TINJAUAN TEORITIS
2.1 Kehamilan Normal
2.1.1 Definisi
Kehamilan adalah proses pertemuan dan persenyawaan antara spermatozoa (sel mani) dengan sel
telur (ovum) yang menghasilkan zigot. Ibu hamil adalah wanita yang tidak mendapatkan haid
selama lebih dari satu bulan disertai tanda-tanda kehamilan subjektif dan objektif.
(sarwono,2007)
2.1.2 Tujuan perawatan kehamilan
Pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil bertujuan untuk :
· Menghilangkan dan mengurangi resiko penyakit pada ibu hamil
· Mempertahankan dan mengoptimalkan keadaan kesehatan ibu hamil, bersalin dan masa nifas
Agar ibu dapat memenuhi segala kebutuhan janin
· Mengoptimalkan kesehatan bayi Mencegah terjadinya prematuritas, lahir mati dan kematian
neonatal(cuningham,1997)
2.1.3Perubahan fisik pada kehamilan
a. Cardio vasculer
Kehamilan menyebabkan banyak perubahan pada tubuh, kebanyakan perubahan ini akan
menghilang setelah persalinan. Jantung dan pembuluh darah.
Selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya (cardiac output,
curah jantung) meningkat sampai 30-50%. Peningkatan ini mulai terjadi pada kehamilan 6
minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 16-28 minggu.Karena curah jantung
meningkat, maka denyut jantung pada saat istirahat juga meningka (dalam keadaan normal 70
kali/menit menjadi 80-90 kali/menit).
Setelah mencapai kehamilan 30 minggu, curah jantung agak menurun karena rahim yang
membesar menekan vena yang membawa darh dari tungkai ke jantung. Selama persalinan, curah
jantung meningkat sebesar 30%,
Setelah persalinan curah jantung menurun sampai 15-25% diatas batas kehamilan, lalu secara
perlahan kembali ke batas kehamilan.
Peningkatan curah jantung selama kehamilan kemungkinan terjadi karena adanya perubahan
dalam aliran darah ke rahim. Karena janin terus tumbuh, maka darah lebih banyak dikirim ke
rahim ibu
Ketika melakukan aktivitas/olah raga, maka curah jantung, denyut jantung dan laju pernafasan
pada wanita hamil lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak sedang hamil. Rontgen
dada dan EKG menunjukkan sejumlah perubahan dalam jantung, dan kadang terdengar murmur
jantung tertentu serta ketidakteraturan irama jantung.
Semua perubahan tersebut adalah normal terjadi pada masa hamil, tetapi beberapa kelainan
irama jantung mungkin akan memerlukan pengobatan khusus.
Selama trimester kedua biasanya tekanan darah menurun tetapi akan kembali normal pada
trimester ketiga.Selama kehamilan, volume darah dalam peredaran meningkat sampai 50%,
tetapi jumlah sel darah merah yang mengangkut oksigen hanya meningkat sebesar 25-30%.
Untuk alasan yang belum jelas, jumlah sel darah putih (yang berfungsi melindungi tubuh
terhadap infeksi) selama kehamilan, pada saat persalinan dan beberapa hari setelah persalinan,
agak meningkat.
b. Ginjal
Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal menyaring darah yang volumenya
meningkat (sampai 30-50% atau lebih), yang puncaknya terjadi pada kehamilan 16-24 minggu
sampai sesaat sebelum persalinan (pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang akibat
penekanan rahim yang membesar).
Dalam keadaan normal, aktivitas ginjal meningkat ketika berbaring dan menurun ketika berdiri.
Keadaan ini semakin menguat pada saat kehamilan, karena itu wanita hamil sering merasa ingin
berkemih ketika mereka mencoba untuk berbaring/tidur.
Pada akhir kehamilan, peningkatan aktivitas ginjal yang lebih besar terjadi pada wanita hamil
yang tidur miring. Tidur miring mengurangi tekanan dari rahim pada vena yang membawa darah
dari tungkai sehingga terjadi perbaikan aliran darah yang selanjutnya akan meningkatkan
aktivitas ginjal dan curah jantung.
c. Paru-paru
Ruang yang diperlukan oleh rahim yang membesar dan meningkatnya pembentukan hormon
progesteron menyebabkan paru-paru berfungsi lain dari biasanya.Wanita hamil bernafas lebih
cepat dan lebih dalam karena memerlukan lebih banyak oksigen untuk dirinya dan untuk
janin.Lingkar dada wanita hamil agak membesar.
Lapisan saluran pernafasan menerima lebih banyak darah dan menjadi agak tersumbat oleh
penumpukan darah (kongesti). Kadang hidung dan tenggorokan mengalami penyumbatan parsial
akibat kongesti ini. Tekanan dan kualitas suara wanita hamil agak berubah.
d. Kulit
Topeng kehamilan (melasma) adalah bintik-bintik pigmen kecoklatan yang tampak di kulit
kening dan pipi.Peningkatan pigmentasi juga terjadi di sekeliling puting susu. Sedangkan di
perut bawah bagian tengah biasanya tampak garis gelap.Spider angioma (pembuluh darah kecil
yang memberi gambaran seperti laba-laba) bisa muncul di kulit, biasanya di atas pinggang.
Sedangkan pelebaran pembuluh darah kecil yang berdinding tipis seringkali tampak di tungkai
bawah.
e. Hormon
Kehamilan mempengaruhi hampir semua hormon di dalam tubuh.
Plasenta menghasilkan sejumlah hormon untuk membantu tubuh dalam mempertahankan
kehamilan. Hormon utama yang dihasilkan oleh plasenta adalah HCG, yang berperan mencegah
ovulasi dan merangsang pembentukan estrogen serta progesteron oleh ovarium untuk
mempertahankan kehamilan.Plasenta juga menghasilkan hormon yan gmenyebabkan kelenjar
tiroid menjadi lebih aktif. Kelenjar tiroid yang lebih aktif menyebabkan denyut jantung yang
cepat, jantung berdebar-debar (palpitasi), keringat berlebihan dan perubahan suasana hati; selain
itu juga bisa terjadi pembesaran kelenjar tiroid. Tetapi hipertiroidisme (overaktivitas kelenjar
tiroid) hanya terjadi pada kurang dari 1% kehamilan.
Plasenta juga menghasilkan melanocyte-stimulating hormone yang menyebabkan kulit berwarna
lebih gelap dan hormon yang menyebabkan peningkatan kadar hormon adrenal di dalam darah.
Peningkatan kadar hormon in kemungkinan menyebabkan tanda peregangan berwarna pingk
pada kulit perut.
Selama kehamilan diperlukan lebih banyak insulin yang dihasilkan oleh pankreas. Karena itu
penderita diabetes yang sedang hamil bisa mengalami gejala diabetes yang lebih buruk.
(sarwono,2007)
2.1 Letak sungsang
2.1.1 Definisi
Letak Sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada
difundus dan bokong berada dibawah.(Mochtar, Rustam: 350)
Letak Sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri
dan bokong berada dibagian bawah kavum uteri. (Sarwono, 606)
2.1.2 Etiologi
Faktor penyebab Letak Sungsang
a. Gerakan Janin yang bebas
Hal ini terjadi karena adanya hidramion, premature, gravida / multi gravida. Letak janin dalam
uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan
sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri
dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir
janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan
kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang
yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen
bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan,
frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian
besar ditemukan dalam presentasi kepala. Sedangkan pada hidramion dan drande multi ruangan
yang ditempati janin menjadi lebih luas sehingga mekanisme di atas juga terjadi dan timbulah
letak sungsang.
b. Gangguan akomodasi
Gangguan akomodasi dapat terjadi pada kelainan bentuk uterus. Adanya tumor rahim, gemuk,
placenta pada corno dan adanya ekstensi tungkai janin.
c. Gangguan Fiksasi
Gangguan fiksasi kepala pintu atas panggul dapat terjadi karena adanya placenta privea, tumor
panggul, kesempitan panggul, anencephalus dan hydrocephalus (Hanifa-Wiknyo-
Sastro,1994;611).
d. Faktor Penyebab Tali Pusat menumbung
e. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan
kepala anak relatif besar.
f. Hidramnion karena anak mudah bergerak.
g. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul. Plasenta
yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak sungsang, karena
plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus.
h. Panggul sempit
i. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai dengan
bentuk pintu atas panggul.
Atau lebih ringkasnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Sudut ibu
a. Keadaan rahim
– Rahim arkuatus
– Septum pada rahim
– Uterus duplek
– Mioma bersama kehamilan
b. Keadaan placenta
– Placenta letak rendah
– Placenta previa
c. Keadaan jalan lahir
– Kesempitan panggul
– Deformitas tulang panggul
– Terdapat tumor menghalangi jlan lahir dan perputaran posisi kepala
b. Sudut janin
– Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
– Hidrocefalus dan anencefalus
– Kehamilan kembar
– Hidramnion atau oligohidramnion
– Prematuritas
2.1.3 Klasifikasi dan Frekuensi
a. Letak Bokong (Frank Breech)
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga
ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam
hanya dapat diraba bokong. Frekuensi 50-70%.
b. Letak sungsang Sempurna (complete breech)
Yaitu letak bokong dimana kedua kaki ada di samping bokong (letak bokong kaki sempurna atau
lopat kejang), frekuensinya 75%.
c. Letak Sungsang Tidak Sempurna (Incomplete Breech)
Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or footling ) ( 10-30%).
Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping bokong,
sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah
satu atau dua kaki. Selain bokong bagian terendah juga kaki dan lutut, terdiri dari :
· Kedua kaki : Letak kaki sempurna
· Satu kaki : Letak kaki tidak sempurna, frekuensi 24 %.
· Ke dua lutut : Letak lutut sempurna
· Satu lutut : Letak lutut tidak sempurna, frekuensi 1%.
2.1.4 Diagnosis
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah
uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni kepala, dan kepala teraba di fundus
uteri. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala,
tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Seringkali Ibu menyatakan bahwa
kehamilannya terasa lain dari pada kehamilannya yang terdahulu, karena terasa penuh di bagian
atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah.
Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada
umbilikus. Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena
misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka
diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam.
Apabila masih ada keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan
ultrasonografik atau M.R.I. (Magnetic Resonance Imaging).
Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya
sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan
tangan.
Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar
dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada
persalinan lama, bokong janin mengalami edema, sehingga kadang-kadang sulit untuk
membedakan bokong dengan muka.
Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena jari yang akan
dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam
mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan. Pada presentasi bokong kaki
sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki
tidak sempurna, hanya teraba satu kaki di samping bokong.
2.1.5 Prognosis
a. Maternal / ibu
Baik ibu maupun janin dengan letak sungsang memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan
dengan letak kepala. Pada persalinan sungsang yang sulit terdapat peningkatan risiko maternal.
Manipulasi secara manual dalam jalan lahir akan memperbesar risiko infeksi pada ibu. Berbagai
perasat intra uteri, khususnya dengan segmen bawah uterus yang sudah tipis, atau persalinan
after coming head lewat serviks yang belum berdilatasi lengkap, dapat mengakibatkan ruptura
uteri, laserasi serviks ataupun keduanya.
Tindakan manipulasi tersebut dapat pula menyebabkan pelebaran luka episiotomi dan robekan
perineum yang dalam. Anestesi yang memadai untuk menimbulkan relaksasi uterus yang nyata
dapat pula mengakibatkan atonia uteri yang selanjutnya diikuti oleh perdarahan postpartum dari
tempat implantasi plasenta. Meskipun demikian, secara umum prognosis bagi ibu yang bayinya
dilahirkan dengan ekstraksi bokong bagaimanapun juga lebih baik bila dibandingkan pada
tindakan seksio sesarea.
b. Bagi janin
Prognosisnya kurang menguntungkan dan akan semakin serius dengan semakin tingginya bagian
presentasi pada awal dilakukannya ekstraksi bokong. Di samping peningkatan risiko terjadinya
ruptura tentorium dan perdarahan intraserebral, yang menyertai persalinan sungsang, angka
mortalitas perinatal juga meningkat akibat semakin besarnya kemungkinan terjadinya trauma lain
pada saat dilakukan ekstraksi.
Lebih lanjut, prolapsus funikuli pada presentasi bokong tak lengkap jauh lebih sering dijumpai
bila dibandingkan pada presentasi verteks, dan komplikasi ini selanjutnya akan memperburuk
prognosis bagi bayi.
Fraktur humerus dan klavikula tidak selalu dapat dihindari ketika dilakukan pembebasan lengan,
dan fraktur femur dapat terjadi dalam pelaksanaan ekstraksi bokong pada persalinan frank breech
yang sulit.
berbentuk sendok atau fraktur tengkorak yang sebenarnya, dengan akibat yang umumnya fatal,
bisa saja terjadi. Kadang-kadang leher bayi sendiri dapat patah kalau pada waktu ekstraksi
digunakan tenaga yang besar.
2.1.6 Penatalaksanaan dalam Kehamilan
Pada waktu pemeriksaan antenatal jika dijumpai letak sungsang, terutama pada primigravida,
hendaknya diusahakan melakukan versi luar menjadi presentasi kepala. Versi luar sebaiknya
dilakukan pada kehamilan antara 34 dan 38 minggu. Pada umumnya versi luar sebelum minggu
ke-34 belum perlu dilakukan, karena kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri,
sedangkan setelah minggu ke-38 versi luar sulit untuk berhasil karena janin sudah besar dan
jumlah air ketuban relatif berkurang.
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan denyut jantung janin
harus baik. Apabila bokong sudah turun, bokong harus dikeluarkan lebih dahulu dari rongga
panggul, tindakan ini dilakukan dengan meletakkan jari-jari kedua tangan penolong pada perut
ibu bagian bawah untuk mengangkat bokong janin. Kalau bokong tidak dapat dikeluarkan dari
panggul, usaha untuk melakukan versi luar tidak ada gunanya. Setelah bokong keluar dari
panggul, bokong ditahan dengan satu tangan, sedang tangan yang lain mendorong kepala ke
bawah sedemikian rupa, sehingga fleksi tubuh bertambah.
Selanjutnya kedua tangan bekerjasama untuk melaksanakan putaran janin untuk menjadi
presentasi kepala. Selama versi dilakukan dan setelah versi berhasil denyut jantung janin harus
selalu diawasi. Sesudah janin berada keadaan presentasi kepala, kepala didorong masuk ke
rongga panggul. Versi luar hendaknya dilakukan dengan kekuatan yang ringan tanpa
mengadakan paksaan.
Versi luar tidak ada gunanya dicoba bila air ketuban terlalu sedikit, karena usaha tersebut tidak
akan berhasil. Kontraindikasi lain untuk melakukan versi luar ialah: 1) panggul sempit, 2)
perdarahan antepartum; 3) hipertensi; 4) hamil kembar; 5) plasenta previa.
2.1.7 Mekanisme Persalianan Letak Sungsang
A. Persalinan menurut metode Brach
Persalinan Brach berhasil bila dalam satu kali his dan mengejan. Sedangkan
penolong membantu melakukan hiperlordose tekniknya adalah sebagai berikut:
– Saat bokong tampak disuntikkan oksitosin 5 unit
– Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara Brach (kedua ibu jari berada pada kedua paha
bayi dan keempat jari lainnya memegang bokong bayi)
– Melakukan hiperlordose dengan mengarahkan bokong keatas perut ibu
– Seorang membantu melakukan tekanan kristeller pada fundus uteri saat ada his
– Lahir berturut-turut dagu, mulut, hidung, muka dan kepala bayi
– Bayi diletakkan diperut ibu untuk pemotongan tali pusat dan selanjutnya dirawat
sebagaimana mestinya
B. Ekstraksi bokong parsial
– Pertolongan bokong sampai umbilicus berlangsung dengan kekuatn sendiri
– Terjadi kemacetan persalinan badan dan kepala
– Dilakuk persalinan bantuan dengan cara klasik, muller dan louvset
a. Pertolongan ekstraksi bokong secara klasik
· Tangan memegang bokong dengan telunjuk pada spina iciadika anterior superior
· Tarik curam kebawah sampai ujung scapula tampak
· Badan anak dipegang sehingga perut anak didekatkn keperut ibu, dengan demikian
kedudukan bahu belakang sampai mencapai persendian siku
· Tangan belakang dilahirkan dengan mendorong persendian siku menelusuri badan bayi
· Badan anak dipegang sedemikian rupa sehingga punggung anak mendekati panggul ibu
· Tangan lainnya menelusuri bahu menuju persendian bahu at siku. Selanjutnya lengan atas
dilahirkan dengan mendorong persendian siku
· Persalinan kepala dilakukan sebagai berikut:
– Badan anak seluruhnya ditunggangkan pada tangan kiri
– Jari tangan dimasukkan kedalam mulut bayi, untuk mempertahankan situasi flexi
– 2 jari menekan pada os. Maksilaris untuk membantu flexi kepala
– Tangan kanan memegang leher bayi, meanrik curam kebawah sehingga sub oksiput berada
dibawah simpisis
– Kepala bayi dilahirkan dengan melakukan tarikan tangan kanan sambil melakukan putaran
kearah perut ibu
– Berturut-turt lahir dagu , mulut, dahi dan kepala seluruhnya
– Setelah bayi diletakkan diatas perut ibu tali pusat di potong. Lender dibersihkan dan
selanjutnya dirawat sebagaimana mestinya.
b. Persalinan ekstraksi bokong parsial menurut Muller
Perbedaan dengan klasik terletak pada persalinan lengan depan dilahirkan terlebih dahulu dengan
jalan:
– Punggung bayi didekatkan kepunggung ibu sehingga scapula tampak
– Tangan lainnya menelusuri bahu depan menuju lengan atas sampai persendian siku untuk
melahirkan lengan atas
– Perut bayi didektkan keperut ibu, tangan lain menelusuri bahu belakang sampai persendian
siku da selanjutnya lengan belakang dilahirkan
– Persalinan kepala dilakukan menurut teknik Mauricheau
– Setelah bayi lahir tali pusat dipotong dibersihkan untuk dirawat sebagaimana mestinya
c. Pertolongan persalinan menurut Louvset
Untuk melahirkan bahu berdasarkan:
– Perbedaan panjang jalan lahir depan dan belakang
– Bahu depan yang berada dibawah simpisis bila diputar,bahu belakang kedudukannya
menjadi lebih rendah sehingga secara otomatis terjadi persalinan.
– Bahu belakang setelah diputar 90º menjadi bahu depan sehingga kedudukannya lebih rendah
dan akhirnya persalinan terjadi secara otomatis.
– Pada waktu melakukan putaran disertai tarikan sehingga dengan putarn tersebut kedua bahu
dilahirkan
– Persalinan kepala dapat dilakukan dengan teknik Moricheau
· Genitalia eksterna
Vulva dan vagina : tidak dilakukan pemeriksaan
· Ekstremitas
Atas : pada kaki sebelah kanan dan kiri, tidak ada odema dan kuku bersih
Bawah :odema (–), varises (-), kuku bersih dan berwarna merah muda
3. Data penunjang
Hb :12,2 gr%
ASSESMENT
1. Diagnosa
Ibu G4P3A0H3 usia kehamilan 32 minggu, janin hidup, tunggal, intra uterin, presentasi bokong,
punggung kiri, keadaan janin baik dan keadaan ibu dengan letak sunsang, keadaan jalan lahir
baik berdasarkan persalianan sebelumnya
2. Masalah
Ibu cemas dengan kehamilannya sekarang
3. Kebutuhan
v Informasi hasil pemeriksaan kepada ibu
v Berikan pendidikan kesehatan :
-Knee chest
-Istirahat
-Nutrisi
-Senam hamil
-Tanda bahaya kehamilan TM III
v Support mental
v Rujukan untuk USG
4. Diagnosa potensial
Partus lama, asfiksia, distosia, dan kematian bayi
PLAN
1. Informasikan hasil pemeriksaan
2. Berikan pendkes pada ibu
· Knee chest
· Istirahat
· Nutrisi
· Senam hamil
· Tanda bahaya kehamilan TM III
3. Berikan support mental
4. Lakukan rujukan untuk USG
Catatan pelaksanaan
Hari/tanggal Jam Catatan pelaksanaan Evaluasi Paraf
Kamis/ 28 April 10.00 1. Menginformasikan kepada 1. Ibu mengerti
2011 WIB ibu dan keluarga tentang hasil tentang informasi
10.05 pemeriksaan: yang diberikan
WIB ,TD rendah 90/60 nadi: 82 x/I, 2. Ibu mengerti
10.20 pernafasan :24 x/I,suhu : 36,5 dengan pendkes
WIB ᵒC,usia kehamilan ibu 32 yang diberikan
10.25 minggu Keadaan janin baik, 3. Ibu sedikit lebih
WIB dengan diagnosa letak tenang dengan
sungsang kehamilannya
2. memberikan pendkes pada 4. Ibu akan
ibu tentang: melakukan USG
· Knee chest yaitu ibu
disarankan untuk melakukan
posisi sujud dengan posisi lutut
bersentuhan dengan dada
· Istirahat, ibu disarankan untuk
istirahat yang cukub
· Nutrisi, ibu disarankan untuk
banyak mengkonsumsi sayur
agar BAB ibu lancar
· Tanda bahaya kehamilan TM
III seperti keluar darah dari
kemaluan, ketuban pecah
sebelum waktunya, demam
tinggi, sakit kepala terus
menerus
3. Memberikan support mental
pada ibu agar tidak terlalu
mencemaskan kehamilannya
sekarang
4. Melakukan rujukan untuk
USG untuk memastikan
diagnosa
Share this:
Related
Post navigation
← Junggle Fish 2
Penyakit Tuberkulosis (TB/TBC) →
Leave a Reply
Search
Recent Posts
Worried: (
and Download)
Let’s Move up
https://chellious.wordpress.com/2011/05/31/asuhan-kebidanan-pada-ibu-hamil-dengan-letak-
sungsang/
HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN LETAK
SUNGSANG DI RSUD BANGKINANG
TAHUN 2013
A. Latar Belakang
kesehatan menuju Indonesia sehat 2015 adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh
penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat serta memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata diseluruh Wilayah Republik Indonesia dan dapat mewujudkan bangsa yang mandiri maju
kesejahteraan fisik, mental sosial bukan hanya semata-mata bebas dari penyakit. Selain itu, orang
dengan kesehatan yang baik adalah apabila seorang mampu produktif. Sedangkan sehat adalah
keadaan dimana seorang diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai keluhan apapun tidak terdapat
peningkatan produktivitas dan kesejahteraan umum maka untuk mencapai hal tersebut
pembagunan kesehatan pada dewasa ini diajukan pada peningkatan pemerataan mutu pelayanan
dengan memberikan pelayanan yang profesional dapat menurunkan angka kematian dan
Kematian maternal adalah kematian wanita sewaktu hamil, melahirkan, atau dalam 42
hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari lama dan lokasi kehamilan, di
sebabkan oleh apapun yang berhubungan dengan kehamilan atau penanganannya, tetapi tidak
Kematian maternal dan neonatal merupakan masalah besar khususnya di negara yang
sedang berkembang. Sekitar 98-99% kematian maternal dan perinatal terjadi di negara
berkembang, sedangkan dinegara maju hanya 1-2%. Sebenarnya sebagian besar kematian
tersebut masih dapat dicegah apabila mendapat pertolongan pertama yang adekuat ( Manuaba,
2007)
358.000 ibu meninggal saat bersalin di mana 355.000 ( 99%) berasal dari negara berkembang.
Rasio Angka Kematian Ibu (AKI) di Negara berkembang merupakan peringkat tertinggi dengan
290 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio Angka Kematian
Ibu (AKI) di negara maju yaitu 14 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup ( WHO, 2010).
Semakin tinggi Angka Kematian Ibu (AKI), maka semakin tinggi pula angka kematian bayi
(AKB) Sekitar 4 juta pertahun bayi meninggal pada bulan pertama kehidupan. Seperempat dari
mereka meninggal dalam 24 jam kehidupan dan 75% pada minggu pertama kehidupan ( depkes
RI 2011).
Kematian Ibu (AKI) di Idonesia meningkat dari 228 per 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2012
menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2007 Angka Kematian Bayi
(AKB) di Indonesia sebesar 34 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan di Tahun 2012 menjadi
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia terjadi penurunan dari tahun ketahun akan
tetapi bila di bandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara AKB masih di katakan cukup
tinggi. AKB di indonesia ( 35 per 100 kelahiran hidup ) adalah 4,6 kali lebih tinggi daripada
Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Pilipina dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand ( Dinkes,
2010).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Riau 2008 adalah 210 per 100.000 kelahiran
hidup sedangkan tahun 2009 sebanyak 234 per 100.000 kelahiran hidup. Selanjutnya, Angka
Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Riau Tahun 2008 sebanyak 10,85/1000 kelahiran hidup dan
Tahun 2009 11,9/1000 kelahiran hidup. Berdasarkan laporan Audit Maternal Perinatal (AMP)
yang diterima dari kabupaten/kota terjadi kenaikan AKI dan AKB dari Tahun 2008 ke Tahun
Berdasarkan laporan Audit Maternal yang diterima dari kabupaten /kota, Angka
Kematian Ibu (AKI) di Propinsi Riau meningkat dari 109,9 per 100.000 kelahiran hidup pada
Tahun 2010 menjadi 122,1 per 100.000 kelahiran hidup pada Tahun 2011 ( Profil Dinkes
Riau,2012). Sedangkan rasio kematian maternal pada Tahun 2011 di kabupaten Kampar sebesar
hampir sama, diantaranya akibat perdarahan (25%), infeksi (14%) kelainan hipertensi dalam
kehamilan (13%), letak sungsang (13%) serta akibat persalinan yang lama (7%) ( nugraha,2007)’
Kejadian letak sungsang pada janin aterm kira-kira 3%, jauh lebih tinggi pada
permulaan masa kehamilan kira-kira 40% daripada kehamilan sebelum 28 miggu antara 17
sampai 31 minggu. Janin letak bokong berada pada resiko morbilitas dan mortalitas prenatal
yang lebih tinggi tidak hanya akibat partus tetapi juga karena presentasi ( william, 2007)
Dalam persalinan terdapat beberapa presentasi di antaranya : presentasi kepala 96,8%,
letak sungsang 2,7%, letak lintang 0,3%, letak muka 0,05% dan letak dahi 0,01%. letak
sungsang terjadi pada 25% persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, 7%
persalinan sungsang terjadi pada umur kehamilan 32 minggu dan 1,3% persalinan sungsang yang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri tipe letak sungsang yaitu : frank
breech (50;70%) yaitu kedua tungkai fleksi complete breech (5;10%) yaitu tungkai atas lurus
keatas , tungkai bawah ekstensi, footling (10,30%) yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi
presentasi kaki. Penyebab letak sungsang yaitu terdapat plasenta previa, keadaan janin, keadaan
air ketuban, keadaan kehamilan, keadaan uterus, keadaan dinding abdomen, keadaan tali pusat
( manuaba, 2007).
Banyak faktor yang menyebabkan kelainan letak sungsang, diantaranya umur ibu,
paritas ibu, bentuk panggul ibu, jarak kehamilan dan riwayat kehamilan sungsang.
Pada paritas > 3 keadaan rahim ibu sudah tidak seperti rahim yang pertama kali
melahirkan sehingga ketika ibu hamil dengan paritas > 3, maka janin ibu tersebut akan lebih aktif
bergerak sehingga posisi janin tersebut menjadi tidak normal dan dapat menyebabkan terjadinya
letak sungsang ( cunningham F.G. 2005). Angka kejadian letak sungsang jika di hubungkan
dengan paritas pada ibu maka kejadian terbanyak adalah dengan grandemultipara dibanding pada
primigravida. Pada primipara (1) merupakan aman di tinjau dari sudut kematian maternal dan
paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kejadian kehamilan letak sungsang
( Prawirohardjo,2005)
Kejadian letak sungsang pada ibu primipara mempunyai risiko 14% akan terjadi letak
sungsang. Risiko yang akan terjadi pada multipara 24%% akan terjadi kehamilan letak sungsang.
Pada ibu grandemultipara 30% risiko yang akan terjadi (indiarti,2007). Karena ibu yang
grandemultipara rahimnya sudah sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk
berputar hingga minggu ke 37 dan seterusnya (Wardoyo, 2007). Jumlah kasus letak sungsang
Berdasarkan data yang di peroleh penulis dari RSUD Bangkinang di dapat data
kejadian letak sungsang pada tahun 2012 kejadian letak sungsang berada pada urutan keenam,
Sedangkan pada tahun 2013 terjadi peningkatan yaitu pada urutan kedua.
Berdasarkan tabel 1.1 dan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan dari tahun
2012 ke tahun 2013, di mana pada tahun 2012 yaitu kejadian letak sungsang sebanyak 39 kasus
yaitu (7,86 %), sedangkan pada tahun 2013 yaitu kejadian letak sungsang sebanyak 42 kasus
yaitu (14,43%).
Dimana angka kejadian letak sungsang makin tinggi, jelas memberikan gambaran
bahwa masalah letak sungsang perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik dari tenaga
Berdasarkan data di atas peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Paritas dengan
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini adalah :
“Bagaimanakah Hubungan Paritas dengan Kejadian Letak Sungsang di RSUD Bangkinang tahun
2013 “?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan paritas dengan kejadian letak sungsang di RSUD Bangkinang
tahun 2013
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian letak sungsang di RSUD Bangkinang tahun 2013.
b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian letak sungsang berdasarkan paritas di RSUD
Bangkinang tahun 2013.
D. Mamfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti tentang hubungan
Umur dan Paritas Dengan Kejadian letak sungsang dan mengaplikasikan ilmu yang di dapat
2. Aspek Praktis
Penelitian ini di dapat diharapkan memberi masukan bagi institusi pendidikan dan
penelitian dalam mengembangkan ilmu yang di dapat sesuai dengan teori dan praktek di
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A.Letak Sungsang
1. Pengertian
Presentasi bokong adalah suatu keadaan yang terjadi di mana bokong atau tungkai janin
sebagai bagian terendah di dalam panggul ibu. Insiden dari presentasi bokong adalah 3% dari
Letak sungsang merupakan justru kepala yang bagian terbesar bayi akan lahir terakhir
( manuaba,2010)
Letak sungsang merupakan letak longitudinal dengan bokong janin dikutub bawah uterus
Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. ( sarwono. 2006)
Letak sungsang adalah memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah
2. Klasifikasi
2) Satu atau kedua lutut atau kaki terletak di bawah panggul/keluar dari jalan lahir.
Dari ketiga jenis presentasi bokong, maka presentasi bokong murni yang paling sering
dijumpai yaitu sekitar 65% pada gestasi cukup bulan, 25% presentasi lengkap, dan hanya 10%
3. Diagnosis
Pergerakan anak teraba di bagian perut bawah, di bawah pusat, dan ibu sering merasa benda
keras (kepala) mendesak tulang iga. Sering kali wanita tersebut menyatakan bahwa
kehamilannya terasa lain daripada kehamilan yang terdahulu karena terasa penuh di bagian atas
a. Pemeriksaan abdominal
Pemeriksaan abdominal, biasanya dengan pemeriksaan leopold 1, kepala janin yang keras,
dan dapat diraba dengan balotement karena sudah menempati bagian fundus uteri. Perasat
leopold 11, menunjukkan punggung sudah berada pada satu sisi abdomen dan bagian-bagian
kecil berada pada sisi yang lain. Pada perasat leopold 111, bila engagement belum terjadi –
diameter intertrokanterika panggul janin belum melewati pintu atas panggul. Setelah terjadi
engagement, perasat leopold IV menunjukkan posisi bokong yang mapan di bawah simfisis.
Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat. Suara jantung janin biasanya
terdengar paling keras di daerah sedikit di atas umbilikus, sedangkan bila telah terjadi
b. Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam teraba 3 tonjolan tulang, yaitu tubera ossis ischii dan ujung os
sakrum, os sakrum dapat dikenal sebagai tulang yang meruncing dengan deretan prosesus
spinosus di tengah-tengah tulang tersebut. Pada bagian diantara 3 tonjolan tulang tersebut dapat
di raba anus dan genetalia anak, tetapi jenis kelamin anak hanya dapat ditentukan jika edema
c. Pemeriksaan USG
USG idealnya digunakan untuk memastikan perkiraan klinis presentasi bokong, bila
mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali janin. USG dilakukan pada usia kehamilan 32-
34 minggu yang berguna baik untuk menengakkan diagnosis maupun untuk memperkirakan
4. Etiologi
a. Multiparitas
b. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak, dan kepala
d. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala janin ke dalam pintu atas panggul.
e. Kelainan bentuk kepala seperti anensefalus dan hidrosefalus karena keduanya dapat
memengaruhi bentuk fungsi atau gerakan janin (kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas
panggul).
f. Penyebab lain seperti : anomali rahim, kehamilan ganda ,panggul sempit,dan tumor pelvis.
(Achmad feryanto,2011)
brach. Kegagalan pertolongan secara brach diikuti oleh persalinan dengan ekstraksi bokong
Persalinan Brach berhasil bila berlangsung dalam satu kali His dan mengejan, sedangkan
berikut:
2) Setelah bokong lahir, bokong di pegang secara brach ( kedua ibu jari pada kedua paha bayi, dan
4) Seorang membantu melakukan tekanan kristeller pada fundus uteri, saat his dan mengejan.
5) Akan lahir berturut-turut dagu, mulut, hidung, muka dan kepala bayi
6) Bayi diletakkan di perut ibu untuk pemotongan tali pusat dan selanjutnya dirawat sebagaimana
mestinya.
Ekstraksi bokong parsial. Persalinan dengan ekstraksi bokong parsial berarti bahwa :
persalinan bokong sampai umbilikus berlangsung dengan kekuatan sendiri, terjadi kemacetan
persalinan badan dan kepala. Dilakukan persalinan bantuan dengan jalan : secara brach, secara
pertolongan ekstraksi bokong secara klasik. Teknik ekstraksi bokong parsial, secara
1) Tangan memegang bokong dengan telunjuk pada spina iskiadika anterior superior.
3) Badan anak dipegang sehingga perut anak didekatkan ke perut ibu, dengan demikian kedudukan
5) Tangan belakang dilahirkan , dengan mendorong persendian siku menelusuri badan bayi.
6) Selanjutnya badan anak dipegang demikian rupa, sehingga punggung anak mendekati panggul
ibu.
7) Tangan lainnya menelusuri bahu depan, menuju persendian siku, selanjutnya lengan atas
8) Persalinan kepala dilakukan sebagai berikut : badan anak seluruhnya di tunggangkan pada
tangan kiri. Jari tengah dimasukkan kedalam mulut bayi, untuk mempertahankan situasi fleksi.
Dua jari lain menekan pada os maksilaris, untuk membantu fleksi kepala. Tangan kanan
memegang leher bayi, menarik curam ke bawah sehingga suboksiput berada di bawah simfisis
sebagai hipomoklion. Kepala bayi dilahirkan dengan melakukan tarikan tangan kanan, sambil
melakukan putaran ke arah perut ibu. Berturut-turut lahir, dagu, mulut, muka dan kepala
seluruhnya. Setelah bayi lahir diletakkan di atas perut ibu, tali pusat dipotong, lendir
parsial menurut mueller tidak banyak mempunyai perbedaan dengan ekstraksi “klasik”.
Perbedaan terletak pada persalinan lengan depan dilakukan terlebih dahulu dengan jalan :
2) Tangan lainnya menelusuri bahu depan menuju lengan atas, sampai persendian siku untuk
3) Perut bayi didekatkkan ke perut ibu, tangan lain menelusuri bahu belakang sampai persendian
5) Setelah bayi lahir , tali pusat di potong dan dibersihkan untuk dirawat sebagaimana mestinya.
Pertolongan persalinan bahu menurut loevset. Konsep teknik loevset untuk melahirkan
bahu berdasarkan :
2) Bahu depan yang berada di bawah simfisis bila diputar menjadi bahu belakang kedudukannya
3) Bahu belakang setelah putaran 90% menjadi bahu depan, kedudukannya menjadi lebih rendah
4) Pada waktu melakukan putaran di sertai tarikan sehingga kedua bahu dapat dilahirkan
3) Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut bayi, dua lain diletakkan pada tulang pipi serta menekan
4) Tangan kanan memegang leher bayi, menarik curam ke bawah sampai suboksiput sebagai
hipomoklion, kepala bayi di putar ke atas sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung,
Persalinan plasenta
tidak. Pada kasus tanpa narkosa dapat dilakukan menunggu tanda plasenta lepas atau melakukan
tes plasenta lepas dengan metode Kustner, Klein, Strasmann, Manuaba. Dengan indikasi
perdarahan, plasenta dilahirkan secara manual. Setelah plasenta lahir diberikan uterotronika :
matergin, ergometrin, sintosinon, oksitosin. Pada kasus persalinan dengan narkosa, dilakukan
plasenta manual untuk mengatasi perdarahan diberikan uterotronika. Setelah persalinan plasenta,
diperlukan observasi 2 jam post partum untuk melihat kemungkinan komplikasi dini. ( manuaba,
2010)
6. Prognosis
Bagi ibu pada letak sungsang tak banyak berbeda dengan prognosis pada letak kepala,
mungkin ruptura perineum lebih sering terjadi. Sebaliknya, prognosis bagi anak dengan letak
sungsang, lebih buruk terutama jika anaknya besar dan ibunya seorang primigravida.
Kematian anak lebih kurang 14%. Jika kematian karena prematuritas dikurangi, kematian
anak dengan letak sungsang tetap 3 kali lebih besar daripada kematian letak kepala.
a. Setelah pusat lahir, kepala anak mulai masuk kedalam rongga panggul sehingga tali pusat
tertekan antara kepala dan rongga panggul. Diduga bahwa kepala harus lahir dalam 8 menit,
b. Pada letak sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala dilahirkan dengan cepat.
d. Pada letak sungsang lebih sering terjadi tali pusat menumbung karena bagian depan anak kurang
Selain itu, angka kesakitan pada bayi juga tinggi karena mungkin terjadi fraktur dari
humerus atau klavikula pada waktu melahirkan lengan, paralisis lengan karena tekanan atau
tarikan pada pleksus brakialis pada waktu melahirkan kepala dengan cara mauriceau.
( satrawinata, 2004)
Komplikasi yang terjadi pada ibu dan janin adalah sebagai berikut :
2) Trauma persalinan
c) Diskolasi fraktur persendian tulang leher: fraktur tulang dasar kepala, fraktur tulang kepala,
kerusakan pada mata, hidung, atau telinga, kerusakan pada jaringan otak.
8. Penatalaksanaan
komplikasi kesakitan, cacat bawaan sampai dengan kematian bayi. Menghadapi kehamilan letak
sungsang dapat diambil tindakan melakukan versi luar ketika hamil. Persalinan diselesaikan
dengan pertolongan per vagina dengan pertolongan fisiologis secara Brach, ekstraksi parsial
(secara klasik, mueller, loevest), persalinan kepala (secara maurieau veit smellie, menggunakan
forsep eksrtraksi), ekstraksi bokong totalis (ekstraksi bokong, ekstraksi kaki) atau pertolongan
9. Penanganan
Dalam Kehamilan
Untuk itu bila pada waktu pemeriksaan antenatal di jumpai letak sungsang, terutama pada
primigravida, hendaknya diusahakan melakukan versi luar menjadi presentasi kepala. Versi luar
sebaiknya dilakukan pada kehamilan antara 34 dan 38 minggu. Pada umumnya versi luar
sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan, karena kemungkinan besar janin masih dapat
memutar sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit untuk berhasil karena janin
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan denyut
jantung janin harus dalam keadaan baik. Apabila bokong sudah turun, bokong harus dikeluarkan
lebih dahulu dari rongga panggul, tindakan ini dilakukan dengan meletakkan jari-jari kedua
tangan penolong pada perut ibu bagian bawah untuk mengangkat bokong janin. Kalau bokong
tidak dapat dikeluarkan dari panggul, usaha untuk melakukan versi luar tidak ada gunanya.
Setelah bokong keluar dari panggul, bokong ditahan dengan satu tangan, sedang tangan yang lain
mendorong kepala ke bawah sedemikian rupa, sehingga felksi tubuh bertambah. Selanjutnya
kedua tangan bekerja sama untuk melaksanakan putaran janin menjadi presentasi kepala. Selama
versi dilakukan dan setelah versi luar berhasil denyut jantung janin harus selalu di awasi.
Sesudah janin berada dalam keadaan presentasi kepala, kepala didorong masuk kedalam rongga
panggul. Versi luar hendaknya dilakukan dengan kekuatan yang ringan tanpa mengadakan
paksaan. Versi luar tidak ada gunanya dicoba bila air ketuban terlalu sedikit, karena usaha
Dalam persalinan
Untuk melahirkan bahu dan kepala dalam proses persalinan dapat dipilih beberapa
a. Bokong dan pangkal paha janin yang telah lahir dipegang dengan 2 tangan.
b. Kemudian dilakukan hiperlordosis tubuh janin ke arah perut ibu.
c. Sehingga lambat laun badan bagian atas, bahu, lengan dan kepala janin dapat dilahirkan.
d. Pada perasat Bracht ini penolong sama sekali tidak melakukan tarikan dan hanya membantu
melakukan proses persalinan sesuai dengan mekanisme persalinan letak sungsang. Tetapi perlu
diingat bahwa dengan perasat Bracht tidak selalu bahu dan kepala berhasil dilahirkan, sehingga
untuk mempercepat kelahiran bahu dan kepala dilakukan manual aid atau manual hilfe.
d. Bokong dan pangkal paha yang telah lahir dipegang dengan 2 tangan
e. badan di tarik ke bawah sampai ujung bawah skapula dengan kelihatan di bawah simfisis
f. Kedua kaki janin di pegang dengan tangan yang bertentangan dengan lengan yang akan
dilahirkan
g. Tubuh janin ditarik keatas, sehingga perut janin ke arah perut ibu, tangan penolong yang satu di
masukkan ke dalam jalan lahir dengan menelusuri punggung janin menuju ke lengan belakang
h. Dua jari tangan tersebut ditempatkan sejajar dengan humerus dan lengan belakang janin
i. Untuk melahirkan lengan depan, dada dan punggung janin di pegang dengan kedua tangan
j. Tubuh janin di putar untuk mengubah legan depan supaya berada di belakang dengan arah
Cara klasik tersebut terutama dilakukan apabila lengan depan menjungkit ke atas atau berada di
belakang leher janin. Karena memutar tubuh dapat membahayakan janin, maka bila lengan
depan letaknya normal, cara klasik dapat dilakukan tanpa memutar tubuh janin, sehingga lengan
l. Kedua kaki dipegang dengan tangan yang bertentangan dengan lengan depan untuk menarik
m. Tangan yang lain menelusuri punggung janin menuju ke lengan depan sampai fossa kubiti dan
lengan depan dikeluarkan dengan dua jari yang sejajar dengan humerus
b. Tubuh janin di tarik ke bawah sampai bahu depan berada di bawah simfisis
c. Kemudian lengan depan dikeluarkan dengan cara yang kurang lebih sama dengan cara yang
lahir
b. Sehingga bila bahu belakang di putar ke depan dengan sendirinya akan lahir di bawah simfisis
c. Setelah sumbu bahu janin terletak dalam ukuran muka belakang, dengan kedua tangan pada
bokong
d. Tubuh janin di tarik ke bawah sampai ujung bawah skapula dengan terlihat di bawah di simfisis
e. Kemudian tubuh janin diputar dengan cara memegang dada dan punggung oleh dua tangan
f. Dengan demikian lengan depan dapat dikeluarkan dengan mudah. Bahu yang lain yang
sekarang menjadi bahu belakang, dilahirkan dengan memutar kembali tubuh janin ke arah yang
berlawanan, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan dan lengan dapat di lahirkan dengan
mudah
a. badan janin dengan perut ke bawah diletakkan pada lengan kiri penolong
b. Jari tengah di masukkan ke dalam mulut janin sedangkan jari telunjuk dan jari manis pada
maksilla, untuk mempertahankan supaya kepala janin tetap dalam keadaan fleksi
c. Tangan kanan memegang bahu janin dari belakang dengan jari telunjuk dan jari tengah berada di
d. Janin di tarik ke bawah dengan tangan kanan sampai suboksiput atau batas rambut di bawah
simfisis
e. Kemudian tubuh janin di gerakkan ke atas, sedangkan tangan kiri tetap mempertahankan fleksi
kepala
f. Sehingga muka lahir melewati perineum, di susul oleh bagian kepala yang lain
Perlu di tekankan disini, bahwa tangan kiri tidak boleh ikut menarik janin, karena dapat
1. Melakukan rujukan ke puskesmas, dokter keluarga atau dokter ahli untuk mendapat petunjuk
2. Bila masih ada kesempatan , melakukan rujukan penderita kerumah sakit untuk mendapatkan
3. Bila terpaksa, melakukan pertolongan persalianan letak sungsang sebaiknya bersama dokter
4. Ibu perlu diberikan KIE dan motivasi serta melakukan perjanjian tertulis dalam bentuk informed
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah di alami wanita tanpa memperhatikan hasil
konsepsi tersebut hidup atau mati. Paritas yang sudah melahirkan bayi lebih dari 2 atau 3
merupakan paritas yang paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal. Paritas yang sudah
melahirkan bayi lebih dari 3 memiliki angka kematian lebih tinggi. Ibu yang meninggal saat atau
setelah melahirkan antara lain disebabkan oleh tingginya paritas yaitu telah mempunyai anak
bandingkan dengan ibu yang tidak sering melahirkan, karena semakin banyak jumlah kehamilan
dan jumlah kelahiran yang di alami ibu semakin tinggi resiko untuk mengalami komplikasi
kehamilan dan persalinan. Kehamilan letak sungsang dapat terjadi pada ibu dengan paritas tinggi
dikarenakan rahim sudah sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar
Kehamilan letak sungsang akan meningkat kejadiannya pada ibu dengan paritas
grandemultipara. Ini terjadi karena kehamilan terlalu sering dapat menyebabkan uterus menjadi
Pada paritas > 3 keadaan rahim ibu sudah tidak seperti rahim yang pertama kali
melahirkan. Sehingga ketika ibu hamil dengan paritas >3, maka janin ibu tersebut akan lebih
aktif bergerak sehingga posisi janin tersebut menjadi tidak normal dan dapat menyebabkan
Pada paritas tinggi ruang segmen bawah rahim semakin luas dan dapat menyebabkan
terjadinya oligohidramnion sehingga mekanisme penempatan bokong bayi tidak bisa normal, hal
inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya letak sungsang ( manuaba, 2008)
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan antara konsep (variabel) suatu terhadap konsep
atau variabel yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti (notoadmodjo, 2005)
D. Hipotesis
Ha. Ada hubungan paritas dengan kejadian letak sungsang di RSUD Bangkinang Tahun 2013
E. Penelitian terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Dewi (2009),dengan judul “ Hubungan Umur Dan Paritas
Ibu Hamil Dengan Kejadian Letak Sungsang Di RSUD Ambarawa”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan paritas dan umur ibu hamil dengan kejadian letak sungsang di
RSUD Ambarawa tahun 2009, jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan populasi adalah
semua ibu hamil di RSUD Ambarawa, adapaun sampel pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik rendom sampling secara acak dengan jumlah sampel 276 orang. Analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah univariate dan bivariate. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari letak sungsang banyak terjadi pada kelompok umur yang beresiko 84
( 30,4%) yang tidak beresiko 73 (26,5%). Variabel paritas, terlihat bahwa yang beresiko
mengalami letak sungsang 86 (31,2%), yang tidak mengalami letak sungsang 71 (25,7%).
Adapun persamaaan penelitian antara penelitian yang dilakukan oleh Ratna Dewi dengan peneliti
lakukan adalah sama-sama meneliti paritas . Sedangkan perbedaannya, jumlah sampel Ratna
2. Penelitian yang dilakukan oleh Rifmaini (2009), dengan judul “Gambaran Persalinan Sungsang
di Ruang Camar 1 RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru Tahun 2009”.Jenis penelitian ini adalah
deskriptif dengan populasi adalah ibu yang mengalami persalinan letak sungsang, adapun
sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yang berjumlah 170 orang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari persalinan letak sungsang banyak terjadi pada kelompok umur resiko
rendah (20-35) yaitu sebanyak 142 ibu (83,53%) dan pada umur kelompok resiko tinggi (<20
dan >35) sebanyak 28 ibu (16,47%). Variabel paritas, terlihat bahwa multipara resiko yang tinggi
yaitu sebanyak 73 ibu (42,94). Dan paritas yang primipara juga resiko tinggi yaitu 68 ibu
(40,00). Dan pada ibu resiko rendah grandemultipara yaitu sebanyak 29 ibu (17,06). Variabel
usia kehamilan, terlihat bahwa kehamilan aterm resiko tinggi yaitu sebanyak 143 ibu (84,12).
Dan pada kelompok resiko tinggi ( preterm dan pessterm ) yaitu sebanyak 27 ibu (15,88).
Sedangkan perbedaannya, penelitian yang sudah diteliti berdasarkan umur, paritas, usia
kehamilan, berat badan bayi. Sedangkan penelitian yang dilakukan berdasarkan paritas dengan
letak sungsang.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2011), dengan judul “beberapa faktor yng berhubungan
dengan kejadian letak sungsang di Rumah Sakit Medistra”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana faktor yang berhubungan dengan kejadian letak sungsang. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif dengan populasi adalah ibu hamil yang mengalami letak
sungsang, adapun sampel dalam penelitian ini total sampel yang berjumlah 49 orang. Analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
letak sungsang banyak terjadi pada kelompok umur < 20 tahun ( 70,00%) serta kelompok umur >
35 tahun (75,6%). Variabel paritas terlihat bahwa primipara (26,9%) yng mengalami letak
sungsang , multipara (38,8%) yang mengalami letak sungsang. Variabel pekerjaan terdapat
bahwa sebagian ibu yang bekerja (47,1%) lebih banyak mengalami letak sungsang dari pada ibu
yang tidak bekerja (15,0%). Adapun persamaan persalinan antara penelitian yang dilakukan oleh
Ningsih dengan peneliti lakukan adalah pengambilan data secara total populasi. Sedangkan
perbedaannya, jumlah sampel yang diteliti Ningsih sebanyak 49 orang sedangkan yang dilakukan
dengan rancangan cross sectional yaitu penelitian ini melihat faktor resiko dan kasus-kasus
penyakit atau status kesehatan sacara bersamaan yaitu untuk mengetahui hubungan variabel
independen ( paritas ) dengan variabel dependen ( letak sungsang ) di RSUD Bangkinang Tahun
2013
Penelitian ini rencananya akan dilakukan di Ruangan Kebidanan di RSUD Bangkinang dan akan
1. Populasi
(Notoatmodjo,2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dengan kelainan
letak janin yang tercatat di ruang kebidanan RSUD Bangkinang Tahun 2013 yaitu sebanyak 55
kasus
2. Sampel
Sampel merupakan bagian yang di ambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
a. Kriteria Sampel
1.) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dengan
kelainan letak janin yang tercatat di ruang kebidanan di RSUD Bangkinang Tahun 2013.
Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai
sampel karena datanya robek atau hilang. dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin dengan
kelainan letak janin yang tercatat di ruang kebidanan di RSUD Bangkinang Tahun 2013.
b. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling
secara total populasi yaitu semua ibu bersalin yang mengalami kelainan letak janin di ruang
D. Etika Penelitian
sebelum penelitian dilakukan. Tujuannya adalah agar responden mengerti maksud dari tujuan,
maka mereka harus menandatangani lembaran persetujuan tersebut. Jika mereka menolak untuk
diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya
Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality ( kerahasian)
Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasian hasil penelitian, baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan di laporkan pada hasil
riset.(Hidayat, 2011)
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar check list.
Lembar check list adalah suatu daftar pengecek berisi nama subjek dan beberapa gejala serta
F. Prosedur Penelitian
1. Peneliti mengajukan surat permohonan pembuatan surat izin pengambilan data kepada bagian
prodi DIII Kebidanan Sekolah Tuanku Tambusai Riau untuk mengadakan peneliti di RSUD
Bangkinang.
2. Setelah mendapatkan surat izin pengambilan data dari bagian prodi DIII Kebidanan, surat
4. Setelah mendapatkan izin, peneliti memohon izin kepada Direktur RSUD Bangkinang untuk
mengambil data.
7. Setelah mendapatkan persetujuan untuk melakukan penelitian, peneliti mengajukan surat izin
1. Editing
Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul
data. Tujuan editing adalah untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam
2. Koding
kategori-kategori. Biasanya klasifikasi di lakukan dengan cara memberi tanda atau kode
3. Tabulasi
Tabulasi adalah pekerjaan membuat tabel. Jawaban – jawaban yang sudah diberi kode
4. Data Entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master
Pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak
( Notoatmodjo, 2010)
H. Defenisi Operasional
karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Defenisi operasional ditentukan
berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam peneliti. Sedangkan cara pengukuran
merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan ditentukan karakteristiknya.( Hidayat, 2011)
Variabel dependen
1. Analisa Univariat
setiap variabel peneliti. Bentuk analisa univariate tergantung dari jenis datanya. Untuk data
numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi. Pada umumnya dalam
analisa ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel.
( Notoadmodjo, 2010)
X 100%
Keterangan :
P = Persentase
N = Jumlah soal
2. Analisa Bivariat
Analisis ini dilakukan dengan pengujian secara statistik, untuk uji hipotesis yang
digunakan adalah chi square dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%. Hal ini dilakukan
untuk mengtahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.Analisa ini
X² = Ʃ ( O – E )²
E
Keterangan ;
X² = Nilai chi – Square
O = Nilai hasil pengamatan (observasi)
E = Nilai yang diharapkan . (Budiarto, 2010)
Dari hasil uji statistik diketahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang diteliti apabila
:
Jika X² hitung > X² tabel maka Ho ditolak berarti ada hubungan antara variabel independen dan
dependen.
Jika X² hitung ≤ X² tabel maka Ho gagal ditolak berarti tidak ada hubungan antara variabel
1.tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga actual count (FO) sebesar O
( Nol)
2.apabila bentuk tabel kontingensi 2X2, maka tidak boleh ada 1 cell saja yang memiliki frekuensi
3.Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2 ,misal 2 x 3 maka jumlah cell dengan frekuensi harapan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 7 juli sampai 9 juli 2014. Sampel dalam penelitian
ini adalah ibu bersalin yang tercatat di buku rekapitulasi ruang kebidanan di RSUD Bangkinang
Tahun 2013.Data variabel independen yang diambil pada penelitian ini meliputi Paritas ibu
sedangkan data variabel dependen pada penelitian ini adalah Letak Sungsang. Dari hasil
2. Letak Sungsang
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Letak Sungsang Di RSUD
Bangkinang Tahun 2013
No Letak Sungsang Frekuensi Persentase
1 Ya 42 76,36%
2 Tidak 13 23,63%
Total 55 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa kejadian Letak Sungsang di RSUD
Tahun 2013 ibu bersalin yang paritas beresiko melahirkan letak sungsang 30 (54,54%) dan yang
tidak melahirkan paritas yang bersiko sebanyak 12 (21,81%) dan yang beresiko dan tidak
melahirkan letak sungsang sebanyak 8 (14,54%) dan yang tidak beresiko dan tidak melahirkan
Bangkinang Tahun 2013 dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh X² hitung (20,35) > X²
tabel (3,841) maka Ho ditolak dan dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara paritas dengan
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
1. Gambaran Prevalensi Paritas Ibu di RSUD Bangkinang Tahun 2013
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 55 Ibu Bersalin, sebagian
kehamilan, bentuk panggul ibu, riwayat kehamilan sungsang dan paritas merupakan faktor yang
menyebabkan kelainan letak sungsang. Oleh karena itu Pada paritas > 3 keadaan rahim ibu sudah
tidak seperti rahim yang pertama kali melahirkan sehingga ketika ibu hamil dengan paritas > 3,
maka janin ibu tersebut akan lebih aktif bergerak sehingga posisi janin tersebut menjadi tidak
normal dan dapat menyebabkan terjadinya letak sungsang ( cunningham F.G. 2005).
Menurut asumsi peneliti paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah di alami
wanita tanpa memperhatikan hasil konsepsi tersebut hidup atau mati. deteksi dini paritas
besar ibu mengalami letak sungsang sebesar 42 (76,36%) orang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mayoritas ibu bersalin di RSUD Bangkinang Tahun 2013 mengalami letak sungsang.
Terdapat sejumlah faktor penyebab utama kematian ibu akibat perdarahan, infeksi,
kelainan hipertensi dalam kehamilan, letak sungsang, dan persalinan yang lama. Letak sungsang
merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
Berdasarkan hasil analisa hubungan paritas dengan kejadian letak sungsang di RSUD
Bangkinang Tahun 2013 dapat diketahui bahwa ibu bersalin yang mengalami paritas 55 orang,
yang melahirkan dengan letak sungsang sebesar 42 (76,36%) orang. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa dari 55 ibu bersalin yang mengalami paritas lebih banyak melahirkan letak sungsang
dan dapat dinyatakan bahwa ada hubungan antara paritas dengan kejadian letak sungsang di
kejadian terbanyak adalah dengan grandemultipara dibanding pada primigravida. Pada primipara
(1) merupakan aman di tinjau dari sudut kematian maternal dan paritas tinggi ( > 3) mempunyai
Seorang ibu yang sering hamil ataupun melahirkan mempunyai resiko lebih tinggi di
bandingkan dengan ibu yang tidak sering melahirkan, karena semakin banyak jumlah kehamilan
dan jumlah kelahiran yang di alami ibu semakin tinggi resiko untuk mengalami komplikasi
kehamilan dan persalinan. Kehamilan letak sungsang dapat terjadi pada ibu dengan paritas tinggi
dikarenakan rahim sudah sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar untuk berputar
Kehamilan letak sungsang akan meningkat kejadiannya pada ibu dengan paritas
grandemultipara. Ini terjadi karena kehamilan terlalu sering dapat menyebabkan uterus menjadi
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Ratna Dewi (2009), berdasarkan hasil
analisa uji chi-square diperoleh nilai X² hitung (41,22) > X² tabel (3,841) hal ini menunjukkan
bahwa Hₒ ditolak artinya ada hubungan antara paritas dengan kejadian letak sungsang di
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Bangkinang dengan judul “Hubungan Paritas
dengan Kejadian Letak Sungsang di RSUD Bangkinang Tahun 2013”, dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR di RSUD Bangkinang tahun 2013.
B. Saran
1. Bagi Tempat Penelitian
Diharapkan kepada tenaga kesehatan RSUD Bangkinang dapat memberikan penyuluhan
secara berkala terhadap ibu hamil tentang betapa pentingnya pemeriksaan kehamilan sebagai
deteksi dini faktor resiko dalam kehamilan dengan bahasa yang sederhana dan menggunakan alat
bantu seperti brosur, poster dalam pemberian penyuluhan kepada ibu hamil yang berkunjung ke
RSUD Bangkinang.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan agar lebih meningkatkan keterampilan dalam
menangani kasus-kasus kebidanan serta dapat melakukan deteksi dini kepada seluruh ibu hamil
data untuk peneliti selanjutnya dan melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan paritas
http://oktorinanisma.blogspot.co.id/2014/07/letak-sungsang.html
Tinjauan teori letak sungsang
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan
lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir
(Saifuddin, 2009).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang dapat hidup ke
dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Sofian, 2011).
2.2 Letak sungsang
2.2.1 Definisi
Letak sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala
merupakan kutub bawah. Penunjuknya adalah sacrum. Sacrum kanan depan (RSA=right sacrum
anterior) adalah presentasi bokong dengan sacrum janin ada di kuadran kanan depan panggul ibu,
dan diameter bitrochanterica janin berada pada diameter oblique dextra panggul ibu (Oxorn,
2010).
2.2.2 Etiologi
Faktor-faktor etiologi presentasi bokong meliputi prematuritas, air ketuban yang
berlebihan, kehamilan ganda, plasenta previa, panggul sempit, fibromyoma, hydrocephalus, dan
janin besar. Setiap keadaan yang mempengaruhi masuknya kepala janin ke dalam panggul
mempunyai peranan dalam etiologi presentasi bokong. Banyak yang tidak diketahui sebabnya,
baru dinyatakan hanya karena kebetulan saja. Sebaliknya, ada presentasi bokong yang
membakat. Beberapa ibu melahirkan bayinya semuanya dengan presentasi bokong, menunjukkan
bahwa bentuk panggulnya adalah sedemikian rupa sehingga lebih cocok untuk presentasi bokong
dari pada presentasi kepala. Implantasi plasenta di fundus atau cornu uteri cenderung untuk
perlu dilakukan pada setiap kunjungan perawatan antenatal bila umur kehamilannya ≥ 34
minggu. Untuk memastikan apabila masih terdapat keraguan pada pemeriksaan palpasi, dapat
Taksiran berat janin, penilaian volume air ketuban, konfirmasi letak plasenta, jenis presentasi
bokong, keadaan hiperekstensi kepala, kelainan kongenital, dan kesejahteraan janin dapat
terdiri dari:
2.2.4.3.1 Kedua kaki = Letak kaki sempurna (24%)
Satu kaki = Letak kaki tidak sempurna
2.2.4.3.2 Kedua lutut = Letak lutut sempurna (1%)
Satu lutut = Letak lutut tidak sempurna (Sofian, 2011).
2.2.5 Penatalaksanaan letak sungsang
Pertolongan persalinan letak sungsang memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan
komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai dengan kematian bayi. Menghadapi kehamilan
letak sungsang dapat diambil tindakan melakukan versi luar ketika hamil. Persalinan diselesaikan
dengan pertolongan per vagina dengan pertolongan fisiologis secara brach, ektraksi parsial
(secara klasik, Mueller, Loevset), persalinan kepala (secara Mauriceau veit Smellie,
menggunakan forsep ekstraksi), ekstraksi bokong totalis (ekstraksi bokong, ekstraksi kaki) atau
Kegagalan pertolongan secara Brach diikuti oleh persalinan dengan ekstraksi bokong parsial atau
dengan ekstraksi bokong total yang dapat menimbulkan komplikasi (Manuaba, 2010).
2.2.6 Komplikasi
Selain berbagai kesulitan yang disebutkan, komplikasi lainnya dapat terjadi, yang sebagian
besar mempengaruhi janin. Banyak komplikasi tersebut dapat dihindari apabila persalinan
ditangani oleh operator yang berpengalaman, atau pelajar yang diawasi dengan ketat, untuk
memar yang mungkin terjadi setelah kelahiran. Edema dan memar pada genetalia bayi dapat
terjadi akibat tekanan pada serviks. Pada presentasi bokong kaki, kaki yang keluar pada vagina
atau vulva untuk waktu yang lama dapat mengalami edema berat dan pucat.
Jika kelahiran dilakukan dengan benar, hal-hal berikut ini cenderung jarang terjadi:
2.2.6.3.2 Fraktur humerus, klavikula atau femur atau dilokasi bahu atau pinggul. Hal tersebut
abdomen.
2.2.6.3.5 Kerusakan adrenal. Hal ini dapat disebabkan oleh genggaman pada abdomen bayi, yang
menyebabkan
syok akibat pelepasan adrenalin.
2.2.6.3.6 Kerusakan medula spinalis atau fraktur tulang belakang. Hal ini dapat terjadi akibat
penekukan badan kearah belakang di atas simfisis pubis saat melahirkan kepala.
2.2.6.3.7 Perdarahan intrakranial. Hal ini dapat terjadi akibat kelahiran kepala yang terlalu cepat, yang
tidak memberi kesempatan untuk molase. Hipoksia juga dapat menyebabkan perdarahan
intrakranial.
2.2.6.4 Hipoksia janin
Hal ini dapat terjadi akibat prolaps tali pusat atau kompresi tali pusat atau plasenta terlepas
sebelum waktunya.
2.2.6.5 Plasenta terlepas sebelum waktunya
Retraksi yang cukup kuat pada uterus terjadi pada saat kepala masih berada di dalam vagina
dan plasenta mulai terlepas. Keterlambatan kelahiran kepala yang lama dapat menyebabkan
presentasi bokong lebih sering terjadi pada persalinan prematur (Fraser, 2009).
2.2.7.2 Kelainan uterus
Distorsi rongga uterus oleh septum atau jaringan fibroid dapat menyebabkan presentasi
karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus, sehingga janin berusaha mencari
tempat yang lebih luas yakni dibagian atas rahim (http://zloudan. wordpress.com/?p=37
12 April 2014).
2.2.7.6 Mioma uteri
Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan infertilitas; risiko
terjadinya abortus bertambah karena distorsi rongga uterus; khususnya pada mioma
submukosum; letak janin; menghalangi kemajuan persalinan karena letaknya pada serviks uteri;
menyebabkan inersia maupun atonia uteri, sehingga menyebabkan perdarahan pasca persalinan
karena adanya gangguan mekanik dalam fungsi miometrium; menyebabkan plasenta sukar lepas
dari dasarnya; dan mengganggu proses involusi dalam nifas (Saifuddin, 2009).
2.2.7.7 Kehamilan kembar
Kehamilan kembar membatasi ruang yang tersedia untuk perputaran janin, yang dapat
menyebabkan salah satu janin atau lebih memiliki presentasi bokong (Fraser, 2009).
2.2.7.8 Anomali janin (anensefali, hidrosefalus)
Kondisi bayi yang cacat secara alami juga dapat menjadi salah satu penyebab bayi sungsang.
Kecacatan tersebut biasanya berupa bayi yang memiliki kepala besar (hidrosefalus), bayi dengan
tulang tengkorak tidak sempurna, atau bayi yang memiliki anggota tubuh yang tidak
proporsional. Cacat-cacat semacam ini pada umumnya disebabkan karena bayi tidak
bisa menyebabkan kehamilan sungsang yang berulang (http:// yuhurin. wordpress. com/ ?p =9
view= article &id =505 :kehamilan -dan-kelahiran sungsang & catid = 40 :monthly-
awal kehamilan, ukuran bayi memang masih kecil sehingga sering terjadi kasus bayi sungsang
pada awal kehamilan. Kondisi sungsang di awal kehamilan ini wajar karena pada umumnya,
posisi bayi akan sering berubah hingga kehamilan mencapai usia 34 minggu. Namun, kondisi
bayi yang terlalu kecil seperti ini juga bisa terjadi karena bayi kekurangan gizi sehingga
pertumbuhannya menjadi terhambat dan tidak sempurna. Untuk itu, penting bagi si ibu untuk
selalu memperhatikan asupan gizinya untuk menghindari hal-hal semacam ini (http:// www.
cafeberita. com/ wanita/kehamilan/ 2012 / 05 / 25/ pahami- dan -hindari- penyebab- bayi-
diketahui, namun bayi sungsang akan lebih banyak ditemukan pada kasus kehamilan: Kehamilan
kembar. Calon ibu pernah melahirkan bayi secara prematur. Air ketuban di dalam janin terlalu
banyak sehingga janin bebas bergerak bahkan untuk berputar-putar. Ibu hamil mengalami
plasenta previa, yaitu plasenta yang menutupi jalan lahir. Hal ini akan mengurangi ruangan
dalam rahim sehingga bayi akan bergerak dan berputar-putar, berusaha mencari tempat yang
lebih luas yaitu di bagian atas. Gangguan kehamilan ini memungkinkan bayi mengubah posisi
dan akhirnya tidak pas pada posisi siap untuk dilahirkan. Ibu hamil memiliki panggul sempit,
uterus. Pada kehamilan dengan air ketuban sedikit (oligohidramnion) bisa mengakibatkan letak
posisi janin dapat menempatkan diri dalam letak sungsang, ataupun letak lintang. Dikarenakan
janin tidak leluasa untuk menempatkan diri sehingga presentasi bokong ini yang sering terjadi
aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan demikian, kelahiran kembar hanya dihitung
sebagai satu kali paritas (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123 456789/25589/4/Chapter
janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya
2014).
2.3.2 Polihidramnion
2.3.2.1 Pengertian
Polihidramnion adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan akumulasi berlebihan dari
cairan ketuban di dalam rahim sewaktu kehamilan, menyebabkan perut bertambah dengan
2.3.2.2 Klasifikasi
2.3.2.2.1 Polihidramnion kronis
Tipe ini terjadi secara bertahap, biasanya dimulai pada saat usia kehamilan kira-kira 30
sangat tiba-tiba. Uterus mencapai sifisternum dalam 3 atau 4 hari. Tipe ini biasanya berhubungan
dengan kembar monozigot atau abnormalitas janin yang parah (Fraser, 2009).
2.3.2.3 Hubungan polihidramnion
Volume air ketuban yang melebihi normal menyebabkan janin lebih leluasa bergerak walau
rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum (Prawirohardjo, 2010).
internum.
2.3.3.2.4 Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim demikian
rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum.
Jarak yang lebih dari 2 cm dianggap plasenta letak normal (Prawirohardjo, 2010).
2.3.3.3 Hubungan plasenta previa dengan persalinan sungsang
Plasenta yang tertanam dan menutupi jalan lahir dapat pula menyebabkan letak sungsang
karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus, sehingga janin berusaha mencari
tempat yang lebih luas yakni dibagian atas rahim (http://zloudan. wordpress.com/?p=37
uterus yang teratur yang disertai pendataran dan/atau dilatasi cervix serta turunnya bayi pada
wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari) sejak hari
2009).
2.3.5 Kehamilan kembar (gemeli)
2.3.5.1 Pengertian
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan 2 janin atau lebih. Kehamilan kembar lebih
banyak terjadi pada kehamilan yang berasal dari fertilisasi in vitro (bayi tabung) daripada
satu janin di dalam uterus pada saat yang sama (Fraser, 2009).
2.3.5.2 Klasifikasi
2.3.5.2.1 Kehamilan Kembar Monozigotik
Kehamilan kembar monozigotik atau disebut juga identik adalah kehamilan kembar yang
terjadi dari 1 telur yang dibuahi oleh 1 sperma. Untuk alasan yang tidak diketahui, telur yang
sudah dibuahi membelah menjadi dua atau lebih embrio pada perkembangan tahap pertama.
Kembar identik pada umumnya memiliki ari-ari yang sama tetapi kantung amnion yang terpisah
pada rahim. Pada kasus yang jarang terjadi, kembar identik memiliki 1 kantung amnion. Kedua
anak tersebut memiliki jenis kelamin yang sama, rupa sama, sidik jari dan telapak sama.
Kehamilan ini jarang terjadi (http:// posyandu. org/ bayi- kembar. html diunggah pada tanggal 30
April 2014).
2.3.5.2.2 Kehamilan Kembar Fraternal (Dizigotik)
Kehamilan kembar dizigotik adalah kehamilan yang berasal dari 2 telur yang dibuahi sperma
yang berbeda. Jumlah kehamilan ini kira-kira 2/3 total kehamilan kembar. Jenis kelamin dapat
sama atau berbeda, dan mereka berbeda seperti anak-anak lain dalam keluarga (http:// posyandu.
lebih sedikit dari seharusnya. Kedua janin tersebut dapat saling menghambat gerakan masing-
masing yang dapat menyebabkan terjadinya malpresentasi, terutama pada janin kembar yang
kedua. Setelah pelahiran bayi pertama, presentasi kembar kedua dapat berubah (Fraser, 2009).
bdjsbdshdjsd
Multiparitas
Hidramnion
10. Oligohidramnion
11. Hidrosefalus
12. Anensefalus
13. Anomali uterus
14. Berbagai tumor dalam panggul
Multiparitas
Hidramnion
Oligohidramnion
Hidrosefalus
Anensefalus
Anomali uterus
Berbagai tumor dalam panggul
http://ariniwidya.blogspot.co.id/2014/08/tinjauan-teori-letak-sungsang.html