minuman
keras dan obat-obatan.
 Menghancurkan lemak jenuh dan menghasilkan kolesterol.
 Memproduksi cairan empedu, yaitu unsur yang dibutuhkan untuk mencerna makanan.

Pada dasarnya, hati adalah organ yang sangat tangguh karena dapat terus bekerja meski dalam
keadaan rusak. Hati akan berusaha memperbaiki dirinya sendiri hingga organ ini benar-benar
rusak dan tidak bisa berfungsi lagi.

Gejala Sirosis

Sirosis pada tahap awal hanya memunculkan sedikit gejala, tapi ketika fungsi hati sudah
berkurang secara signifikan akan muncul gejala-gejala seperti:

 Kehilangan selera makan.


 Keletihan, kekurangan energi, dan mudah mengantuk.
 Pembengkakan pada pergelangan kaki dan perut atau edema.
 Penurunan atau kenaikan berat badan secara tiba-tiba.
 Demam dan menggigil.
 Sesak napas.
 Kulit dan putih mata berwarna kuning atau sakit kuning (jaundice).
 Mual dan muntah.
 Muntah darah.
 Perubahan warna pada urine dan tinja (kadang disertai darah).
 Kulit mengalami gatal-gatal.

Penyebab Sirosis

Sirosis disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya akibat virus hepatitis B, virus hepatitis C,
mengonsumsi minuman keras berlebihan, dan beberapa kondisi lain yang bisa merusak jaringan
hati.

Diagnosis Sirosis

Terdapat beberapa cara yang bisa digunakan untuk mendiagnosis sirosis, yaitu:

 Pemeriksaan fisik. Dokter akan mengamati perubahan fisik yang terjadi pada pasien.

 Tes darah. Sampel darah diambil untuk mengetahui tingkat fungsi hati dan kerusakan
jika ada.

 Pencitraan. CT scan, MRI, ultrasound, dan beberapa prosedur pencitraan lain mungkin
diperlukan untuk melihat kondisi hati.

 Biopsi. Pengambilan sampel jaringan dari hati.

Pengobatan Sirosis

Sirosis tidak bisa disembuhkan. Pengobatan dilakukan untuk menghambat perkembangan


penyebab dasar yang mengakibatkan munculnya sirosis sejak awal. Selain itu, pengobatan
dilakukan untuk memperlambat kerusakan jaringan hati, serta menangani gejala dan juga
komplikasi yang muncul akibat sirosis.

Misalnya, mengonsumsi obat antivirus untuk mengatasi hepatitis C akan membantu mencegah
sirosis bertambah parah. Kemudian Anda akan diminta untuk mengurangi atau menghentikan
konsumsi minuman keras, serta menurunkan berat badan jika Anda mengalami obesitas.

Jaringan rusak akibat sirosis bisa menyebabkan fungsi hati berhenti jika sudah memasuki
tahapan lanjutan. Pada kondisi ini, satu-satunya pilihan yang bisa dilakukan adalah dengan
melakukan transplantasi hati.

4. Abses Hepar

Apa itu abses hati?


Abses hati adalah penyakit lubang-lubang kecil pada hati yang penuh nanah karena infeksi. Hati
adalah organ penting dengan berbagai macam fungsi misalnya menyimpan energi, protein, dan
membuang zat-zat berbahaya dari dalam tubuh. Ketika hati terkena infeksi parasit, lubang kecil
bernanah mungkin muncul. Gejala abses hati, penyebab abses hati, dan obat abses hati, akan
dijelaskan lebih lanjut di bawah ini.

Seberapa umumkah abses hati?

Penyakit ini umum pada orang-orang yang hidup di daerah tropis. Abses hati dapat menyerang
siapa saja, termasuk pria dan wanita. Anda bisa mengatasi penyakit ini dengan mengurangi
faktor risiko. Konsultasi ke dokter untuk informasi lebih lanjut.

Tanda-tanda & gejala

Apa saja tanda-tanda dan gejala abses hati?

Dengan bentuk penyakit apapun, gejala-gejala mungkin tidak segera muncul. Jika terdapat
gejala, biasanya: demam, menggigil, berkeringat, mual, muntah, diare, atau sakit di perut bagian
atas kanan. Ada juga gejala-gejala yang lebih jarang muncul misalnya sesak di bagian dada,
nafsu makan hilang, kulit dan mata menguning. Beberapa gejala atau tanda lainnya mungkin
tidak tercantum di atas. Jika Anda merasa cemas tentang gejala tersebut, segera konsultasi ke
dokter Anda.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Hubungi dokter jika Anda mengalami salah satu gejala atau tanda di atas meliputi sakit perut
parah, demam tinggi yang tak kunjung sembuh. Status dan kondisi bisa bervariasi bagi banyak
orang. Selalu diskusikan dengan dokter Anda untuk mendapatkan metode diagnosis dan
perawatan terbaik untuk Anda.

Penyebab

Apa penyebab abses hati?

Ada 3 kategori penyebab utama abses hati, yakni:

 Bakteri sebagai penyebab abses hati, terutama Escherichia coli dan Klebsiella
pneumoniae.

 Amoeba sebagai penyebab abses hati, terutama Entamoeba histolytica.

 Jamur sebagai penyebab abses hati, kebanyakan Candida sp.

Abses hati yang disebabkan oleh bakteri disebut abses hati pyogenik. Kondisi peradangan seperti
usus buntu, diverticulitis, cholecystitis sering menyebabkan sebagian besar kasus abses hati.
Parasit serangga seperti amoeba juga menyebabkan nanah. Keadaan seperti ini kebanyakan
terjadi karena kondisi sanitasi yang buruk. Di seluruh dunia, abses hati yang paling umum adalah
abses hati pyogenic karena Amoeba.

Faktor-faktor risiko

Apa yang meningkatkan risiko saya untuk abses hati?

Faktor-faktor di bawah ini mungkin meningkatkan risiko abses hati yaitu:

 Makanan yang kebersihannya tidak terjamin

 Memiliki masalah pada hati, misalnya infeksi hati atau fungsi hepatik yang terganggu

 Jenis kelamin: wanita mungkin berisiko lebih tinggi daripada pria. Namun perbedaannya
tidak terlalu jauh

 Usia: orang yang terinfeksi biasanya berusia 60-70 tahun. Abses hati juga dapat terjadi
pada bayi, bersamaan dengan infeksi tali pusar

Obat & Pengobatan

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada
dokter Anda.

Apa saja pilihan pengobatan saya untuk abses hati?

Metode pengobatan terbaik adalah dengan membuang nanah dan dengan antibiotik. Sebagian
besar pasien memerlukan dua atau tiga macam antibiotik. Biasanya, antibiotik diberikan melalui
cairan intravena sampai demam dan radang membaik. Dokter Anda mungkin menggunakan
jarum yang dipasang di abses hati dan mengisap infeksi.

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk abses hati

Dokter sering mendeteksi penyakit abses hati dengan ultrasound (menggunakan gelombang suara
untuk menciptakan gambar hati). Metode lain untuk mendiagnosis adalah CT scan. Jika
perawatan dengan antibiotik tidak efektif, dokter akan melakukan biopsi dengan menusukkan
jarum melalui perut menuju ke abses untuk mengambil sampel jaringan dan menelitinya dengan
mikroskop. Dokter juga dapat menggunakan cara transplantasi untuk mengidentifikasi penyebab
yang lebih spesifik.

Pengobatan di rumah

Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi abses hati?
Gaya hidup dan pengobatan rumahan di bawah ini mungkin dapat membantu mengatasi abses
hati:

 Sebagian besar orang dengan abses hati pyogenik akan membaik dalam waktu 2 minggu
dengan antibiotik dan pembuangan nanah. Untuk orang yang terkena abses hati karena
Amoeba, mereka akan mengalami demam ringan selama 4-5 hari. Untuk mencegah
penyakit ini semakin menjalar, Anda bisa menerapkan rutinitas ini:
 Minum antibiotik sesuai petunjuk
 Check up rutin sesuai perintah dokter
 Cuci tangan sebelum makan
 Hubungi dokter segera jika mengalami sakit perut, muntah, demam, diare, berkeringat,
menggigil atau sakit kuning

5. Kolestasis

Kolestasis berasal dari bahasa Yunani, KOLE artinya empedu dan STASIS artinya tetap di
tempat. Secara definisi, kolestasis diartikan sebagai kondisi di mana aliran empedu terhambat.

Dalam keadaan normal, cairan empedu yang dihasilkan oleh sel hati akan dialirkan masuk ke
dalam kantong empedu. Di dalam kantong ini cairan empedu ditampung untuk sementara waktu.
Jika ada makanan di dalam usus, kantong empedu akan memompa cairan empedu yang ada di
dalamnya. Cairan kemudian akan mengalir lewat saluran empedu dan masuk ke dalam usus
halus. Di usus halus, cairan empedu membantu pencernaan lemak. Selain itu, cairan empedu juga
berfungsi memberi warna pada tinja sehingga tampak kekuningan atau kecoklatan.

PENYEBAB

Kolestasis terjadi jika aliran cairan empedu mengalami hambatan di titik mana saja, mulai dari
tempat produksi di hati sampai ketika akan masuk ke usus halus. Ada banyak kondisi yang bisa
menjadi penyebab hambatan aliran cairan empedu, antara lain adalah:

Penyakit hati, contohnya hepatitis, sirosis, atau kanker hati;

Penyakit lain seperti penyempitan saluran empedu (atresia biliaris), batu empedu, kanker saluran
empedu, kanker pankreas, peradangan pankreas (pankreatitis), dan lain-lain;

Obat-obatan tertentu.

GEJALA

Terhambatnya aliran empedu akan menyebabkan cairan empedu, yang terdiri dari terdiri dari
garam empedu, pigmen empedu (bilirubin) serta lemak, menumpuk dalam darah. Akibatnya
timbul berbagai macam gejala.Kadar pigmen empedu (bilirubin) yang tinggi di dalam darah akan
menyebabkan gejala kuning pada kulit atau mata. Selain itu, pigmen tersebut akan membuat
warna urin menjadi seperti teh pekat dan membuat kulit gatal-gatal.

Di lain pihak, karena cairan empedu tidak masuk ke usus, maka warna tinja menjadi lebih pucat
dan tinja banyak mengandung lemak. Keadaan ini disebut steatorrhea ditandai dengan bau tinja
yang sangat busuk. Penyerapan vitamin D dan kalsium ikut terganggu. Akibatnya tulang menjadi
rapuh. Gangguan penyerapan vitamin K dapat menyebabkan kecenderungan perdarahan. Selain
gejala utama di atas, seringkali ditemukan gejala penyerta seperti mual, muntah, hilang napsu
makan, nyeri perut, dan demam.

PENGOBATAN

Pengobatan utama kolestasis tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Jika karena batu
empedu, maka batu tersebut diangkat melalui operasi. Jika karena saluran sempit atau buntu,
dilakukan pembukaan saluran, juga dengan operasi. Jika karena obat-obatan tertentu, maka
penggunaan obat-obatan tersebut harus dihentikan. Jika karena hati mengalami kerusakan hebat
sehingga tidak berfungsi lagi, dapat dipertimbangkan operasi pencangkokan hati. Keberhasilan
pengobatan tergantung pada sulit tidaknya penyebab kolestasis diobati atau diatasi.

Pengobatan pendukung kolestasis antara lain adalah pemberian kolestiramin. Obat ini berfungsi
untuk mengurangi rasa gatal. Kadang-kadang diberikan juga suplemen vitamin D, K, atau
kalsium. Selain itu, untuk mengurangi lemak di dalam usus, penderita tidak boleh mengkonsumsi
makanan yang banyak mengandung lemak.

6. Batu Empedu (Kolelitiasis)

Batu empedu adalah batuan kecil yang berasal dari kolesterol, dan terbentuk di saluran empedu
manusia. Pada hampir sebagian besar kasus, batu empedu ini tidak akan menimbulkan gejala
apapun. Namun, terkadang batu ini akan menyumbat bagian ujung empedu sehingga akan
memicu rasa sakit mendadak yang cukup hebat. Nyeri ini disebut dengan nyeri kolik, dan dapat
bertahan selama hitungan jam.

Ukuran batu empedu bermacam-macam. Ada yang sekecil butiran pasir dan ada yang sebesar
bola pingpong. Jumlah batu yang terbentuk dalam kantong empedu juga bervariasi, misalnya ada
orang yang hanya memiliki satu buah batu dan ada yang lebih banyak.

Penyebab Terbentuknya Batu Empedu

Batu empedu diduga terbentuk akibat pengerasan kolesterol yang tertimbun dalam cairan
empedu. Hal ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara jumlah kolesterol dan senyawa
kimia dalam cairan tersebut.

Berikut adalah faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda terkena batu empedu:
 Faktor usia. Risiko penyakit batu ginjal akan bertambah seiring usia. Penyakit ini
umumnya dialami orang yang berusia di atas 40 tahun.

 Jenis kelamin. Risiko wanita untuk terkena penyakit batu empedu lebih tinggi
dibandingkan pria.

 Dampak melahirkan. Wanita yang pernah melahirkan memiliki risiko lebih tinggi.
Penyebabnya mungkin karena meningkatnya kadar kolesterol akibat perubahan hormon
estrogen selama masa kehamilan.

 Pengaruh berat badan. Risiko Anda akan meningkat jika mengalami kelebihan berat
badan, obesitas, hingga penurunan berat badan drastis.

Langkah Pengobatan Untuk Mengatasi Batu Empedu

Keberadaan batu empedu seringkali tidak akan menimbulkan gejala, sehingga tidak memerlukan
penanganan secara khusus. Tetapi jika menyebabkan gejala yang mengganggu atau jika terjadi
komplikasi, penyakit ini harus ditangani.

Batu empedu bisa ditangani dengan obat-obatan hingga operasi pengangkatan kantong empedu.
Walau fungsi organ ini penting, tubuh kita tetap bisa bertahan tanpa memilikinya. Tanpa kantong
empedu, hati akan tetap mengeluarkan cairan empedu yang membantu dalam pencernaan lemak.

Jenis operasi yang umum direkomendasikan adalah operasi ‘lubang kunci’ atau istilah medisnya
kolesistektomi laparoskopik. Jenis operasi ini dianjurkan karena metodenya yang sederhana
dengan tingkat risiko komplikasi yang rendah.

Komplikasi Akibat Batu Empedu

Walau sangat jarang terjadi, batu empedu dapat menyebabkan komplikasi pada tubuh. Salah
satunya adalah inflamasi kantong empedu (kolelitiasis) dengan gejala berupa:

 Rasa sakit perut yang terus menerus.


 Demam tinggi.
 Sakit kuning.
 Denyut jantung berdetak cepat.

Pankreatitis akut juga merupakan salah satu risiko yang berbahaya jika batu empedu masuk dan
menghambat saluran pankreas. Peradangan pankreas ini akan menyebabkan sakit perut yang
akan terus bertambah parah.

Gejala Batu Empedu


Batu empedu umumnya tidak menyebabkan penyakit. Gejala dapat muncul jika batu ini
menyumbat saluran kantong empedu atau saluran pencernaan lainnya. Gejala utama yang
biasanya dialami adalah sakit perut yang datang secara tiba-tiba atau disebut dengan kolik bilier.

Rasa sakit ini dapat terjadi pada beberapa bagian perut. Di antaranya adalah bagian tengah, atas,
atau kanan perut. Rasa sakit ini juga bisa menyebar ke sisi tubuh atau tulang belikat. Tanda-tanda
sakit perut ini juga bervariasi, misalnya:

 Dapat muncul kapan saja


 Dapat berlangsung selama beberapa menit sampai berjam-jam.
 Tidak akan berkurang meski sudah ke toilet, kentut, atau muntah.
 Frekuensi kemunculannya jarang tapi bisa dipicu oleh makanan dengan kadar lemak yang
tinggi.

Jika batu empedu menyebabkan penyumbatan pada salah satu saluran pencernaan, gejala-gejala
berikut dapat muncul:

 Sakit perut yang terus-menerus atau selalu kembali.


 Demam tinggi.
 Sakit kuning
 Detak jantung yang cepat.
 Gatal-gatal pada kulit.
 Diare.
 Linglung.
 Kehilangan nafsu makan.
 Mual dan muntah.
 Rasa sakit pada pundak.

Penting bagi Anda untuk mewaspadai kolik bilier walau gejalanya terasa sepele dan tidak
konsisten. Segera periksakan diri Anda ke dokter jika Anda mengalami sakit perut hebat yang
berlangsung lebih dari delapan jam, sakit kuning atau demam.

Diagnosis Batu Empedu

Jika merasakan gejala-gejala yang mengindikasikan terjadinya komplikasi, sebaiknya Anda


segera memeriksakan diri ke dokter. Sebagai langkah awal, Anda akan menjalani pemeriksaan
fisik. Kantong empedu berada di bagian kanan atas perut. Pasien akan diminta menarik napas,
kemudian dokter akan menekan bagian kanan atas perut. Jika terasa sakit, kemungkinan terdapat
peradangan pada kantong empedu.

Jika terbukti demikian, tes lanjutan akan dianjurkan dokter untuk memastikan tingkat keparahan
peradangannya.
Tes darah

Tes darah bisa dilakukan untuk memeriksa apakah terjadi infeksi atau untuk memeriksa fungsi
hati pasien. Fungsi hati akan terganggu jika ada batu empedu yang berpindah ke saluran empedu.
Dokter juga mungkin akan melakukan pemeriksaan enzim lipase dan amylase apabila terdapat
tanda-tanda terjadinya pankreatitis. Kadar kedua enzim tersebut umumnya akan meningkat tiga
kali lipat pada pasien pankreatitis akut.

USG

Jenis USG yang akan Anda jalani sama dengan tes USG untuk memeriksa kehamilan. Tetapi
USG akan diarahkan ke bagian perut atas.

MRI scan

Proses pemindaian yang mendetail ini dilakukan untuk memeriksa keberadaan batu empedu di
dalam saluran pencernaan.

CT scan

Jika pasien mengalami sakit perut hebat, jenis pemindaian ini dapat digunakan sebagai
pemeriksaan darurat dalam proses diagnosis. CT scan juga digunakan untuk memeriksa apakah
terjadi komplikasi akibat batu empedu, misalnya pankreatitis akut. Namun, metode pemindaian
ini tidak memberikan hasil sebaik dengan MRI scan.

Kolangiografi

Kolangiografi dilakukan untuk memeriksa keberadaan batu di dalam saluran pencernaan


termasuk saluran empedu. Pemeriksaan dengan kolangiografi menggunakan sejenis tinta yang
disuntikkan ke dalam aliran darah pasien. Dengan tinta ini, saluran pencernaan dapat dipelajari
setelah gambar X-ray diambil. Jika saluran empedu berfungsi dengan baik, tinta yang terserap
akan berhasil mengalir ke dalam hati, saluran empedu, usus, dan kantong empedu.

Pengobatan Batu Empedu

Dampak dan perkembangan batu empedu berbeda-beda pada tiap orang. Oleh karena itu, ada
yang merasakan gejala dan ada yang tidak. Langkah pengobatan akan disesuaikan kepada
seberapa besar pengaruhnya terhadap Anda.

Batu Empedu Tahap Awal

Peningkatan kewaspadaan dan pemantauan secara teratur sering menjadi rekomendasi utama
dalam menangani kondisi ini. Jika batu empedu tidak menyebabkan gejala apa pun, dokter
biasanya tidak menganjurkan intervensi medis.
Tetapi jika Anda memiliki penyakit lain yang dapat mempertinggi kemungkinan komplikasi,
Anda akan dianjurkan untuk menjalani pengobatan. Jenis penyakit yang meningkatkan risiko
komplikasi batu empedu adalah sirosis, diabetes, atau hipertensi portal (tekanan darah tinggi
yang terjadi pada hati).

Jika Anda memiliki batu empedu, sekaligus tingkat kalsium yang tinggi di dalam kantong
empedunya, langkah pengobatan akan dianjurkan. Hal ini karena kombinasi batu empedu dan
kalsium yang tinggi dapat menyebabkan kanker kantong empedu jika dibiarkan.

Batu Empedu Tahap Lanjut

Gejala utama perkembangan penyakit ini adalah munculnya sakit perut atau kolik bilier. Jenis
pengobatannya juga tergantung pada tingkat keparahan gejala:

 Jika Anda mengalami sakit perut ringan dan jarang muncul, dokter mungkin akan
menganjurkan konsumsi obat pereda sakit (analgesik) dan pola makan sehat untuk
mengendalikan gejala.

 Jika Anda mengalami sakit perut yang hebat dan sering muncul, dokter biasanya akan
menganjurkan prosedur pengangkatan kantong empedu.

Obat Asam Ursodeoksikolat

Batu empedu berukuran kecil yang tidak mengandung kalsium dapat ditangani dengan asam
ursodeoksikolat. Obat ini mampu melarutkan batu empedu. Tetapi obat ini jarang
direkomendasikan untuk menangani batu empedu karena:

 Tingkat keefektifannya yang rendah.

 Pasien harus meminumnya untuk waktu lama (terkadang lebih dari satu tahun).

 Batu empedu dapat kembali muncul jika konsumsi dihentikan.

Asam ursodeoksikolat juga tidak dianjurkan bagi wanita hamil atau menyusui. Obat ini juga
dapat mempengaruhi keefektifan pil KB. Karena itu, wanita pengguna pil KB dianjurkan
menggantinya dengan alat pengaman seperti kondom jika mengonsumsi obat ini.

Selain sebagai pengobatan, asam ursodeoksikolat juga dianjurkan untuk mencegah terbentuknya
batu empedu bagi mereka yang berisiko tinggi.

7. Kolesistitis

Kolesistitis adalah peradangan yang terjadi pada kantong empedu. Kantong empedu merupakan
organ tubuh tempat penyimpanan cairan empedu, yaitu cairan yang memiliki peran penting
dalam pencernaan lemak di dalam tubuh.
Kolesistitis bisa terjadi secara tiba-tiba (akut) atau dalam jangka panjang (kronis). Sebagian
besar kasus kolesistitis akut terjadi karena penyumbatan di saluran empedu. Sedangkan
kolesistitis kronis merupakan peradangan yang terjadi setelah seseorang mengalami kolesistitis
akut berulang kali.

Gejala Kolesistitis

Gejala utama kolesistitis adalah kemunculan rasa sakit yang sangat parah pada perut bagian
kanan atas dan dapat bertahan selama beberapa jam. Rasa sakit ini cenderung muncul setelah
mengonsumsi makanan tertentu, terutama makanan berlemak dan bisa menjalar hingga ke
punggung atau tulang belikat kanan.

Selain rasa sakit di perut, kolesistitis terkadang juga disertai gejala-gejala berikut:

 Rasa sakit bertambah parah saat menarik napas panjang


 Mual, muntah, dan nafsu makan hilang.
 Demam dan berkeringat.
 Kulit dan mata menjadi kuning.

Penyebab Kolesistitis

Sebagian besar kolesistitis disebabkan oleh penyumbatan pada saluran empedu, sehingga
membuat cairan empedu terperangkap di dalam kantong empedu. Penyumbatan saluran empedu
ini sendiri dapat diakibatkan oleh batu, tumor, maupun saluran yang menyempit. Penyumbatan
tersebut memicu terjadinya iritasi dan tekanan pada kantong empedu, yang kemudian
mengakibatkan pembengkakan dan infeksi.

Selain karena penyumbatan saluran empedu, ada beberapa faktor lain yang bisa menyebabkan
kolesistitis. Di antaranya adalah sepsis, AIDS, malnutrisi berat, luka bakar, dan diabetes .

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kolesistitis, antara lain:

 Berjenis kelamin wanita


 Kehamilan.
 Sedang menjalani terapi hormon.
 Lanjut usia.
 Obesitas.
 Berat badan naik atau turun terlalu cepat.

Diagnosis Kolesistitis

Metode Murphy’s sign akan dilakukan oleh dokter terhadap seorang pasien yang dicurigai
menderita kolesistitis dari nyeri perut hebat yang dialaminya. Tes ini dilakukan dengan cara
menekan perut di bagian bawah tulang iga kanan pasien. Saat pasien menarik napas, kantong
empedu akan bergeser dan menyentuh tekanan tangan dokter. Bila pasien menderita kolesistitis,
pasien akan merasakan nyeri saat pemeriksaan dilakukan.

Dokter kemungkinan juga akan menyarankan metode-metode pemeriksaan berikut ini guna
memastikan diagnosis. Di antaranya meliputi:

 Tes darah untuk memeriksa adanya tanda-tanda radang, infeksi, atau masalah lain di
dalam kantong empedu.

 USG, foto Rontgen, MRI, atau CT scan guna memeriksa ada atau tidaknya gangguan
pada kantong empedu atau sumbatan saluran empedu.

Pengobatan Kolesistitis

Langkah penanganan kolesistitis meliputi:

 Berpuasa atau diet rendah lemak agar beban kerja kantong empedu berkurang.

 Pemberian cairan melalui infus untuk menghindari dehidrasi.

 Penggunaan obat-obatan, seperti obat pedera rasa sakit serta antibiotik untuk menangani
infeksi.

Selain pengobatan di atas, dokter akan menganjurkan pasien untuk menjalani operasi
pengangkatan kantong empedu atau kolesistektomi. Prosedur ini bertujuan untuk mengurangi
risiko komplikasi serius pada penderita kolestitis, sekaligus mencegah agar kolesistitis tidak
kembali lagi.

Ada dua jenis kolesistektomi yang bisa dijalani oleh pasien, yaitu kolesistektomi
laparoskopik dan kolesistektomi sayatan terbuka. Kolesistektomi laparoskopik adalah upaya
pengangkatan kantong empedu yang dilakukan dengan membuat sayatan kecil di perut, dan
menggunakan alat bedah khusus yang dilengkapi dengan kamera video.

Efek yang dapat dirasakan setelah pengangkatan kantong empedu adalah diare setelah
mengonsumsi makanan tertentu. Tubuh manusia tetap bisa bertahan tanpa organ ini. Hati akan
tetap mengeluarkan cairan empedu untuk membantu pencernaan lemak meski kantong empedu
sudah diangkat.

Komplikasi Kolesistitis

Kolesistitis yang tidak ditangani berpotensi memicu komplikasi serius, bahkan dapat berakibat
fatal. Jaringan kantong empedu yang mati dan membusuk, serta pecahnya kantong empedu
merupakan komplikasi utama yang bisa terjadi. Keduanya dapat menyebabkan infeksi yang
serius pada rongga perut, yaitu peritonitis. Oleh karena itu, pengobatan yang segera sangat
penting dilakukan.
8. Pankreatitis Akut

Pankreatitis akut adalah peradangan yang terjadi di dalam pankreas dalam waktu yang cukup
singkat.

Pankreas sendiri merupakan sebuah organ berukuran kecil yang terletak di belakang organ
lambung dan di bawah tulang iga. Organ ini memproduksi enzim-enzim yang berfungsi
mencerna karbohidrat, lemak, dan protein dari makanan yang kita makan, dan membantu
metabolisme dalam tubuh melalui produksi hormon.

Meskipun berlangsung relatif singkat, peradangan yang ditimbulkan oleh pankreatitis akut dapat
menyebabkan kerusakan serius pada pankreas serta komplikasi fatal.

Penyebab pankreatitis akut

Secara umum, enzim-enzim pencernaan yang diproduksi pankreas hanya akan teraktivasi saat
sudah mencapai usus halus. Dalam kasus pankreatitis akut, enzim tersebut teraktivasi di dalam
pankreas dan memicu reaksi kimia yang dapat mengakibatkan peradangan pada pankreas.
Meskipun terdapat beberapa faktor yang dipercaya menjadi pemicu utama, seperti
penyumbatan batu empedu dan minuman beralkohol, belum ada bukti spesifik yang mendukung
mengapa hal tersebut terjadi.

Selain konsumsi minuman beralkohol dan penyumbatan batu empedu, ada beberapa hal lain
yang diduga bisa menyebabkan pankreatitis akut terjadi. Di antaranya adalah kerusakan pankreas
akibat cedera atau operasi di bagian perut, hipertrigliserida (kadar trigliserida darah yang tinggi),
kadar kalsium tinggi dalam darah, infeksi, parasit, efek samping antibiotik dan kemoterapi,
kelainan autoimun, serta penyakit fibrosis kistik.

Pankreatitis akut bisa diderita oleh segala kelompok usia, meskipun umumnya terjadi pada
kelompok usia paruh baya hingga tua. Pada laki-laki, penyakit ini biasanya terkait dengan
konsumsi minuman beralkohol. Sedangkan pada perempuan, pankreatitis akut biasanya terkait
dengan batu empedu. Risiko terkena pankreatitis akut berat pun meningkat jika sudah memasuki
usia di atas 70 tahun, perokok, pecandu minuman beralkohol, dan penderita obesitas.

Gejala Pankreatitis Akut

Pankreatitis akut biasanya ditandai dengan gejala berupa:

 Nyeri tumpul hebat (rasa sakit seperti ditekan atau diremas) di sekitar bagian perut atas.
 Nyeri ini bisa bertambah buruk dan menjalar sepanjang punggung hingga bagian bawah
tulang belikat kiri.
 Demam.
 Mual atau muntah.
 Diare.
 Perut terasa sakit saat disentuh atau mengalami pembengkakan.
 Kulit dan bagian putih mata menjadi menguning (penyakit kuning).

Rasa nyeri yang dirasakan bisa terasa memburuk dengan cepat, apalagi saat penderita berbaring,
makan (terutama makanan berlemak), dan minum.

Pada kasus yang disebabkan oleh alkohol, gejala nyeri pankreatitis akut biasanya muncul dalam
waktu enam hingga 12 jam setelah penderita mengonsumsi minuman beralkohol. Sedangkan
pada kasus pankreatitis akut yang dipicu oleh batu empedu, gejala nyeri biasanya muncul setelah
penderita mengonsumsi makanan dalam porsi besar.

Selain itu, gejala dehidrasi atau hipotensi dapat terjadi ketika kondisi memburuk dan
mempengaruhi organ tubuh lainnya, seperti jantung, paru-paru, atau ginjal. Segera temui dokter
jika gejala terus dialami agar dapat dilakukan pemeriksaan.

Diagnosis Pankreatitis Akut

Selain menanyakan gejala yang dirasakan pasien dan melakukan pemeriksaan fisik pada area
yang dirasa sakit, pemeriksaan lebih spesifik juga perlu dilakukan. Dokter akan melakukan
pemeriksaan lanjutan untuk menentukan tingkat keparahan pankreatitis akut serta risiko adanya
masalah serius atau komplikasi lainnya, misalnya gagal organ.

Beberapa pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan tersebut di antaranya adalah:

 Pemeriksaan darah untuk menentukan kadar amilase dan lipase pankreas.

 Pemindaian dengan USG, CT scan, atau MRI.

 Endoskopi pankreas (ERCP), yaitu metode pemeriksaan menggunakan selang khusus


berkamera yang dimasukkan ke dalam saluran pankreas melalui mulut. Metode ini
umumnya akan dilanjutkan dengan pengambilan foto Rontgen atau biopsi apabila
diperlukan.

Pengobatan Pankreatitis Akut

Pankreatitis akut diobati dan dipantau di rumah sakit. Pengobatan suportif, seperti oksigen dan
cairan infus, akan diberikan. Selain itu juga obat-obatan pereda sakit atau antibiotik apabila
jaringan di sekitar pankreas terinfeksi.

Pada kasus yang cukup berat, pasien tidak boleh mengonsumsi makanan padat karena akan
membuat pankreas bekerja keras, sehingga memerlukan pemberian nutrisi cair lewat selang yang
dimasukkan melalui hidung. Biasanya makanan padat tidak akan diberikan sampai pasien pulih
sepenuhnya.
Sebagian besar pasien pankreas akut diperbolehkan pulang ke rumah setelah menjalani
perawatan selama lima hingga sepuluh hari. Untuk kasus parah (terutama yang telah berkembang
menjadi komplikasi), pengobatan akan membutuhkan waktu lebih lama dan mungkin dilakukan
di ruang perawatan intensif atau ICU.

Setelah kondisi pasien stabil, penyebab yang mendasari perlu ditangani. Jika pankreatitis akut
disebabkan oleh penyumbatan batu empedu, maka prosedur pengangkatan batu empedu melalui
pembedahan biasa ataupun bedah endoskopik perlu dilakukan. Pengobatan batu empedu
biasanya dilakukan di rumah sakit melalui rawat inap, sehingga memudahkan dokter untuk
memantau kondisi pasien, serta mencegah kondisi menjadi semakin memburuk.

Jika pankreatitis akut disebabkan oleh kecanduan minuman beralkohol, maka pasien akan
diminta untuk menghentikan kebiasaan tersebut, misalnya melalui rehabilitasi, konseling rutin,
atau pemberian obat acamprosate yang dapat menurunkan keinginan mengonsumsi minuman
beralkohol.

Komplikasi Pankreatitis Akut

Beberapa komplikasi yang bisa muncul akibat pankreatitis akut adalah:

 Pankreatitis kronis atau kondisi dimana pankreas mengalami peradangan dan kerusakan
secara permanen.

 Pseudocysts atau munculnya kantung-kantung cairan di permukaan pankreas yang dapat


menimbulkan gejala perut kembung, nyeri perut, dan gangguan pencernaan.

 Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), yaitu menyebarnya peradangan


pankreas ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan satu atau lebih organ mengalami
kegagalan fungsi. Kondisi ini ditandai dengan napas dan detak jantung cepat, serta
demam tinggi.

 Nekrosis pankreas atau kematian jaringan pankreas akibat terganggunya pasokan darah
ke organ tersebut. Jaringan yang mati ini rentan terhadap infeksi bakteri. Jika tidak segera
ditangani maka efeknya bisa seperti SIRS yang mana bakteri dapat menyebar melalui
darah dan merusak organ lainnya.

Anda mungkin juga menyukai