Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Epidemi HIV di Indonesia terus berkembang, hal ini dibuktikan dari tahun ke tahun
kejadian HIV/AIDS meningkat. Hasil Survei Terpadu Biologis dan Perilaku tahun 2007 di
DKI Jakarta menunjukkan prevalensi HIV di kalangan pengguna narkoba suntik sebesar
55%, waria 34%, wanita penjaja seks 10% dan lelaki seks dengan lelaki sebesar 8%. Upaya
pencegahan AIDS hanya akan berhasil jika dilaksanakan oleh berbagai kelompok
masyarakat, termasuk mereka yang berperilaku risiko tinggi. Prinsip ini sejalan dengan
prinsip development with people dan bukan development for people. Menjangkau,
mendekati, mendampingi dan melibatkan kelompok pekerja seks dalam upaya pencegahan
AIDS akan memberi hasil yang jauh lebih baik daripada menjauhi, menghujat dan
menghakimi mereka. Banyak LSM yang bergerak dalam hal ini, salah satunya yaitu LSM
Bandungwangi.
Bandungwangi berasal dari kata BANtuan DUkungan PerkaWAnan dan Saling
melinduNGI. adalah salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bersifat nirlaba
di Indonesia dari dan untuk kepentingan Pekerja Seks Perempuan (PSP). Sejarah
Bandungwangi berawal di tahun 1995 sebagai sebuah kelompok informal PSP yang
memiliki kepedulian terhadap permasalahan kesehatan reproduksi termasuk HIV/AIDS di
kalangan PSP. Pada tahun 1999 kelompok ini dilegalkan menjadi sebuah Yayasan sehingga
memberi landasan yang jelas bagi anggotanya untuk bersuara dan membantu PSP lainnya.
Hingga saat ini Bandungwangi selalu berusaha menguatkan kualitas pelayanan yang bisa
diberikan dalam rangka menjawab kebutuhan PSP baik pada tingkat nasional maupun
Jakarta.
Bandungwangi aktif dalam membantu kegiatan pelatihan pencegahan AIDS yang
dilaksanakan oleh YKB (Yayasan Kusuma Buana) untuk kelompok pekerja seks komersial
diluar Kramat Tunggak, seperti misalnya di Tanah Abang Bongkaran, Kalijodo, Prumpung
dsb. Diawali dengan peran sebagai co facilitator, kemudian berkembang menjadi
penyelenggara pelatihan. Dalam berbagai pelatihan tersebut, Bandungwangi mengisi topik
yang berkaitan dengan manfaat dan teknik negosiasi pemakaian kondom.
Dengan pendekatan yang tepat, yang tidak bersifat menghakimi dan melibatkan mereka
sebagai pelaku utama, kelompok Bandungwangi telah membuktikan bahwa mereka juga
peduli dan ikut prihatin dengan permasalahan PMS dan HIV/AIDS. Sementara itu,
pendekatan yang memposisikan mereka sebagai obyek penertiban akhirnya hanya akan
memberikan “solusi semu” (misalnya penutupan lokalisasi atau penertiban pelacuran) yang
tidak pernah menyelesaikan masalah yang sesungguhnya.
Pentingnya peran masyarakat sebagai pelaku utama dalam penanggulangan AIDS
sebetulnya telah dicantumkan secara formal dalam Strategi Nasional Penanggulangan
AIDS. Sayangnya hal tersebut lebih bersifat retorika karena tidak dijabarkan secara
konsisten pada struktur organisasi Komisi Penanggulangan AIDS (baik di pusat maupun
daerah), yang isinya praktis didominasi oleh pejabat pemerintah dan hanya meletakkan
LSM dalam posisi pinggiran. Pada saat yang sama, sangat terasa sekali ketidakefektifan
kemampuan aparat pemerintah untuk menjangkau kelompok-kelompok yang berperilaku
risiko tinggi seperti misalnya kelompok pekerja seks, waria, gay, anak jalanan dan
sebagainya. Hal ini terjadi karena pendekatan yang digunakan oleh pemerintah lebih
menjadikan kelompok-kelompok tersebut sebagai obyek penertiban. Untuk itu, pendekatan
oleh LSM yang bersifat pendampingan peduli AIDS akan jauh lebih efektif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor yang mendukung Bandungwangi hingga bisa berkelanjutan
sampai saat ini?
2. Apa tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan organisasi dan bagaimana
cara mengatasinya?
3. Apa saja dukungan yang diperoleh Yayasan Bandungwangi hingga saat ini?
4. Apa peran Perkumpulan Bandungwangi dalam penanggulangan IMS, serta
HIV&AIDS dan pemberdayaan WPS?
5. Bagaimana mengatasi stigma dan diskriminasi masyarakat terkait status mereka
sebagai WPS dan ex-WPS?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa saja faktor yang mendukung Bandungwangi hingga bisa
berkelanjutan sampai saat ini
2. Mengetahui tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan organisasi dan
bagaimana cara mengatasinya
3. Mengetahui apa saja dukungan yang diperoleh Yayasan Bandungwangi hingga saat
ini
4. Mengetahui peran perkumpulan Bandungwangi dalam penanggulangan IMS, serta
HIV&AIDS dan pemberdayaan WPS
5. Mengetahui bagaimana mengatasi stigma dan diskriminasi masyarakat terkait
status mereka sebagai WPS dan ex-WPS

Anda mungkin juga menyukai