Anda di halaman 1dari 4

Coklat Batang

Cokelat merupakan hasil pengolahan biji kakao yang paling banyak


digemari. Dalam hal ini cokelat merupakan kategori makananyang mudah dicerna
oleh tubuh dan mengandung banyak vitamin seperti vitamin A1, B1, B2, C, D,
dan E serta beberapa mineral seperti fosfor, magnesium, zat besi, zinc, dan juga
tembaga. Selain itu cokelat terkenal mengandung antioksidan dan flavonoid yang
sangat berguna untuk mencegah masuknya radikal bebas ke dalam tubuh yang
bisa menyebabkan kanker. Beberapa kandungan senyawa aktif cokelat seperti
kafein, theobromine, methyl-xanthine, dan phenylethylalanine dipercaya
dapatmengurangi kelelahan sehingga bisa digunakan sebagai obat anti depresi
(Wahyudi dkk, 2008; Spillane, 1995). Konsumsi cokelat semakin meningkat
sejalan dengan arus globalisasi informasi dan daya beli masyarakat.Menurut data
Badan Pusat Statistik (2007) hasil produksi cokelat batang di Indonesia yaitu
mencapai 3.106.336 kg. Dalam pasar supermarket dan toko toko kelong, coklat
memang masih mendominasi pasar camilan dan sulit untuk tergantikan walaupun
sudah banyak diversifikasi produk lain yang ada dipasaran, karena coklat ini
sendiri sudah sangat digemari berbagai kalangan dengan keragaman yang khas.
Adapun proses pembuatan coklat dapat dilihat pada Gambar 1.
Pasta kakao,lemak kakao,susu full cream,fine
sugar, lesitin,vanili,soda kue

Penimbangan

Pasta kakao, lemak kakao, susu full


cream dan fine sugar ke dalam ball
mill refiner

Pemanasan
Lelehan pasta kakao dan
lemak kakao, susu full Pencampuran
creamdan fine sugar

Refining (60oC, 6 jam)

Lesitin, vanili
Conching(60-70oC, 4 jam)
dan soda kue

Tempering

Pengadukan

Pencetakan

Pendiaman 24 jam dalam suhu dingin

Pengeluaran dari cetakan

Pengemasan dan penyimpanan 1 minggu

Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Coklat Ba


Untuk mendapatkan produk kakao ada beberapa pilihan chanel pedagang. Pada
umumnya petani kakao melakukan distribusi kakao dengan beberapa tahapan
yakni pedagang kakao akan menjual hasil panennya kepada pedagang tingkat
kecamatan seharga Rp16.000/kg. Petani memilih saluran ini karena petani lebih
mudah dalam menyalurkan hasil panennya serta hemat biaya pemasarannya dan
alasan lain karena jalur sarana transportasi dan kondisi jalan yang berupa jalan
berbatu saat ini sedang dalam kondisi rusak berat dan sulit dilalui kendaraan
umum. Kemudian dari pedagang kecamatan menuju pedagang kabupaten.
Pedagang kabupaten ini lalu menjual dengan harga Rp20.800. Petani yang
menggunakan saluran pemasaran ini adalah petani yang produksinya kurang dari
50 kg/ bulan. Dengan hal ini, petani berpikir secara rasional lebih baik biji kakao
hasil panennya langsung di jual ke pedagang tingkat kecamatan (Danil,2014).
Untuk pemasokan bahan baku produk coklat batang yang diperlukan pada
awalnya kita akan mencari kerjasama dengan pihak petani kakao secara langsung
dan membelinya dengan harga 16.000/kg dengan konsekuensi kita akan
melaksanakan jalur distribusi secara langsung, namun jika para petani sudah
masuk kedalam lingkaran pemasaran maka kita harus sedikit menaikkan harga
agar petani mau berpindah kepada kita, mungkin dengan harga 16.500/kg atau
jika masih dirasa sulit dan terbebani dengan biaya transportasi dengan medan
perkebunan yang berat maka nanti kita bisa langsung menyuplai biji kakao
kepasar tingkat kabupaten yang lebih besar dan mudah dengan kuantitas yang
tentunya juga lebih besar, namun harganya juga akan lebih tinggi mengingat pasar
kabupaten membeli kakao dari petani seharga kakao 20.800/kg, maka nilai beli
kita akan diatas nilai tersebut. Untuk kedepannya akan diusahakan dan
dimaksimalkan untuk mendapatkan supplyer tetap dari para petani kakao
langsung sehingga nanti kita dapat mengawasi mutu kakao dan tentunya dengan
harga yang jauh lebih murah.
Badan Pusat Statistik. 2007.Statistik Indonesia. Bandung : Data BPS.

Danil. 2014. Produksi dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Padang Pariaman,


Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 11 No. 1. Padang

Wahyudi T, T.R. Panggabean, dan Pujiyanto. 2008. Panduan Lengkap Kakao.


Jakarta : Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai