Skripsi Drainase PDF
Skripsi Drainase PDF
Oleh :
08140009
(Strata 1)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2013
ii
Abstrak
Banjir adalah suatu kondisi fenomena bencana alam yang memiliki hubungan dengan
jumlah kerusakan dari sisi kehidupan dan material. Banjir berawal dari peningkatan
jumlah penduduk, perubahan iklim dan perubahan tata guna lahan. Kapasitas drainase
yang kecil dan banyaknya sedimen dalam drainase menyebabkan genangan/banjir.
Permasalahan lain juga muncul dari air buangan rumah tangga. Wilayah perkotaan yang
padat tidak bisa mengolah air buangan secara individu. Sehingga, air buangan akan
dialirkan pada sistem drainase perkotaan.
Dalam penelitian ini, hujan berperan penting dalam evaluasi dan perencanaan drainase
perkotaan. Data yang diperlukan data curah hujan, data tata guna lahan dan data
topografi. Data Curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan harian maksimum
stasiun pahoman dengan perbandingan stasiun lainnya. Data curah hujan dianalisis
dengan metode Log Person III dan Gumbel kemudian di uji dengan Chi Square untuk
memilih distribusi statistik yang diterima. Data curah hujan kemudian diterapkan dalam
intensitas hujan jam-jaman dengan metode mononobe. Intensitas hujan berguna untuk
menghitung debit puncak dengan metode rasional.
Berdasarkan data, banjir di beberapa saluran di Tanjung Karang Pusat seperti di jalan
Kartini, jalan Teuku Umar, jalan Imam Bonjol, jalan Cut Nyak Dien dan jalan Tulang
Bawang. Evaluasi yang dilakukan berupa analisis debit tiap-tiap saluran drainase di
seluruh wilayah Tanjung Karang Pusat. Setelah dilakukan evaluasi ada beberapa saluran
drainase yang perlu perencanaan ulang seperti saluran Kartini dan Teuku Umar; dan
beberapa saluran drainase perlu normalisasi seperti saluran Cut Nyak Dien, saluran
Imam Bonjol dan saluran Tulang Bawang.
Flooding is a state of natural disaster phenomena which are related to the amount of
damage in terms of life and material. Flooding began increasing population, climate
change and land use change. Small drainage capacity and the amount of sediment in
the drainage causing inundation / flooding. Other issues also arise from domestic
wastewater. Dense urban areas can’t process individual waste water. So that, the waste
water will flow into the urban drainage system.
In this study, rainfall plays an important role in the evaluation and planning of urban
drainage. The data needed rainfall data, data on land use and topographic data.
Rainfall data used is the maximum daily rainfall data pahoman station with other
stations comparisons. Rainfall data were analyzed with Log Person III and Gumbel
then tested with Chi Square for selecting statistical distributions received. Rainfall data
is then applied to the hourly rainfall intensity mononobe method. The intensity of rain is
useful to calculate the peak discharge by rational methods.
Based on data, flood from several channels at Tanjung Karang Pusat as Kartini road,
Teuku Umar road, Imam Bonjol road, Cut Nyak Dien road and Tulang Bawang road.
The evaluation was done by analysis of the discharge of each drainage channel across
the Tanjung Karang Pusat. After an evaluation there are several drainage channels
need to redesign like Kartini channel and Teuku Umar channel, and some drainage
channels need to be normalized as Cut Nyak Dien channel, Imam Bonjol channel and
Tulang Bawang channel.
HALAMAN PENGESAHAN
Fakultas : Teknik
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
MOTTO
(Al-Baqarah: 153)
“EvElyn UndErHill”
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya kecilku ini teruntuk :
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
penulisan skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
bimbingan serta doa dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada
Bandar Lampung.
2. Bapak Weka Indra Darmawan S.T.,M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik dan
3. Ibu Dra. Hj. Sulastri, M.TA., selaku Ketua Jurusan Teknik Lingkungan
Universitas Malahayati.
5. Bapak Dr. Ir. Hardoyo Marsad M.Eng., selaku pembimbing I dalam tugas
akhir.
Oki Darmawan, Dwi Marliyana dan Neli Tri Sundari yang selalu
2008: Arman Rachmad, Ekwan Dedy Joni Irawansyah, Indri Hadi, Eko
Febrianto, Ketut Widiana, Talata Jimi Ariko, Regiantara Eka Cahya, Arif
11. Kepada semua rekan-rekan satu almamater yang tidak dapat penulis
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini, masih jauh dari sempurna,
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan serta masukkan saran yang dapat
membangun guna perbaikan dan kesempurnaan dari skripsi ini, penulis juga
xi
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama bagi penulis sendiri dan
Wassalammua’alaikum Wr.Wb.
Penulis
xii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3. Batasan Masalah ............................................................................................. 3
1.4. Tujuan............................................................................................................. 4
1.5. Manfaat ........................................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR GAMBAR
Draianase ............................................................................................. 41
Gambar 4.6. Peta jaringan Drainase Kecamatan Tanjung Karang Pusat ................... 85
Gambar 4.10. Drainase Eksiting Jalan Kartini Depan Panin Bank ............................ 92
Gambar 4.11. Drainase Rencana Jalan Kartini Depan Panin Bank ........................... 93
Gambar 4.13. Drainase Eksiting Jalan Imam Bonjol (Pasar Smep) .......................... 97
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2. Kecepatan Aliran Air Diizinkan Berdasarkan Jenis Material ................... 27
Air adalah suatu zat yang mempunyai rumus kimia H2O terdapat di atas,
ataupun di bawah permukaan tanah termasuk air permukaan, air tanah, air hujan,
dan air laut. Air merupakan salah satu kebutuhan vital bagi kelangsungan hidup
manusia, hewan maupun tumbuhan yang ada di atas permukaan bumi ini. Oleh
karena itu, segala sesuatu yang berhubungan dengan air tidak dapat diabaikan
tetapi harus ada pengelolaan. Air yang tidak dikelola akan menimbulkan
Dalam kondisi normal air hujan sebagian besar masuk ke dalam tanah, sebagian
air tersebut tidak masuk ke dalam tanah (infiltrasi), tidak dialirkan dan
banjir. Permasalahan lain juga muncul dari air buangan rumah tangga. Wilayah
perkotaan yang padat tidak bisa mengolah air buangan secara individu, sehingga
air buangan akan dialirkan pada sistem drainase perkotaan. Air buangan yang
tercampur dengan air hujan idealnya harus masuk ke sistem IPAL terpadu
yakni suatu model yang didesain agar aliran runoff secepat mungkin dibuang ke
badan air penerima. Prinsip tersebut juga tidak didukung oleh dimensi bangunan
yang cukup. Banyak sistem drainase yang dibangun terlalu kecil untuk debit
perubahan iklim dan perubahan tata guna lahan. Peningkatan penduduk yang
yang turun terlalu lama. Tata guna lahan yang tidak memperhatikan kegunaan
permasalahan ini perlu sistem drainase yang baik, dengan didukung berbagai
Indonesia. Salah satu daerah yang bermasalah dengan banjir adalah Kecamatan
Tanjungkarang Pusat, Kota Bandar Lampung. Daerah ini merupakan salah satu
wilayah yang rentan dalam permasalahan banjir. Hampir setiap musim penghujan
Lampung meminta warga untuk waspada di musim penghujan seperti saat ini.
Terutama yang tinggal di daerah rawan bencana banjir dan longsor. Kepala BPBD
Telukbetung Selatan”.
Bandar Lampung.
saluran drainase dan performa aliran pada bangunan drainase serta upaya-
1.4. Tujuan
1.5. Manfaat
Bandar Lampung.
2.1. Umum
Infrastruktur air perkotaan meliputi tiga sistem yaitu sistem air bersih
(urban water supply), sistem sanitasi (waste water) dan sistem drainase air hujan
(strom Water system). Ketiga sistem tersebut saling terkait, sehingga idealnya
komersil, industri, maupun sosial. Sistem sanitasi dimulai dari titik keluarnya
sistem air bersih. Sistem pengumpul mengambil air buangan domestik, komersil,
industri dan kebutuhan umum. Ada dua istilah yang banyak dipakai untuk
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air
dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal
(Suripin, 2004). Dilihat dari hulunya, bangunan sistem drainase terdiri dari
pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain) dan badan air penerima
bangunan terjun, kolam tando dan stasiun pompa. Pada sistem yang lengkap,
sebelum masuk ke badan air penerima, air diolah dahulu di instalasi pengolah air
limbah (IPAL), khususnya untuk sistem tercampur. Hanya air yang telah
memenuhi baku mutu tertentu yang dimasukan ke badan air penerima, sehingga
pekerjaan drainase merupakan pekerjaan yang rumit dan kompleks, bisa jadi
memerlukan biaya, tenaga dan waktu yang lebih besar dibandingkan dengan
sistem drainase dan pengendalian banjir. Namun, secara praktis kita dapat
komprehensif dan integratif yang meliputi seluruh proses, baik yang bersifat
struktural maupun non struktural, untuk mencapai tujuan tersebut. Konsep Sistem
banjir. Banjir adalah suatu kondisi fenomena bencana alam yang memiliki
hubungan dengan jumlah kerusakan dari sisi kehidupan dan material. Banyak
2. Keadaan iklim; seperti masa turun hujan yang terlalu lama, dan
disebabkan karena kombinasi dari kenaikan pasang surut, tinggi muka air
8
3. Perubahan tata guna lahan dan kenaikan populasi; perubahan tata guna lahan
Banyak lokasi yang menjadi subjek dari banjir terutama daerah muara.
permukaan bumi, tapi sebaliknya efek dari urbanisasi pada proses terjadinya
Tujuan perencanaan ini adalah untuk mengalirkan genangan air sesaat yang
terjadi pada musim hujan serta dapat mengalirkan air kotor hasil buangan dari
rumah tangga. Kelebihan air atau genangan air sesaat terjadi karena
keseimbangaan air pada daerah terentu terganggu. Disebabkan oleh air yang
masuk dalam daerah tertentu lebih besar dari air keluar. Pada daerah perkotaan,
kelebihan air terjadi oleh air hujan. Kapasistas infiltrasi pada daerah perkotaan
sangat kecil sehingga terjadi limpasan air sesaat setelah hujan turun. Dalam
9
tahan erosi yaitu saluran yang mampu menahan erosi dengan memuaskan dengan
cara mengatur kecepatan maupun menggunakan dinding dan dasar diberi lapisan
tinggi muka air, akan selalu berubah menurut waktu. Untuk suatu tujuan tertentu
1. Analisis Hujan
hujan sangat bervariasi terhadap tempat (space), maka untuk kawasan sangat luas
tidak bisa diwakili satu titik pos pengukuran. Dalam hal ini diperlukan hujan
kawasan yang diperoleh dari harga rata-rata curah hujan beberapa pos pengukuran
hujan yang ada disekitar kawasan tersebut. Ada 3 macam cara yang umum
dipakai dalam menghitung hujan rata-rata kawasan : (1) rata-rata aljabar, (2)
yang digunakan dalam analisis adalah curah hujan harian maksimum rata-rata
dalam satu tahun yang telah dihitung. Perhitungan data hujan maksimum harian
rata-rata harus dilakukan secara benar untuk analisis frekuensi data hujan.
luar biasa (ekstrim), seperti hujan lebat, banjir dan kekeringan. Besarnya
biasa ekstrim kejadiannya sangat langka. Tujuan analisis frekuensi data hidrologi
Analisis frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos
didasarkan pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh
probabilitas besaran hujan di masa yang akan datang. Dengan anggapan bahwa
sifat statistik kejadian hujan yang akan datang masih sama dengan sifat statistik
kejadian hujan masa lalu. Ada dua macam seri data yang dipergunakan dalam
Data tiap tahun diambil hanya satu besaran maksimum yang dianggap
berpengaruh pada analisis selanjutnya. Seri data seperti ini dikenal dengan seri
data maksimum (maximum anual series). Jumlah data dalam seri akan sama
dengan panjang data yang tersedia. Dalam cara ini, besaran data maksimum
kedua dalam suatu tahun yang mungkin lebih besar dari besaran data maksimum
b. Seri parsial
Data dalam seri dapat ditetapkan suatu besaran tertentu sebagai batas
bawah, selanjutnya semua besaran data yang lebih besar dari batas bawah tersebut
diambil dan dijadikan bagian seri data untuk kemudian dianalisis seperti biasa.
semua besaran data yang cukup besar diambil, kemudian diurutkan dari besar ke
kecil. Data yang diambil untuk analisis selanjutnya adalah sesuai dengan panjang
data dan diambil dari besaran data yang paling besar. Dalam hal ini
12
dimungkinkan dalam satu tahun data yang diambil lebih dari satu data, sementara
Dalam analisis frekuensi, hasil yang diperoleh tergantung pada kualitas dan
panjang data. Makin pendek data yang tersedia, makin besar penyimpangan yang
terjadi. Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan
empat jenis distribusi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi adalah :
a. Distribusi Normal,
d. Distribusi Gumbel.
Dalam statistik dikenal beberapa parameter yang berkaitan dengan analisis data
4. Uji Kecocokan
fittest test) distribusi frekuensi sampel data terhadap fungsi distribusi peluang
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu.
cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula
IDF. Data hujan jenis ini hanya dapat diperoleh dari pos penakar hujan otomatis.
Selanjutnya, berdasarkan data hujan jangka pendek tersebut lengkung IDF dapat
a. Rumus Talbot
Di mana
b. Rumus Sherman
Rumus ini mungkin cocok untuk jangka waktu curah hujan yang lamanya
Di mana
n = konstanta
14
c. Rumus Ishiguro
a
I= ...............................................................................................(3)
t+b
Di mana
a & b = konstanta
d. Rumus Manonobe
Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan
Di mana
2.4.2. Debit
1. Debit Rencana
kontinuitas dan rumus Manning. Rumus ini mempunyai bentuk sederhana tetapi
Q = A . V = A . 1 n . R2 3 . S 1 2
...............................................................(5)
15
Dimana :
Air hujan yang turun dari atmosfir jika tidak ditangkap vegetasi atau oleh
lainnya, maka akan jatuh permukaan bumi dan sebagian akan menguap,
cara-cara tersebut telah terpenuhi, maka sisa air hujan akan mengalir langsung di
atas permukaan tanah menuju alur aliran terdekat. Dalam perencanaan drainase,
bagian air hujan yang menjadi perhatian adalah aliran permukaan (surface runoff),
(subsurface flow).
Ketepatan dan menetapkan besarnya debit air yang harus dialirkan melalui
saluran drainase pada daerah tertentu, sangatlah penting dalam penentuan dimensi
saluran. Dimensi saluran yang terlalu besar tidak ekonomis, namun bila terlalu
rumus rasional atau hidrograf satuan. Perhitungan debit rencana berdasar periode
ulang hujan tahunan, 2 tahunan, 5 tahunan dan 10 tahunan. Data yang diperlukan
meliputi data batas dan pembagian daerah tangkapan air, tataguna lahan dan data
hujan. Dalam perencanaan saluran drainase dapat dipakai standar yang telah
ditetapkan baik debit rencana (periode ulang) dan cara analisis yang dipakai,
tinggi jagaan, struktur saluran dll. Tabel berikut menyajikan standar desain
saluran drainase.
dilakukan dengan metode rasional. Hal ini karena daerah aliran tidak terlalu luas,
kehilangan air sedikit dan waktu genangan relatif pendek. Metode rasional ini
sangat simpel dan mudah digunakan namun terbatas pada DAS dengan ukuran
kecil tidak lebih dari 500 ha. Model ini tidak dapat menerangkan hubungan curah
hujan dan aliran permukaan dalam bentuk hidrogaf. Hidrograf satuan adalah
hidrograf limpasan langsung yang dihasilkan oleh hujan efektif yang terjadi
merata di seluruh DAS dan intensitas tetap selama satuan waktu yang ditetapkan,
yang disebut hujan satuan. Kapasitas pengaliran dapat dihitung dengan metode
rasional.
Qp = 0,002778 C I A ...............................................................................(6)
17
Dimana :
1. Jenis Pengaliran
a. Saluran Terbuka
Aliran saluran terbuka mempunyai permukaan bebas (free surface flow) atau
tekanan sama dengan tekanan atmosfir. Saluran ini berfungsi mengalirkan air
limpasan permukaan atau air hujan yang terletak di daerah yang mempunyai
Sungai, saluran irigasi, selokan, talud dan estuari. Persamaan bernoulli untuk
P1 V12 P2 V22
h1 + + = h2 + + ............................................................(7)
ρg 2g ρg 2g
Dimana :
h = ketinggian (m)
P = tekanan hidrostatis (N/m2)
ρ = rapat massa air (kg/m3)
V = kecepatan aliran (m/detik)
g = gaya grafitasi (m/detik2)
18
b. Saluran Tertutup
dalam pipa (pipe flow) atau aliran tertekan (pressurized flow). Saluran tertutup
kemungkinan dapat terjadi aliran bebas maupun aliran tertekan pada saat yang
artistik atau tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya
saluran di permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang dan
lain-lain. Saluran ini umumnya sering dipakai untuk aliran air kotor (air yang
tengah kota. Contoh saluran tertutup antara lain : terowongan, pipa, aquaduct,
saluran yaitu :
V12 V22
h1 + = h2 + .............................................................................(8)
2g 2g
Dimana :
h = ketinggian (m)
V = kecepatan aliran (m/detik)
g = gaya grafitasi (m/detik2)
Dalam aliran fluida pipa akan akan terjadi gesekan antara air dengan pipa.
Besarnya gesekan ini tergantung pada viskositas dari kecepatan aliran. Untuk
Hubungan kehilangan energi (hf) dengan kecepatan aliran dan gaya kekentalan
f l v2
hf = .............................................................................................(9)
2g d
dimana :
f = koefisien gesekan
l = panjang pipa (m)
v = kecepatan aliran (m/detik)
d = diameter pipa (m)
g = gaya grafitasi (m/detik)
2. Bentuk Saluran
Saluran untuk drainase tidak terlampau jauh berbeda dengan saluran air
dapat memperoleh dimensi tampang yang ekonomis. Dimensi saluran yang erlalu
besar berarti tidak ekonomis, sebaliknya dimensi saluran yang terlalu kecil tingkat
saluran drainase yang dikaitkan dengan fungsi saluran adalah sebagai berikut :
a. Bentuk trapesium
Saluran drainase bentuk trapesium pada umumnya saluran dari tanah, Tapi
yang cukup dan berfungsi untuk pengaliran air hujan, air rumah tangga
A = (B + zh)h ......................................................................................(10)
20
P = B + 2h 1 + z 2 ..............................................................................(11)
(B+zh )h
R= ...................................................................................(12)
B+2h 1+z 2
harus dari pasangan atau beton. Bentuk ini juga berfungsi sebagai saluran
A = Bh ..................................................................................................(13)
P = B + 2h ............................................................................................(14)
Bh
R= .............................................................................................(15)
B+2h
c. Bentuk lingkaran
Saluran drainase bentuk ini berupa saluran dari pasangan atau kombinasi
pasangan dan pipa beton. Dengan bentuk dasar saluran yang bulat
demikian berfungsi sebagai saluran air hujan, air rumah tangga maupun air
irigasi.
P = ½ θ d0 2 .........................................................................................(17)
Sin θ
R = ¼(1 − )do ...............................................................................(18)
θ
d. Bentuk parabola
Saluran drainase bentuk ini berupa saluran dari pasangan atau kombinasi
pasangan atau beton. Dengan bentuk dasar saluran yang bulat memudahkan
sebagai saluran air hujan, air rumah tangga maupun air irigasi.
A = ½Th ...............................................................................................(19)
8h 2
P=T+ ...........................................................................................(20)
3T
2T 2 h
R= .........................................................................................(21)
3T 2 +8h 2
e. Bentuk segitiga
konsekuensi dari saluran bentuk ini, saluran harus dari pasangan. Bentuk ini
juga berfungsi sebagai saluran air hujan, air rumah tangga maupun air
irigasi.
A = zh2 .................................................................................................(22)
22
P = zh 1 + z 2 ......................................................................................(23)
zh
R= ..........................................................................................(24)
2 1+z 2
3. Klasifikasi aliran
Jika kecepatan aliran pada suatu titik tidak berubah terhadap waktu, maka
aliranya disebut aliran permanen atau tunak (steady flow), jika kecepatan pada
suatu lokasi tertentu berubah terhadap waktu, maka alirannya disebut aliran tidak
permanen atau tidak tunak (unsteady flow). Dalam hal-hal tertentu dimungkinkan
bentuk gelombang kejut (surge) tidak berubah ketika merambat pada saluran
Jika partikel zat cair bergerak mengikuti alur tertentu dan aliran tampak
disebut aliran laminer. Sebaliknya, jika zat cair bergerak mengikuti alur yang
tidak beraturan, baik ditinjau terhadap ruang maupun waktu, maka alirannya
disebut aliran turbulen. Saluran terbuka dan tertutup mempunyai bilangan reynold
yang berbeda. Saluran terbuka bilangan reynold (Nre) untuk aliran laminer kurang
dari sama dengan 500, sedangkan bilangan reynold untuk aliran turbulen lebih
dari sama dengan 1000. Saluran tertutup bilangan reynold (Nre) untuk aliran
laminer kurang dari sama dengan 2000, sedangkan bilangan reynold untuk aliran
turbulen lebih dari sama dengan 4000. Faktor yang menentukan keadaan aliran
adalah pengaruh relatif antara gaya kekentalan (viskositas) dan gaya inersia. Jika
gaya viskositas yang dominan maka alirannya laminer, sedangkan jika gaya
dibangkitkan dengan merubah kedalaman. Jika kecepatan aliran lebih kecil dari
kecepatan kritis maka aliran disebut sub-kritis, dan jika kecepatan aliran lebih
besar dari kecepatan kritis maka aliran disebut super-kritis. Parameter yang
menetukan ketiga jenis aliran adalah perbandingan gaya-gaya inersia dan grafitasi
V
F= ................................................................................................(25)
g l
1. Syarat Kecepatan
Kecepatan dalam saluran biasanya sangat bervariasi dari satu titik ke titik
lainnya. Hal ini disebabkan adanya tegangan geser di dasar saluran, dinding
komponen arah menurut koordinat kartesius. Namun komponen arah vertikal dan
lateral biasanya kecil dan dapat diabaikan. Sehingga, hanya kecepatan aliran yang
kecepatan sebesar 0,60 – 0,90 m/detik dapat digunakan dengan amam apabila
prosentase lumpur yang ada di air cukup kecil. Kecepatan 0,75 m/detik bisa
saluran.
25
V = 1 n . R2 3 . S 1 2
..............................................................................(26)
Dimana :
R = Jari-jari hidrolik
Harga n Manning tergantung pada kekasaran sisi dan dasar saluran. Koefisien
2. Syarat Tekanan
a. Aliran statis
yang bekerja pada kolom air adalah nol karena air dalam kondisi stasioner.
Gaya tekan yang bekerja pada dasar kolom air dengan arah vertikal = 𝑝∆𝐴.
Berat air dalam kolom air bekerja vertikal ke bawah, karena resultan gaya
p. ∆A = ρ. g. h. ∆A .................................................................................(27)
atau
p = ρ. g. h
adalah linier (garis lurus) apabila rapat massa air (ρ) adalah konstan.
Asumsi tidak ada percepatan ke arah aliran dan kecepatan aliran sejajar
garis aliran sejajar dasar saluran. Karena tidak ada percepatan ke arah
aliran, maka resultan komponen gaya ke arah ini adalah nol. Resultan
ρ. g. h. ∆A = p. ∆A..................................................................................(28)
atau
p = ρ. g. h = γ. h
dimana γ adalah berat spesifik air. Perlu diicatat bahwa distribusi tekanan
adalah sama jika air dalam kondisi stasioner dan hal ini disebut distribusi
tekanan hidrostatis.
27
Aliran ini terjadi misalnya pada tikungan dan terjunan, maka garis aliran
tidak sejajar dasar saluran. Distribusi tekanan tidak hidrosatatis karena ada
V2
𝑎𝑐 = ................................................................................................(29)
r
V2
Fc = ρ. hs . ∆A. ..................................................................................(30)
r
tinggi tekan yang bekerja pada dasar kolom air akibat percepatan sentrifugal
adalah :
1 V2
ha = g hs ...........................................................................................(31)
r
tekanan akibat gaya sentrifugal bekerja searah dengan gaya berat air untuk
total tinggi tekan yang bekerja pada dasar kolom air adalah :
1 V2
h = hs 1 ± g .................................................................................(32)
r
tanda positif untuk aliran konvek dan negatif untuk bentuk garis aliran
konkaf.
serta tinggi tekanan yang diperlukan untuk adanya pengaliran sesuai dengan
Kemiringan yang lebih curam dari 0,002 bagi tanah lepas sampai dengan 0,005
Freeboard atau jagaan dari suatu saluran adalah jarak vertikal dari puncak
untuk dapat mencegah peluapan air akibat gelombang serta fluktuasi permukaan
air, misalnya berupa gerakan-gerakan angin serta pasang surut. Jagaan tersebut
aliran.
Beberapa contoh model tata letak jalur saluran yang dapat diterapkan dalam
1. Pola Alamiah
Letak conveyor drain ada di bagian terendah (lembah) dari suatu daerah
(alam) yang efektif berfungsi sebagai pengumpul dari anak cabang saluran yang
2. Pola Siku
3. Pola Pararel
Collector drain menampung debit air yang lebih kecil. Collector drain
dibuat sejajar satu sama lain dan kemudian debit air yang lebih kecil masuk ke
conveyor drain.
30
5. Pola Radial
Satu daerah genangan dikeringkan melalui beberapa collector drain dari sat
6. Pola Jaring-jaring
daerah lainnya, maka dapat dibuat beberapa interceptor drain yang kemudian
untuk mengerjakan bangunan saluran air buangan pada sektor perencanaan. Pada
32
yang dilakukan.
1. Macam Material
Macam pipa drainase yang umum digunakan antara lain (Dedi Kusnadi
a. Pipa tanah liat bisanya terbuat dengan panjang sekitar 30 cm, diameter
dalam bervariasi dari 5 –15 cm. Pipa dapat dibuat lurus atau dengan suatu
collar. Air masuk ke dalam pipa melaui celah antar sambungan pipa.
b. Pipa beton biasanya digunakan untuk diameter yang lebih besar dari 15 atau
20 cm. Penggunaan pipa beton pada tanah asam dan bersulfat perlu
sehingga perlu digunakan semen yang tahan sulfat. Seperti juga pada pipa
tanah liat, disini air masuk melalui celah-celah antar sambungan pipa.
c. Pipa plastik yang umumnya digunakan untuk pipa drainase adalah polyvinyl
chloride (PVC) dan polyethylene (PE). Pipa plastik dapat berbentuk pipa
lapisan dasar dan dinding saluran drainase agar tahan erosi bisa dibuat dari :
beton, pasangan batu kali, pasangan batu merah, aspal, kayu, besi cor, baja, plastik
dll. Pilihan material tergantung pada tersedianya serta harga bahan dan cara
umumnya dipakai bentuk segi empat, karena dipandang lebih efisien di dalam
a. Semen
Semen yang dipakai adalah jenis pozzoland yang diproduksi sesuai dengan
SNI.
- Harus terdiri dari butir-butir yang jeras, tidak berpori, bersifat kekal sebagai
hasil desintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh
- Tidak boleh mengandung sesuatu yang dapat merusak batu dan baja.
- Besar butir maksimum tidak boleh lebih dari 1/5 jarak terkecil antara
bidang-bidang samping dari cetakan, 1/3 dari tebal pelat atau 3/4 dari jarak
ahli.
d. Batu kali
- Batu yang dipakai untuk pasangan tidak boleh berbentuk blondos melainkan
harus pecah.
e. Kapur
Kapur yang digunakan adalah kapur yang tidak berbentuk bongkahan tetapi
f. Air
Air yang digunakan tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam,
dan bahan organis lainnya yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
2. Pekerjaan
a. Pekerjaan Tanah
- Dalam dan lebar galian tidak boleh melebihi/kurang dari ukuran yang telah
ditentukan.
- Galian tanah untuk tempat dudukan pondasi harus diatur sedemikian rupa
sehingga tidak mudah longsor dan diusahakan agar lubang galian tersebut
- Pada tanah yang baik, dasar tanah yang akan ditimbun harus terlebih
lebih tinggi 1/10 T (dimana T = tinggi timbunan) dan lebih lebar 1/10 B
- Sebelum mulai pemasangan batu kali untuk dasar saluran terlebih dahulu
40 cm.
- Pekerjaan batu disusun rapi, seluruhnya terselimuti dengan mortel dan tidak
adanya rongga-rongga.
- Rule of thumb ketebalan pasangan batu kali bagian atas adalah 0.2 – 0.25
- Semua pasangan batu tampak dari luar terutama pada dinding saluran harus
rata dan menggunakan batu muka. Ukuran batu ditetapkan lebar sisinya 12 –
- Bidang atas dari pasangan dengan lebar sesuai dalam gambar ditambah
c. Pekerjaan Plesteran
d. Pekerjaan Beton
(3). Semua pekerjaan beton bertulang harus ditetapkan dengan mutu K.125
(4). Tulangan beton dipasang dengan baik dan benar sehingga sebelum dan
(5). Sesudah pengecoran beton selesai maka selama 2 minggu beton harus
e. Pekerjaan Bekisting/Cetakan
Bekisting harus cukup kokoh dan cukup rapat sehingga dapat menghasilkan
Hal ini bertujuan untuk mengeluarkan air buangan dari wilayah pemukiman, dan
drainase selalu berfungsi dengan baik selama mungkin, selama jagka waktu
meliputi:
fungsi dari hal-hal yang dapat mengakibatkan rusaknya jaringan. Kegiatan ini
- Inspeksi rutin.
b. Kegiatan perawatan
yang ada, rencana pengembangan sistem drainase untuk kondisi sistem drainase
Permasalahan Banjir
Survei
Kondisi
Sistem
Data yang dibutuhkan :
Drainase
Peta daerah penelitian
Pengumpulan Data : Peta sistem drainase
1. Primer Peta topografi
2. Sekunder Data genangan banjir
Data curah hujan
Data kependudukan
Evaluasi Kondisi
Sistem Drainase Evaluasi terdiri dari :
Eksisting
- Daerah pengaliran
- Kapasitas saluran
- Kondisi saluran
Acuan standar yang digunakan yaitu SNI
03-2406-1991
Drainase
42
dan prasana perkotaan yang memadai. Hal ini yang mendorong penulis untuk
1. Survei Lapangan
c. Mengetahui kondisi badan air penerima baik sungai, danau maupun laut.
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari instansi setempat dan jaringan internet
a. Data iklim dan hidrologi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
b. Peta Kemampuan Tanah, Peta Jaringan Drainase dan Irigasi, Peta Geologi.
kondisi sistem drainase eksisting dan mengevaluasi sistem drainase mana yang
memenuhi kriteria desain standar atau tidak memenuhi kriteria desain standar.
Apabila kondisi sistem drainase eksisting tidak memenuhi kriteria desain standar
banjir.
45
5. Survei kondisi badan air penerima baik sungai, danau maupun laut.
dikembangkan beberapa alternatif sistem yang meliputi segi teknis dan ekonomis.
Alternatif terpilih merupakan hasil paling optimum dari berbagai kriteria yang di
terhindar dari bahaya banjir, ataupun genangan air yang merugikan masyarakat,
Pada tahun 2010 jumlah curah hujan tertinggi Kota Bandar Lampung terjadi
pada bulan Januari, yaitu 411,00 mm/hari. Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun
terakhir, curah hujan rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu mencapai
179,30 mm/hari. Tingginya rata-rata curah hujan pada tahun 2008 berimplikasi
pada meningkatnya volume air sungai sehingga pada akhir tahun 2008 terjadi
banjir besar di Kota Bandar Lampung. Bulan basah/kering terjadi jika jumlah
curah hujan yang terjadi pada bulan tersebut melebihi/kurang dari rerata curah
bahwa bulan basah Kota Bandar Lampung pada tahun 2008 terjadi pada bulan
November – Maret dengan rerata curah hujan bulanan berada diatas 179,30
mm/hari, sedangkan bulan keringnya yaitu bulan April – Agustus dengan rata-rata
Koppen (RTRW Kota Bandar Lampung, 2011) termasuk Zona Iklim A yaitu
iklim hujan tropik yang kemaraunya pendek dengan vegetasi hutan hujan tropik.
Iklim tropis basah di Bandar Lampung mendapat pengaruh dari angin musim
dalam kurun waktu lima tahun terakhir berada pada kisaran 25 – 280C dengan
48
Temperatur udara di Kota Bandar Lampung sepanjang tahun relatif stabil dan
cukup baik. Kelembaban udara Kota Bandar Lampung antara tahun 2006 – 2010
kelembaban yang relatif tinggi. Bulan Oktober hingga Januari kelembaban udara
Sebagian besar sistem jaringan memanfaatkan saluran alami dan sebagian kecil
saluran dan pasangan batu kali yang didukung oleh topografi yang
Analisis curah hujan memerlukan data curah hujan dalam kurun waktu
tertentu. Dalam analisis semakin banyak seri data yang digunakan maka semakin
kecil kesalahan dalam analisis. Analisis curah hujan juga membutuhkan stasiun
49
pembanding yang berguna dalam uji konsistensi. Data yang digunakan harus bisa
Data curah hujan yang didapat dari BMKG tidak sepenuhnya lengkap. Ada
data-data yang hilang atau tidak tercatat oleh petugas pencatat curah hujan
BMKG. Data-data yang hilang tersebut berupa data-data curah hujan harian.
Untuk data curah hujan yang tidak lengkap tiap bulannya tentunya tidak dapat
dipakai dan tidak diikut sertakan dalam mengklasifikasikan data curah hujan
tahunan dan dianggap pada tahun itu data curah hujan dianggap tidak tercatat.
1. Uji Konsistensi
Data curah hujan akan memiliki kecenderungan untuk menuju suatu titik
tertentu yang biasa disebut dengan pola atau trend. Data yang menunjukan adanya
perubahan pola atau trend tidak disarankan untuk digunakan. Analisa hidrologi
harus mengikuti trend, dan jika terdapat perubahan harus dilakukan koreksi.
pencatatan data yang berasal dari populasi yang sekandung akan konsisten,
sedangkan yang tidak sekandung akan tidak konsisten, dan akan menimbulkan
oleh :
kebakaran.
Prinsip dasar metode kurva massa ganda antara lain: sejumlah stasiun tertentu
dalam wilayah iklim yang sama diseleksi sebagai stasiun dasar (pembanding).
Rata-rata aritmetik dari semua stasiun dasar dihitung untuk setiap metode yang
awal pengamatan. Demikian pula halnya dengan data stasiun utama yang akan
dicek pola atau trendnya. Kemudian diplot titik-titik akumulasi rerata stasiun
utama dan stasiun dasar sebagai kurva massa ganda. Pada kurva massa ganda,
51
titik-titik yang tergambar selalu berdeviasi sekitar garis rata-rata, dan hampir
merupakan garis lurus. Kalau ada penyimpangan yang terlalu jauh dari garis lurus
tersebut maka mulai dari titik ini selanjutnya pengamatan dari stasiun yang
ditinjau akan tidak akurat dengan kata lain data hujan curah hujan telah
mengalami perubahan trend. Data stasiun penangkar hujan yang digunakan yaitu
(1) stasiun Pahoman, (2) stasiun Sukamaju, (3) stasiun Sukarame, (4) stasiun
Rerata
Curah Hujan Harian Maksimum (mm/hari)
(mm/hari)
Stasiun
No Tahun 1 2 3 4 5
Dasar
Stasiun
Stasiun Dasar
Utama
1 1991 90 86 9 120 100 78,5
2 1992 119 77 93 89 152 102.8
3 1993 146 55 64 126 65 77.5
4 1994 119 58 60 95 95 77
5 1995 83 110 41 82 95 82
6 1996 103 185 25 62 50 80.5
7 1997 130 50 49 31 83 53.3
8 1998 129 85 100 100 93 94.5
9 1999 67 75 67 50 168 90
10 2000 69 108 18 60 148 83.5
11 2001 72 97 21 81 119 79.5
12 2002 95 130 55 108 105 99.5
13 2003 75 88 80 173 70 102.8
14 2004 95 137 61 114 87 99.8
15 2005 67 96 35 80 91 75.5
16 2006 72 73 50 61 148 83
17 2007 97 105 27 87 75 73.5
18 2008 78 133 30 83 105 87.8
19 2009 71 130 28 108 95 90.3
20 2010 91 133 36 111 166 111.5
Jumlah 1868 1722.8
Sumber : Perhitungan
52
2000
1800
2010
1600 2009
2008
1400 2007
Kumulatif Rerata Stasiun Dasar
2006
2005
1200 2004
2003
1000 2002
2001
800 2000
1999
1998
600
1997
1996
400 1995
1994
1993
200 1992
1991
0
0 500 1000 1500 2000
-200
Kumulatif Stasiun Utama
Sumber : Perhitungan
Dari grafik masa ganda (Gambar 4.1), perubahan pola/trend terjadi pada tahun
1991, 1992, 1997, 1998, 1999, 2000, 2001, 2002, 2009 dan 2010.
Pada perubahan pola/trend pertama tan α10 = 0,92 untuk tahun 2010
tan ∝0
fkx = (Jarometer Nemec, 1973 dalam Perencanaan Bedung Tetap
tan ∝x
Selanjutnya pada tahun yang mengalami perubahan pola/trend yaitu pada tahun
1991, 1992, 1997, 1998, 1999, 2000, 2001, 2002, 2009 dan 2010. harus dikoreksi
dengan fkx.
54
Sumber : Perhitungan
yang menjadi perhatian ahli sumberdaya air adalah Log Person Tipe III. Tiga
1 2 0,5
simpangan baku S = 𝑛−1 ∑ 𝐿𝑜𝑔𝑋𝑖 − 𝑙𝑜𝑔𝑋𝑟
𝑛∑(log 𝑋 𝑖 − 𝑙𝑜𝑔𝑋 𝑟 )3
koefisien kemiringan Cs = 𝑛−1 (𝑛−2)𝑆 3
55
Sumber : Perhitungan
56
Dengan distribusi Log Person III (Tabel 4.4) dan nilai K untuk distribusi
Log Person III terlampir (Lampiran II) dapat dicari curah hujan dengan periode
Dimana :
T = 2 tahun
X2= 92 mm/hari
T = 5 tahun
T = 10 tahun
T = 25 tahun
T = 50 tahun
Sumber : Perhitungan
b. Gumbel
harga-harga ekstrim X1, X2, X3, ..., Xn menpunyai fungsi distribusi eksponensial
ganda.
Dengan perhitungan nilai ekstrim gumbel (Tabel 4.6), reduced mean terlampir
reduced variate terlampir (Lampiran V) dapat dicari curah hujan dengan periode
Y Tr − Y n
XTr = Xr + S
Sn
Dimana
Xr : Rata-rata data
S : Simpangan baku
n : Jumlah data
Yn : Reduced mean
Diketahui
Xr = 98,90 S = 29,82
n = 20 Yn = 0,5236
Sn = 1,0628
Tr = 2 tahun
0,3668 − 0,5236
X2 = 98,90 + 29,82 = 94,50 mm/hari
1,0628
Tr = 5 tahun
1,5004 − 0,5236
X5 = 98,90 + 29,82 = 126,31 mm/hari
1,0628
59
Tr = 10 tahun
2,2510 − 0,5236
X10 = 98,90 + 29,82 = 147,37 mm/hari
1,0628
Tr = 20 tahun
2,9709 − 0,5236
X20 = 98,90 + 29,82 = 167,57 mm/hari
1,0628
Tr = 50 tahun
3,9028 − 0,5236
X50 = 98,90 + 29,82 = 193,71 mm/hari
1,0628
Sumber : Perhitungan
yang telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis.
- Pada tiap-tiap sub grup hitung nilai (Oi - Ei)2 dan (Oi - Ei)2/Ei
- Jumlahkan seluruh sub grup nilai (Oi - Ei)2/Ei untuk menetukan nilai chi-
kuadrat hitung.
60
dan binominal).
Sumber : Perhitungan
Diketahui
n = 20
= (2,2175 – 1,8261) / (5 - 1)
= 0,0979
61
Xawal = Xmin – ½ ΔX
Sumber : Perhitungan
binominal
dk = 5-2-1 = 2
x2 kritis : 5,991
Diketahui
n = 20
= 24,5
62
Xawal = Xmin – ½ ΔX
= 67 – ½ . 24,5 = 54,75
Sumber : Perhitungan
binominal
dk = 5-2-1 = 2
x2 kritis : 5,991
Intensitas curah hujan adalah curah hujan per satuan waktu. Setelah
dilakukan pengujian chi-kuadrat maka periode ulang yang dipakai log pearson III.
Data curah hujan yang didapat dalam harian. Metode yang dipakai untuk
mendapatkan data dalam 1-2 jam dapat menggunakan metode Mononobe dengan
rumus :
𝑅24 24 2 3
I=
24 𝑡
63
Dimana :
Periode ulang 2 tahun diperoleh hujan rencana sebesar 92 mm/hari maka untuk
𝑅24 24 2 3
I= 24 𝑡
92 24 2 3
I = 24 =105,3 mm/jam
10/60
Sumber : Perhitungan
64
Intensitas
250.0
(mm/jam)
200.0
2 tahun
150.0 5 tahun
10 tahun
100.0
25 tahun
50 tahun
50.0
Sumber : Perhitungan
Pengunaan lahan di Kota Bandar Lampung telah diatur dalam Perda No. 10
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah. Berdasarkan RTRW tersebut
Oleh karena itu wilayah Tanjung Karang pusat menjadi kawasan penting yang
perlu penataan yang lebih detail. Pada Tahun 2010 Tata guna lahan di Kecamatan
permukiman tiap tahun akan bertambah 0,1 % dengan demikian dapat dicari luas
perkiraan permukiman dan bisnis serta luas hutan di masa datang. Persentase tata
65
guna lahan di Kecamatan Tanjung Karang Pusat dapat diketahui luas masing-
masing lahan. Perhitungan untuk tata guna lahan dapat dilihat pada tabel berikut :
metode rasional terlampir (Lampiran VI). Jika lahan terdiri dari berbagai macam
pengunaan lahan dengan koefisien aliran permukaan yang berbeda maka C yang
berikut.
∑C i A i
Ct = ∑A i
Dimana :
0,50 x 388,77 + 0,75 x 68,14 + 0,65 x 66,8 + 0,20 x 77,49 +(0,25 x66,8 )
Ct= 668
Ct = 0,48
0,50 x 390,78 + 0,75 x 68,14 + 0,65 x 66,8 + 0,20 x 75,48 +(0,25 x66,8 )
Ct= 668
Ct = 0,48
0,50 x 400,80 + 0,75 x 68,14 + 0,65 x 66,8 + 0,20 x 65,46 +(0,25 x66,8 )
Ct= 668
Ct = 0,48
67
0,50 x 404,14 + 0,75 x 68,14 + 0,65 x 66,8 + 0,20 x 62,12 +(0,25 x66,8 )
Ct= 668
Ct = 0,48
0,50 x 420,84 + 0,75 x 68,14 + 0,65 x 66,8 + 0,20 x 45,42 +(0,25 x66,8 )
Ct= 668
Ct = 0,49
pengunaan lahan selanjutnya dapat dihitung debit banjir puncak dengan periode
Q = 0,002778 C.I.A
Dimana :
Q = 0,002778 C.I.A
Q = 0,002778 C.I.A
Q = 0,002778 C.I.A
Q = 0,002778 C.I.A
Q = 0,002778 C.I.A
Periode Ulang
C I (mm/jam) A (Ha) Q (m3/detik)
(Tahun)
2 0,48 31,9 668 28,41
5 0,48 40,9 668 36,43
10 0,48 47,5 668 42,31
25 0,48 56,9 668 50,68
50 0,49 64,5 668 58,65
Sumber : Perhitungan
69
6,68 km2 dan merupakan kawasan landai/datar dengan jumlah penduduk 67021
merupakan pusat perdagangan, jasa, dan pemukiman di Bandar Lampung. Hal ini
sehingga mempengaruhi daya resap air yaitu 8,4 % dari keseluruhan air hujan
yang berada di Kecamatan Tanjung Karang Pusat meluap. Daya tampung sungai
memperhatikan garis sempadan sungai menjadi salah satu penyebab air sungai
meluap. Pembangunan juga mempengaruhi debit limpasan karena air hujan tidak
Jumlah Kepala
No Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah
Keluarga
kawasan yang datar/landai dan sebagian kecil perbukitan. Berikut tabel kondisi
No Kemiringan Luas
1 0–2 12,62
2 2 – 20 4,40
3 20 – 40 650,98
Kondisi tanah di Kota Bandar Lampung terdiri dari endapan bekas pantai
dan endapan bekas rawa dan sungai terdiri yang meliputi tanah lempung lembek,
tanah lempung bercampur pasir, semakin ke barat daya semakin tebal, seperti di
sekitar Pelabuhan Panjang dan Tarahan. Semakin ke barat laut kedalaman lapisan
Pusat termasuk area penyangga dalam peresapan air. Di Kota Bandar Lampung
dan sekitarnya kedalaman muka air tanah sangat dangkal sekitar 1,5 meter dan ke
arah utara semakin dalam dari 5 meter sampai > 10 meter (RTRW Bandar
Lampung, 2011).
Apabila dilihat dari keadaan topografi kota Bandar Lampung yang berbukit,
idealnya kondisi ini sangat menguntungkan bagi Kota Bandar Lampung karena
aliran air dapat mengalir secara alami mengikuti grafitasi dari saluran-saluran ke
saluran primer. Pada kondisi ideal alami ini, kota Bandar Lampung akan terhindar
dari banjir atau genangan. Namun, seiring dengan perkembangan kota yang
daya resap air ke dalam tanah semakin menurun serta menimbulkan banjir atau
genangan. Banjir atau genangan yang terjadi di Kecamatan Tanjung Karang Pusat
dikarenakan kapasitas saluran drainase yang terlalu kecil, kurangnya drain inlet
1. Jalan Cut Nyak Dien : luas genangan 0,2 ha, tinggi genangan 0,5 meter
3. Jalan Kartini (depan Panin Bank) : luas genangan 0,28 ha, tinggi
4. Jalan Tulang Bawang : luas genangan 1,1 ha, tinggi genangan 0,6 meter
5. Jalan Imam Bonjol (Pasar Semep) : luas genangan 0,24 ha, tinggi
6. Jalan Teuku Umar : luas genangan 1 ha, tinggi genangan 1 meter dan
Karang Pusat di sepanjang jalan arteri dan sungai. Saluran sekunder di sepanjang
jalan kolektor dan saluran tersier selain jalan arteri dan kolektor (Pasal 36 dalam
kondisi topografi yang ada, yaitu mengikuti kontur alami dari tanah. Pengaliran
secara gravitasi tersebut dinilai sangat menguntungkan karena tidak adanya upaya
penambahan lahan urugan atau pemotongan pada jalur tanah (cut and fill).
Adapun beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam prinsip pengaliran saluran
tanah sehingga pengaliran yang terjadi adalah secara alami menuju pada
perlu memperhatikan kecepatan saluran agar tidak terlalu tinggi dan tidak
76
No. Slope
Panjang (m) Luas Komunal (m2) Permasalahan
Saluran Dasar
1–4 300 0,005 60000
2–3 600 0,005 120000
3–4 150 0,005 22500
3–5 150 0,005 22500
4–6 160 0,005 32000 Banjir/genangan
5–6 150 0,005 22500
6–7 20 0,005 4000 Banjir/genangan
8–7 130 0,005 26000
9–8 400 0,005 80000
8 – 10 230 0,005 46000
12 – 11 50 0,005 10000
11 – 10 100 0,005 20000
13 – 10 500 0,005 100000
10 – 14 300 0,005 60000
14 – 15 100 0,005 20000
15 – 16 70 0,005 14000
14 – 17 160 0,005 32000
15 – 18 190 0,005 38000
16 – 19 220 0,005 44000
17 – 18 110 0,005 22000
18 – 19 110 0,005 22000
11 – 21 420 0,005 84000
21 – 20 220 0,005 44000 Banjir/genangan
17 – 20 30 0,005 6000
20 – 23 20 0,005 4000
23 – 24 220 0.005 44000
19 – 24 20 0,005 4000
24 – 25 280 0,005 56000
26 – 25 480 0,005 96000
25 – 27 160 0,005 32000
23 – 28 30 0,005 6000
24 – 30 30 0,005 6000
28 – 29 120 0,005 24000
29 – 30 110 0,005 22000
28 – 31 150 0,005 30000
Sumber : Analisis
77
No. Slope
Panjang (m) Luas Komunal (m2) Permasalahan
Saluran Dasar
36 – 33 600 0,005 120000
33 – 52 650 0,005 130000
52 – 51 230 0,005 46000
52 – 53 130 0,005 26000
33 – 34 50 0,005 10000
34 – 35 280 0,005 56000
33 – 32 440 0,005 88000
32 – 31 500 0,005 100000
31 – 37 100 0,005 20000
37 – 38 140 0,005 28000
29 – 38 210 0,005 42000
38 – 39 160 0,005 32000
37 – 40 100 0,005 20000
42 – 41 490 0,005 98000
32 – 41 320 0,005 64000
41 – 40 500 0,005 100000
40 – 47 260 0,005 52000 Banjir/genangan
38 – 46 400 0,005 80000
30 – 39 180 0,005 36000
39 – 43 90 0,005 18000
44 – 43 40 0,005 8000
44 – 45 440 0,005 88000
48 – 44 280 0,005 56000
48 – 49 560 0,005 112000 Banjir/genangan
50 – 47 250 0,005 50000
51 – 50 520 0,005 104000 Banjir/genangan
54 – 50 60 0,005 12000
54 – 55 240 0,005 48000
55 – 46 240 0,005 48000
55 – 56 440 0,005 88000
56 – 48 160 0,005 32000
57 – 54 160 0,005 32000 Banjir/genangan
60 – 55 150 0,005 30000
61 – 56 170 0,005 34000
57 – 58 170 0,005 34000
58 – 59 140 0,005 28000
59 – 60 30 0,005 6000
60 – 61 440 0,005 88000
61 – 62 570 0,005 114000
64 – 63 460 0,005 92000
Sumber : Analisis
78
No. Slope
Panjang (m) Luas Komunal (m2) Permasalahan
Saluran Dasar
65 – 64 320 0,005 64000
65 – 53 80 0,005 16000
66 – 65 70 0,005 14000
78 – 66 290 0,005 58000
66 – 67 240 0,005 48000
67 – 64 60 0,005 12000
69 – 68 550 0,005 110000
71 – 70 570 0,005 114000
71 – 59 200 0,005 40000
72 – 58 190 0,005 38000
72 – 71 130 0,005 23000
74 – 73 570 0,005 114000
74 – 71 90 0,005 18000
75 – 74 330 0,005 66000
73 – 70 60 0,005 12000
70 – 68 40 0,005 8000
68 – 61 200 0,005 40000
76 – 73 100 0,005 20000
63 – 57 240 0,005 48000
75 – 63 60 0,005 12000
77 – 75 260 0,005 52000
Sumber : Analisis
- Waktu konsentrasi air hujan mengalir dari hulu ke hilir dapat dihitung
- Intensitas hujan rencana saluran eksisting untuk luas komunal kurang dari
adalah :
79
𝑅24 24 2 3 118 24 2 3
I= = = 56,027 mm/jam
24 𝑡 24 0,430
berikut.
Q = 0,002778 . C . I . A
Q=A.V
beraturan)
Q = A.V
Sumber : Perhitungan
85
Sumber : Analisis
86
yang terjadi di Jalan Cut Nyak Dien dikarenakan kapasitas saluran drainase terlalu
kecil dari debit banjir yang terjadi. Luas genangan 2000 m2, tinggi genangan 0,5
meter dan lama genangan 1 jam. Genangan terjadi sebab akumulasi debit dari
Perhitungan :
Luas penampang banjir pada saluran dapat dicari dengan cara berikut.
Q = A.V
h = 0,34 = 0,3 m
b = 2h = 0,67 = 0,7 m
87
Saluran eksisting jalan Cut Nyak Dien tinggi 0,4 m dan lebar 0,5 m. Luas
penampang saluran jalan Cut Nyak Dien 0,20 m2. Kecepatan aliran maksimum
yang diizinkan untuk pasangan batu adalah 1,5 m/s. Kapasitas saluran drainase
eksisting di jalan Cut Nyak Dien adalah 0,3 m3/s. Berdasarkan (Tabel 4.19)
Saluran Cut Nyak Dien (51 - 50) penampang rencana sesuai dengan penampang
saluran drainase.
Jalan Kartini terjadi di dua titik yaitu di depan hypermart dan depan panin bank.
Depan hypermart luas genangan 3100 m2, tinggi genangan 0,4 meter dan lama
genangan 2 jam dikarenakan limpasan air dari saluran drainase dan kurangnya
88
drain inlet ke saluran drainase. Depan panin bank luas genangan 2800 m2, tinggi
genangan 0,5 meter dan lama genangan 2 jam dikarenakan kapasitas saluran lebih
kecil dari debit banjir dan limpasan air dari saluran drainase. Untuk mengatasi
drainase.
Perhitungan :
Luas penampang banjir pada saluran dapat dicari dengan cara berikut.
Q = A.V
h = 0,28 = 0,3 m
b = 2h = 0,56 = 0,6 m
Saluran eksisting jalan Kartini tinggi 0,4 m dan lebar 0,5 m. Luas penampang
jalan Kartini 0,20 m2. Kecepatan aliran yang diizinkan untuk pasangan batu
adalah 1,5 m/s. Debit Saluran jalan Kartini (depan Hypermart) adalah 0,3 m3/s.
Berdasarkan (Tabel 4.19) Saluran Cut Nyak Dien (57 - 54) penampang rencana
debit, pendangkalan saluran drainase dan kurangnya drain inlet untuk masuk air
Perhitungan :
Q=A.V
90
beraturan)
Q = A.V
Tinggi jagaan 1/3 h = 0,11, jadi tinggi total 0,44 m dibulatkan 0,40 m
2800 m2
Luas penampang banjir pada saluran dapat dicari dengan cara berikut.
Q = A.V
h = 0,29 = 0,3 m
b = 2h = 0,59 = 0,6 m
Saluran eksisting jalan Kartini (depan Panin Bank) tinggi 0,7 m dan lebar 1,0 m.
Luas penampang jalan Kartini 0,7 m2. Kecepatan aliran yang diizinkan untuk
pasangan batu adalah 1,5 m/s. Debit saluran di jalan Kartini (depan Panin Bank)
1,05 m3/s. Berdasarkan (Tabel 4.19) Saluran jalan Kartini depan Panin Bank (40 -
drain inlet untuk masuk air limpasan. Solusi yang dilakukan adalah perencanaan
Perhitungan :
Q=A.V
beraturan)
Q = A.V
Tinggi jagaan 1/3 h = 0,18, jadi tinggi total 0,71 m dibulatkan 0,70 m
dan lahan terbuka. Genangan/banjir yang terjadi jalan Tulang Bawang besarnya
luas genangan 11000 m2, tinggi genangan 0,6 meter dan lama genangan 5 jam
dikarenakan kapasitas saluran lebih kecil dari debit banjir yang terjadi dan daerah
Perhitungan :
Luas penampang banjir pada saluran dapat dicari dengan cara berikut.
Q = A.V
h = 0,37 = 0,4 m
b = 2h = 0,75 = 0,8 m
Saluran eksisting jalan Tulang Bawang tinggi 1,1 m dan lebar 1,2 m. Luas
Penampang saluran jalan Tulang Bawang 1,32 m2. Kecepatan aliran yang
diizinkan untuk pasangan batu adalah 1,5 m/s. Kapasitas saluran drainase
eksisting jalan Tulang Bawang 1,98 m3/s. Berdasarkan (Tabel 4.19) Saluran jalan
terjadi di pasar Smep besarnya luas genangan 2400 m2, tinggi genangan 0,3 meter
dan lama genangan 1,5 jam dikarenakan banyaknya endapan sedimen dan sampah
96
Perhitungan :
Luas penampang banjir pada saluran dapat dicari dengan cara berikut.
Q = A.V
h = 0,25 = 0,3 m
b = 2h = 0,51 = 0,5 m
Saluran eksisting pasar smep tinggi 0,4 m dan lebar 0,5 m. Luas Penampang
0,2 m2. Kecepatan aliran yang diizinkan untuk pasangan batu adalah 1,5 m/s.
Kapasitas saluran drainase eksisting di jalan Imam Bonjol (pasar smep) 0,3 m3/s.
Berdasarkan (Tabel 4.19) Saluran jalan Imam Bonjol pasar smep (21 - 20)
97
jalan Teuku Umar besarnya luas genangan 10000 m2, tinggi genangan 1 meter dan
melimpasnya air dari Way Awi. Untuk mengatasi genangan yang terjadi
drainase.
Perhitungan :
v = 10000 m2 x 1 m = 10000 m3
Luas penampang banjir pada saluran dapat dicari dengan cara berikut.
Q = A.V
h = 0,53 = 0,5 m
b = 2h = 1,06 = 1,1 m
Saluran eksisting jalan Teuku Umar tinggi 0,4 m dan lebar 0,5 m. Luas
penampang saluran jalan Teuku Umar 0,2 m2. Kecepatan aliran yang diizinkan
untuk pasangan batu adalah 1,5 m/s. Debit saluran drainase eksisting di jalan
Teuku Umar 0,36 m3/s. Berdasarkan (Tabel 4.19) Saluran jalan Teuku Umar
terjadi karena penyempitan saluran dan pendangkalan saluran drainase serta air
limpasan dari Way Awi. Solusi yang mungkin dilakukan adalah perencanaan
Perhitungan :
Q=A.V
beraturan)
Q = A.V
Tinggi jagaan 1/3 h = 0,11 jadi tinggi total 0,45 m dibulatkan 0,50 m
Nomor
Saluran Rencana Pengembangan
Saluran
Cut Nyak Dien 51 – 50 Genangan yang terjadi dikarenakan
saluran mengalami pendangkalan
akibat sedimen. Normalisasi saluran
diperlukan untuk saluran ini.
5.1. Kesimpulan
saluran berikut ini : saluran Tulang Bawang, dan saluran Cut Nyak Dien.
saluran berikut ini : saluran Imam Bonjol (Pasar Smep). Genangan yang
drainase terlalu kecil di saluran berikut ini : saluran Kartini dan Teuku
Umar.
- Normalisasi saluran drainase dilakukan pada pada jalan Cut Nyak Dien,
jalan Imam Bonjol (Pasar Smep) dan jalan Tulang Bawang. Rencana
penampang rencana 0,4 m2. Jalan Kartini depan Panin Bank dengan Luas
Penampang rencana 0,96 m2. Jalan Teuku Umar dengan Luas Penampang
0,4 m2.
103
5.2. Saran
tanah semakin kecil. Sehingga tanah tidak ikut mengalir masuk ke dalam
saluran drainase.
tata guna lahan sehingga area resapan air tidak berkurang. Jika ingin
- Air hujan yang berasal dari atap rumah hendaknya dialirkan menuju sumur
resapan guna mengisi air tanah yang berguna untuk kebutuhan air.
Peraturan daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Tahun 2011 – 2030.
Kondisi
Tipe Saluran
Baik Cukup Buruk
a. Saluran buatan :
3. Saluran batuan, tidak lurus & tidak beraturan 0,040 0,045 0,045
b. Saluran alam :
1. Bersih, lurus, tetapi tanpa pasir & tanpa celah 0,028 0,030 0,033
4. Aliran lambat, banyak tanaman & lubang dalam 0,060 0,070 0,080
c. Saluran dilapisi :
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220
20 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353
30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,5396 0,5403 0,5410 0,5418 0,5424 0,5436
40 0,5436 0,5442 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481
50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518
60 0,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545
70 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567
80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585
90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599
100 0,5600 0,5602 0,5603 0,5604 0,5606 0,5607 0,5608 0,5609 0,5610 0,5611
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,0565
20 1,0628 1,0696 1,0754 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,1080
30 1,1124 1,1159 1,1193 1,1226 1,1225 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388
40 1,1413 1,1436 1,1458 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1590
50 1,1607 1,1623 1,1638 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734
60 1,1747 1,1759 1,1770 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844
70 1,1854 1,1863 1,1873 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,1930
80 1,1938 1,1945 1,1953 1,1959 1,1967 1,1973 1,1980 1,1987 1,1994 1,2001
90 1,2007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,2060
100 1,2065 1,2069 1,2073 1,2077 1,2081 1,2084 1,2087 1,2090 1,2093 1,2096
Periode Ulang, Tr (tahun) Reduced variate YTr Periode Ulang, Tr (tahun) Reduced variate YTr
2004.
D
O
K
U
M
E
N
T
A
S
I
Perbaikan Drainase Kecamatan Tanjung Karang Pusat