Untuk melakukan ekstubasi, perlu diperhatikan langkah dan prosedur yang akan
dilakukan. Berikut adalah prosedur ekstubasi :
1. NBM (nil by mouth atau nothing per oral) hingga 4 jam sebelum ekstubasi dilakukan.
2. Suction tube endotrakeal dan kempeskan balon bila menggunakan cuffed tube.
Suction kavitas oral dan nostril.
3. Suction NGT sebelum melepas NGT untuk mengosongkan perut
4. Siapkan oksigen dengan facemask. Nasal kanul dapat dipasang bahkan sebelum
intubasi dimulai, dengan tujuan untuk mencegah hipoksia / stress mendadak akibat
ekstubasi.
5. Ukuran masker yang benar dan bag dengan O2 harus tersedia. Sediakan juga
laringoskop yang berfungsi dengan baik dan ukuran tube ETT yang benar.
6. Nebulisasi dengan beta stimulan/ adrenalin harus disiapkan untuk penggunaan segera
pasca ekstubasi.
7. Steroid dexametason IV 0,6 mg/kg IV (dosis maksimum 12 mg) dapat digunakan
dengan indikasi adanya stridor ekstubasi, dan kemudian diteruskan dengan predinison
oral 1mg/kg BB tiap 8 – 12 jam ATAU bila terjadi prolonged intubation atau edema
saluran nafas, dapat diberikan dexametason 24 jam sebelum rencana ekstubasi dengan
dosis 0.15 mg/kg dan dilanjutkan hingga 6 – 8 dosis.
8. Furosemid intravena dapat dibutuhkan untuk mencapai keseimbangan cairan, karena
edema interstisial dapat terjadi pada pasien dengan overload cairan atau bahkan pada
anak dengan disfungsi miokardium ringan sesaat setelah tekanan positif pada saluran
nafas bawah dan alveoli dihentikan selama ekstubasi.
9. NIPPV atau CPAP harus tersedia untuk mencegah reintubasi.
10. Periksa gas darah 20 menit setelah ekstubasi. CXR tidak rutin diperlukan, dan hanya
dilakukan bila terindikasi secara klinis akibat adanya desaturasi dan peningkatan kerja
pernafasan.
11. Idealnya, ventilasi harus tersedia dan siap digunakan minimal 24 jam pasca ekstubasi.
12. Antisipasi kegagalan ekstubasi pada semua pasien, dan orangtua harus diberitahu
mengenai risiko kegagalan intubasi (National Paediatric CSN, 2010)
Terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi pasca ekstubasi, antara lain stridor
pasca ekstubasi. Insidensi terjadinya stridor pasca ekstubasi pada anak berkisar 3.5 hingga
30.2 %. Rentang yang sangat jauh ini bisa disebabkan akibat variabilitas dan kurangnya
definisi objektif mengenai stridor. Keadaan stridor pasca ekstubasi dapat memperpanjang
masa rawat ICU, terutama apabila dibutuhkan reintubasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kejadian stridor post ekstubasi antara lain usia, berat badan, lama penggunaan
ventilasi mekanis, ukuran kanul orotrakeal (OTC), penggunaan tube dengan cuff, dan keadaan
yang menjadi indikasi penggunaan ventilasi mekanik yang berhubungan dengan stridor pasca
ekstubasi. Terdapat beberapa faktor yang dapat memprediksi kejadian stridor post ekstubasi,
seperti air leak test. (Nascimento dkk., 2015)
Daftar Pustaka
1. Johnston, Cintia, dan Paulo Sergio Lucas da Silva. "Weaning And Extubation In
Pediatrics." Current Respiratory Medicine Review (2011): 1-11.
2. National Paediatric CSN. "Paediatric Ventilation Guideline." Paediatric Intensive Care -
Clinical Practice Guidelines (2010)
3. Nascimento, Milena Siciliano et al. "Risk Factors For Post-Extubation Stridor In
Children: The Role Of Orotracheal Cannula." Einstein (São Paulo) 13.2 APA Format
MLA Format Guides Cite a Journal Article × Authors (2015): 226-231. Web. 7 Feb.
2018.