DISUSUN OLEH:
DWI LESTARI
NIM. P.13081
DISUSUN OLEH:
DWI LESTARI
NIM. P.13081
i
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian Pursed Lip Breathing Exercise Terhadap
Moewardi Surakarta”.
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
1. Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
2. Ns. Meri Oktari M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang
Husada Surakarta.
4. Ns. Galih Setia Adi, M.Kep, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
iv
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
5. Ns. Fakhrudin Nasrul Sani, M.Kep, selaku dosen penguji yang telah
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasan serta
7. Kedua orang tuaku (Bapak Marmin dan Ibu Sumarni), yang selalu menjadi
Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan
DWI LESTARI
NIM. P.13081
v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. TinjauanTeori ....................................................................................7
A. Pengkajian ........................................................................................ 79
B. Perumusan Masalah Keperawatan ................................................... 86
C. Perencanaan ..................................................................................... 92
D. Implementasi .................................................................................... 97
E. Evaluasi .......................................................................................... 106
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan yang paling sering adalah bronchitis kronis, emfisema, dan asma
penyebab kematian, dan penyakit paru ini semakin menarik untuk dibicarakan
Jawa Tengah tahun 2013 sebanyak 3,4%. Dan pada tahun 2014 menurut
pekerjaan, polusi udara, usia, dan faktor resiko lainnya. Gejala yang paling
sering muncul diantaranya batuk kronis, produksi sputum berlebih dan sesak
nafas (Ikawati, 2013). Mekanisme sesak nafas pada PPOK oleh karena
1
2
2012).
serta indikasi oksigen : pemberian oksigen dilakukan pada hipoksia akut atau
menahun yang tidak dapat diatasi dengan obat. Serangan jangka pendek
dengan eksaserbasi akut dan serangan akut pada asma (Muwarni, 2011).
mengurangi sesak nafas (Smeltzer, 2008). Ramos dkk (2009 dalam khasanah,
signifikan dapat menurunkan sesak nafas dan heart rate serta meningkatkan
3
saturasi oksigen pada pasien dengan PPOK. Hasil penelitian Hafiizh (2013)
control dan kelompok perlakuan dengan sesak nafas yang di beri intervensi
nebulizer. Hasil penelitian selisih mean dari kelompok control sebesar 0,4
sedangkan mean selisih kelompok perlakuan sebesar 0,87. Dilihat dari selisih
pada tahun 2013 sebanyak 93 orang, pada tahun 2014 sebanyak 129 orang
dan pada tahun 2015 sebanyak 123 orang. Rata-rata penderita dirawat dengan
keluhan sesak nafas yang sangat berat dan sebagian dari mereka datang
Kronik (PPOK) yang terjadi pada Tn. A dengan tanda dan gejala sesak nafas,
karya tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian Pursed Lip Breathing Exercise
4
Dr.Moewardi Surakarta.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dr.Moewardi Surakarta.
2. Tujuan Khusus
C. Manfaat Penulisan
Obstruksi Kronik.
2. Bagi Institusi
3. Bagi Perawat
4. Bagi Penulis
5. Bagi Pembaca
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
7
8
b. Etiologi
2012).
9
1) Merokok
2) Pekerjaan
gelas dan keramik yang terpapar debu silika, atau pekerja yang
3) Polusi udara
ini bisa berasal dari rumah seperti asap pabrik, asap kendaraan
4) Usia
a) Jenis kelamin,
c) Faktor genetik
c. Klasifikasi PPOK
Tabel 2.1
Tingkat keparahan PPOK
1) Batuk kronis
3) Bronkhitis akut
(Ikawati, 2011).
yang bisa muncul setelah 5-10 tahun merokok adalah batuk dan
lebih ringan dan sesak nafas yang lebih berat dan untuk
Tabel 2.2
Skala Borg
SCALE SEVERITY
2 Sesak ringan
3 Sesak sedang
5 Sesak berat
1O Maksimum
e. Patofisiologi
dan kapasitas vital kuat (forced vital capacity, FPC) menurun, hal
f. Penatalaksanaan
1) Pengobatan farmakologi
b) Bronkodilator.
c) Antibiotik
e) Vaksinasi
2011).
f) Indikasi oksigen
a) Rehabilitasi
b) Konseling nutrisi
sehari), dan nutrisi yang tepat, yaitu diet kaya protein dan
c) Penyuluhan
(Brashers, 2007).
g. Komplikasi
PPOK adalah :
kegiatan sehari-hari.
h. Pemeriksaan Diagnostik
kronis, dan asma; FEV1 selalau menurun, FCV awal normal dan
2) Spirometri
berada diantara batas normal atas dan bawah. Hal ini tidak khas
4) Pemeriksaan laboratorium
polisitemia sekunder.
5) Pemeriksaan sputum
(emfisema).
24
i. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
Kronis (PPOK) :
a) Biodata Pasien
b) Riwayat Kesehatan
c) Keluhan Utama
sumber penularannya.
g) Pemeriksaan Fisik
(1) Inspeksi
2014).
(2) Palpasi
(3) Perkusi
(4) Auskultasi
2) Diagnosa Keperawatan
dasar, yakni :
biologis.
batuk efektif.
3) Intervensi Keperawatan
Kriteria hasil :
Intervensi keperawatan :
menggunakan gravitasi.
exercise
31
Borg
obat.
farmakologi.
Kriteria hasil :
Intervensi keperawatan :
belum
tambahan
32
tambahan
(Nurarif, 2013)
Kriteria hasil :
Intervensi keperawatan :
ketidakmampuan berbicara.
diindikasikan.
toleransi pasien.
memburuknya hipoksia.
(Nurarif, 2013)
biologis.
Kriteria hasil :
Intervensi keperawatan :
badan menurun.
optimal.
(Nurarif, 2013)
Kriteria hasil:
(1) pasien tidak merasa sesak nafas dan letih lemah setelah
beraktivitas
mandiri
35
Intervensi keperawatan :
beraktivitas
melakukan aktivitas
(Nurarif, 2013)
Kriteria hasil:
(1) jumlah jam tidur pasien dalam batas normal 6-8 jam per
hari
Intervensi keperawatan :
(Nurarif, 2013)
a. Definisi
b. Tujuan
menarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik sampai dada dan
yang terdiri dari dua mekanisme yaitu inspirasi secara dalam serta
B. Kerangka Teori
- Infeksi
pernapasan - Batuk
- Riwayat kerja - Adanya Sputum
Dr.Moewardi Surakarta.
Dalam aplikasi riset ini media dan alat yang akan digunakan adalah :
napas.
3. Menarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik sampai dada dan
40
41
Gambar 3.1
Teknik menghirup dan menghembuskan napas
E. Alat Ukur Evaluasi dari Aplikasi Tindakan Berdasarkan Riset
a. Musculus Strenokleidomastoideus
b. Musculus Scalenus
e. Musculus Abdominalis
42
SKALA BORG
SCALE SEVERITY
2 Sesak ringan
3 Sesak sedang
5 Sesak berat
1O Maksimum
LAPORAN KASUS
pursed lip breathing exercise terhadap penurunan tingkat sesak nafas pada asuhan
anggrek 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Resume asuhan keperawatan pada Tn.
dilakukan pada tanggal 12 Januari 2016 jam 14.00 WIB, pada kasus ini dilakukan
A. Identitas Pasien
berumur 62 tahun, beragama islam, pasien lulusan Sekolah Dasar (SD), Tn. A
medis penyakit paru obstruksi kronik dengan nomor rekam medis 01325720.
B. Pengkajian
RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada tanggal 07 Januari 2016 jam 21.00
43
44
WIB, pasien rujukan dari UPT Puskesmas Ngargoyoso dengan keluhan batuk
nafas tidak dipengaruhi oleh debu atau cuaca, sesak nafas jika aktivitas berat,
ada suara tambahan nafas mengi, tidak ada nyeri dada, kedua kaki pasien
sering bengkak jika sesak nafas, pasien tidur dengan satu bantal dan sering
terbangun karena sesak nafas, panas baru 1 hari, mual, tidak muntah, badan
lebih kurus kurang lebih dari 2 tahun yang lalu. Pada pasien BAB dan BAK
tidak ada keluhan, dari hasil pemeriksaan di dapatkan tekanan darah 130/90
mmHg, nadi 90 kali per menit, pernafasan 29 kali per menit, suhu 37,2 °C
liter per menit, infus Nacl 0,9% 20 tetes per menit, injeksi methyl prednizolon
ceftriaxon 2 gr (skin test), dan obat oral N. asetil sistein 200mg, sucralfat
sirup 5ml. Pasien dari IGD Tulip di pindah ke ruang anggrek 1 pada tanggal 8
Januari 2016 jam 05.00 WIB, untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
merasakan sesak nafas, pasien batuk sejak 2 tahun yang lalu tetapi tidak
berdahak, pasien perokok berat sejak kelas 2 Sekolah Dasar atau ± 55 tahun
karena meniru bapak yang merokok dan lingkungannya dulu yang banyak
perokok, tetapi sudah 2 tahun pasien berhenti merokok. Pasien pernah dirawat
45
10 hari dirumah sakit RSUD Karanganyar 1 tahun yang lalu operasi hernia.
lengkap. Pasien tidak ada alergi debu, makanan maupun obat, pasien tidak
Keterangan :
: Pasien : Keturunan
: Meninggal
46
dari jalan raya dan pabrik. Pada saat dilakukan kunjungan ke rumah Tn. A
pada tanggal 14 Januari 2016, rumah Tn. A tampak beralas dengan tanah,
bersih, tidak ada genangan air, banyak tanaman hijau disekitar rumah, dan di
Pola nutrisi dan metabolik, sebelum sakit pasien dan keluarga pasien
mengatakan ±2 tahun yang lalu badan pasien tidak sekurus sekarang ini, tapi
dulu tidak tahu berapa berat badan pasien karena jarang menimbang berat
badan, pasien juga mengatakan makan 3 kali sehari, jenis nasi, sayur, lauk, 1
porsi piring habis, minum kurang lebih 8 gelas belimbing per hari, jenis air
putih dan teh, serta tidak ada keluhan. Selama sakit antropometri berat badan
pasien 46 kg, tinggi badan 160 cm, indeks masa tubuh (IMT) Berat badan
(Kg)/Tinggi badan (m2), 46 kg/(2,56 m2) hasilnya 17,96 kg/m2 (tidak normal
pada tanggal 11 Januari 2016 hemoglobin 12,4 g/dl (Tidak normal atau
kurang), hematokrit 38% (Normal), albumin 3,5 U/L (Normal), clinical Sign
pasien tampak kurus, turgor kulit kering, mukosa bibir kering, konjungtiva
anemis, dietary data pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan diit
47
TKTP, jenis nasi, sayur, lauk, 1/2 porsi piring habis, minum kurang lebih 8
gelas belimbing per hari, jenis air putih dan teh, dengan keluhan nafsu makan
Pola eliminasi, sebelum sakit pasien mengatakan buang air besar 1 kali
per hari setiap pagi dengan konsistensi lunak berbentuk, berbau khas, warna
kuning dan tidak ada keluhan. Buang air kecil 6-7 kali per hari, warna kuning
pucat, berbau amoniak, dan tidak ada keluhan. Selama sakit pasien
mengatakan buang air besar 1 kali per hari, konsistensi lunak berbentuk,
berbau khas, warna kuning kecoklatan dan tidak ada keluhan. Buang air kecil
6-7 kali per hari, warna kuning keruh, berbau amoniak, dan tidak ada
keluhan. Saat buang air besar dan buang air kecil pasien harus dibantu oleh
keluarga.
beraktivitas secara normal dan mandiri (skor penilaian 0). Selama sakit pasien
harus dibantu orang lain (skor penilaian 2), disamping itu pasien merasa sesak
6-8 jam sehari dari jam 21.00-05.00, tidur siang 2 jam, kualitas tidur nyenyak
dan tidak ada keluhan. Selama sakit pasien mengatakan tidur 4-5 jam sehari,
dari jam 22.00-03.00, tidur siang 1 jam, kualitas tidur tidak nyenyak sering
48
terbangun karena sesak nafas, pasien nyaman dengan posisi tidur bersandar
tahun yang lalu, pasien hanya menggunakan telinga kiri untuk mendengar.
Pasien mengidentifikasi tes raba, pasien dapat melihat dan dapat menjawab
produktif, dan pasien juga terlihat tidak menggunakan alat bantu penglihatan
maupun pendengaran.
bersyukur masih diberi anggota tubuh yang lengkap meskipun saat ini pasien
sedang sakit. Ideal diri, pasien mengatakan ingin cepat sembuh dari
mengatakan tidak bisa menjalani tugasnya sebagai suami dan kepala rumah
tangga yang baik untuk istri dan anak-anaknya selama sakit. Identitas diri,
pasien mengatakan menyadari sebagai suami dan orang tua yang memiliki
dan mempunyai 4 orang anak, pasien tidak menderita penyakit kelamin tetapi
sudah tidak terlalu memikirkan hubungan seksual lagi dengan istrinya karena
mengingat usianya yang sudah tidak muda lagi, sehingga selama dirawat dan
sakit seperti ini tidak ada masalah bagi pasien dan istrinya.
penyakit yang dialami saat ini sebagai cobaan dari tuhan, jika ada masalah
dialami saat ini. Pola nilai dan keyakinan, pasien mengatakan sebelum sakit
dan selama sakit tetap melaksanakan ibadah sholat 5 waktu, saat sakit
mmHg, nadi frekuensi 85 kali per menit, irama teratur, isi kuat, pernapasan
frekuensi 27 kali per menit, irama tidak teratur, terpasang O2 nasal kanul 2
liter per menit, suhu tubuh 36,5 °C. Pada pemeriksaan kepala bentuk kepala
mesochepal, kulit kepala bersih tidak ada lesi, rambut beruban. Pada
konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter mata kanan –
kiri simetris, reflek terhadap cahaya baik, tidak menggunakan alat bantu
ada polip, bersih, terdapat nafas cuping hidung, terpasang O2 nasal kanul 2
liter per menit dan tidak ada lendir. Pada pemeriksaan mulut didapatkan data
50
bibir simetris, mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis. Pada pemeriksaan
gigi didapatkan data gigi bersih, masih utuh, tidak memakai gigi pasangan.
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ditemukan ditensi vena
jugularis.
bentuk dada barel chest, simetris kanan kiri, respirasi 27 kali per menit, nafas
kanan kiri sama. Saat dilakukan perkusi sonor, saat dilakukan auskultasi
vesikuler pada dada kanan dan terdengar suara tambahan whezzing pada dada
kiri. Pada pemeriksaan fisik jantung inspeksi didapatkan hasil ictus cordis
tidak tampak, saat dilakukan palpasi ictus cordis teraba pada intercosta 5 mid
inspeksi perut datar simetris, ada lesi di kwadran 4 bekas operasi hernia, saat
diauskultasi terdengar bising usus 8 kali per menit, saat perkusi didapatkan
dilakukan palpasi didapatkan hasil tidak teraba massa dan tidak ada nyeri
tekan.
51
kateter. Pada pemeriksaan rektum didapatkan hasil rektum bersih, tidak ada
juta/uL), MCV 95,7 /um (80,0-96,0 /um), MCH 33,3 Pg (28,0-33,0 Pg),
MCHC 34,8 g/dl (33,0-36,0 g/dl), RDW 12,7 % (11,6-14,6 %), MPV 8,4 Fl
(7,2-11,1 Fl), PDW 16 % (25-65 %), Eosinofil 0,10 % (0,00-4,00 %), Basofil
33,7 detik (20,0-40,0 detik), Albumin 2,9 g/dl (3,2-4,6 g/dl), Creatinin 0,9
mg/dl (0,8-1,3 mg/dl), Ureum 38 mg/dl (<50 mg/dl), Natrium darah 133
Klorida darah 103 mmol/l (98-106 mmol/l). Data analisa gas darah pH darah
Troponin 1 <0,01 Ug/l (0,00-1,50 Ug/l), CKMB 3,17 ng/ml (< 4,9 ng/ml).
(4,50-5,90 Juta/uL), SGOT 41 U/L (<35 U/L), SGPT 22 U/L (<45 U/L),
gram ditemukan kuman gram positif Coccus, leukosit 3-8/ LPB, 0-2/ LPB,
pada pengecatan BTA dari sputum sewaktu hasil negatif, pagi hasil negatif,
sewaktu negatif.
klinisnya hemoptisis, dengan foto thorax PA/Lat, Cor membesar dengan CTR
Nacl 0,9% 20 tpm. Terapi intravena injeksi Asam traneksamat 500 mg/ 8 jam
pengobatan hipertensi. N. Asetil sistein 200 mg/ 8 jam, golongan obat untuk
mg/ 8 jam golongan vitamin dan mineral, fungsinya untuk pencegahan dan
mg/ 12 jam golongan obat saluran cerna, fungsinya menambah nafsu makan,
C. Masalah Keperawatan
14.00 WIB pada Tn. A ditemukan data fokus yaitu data subyektif, pasien
mengatakan sesak nafas, sesak nafas dirasakan kurang lebih sejak 2 tahun
yang lalu, sedangkan data objektifnya pasien tampak bernafas dengan cuping
hidung, dari data pemeriksaan fisik paru didapatkan hasil saat dilakukan
inspeksi bantuk dada barel chest, simetris kanan kiri, respirasi 27 kali per
dilakukan palpasi vocal fremitus kanan kiri sama. Saat dilakukan perkusi
sonor, saat dilakukan auskultasi vesikuler pada dada kanan dan terdengar
suara tambahan whezzing pada dada kiri, pasien terpasang O2 nasal kanul 2
liter per menit. Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi frekuensi 85 kali per
menit, suhu tubuh 36,5 °C. Maka penulis merumuskan masalah keperawatan
14.05 WIB pada Tn. A ditemukan data fokus yaitu data subjektif, pasien
mengatakan saat batuk akan muncul sesak nafas dan mengeluarkan dahak,
batuk sudah dirasakan sejak 2 tahun yang lalu namun tetapi tidak berdahak,
putih kekuningan dan kental tidak ada darah. Maka penulis merumuskan
14.10 WIB pada Tn. A ditemukan data fokus yaitu data subjektif, pasien
mengatakan sesak nafas, mudah lelah dan lemas setelah melakukan aktivitas,
frekuensi pernapasan 27 kali per menit, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
frekuensi 85 kali per menit, dari data aktivitas latihan antara lain, seperti
ambulasi atau ROM harus dibantu orang lain (skor penilaian 2). Maka penulis
Pada tanggal 12 Januari 2016 pukul 14.15 WIB hasil dari pengkajian
6-8 jam sehari dari jam 21.00-05.00, tidur siang 2 jam, kualitas tidur nyenyak
dan tidak ada keluhan. Selama sakit pasien mengatakan tidur 4-5 jam sehari,
dari jam 22.00-03.00, tidur siang 1 jam, kualitas tidur tidak nyenyak sering
terbangun karena sesak nafas, pasien nyaman dengan posisi tidur bersandar
atau miring ke kanan. Data objektif terdapat perubahan jam tidur pasien,
dan lingkungan.
mengatakan ±2 tahun yang lalu badan pasien tidak sekurus sekarang ini, tapi
dulu tidak tahu berapa berat badan pasien karena jarang menimbang berat
badan, pasien juga mengatakan makan 3 kali sehari, jenis nasi, sayur, lauk, 1
porsi piring habis, minum kurang lebih 8 gelas belimbing per hari, jenis air
putih dan teh, serta tidak ada keluhan, selama sakit pasien mengatakan nafsu
makan menurun karena sesak nafas, batuk dan dulu ada mual. Data objektif
hasil dari pengkajian nutrisi ABCD, Data objektif Antropometri berat badan
pasien 46 kg, tinggi badan 160 cm, indeks masa tubuh (IMT) Berat badan
56
(Kg)/Tinggi badan (m2), 46 kg/(2,56 m2) hasilnya 17,96 kg/m2 (tidak normal
pada tanggal 11 Januari 2016 hemoglobin 12,4 g/dl (Tidak normal atau
kurang), hematokrit 38% (Normal), albumin 3,5 U/L (Normal), Clinical Sign
pasien tampak kurus, turgor kulit kering, mukosa bibir kering, konjungtiva
anemis, Dietary pasien makan 3 kali sehari dengan diit TKTP, jenis nasi,
sayur, lauk, 1/2 porsi piring habis, minum kurang lebih 8 gelas belimbing per
hari, jenis air putih dan teh. Maka penulis merumuskan masalah keperawatan
faktor biologis.
D. Rencana Keperawatan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan sesak nafas pasien dapat berkurang
57
atau hilang. Dengan kriteria hasil, pasien menunjukan jalan nafas yang paten
(irama nafas teratur, frekuensi pernafasan dalam rentang normal), tidak ada
vital pasien dalam rentang normal atau tidak, posisikan pasien untuk
dengan rasional menurunkan tingkat sesak nafas dan skala Borg, kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian terapi obat (injeksi Ceftriaxon 2gr/ 24 jam),
bersihan jalan nafas dapat teratasi dengan kriteria hasil pasien dapat
pasien mampu menunjukan jalan nafas yang paten (tidak ada suara nafas
normal atau belum, auskultasi suara nafas dan catat adanya suara tambahan,
dengan rasional untuk mengetahui adanya suara nafas tambahan, ajarkan cara
asetil sistein 200mg/ 8jam, codein 10mg/ 8jam), dengan rasional untuk
ISO, 2013).
kriteria hasil pasien tidak merasa sesak nafas dan letih lemah setelah
(Nurarif, 2013).
59
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat (obat oral Diovan
kebutuhan dan kualitas tidur pasien terpenuhi dengan baik, dengan kriteria
hasil jumlah jam tidur pasien dalam batas normal 6-8 jam per hari, kualitas
tidur pasien baik atau nyenyak, lingkar hitam diarea sekitar mata berkurang
atau hilang, pasien tampak segar tidak letih setelah bangun tidur (Nurarif,
2013).
sleep enhancement (1850): pantau kebutuhan tidur pasien setiap hari, dengan
rasional untuk mengetahui jam tidur pasien dalam rentang normal atau tidak,
jelaskan pentingnya tidur yang adekuat, dengan rasional agar pasien tahu
kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi, dengan kriteria hasil berat badan
meningkat, tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti, nafsu makan
meningkat, turgor kulit baik, mukosa bibir lembab, dan hasil laboratorium
2013).
berat badan pasien. Anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering dan
ahli gizi dan dokter (diit TKTP, obat Curcuma 20mg/ 12jam) rasionalnya
61
untuk menentukan diit pasien yang memenuhi asupan kalori dan nutrisi yang
E. Implementasi
Januari 2016 jam 15.00 WIB mengobservasi tanda-tanda vital pasien dengan
kanul 2 liter per menit, tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi pernafasan 27
kali per menit, frekuensi nadi 85 kali per menit, suhu 36,5°C.
dengan posisi semi fowler. Pada jam 15.10 mengajarkan tehnik non
mengatakan sesak kadang berat skala Borg 4, respon objektif pasien tampak
latihan yaitu 27 kali per menit, skala Borg sebelum dan sesudah latihan juga
subjektif Tn. A mengatakan sesak nafas saat batuk, respon objektif Tn. A
tampak sesak saat batuk, frekuensi pernafasan 27 kali per menit. Pada jam
15.35 melakukan auskultasi bunyi nafas dan mencatat adanya suara tambahan
dengan respon subjektif Tn. A mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak,
respon objektif Tn. A tampak sering batuk, suara paru vesikuler pada dada
kanan dan terdengar suara tambahan whezzing pada dada kiri. Pada jam 15.45
lumayan nyaman dahak bisa keluar, respon objektif sputum keluar berwarna
putih kekuningan kental kurang lebih 1 sendok makan dan sudah tidak ada
darah. Pada jam 16.00 berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
injeksi asam traneksamat 500mg, obat oral N. Asetil sistein 200 mg dan obat
diberi obat, respon objektif Tn. A tampak kooperatif, obat sudah masuk
semua obat injeksi asam traneksamat 500mg, obat oral N. Asetil sistein 200
beraktivitas selalu dibantu oleh istri atau anaknya. Pada jam 16.10 memantau
respon subjektif Tn. A mengatakan masih sesak nafas, respon objektif Tn. A
63
tampak masih terpasang oksigen nasal kanul 2 liter per menit, frekuensi
keletihan dengan respon subjektif Tn. A mengatakan sesak, letih dan lemas
kelurganya.
sesak nafas, sebelum sakit biasanya tidur 6-8 jam sehari, tidur siang 2 jam,
selama sakit tidur 3-4 jam sehari, tidur siang 1 jam, Tn. A nyaman dengan
posisi tidur bersandar atau miring ke kanan, respon objektifnya Tn. A tampak
letih, lingkar hitam di area sekitar mata. Pada jam 16.25 menjelaskan
sudah mengerti pentingnya tidur yang cukup, respon objektif Tn. A tampak
mengerti akan pentingnya tidur yang adekuat. Pada jam 16.35 WIB mengkaji
kali sehari dari rumah sakit, jenis nasi, sayur, lauk, habis 1/2 porsi piring saja
karena kurang nafsu makan, minum kurang lebih 8 gelas belimbing per hari,
jenis air putih dan teh, respon objektif pasien tampak tampak kurus, turgor
kulit kering, mukosa bibir kering, konjungtiva anemis. Pada jam 16.40 WIB
menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering dan dalam keadaan
hangat dengan respon Tn. A mengatakan suka dengan makanan yang masih
hangat dan akan memakan makanan sedikit tapi sering, respon objektif pasien
tampak kooperatif dan paham. Pada jam 17.00 berkolaborasi dengan ahli gizi
64
mengatakan sudah makan 1 porsi habis karena makanan masih hangat, respon
mengatakan bersedia di beri obat, respon objektif obat sudah masuk semua
injeksi Asam traneksamat 500 mg. Pada jam 20.35 WIB memberikan
tidur posisi terlentang bersandar atau miring ke kanan kalau miring kekiri
terasa sesk nafas, respon objektif Tn. A tampak nyaman tidur dengan posisi
Januari 2016 jam 07.30 WIB mengobservasi tanda-tanda vital pasien dengan
terpasang O2 nasal kanul 2 liter per menit, tekanan darah 120/80 mmHg,
frekuensi pernapasan 26 kali per menit, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu
dengan dokter dalam pemberian obat injeksi asam traneksamat 500 mg, obat
65
oral furosemid 40mg, Diovan 80 mg, N.Asetil sistein 200mg, Codein 10mg,
tampak kooperatif, obat sudah masuk semua injeksi Asam traneksamat 500
mg, obat oral furosemid 40 mg, Diovan 80 mg, N.Asetil sistein 200 mg,
Codein 10 mg, Vitamin C 250 mg, Curcuma 20 mg, Bisoprolol 1,25 mg.
Pada jam 08.20 WIB memposisikan pasien semi fowler dengan respon
dengan posisi semi fowler. Pada jam 08.35 WIB mengajarkan tehnik non
mengatakan sebelum latihan sesak kadang berat (skala 4) dan sesudah latihan
sesak sedang (skala 3). Objektif : pasien tampak nafas tanpa cuping hidung,
perubahan skala Borg yaitu, sebelum latihan sesak kadang berat (skala 4) dan
sesudah latihan sesak sedang (skala 3), dan ada perubahan frekuensi
dengan respon subjektif Tn. A mengatakan sesak nafas berkurang sudah tidak
seperti kemarin, tadi sudah bertemu dengan dokter R dan di ijinkan pulang
nanti siang tetapi latihan lepas selang oksigen dulu, respon objektif Tn. A
frekuensi pernafasan 25 kali per menit, sudah tidak memakai selang oksigen
sesuai advice dari dokter R jam 08.00 . Pada jam 09.45 WIB memantau batuk
66
bisa keluar, dahak lebih sedikit dari kemarin terasa lega plong, respon objektif
pasien tampak sudah bisa melakukan batuk efektif dengan keluarnya sputum
berwarna putih tidak kental kurang lebih 1/4 sendok makan dan sudah tidak
ada darah. Pada jam 09.50 WIB melakukan auskultasi bunyi nafas dan
sesak nafas berkurang, batuk jarang, dahak sangat sedikit dan didada terasa
plong, respon objektif Tn. A tampak batuk nya sudah jarang, suara paru
vesikuler pada dada kanan kiri dan sudah tidak terdengar suara tambahan
whezzing. Pada jam 09.55 WIB memposisikan pasien semi fowler dengan
minum secara mandiri dan mau mencoba untuk mandi sendiri sesuai perintah
dokter M tadi pagi, mandi tidak boleh pakai gayung karena berat diganti
pakai selang, respon objektif Tn. A tampak mandiri dalam makan minum,
mandi masih dijaga istrinya dan aktivitas yang lain masih dibantu oleh istri
atau anaknya. Pada jam 10.05 WIB memantau frekuensi pernafasan sebelum
sesak nafas berkurang, respon objektif Tn. A tidak ada perubahan frekuensi
respon subjektif Tn. A mengatakan sesak muncul lagi kalau letih dan lemas
subjektif Tn. A mengatakan sudah bisa tidur nyenyak, ada penambahan jam
tidur dari tidur 3-4 jam sehari, tidur siang 1 jam, menjadi 5-6 jam sehari dan
tidur siang 2 jam, respon objektifnya Tn. A tampak masih ada lingkar hitam
di area sekitar mata. Pada jam 10.20 memberikan lingkungan yang nyaman
kanan dan bed ditinggikan, respon objektif Tn. A tampak nyaman dan bersiap
untuk istirahat tidur. Pada jam 11.20 WIB memantau intake makanan pasien
dengan respon subjektif pasien mengatakan sudah nafsu makan, makan habis
1 porsi piring, minum kurang lebih 8 gelas belimbing per hari, jenis air putih
dan teh, respon objektif pasien tampak kurus, turgor kulit baik, mukosa bibir
lembab, konjungtiva tidak anemis. Pada jam 12.10 WIB berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat Injeksi Ranitidine 50 mg, obat oral n. Asetil
sistein 200 mg, Vitamin C 250 mg, Curcuma 20 mg dengan respon subjektif
Tn. A mengatakan bersedia di beri obat, respon objektif obat sudah masuk
semua ranitidine 50 mg, N. Asetil sistein 200 mg, Vitamin C 250 mg,
Curcuma 20 mg. Pada jam 12.20 berkolaborasi dengan ahli gizi (memberikan
makan pada pasien) dengan respon subjektif Tn. A mengatakan sudah makan
68
1 porsi piring habis, respon objektif pasien tampak nafsu makan sudah
subjektif Tn. A mengatakan baru saja bangun tidur, sudah bisa tidur hampir 2
jam dan tidak terbangun karena sesak nafas, respon objektif Tn. A tampak
masih ada lingkar hitam di area sekitar mata. Jam 12.50 melakukan auskultasi
bunyi nafas dan mencatat adanya suara tambahan dengan respon subjektif Tn.
A mengatakan sesak nafas berkurang, batuk jarang, dahak sangat sedikit dan
didada terasa plong, respon objektif Tn. A tampak batuknya sudah jarang,
suara paru vesikuler pada dada kanan kiri dan sudah tidak terdengar suara
tambahan whezzing pada dada kiri. Pada jam 13.20 mengobservasi tanda-
tanda vital pasien dengan respon subjektif Tn. A mengatakan sesak nafas
sudah sangat berkurang dan diijinkan pulang oleh dokter. Respon objektif Tn.
frekuensi pernapasan 25 kali per menit, frekuensi nadi 80 kali per menit, suhu
36,5°C.
Januari 2016 jam 10.00 WIB mengobservasi tanda-tanda vital pasien dengan
objektif Tn. A tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi pernafasan 25 kali per
menit, frekuensi nadi 72 kali per menit, suhu 35°C. Pada jam 10.15
subjektif Tn. A mengatakan sebelum latihan sesak nafas sedang (skala 3) dan
69
setelah latihan menjadi sesak nafas ringan (skala 2), respon obyektif Tn. A
tampak nafas tanpa cuping hidung, ada penggunaan otot bantu pernafasan
serta otot-otot abdominalis, ada perubahan skala Borg yaitu, sebelum latihan
skala Borg 3 (sesak sedang), dan setelah latihan skala Borg 2 (sesak nafas
Pada jam 10.30 memantau cara batuk efektif respon Tn. A mengatakan
sudah bisa melakukan batuk efektif, batuk sangat jarang, dahak sangat sedikit
putih encer, respon objektif Tn. A tampak sudah bisa melakukan batuk
efektif, dahak keluar sangat sedikit ¼ sendok makan tidak ada darah, warna
putih, encer seperti air liur. Jam 10.45 WIB melakukan auskultasi bunyi
nafas dan catat adanya suara tambahan respon subjektif Tn. A mengatakan
merasa sudah lega, respon objektif suara vesikuler, tidak ada suara tambahan
sudah bisa mandiri tetapi tetap di awasi oleh istri atau anaknya, respon
objektif Tn. A tampak beraktivitas mandiri yang ringan dan masih diawasi
istri dan anaknya. Jam 11.10 mengkaji kebutuhan tidur pasien dengan respon
subjektif Tn. A mengatakan sudah bisa tidur normal sehari 6-7 jam, tidur
siang 2 jam, baru saja bangun tidur 1 jam yang lalu nanti habis makan dan
minum obat siang tidur lagi, respon objektif Tn. A tampak masih ada lingkar
F. Evaluasi
hiperventilasi pada tanggal 12 Januari 2016 jam 21.00 WIB adalah Subjektif :
pasien mengatakan masih sesak nafas kadang berat (skala 4). Objektif :
pasien tampak nafas cuping hidung, ada penggunaan otot bantu pernafasan
sebelum dan sesudah latihan yaitu 27 kali per menit, skala Borg sebelum dan
sesudah latihan juga belum ada perubahan yaitu sesak kadang berat (skala 4),
irama tidak teratur, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 85 kali per menit,
semi fowler, ajarkan tehnik non farmakologi pursed lips breathing exercise,
jalan nafas berhubungan dengan produksi mukus dalam jumlah berlebih pada
tanggal 12 Januari 2016 jam 21.05 WIB adalah Subjektif : pasien mengatakan
sesak nafas saat batuk dan dahak bisa keluar. Objektif : pasien tampak bisa
melakukan batuk efektif dan dahak bisa keluar warna putih kekuningan,
kental, tidak ada darah, kurang lebih 1 sendok makan, suara tambahan
71
nafas dan catat adanya suara tambahan, pantau cara batuk efektif, kolaborasi
pada tanggal 12 Januari 2016 jam 21.10 WIB adalah Subjektif: pasien
anaknya karena setelah beraktivitas pasti sesak nafas. Objektif: pasien tampak
dalam beraktivitas selalu dibantu oleh istri atau anaknya, frekuensi pernafasan
sebelum sakit biasanya tidur 6-8 jam sehari, tidur siang 2 jam, selama sakit
tidur 3-4 jam sehari, tidur siang 1 jam, pasien nyaman dengan posisi tidur
72
bersandar atau miring ke kanan. Objektif : pasien tampak letih, lingkar hitam
tanggal 12 Januari 2016 jam 21.15 WIB adalah Subjektif : pasien mengatakan
nafsu makan sudah bertambah, suka dengan makan makanan yang masih
hangat dan habis 1 porsi piring. Objektif: pasien tampak nafsu makan
meningkat, habis 1 porsi piring makanan dari rumah sakit, turgor kulit masih
kering, mukosa bibir kering, konjungtiva anemis, berat badan 46 kg tidak ada
makan meningkat, tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti. Planning
pasien, anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering dan dalam keadaan
dengan hiperventilasi pada tanggal 13 Januari 2016 jam 14.00 WIB adalah
dan sesudah latihan sesak sedang (skala 3). Objektif : pasien tampak nafas
73
serta otot-otot abdominalis, ada perubahan skala Borg yaitu, sebelum latihan
sesak kadang berat (skala 4) dan sesudah latihan sesak sedang (skala 3), ada
perubahan frekuensi pernafasan sebelum latihan 26 kali per menit dan setela
latihan 25 kali per menit, irama tidak teratur, tekanan darah 120/80 mmHg,
ketidakefektifan pola nafas teratasi sebagian, yaitu: tidak ada nafas cuping
ventilasi misal posisi semi fowler, pantau pasien dalam melakukan pursed
obat.
jalan nafas berhubungan dengan produksi mukus dalam jumlah berlebih pada
tanggal 13 Januari 2016 jam 14.05 WIB adalah Subjektif : pasien mengatakan
sesak nafas berkurang, batuk jarang, dahak sangat sedikit dan didada terasa
plong, nanti siang dijinkan pulang tetapi latihan lepas selang oksigen dulu.
Objektif : pasien tampak tidak memakai selang oksigen, batuk nya sudah
jarang, suara paru vesikuler pada dada kanan kiri dan sudah tidak terdengar
suara tambahan whezzing, dahak bisa keluar warna putih, kental, tidak ada
nafas dan catat adanya suara tambahan, ajarkan cara batuk efektif, kolaborasi
pada tanggal 13 Januari 2016 jam 14.10 WIB adalah Subjektif : pasien
mengatakan bisa makan minum secara mandiri dan mau mencoba untuk
mandi sendiri sesuai perintah dokter M tadi pagi, mandi tidak boleh pakai
gayung karena berat diganti pakai selang. Objektif : pasien tampak mandiri
dalam makan minum, mandi masih dijaga istrinya dan aktivitas yang lain
masih dibantu oleh istri atau, frekuensi pernafasan 25 kali per menit. Analisa :
Januari 2016 jam 14.15 WIB adalah Subjektif : pasien mengatakan sudah bisa
75
tidur nyenyak, ada penambahan jam tidur dari tidur 3-4 jam sehari, tidur siang
1 jam, menjadi 5-6 jam sehari dan tidur siang 2 jam. Objektif : pasien tampak
gangguan tidur teratasi sebagian, yaitu ada peningkatan jam tidur. Planning :
sleep enhancement (1850): pantau kebutuhan tidur pasien setiap hari, berikan
tanggal 13 Januari 2016 jam 14.20 WIB adalah Subjektif : pasien mengatakan
nafsu makan sudah bertambah, suka dengan makan makanan yang masih
hangat dan habis 1 porsi piring. Objektif: pasien tampak nafsu makan
meningkat, habis 1 porsi piring makanan dari rumah sakit, turgor kulit baik,
mukosa bibir lembab, konjungtiva tidak anemis, berat badan 46 kg tidak ada
meningkat, tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti, turgor kulit baik,
anjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering dan dalam keadaan hangat.
dengan hiperventilasi pada tanggal 14 Januari 2016 jam 12.00 WIB adalah
nafas sedang (skala 3) dan setelah latihan menjadi sesak nafas ringan (skala
2), obyektif Tn. A tampak nafas tanpa cuping hidung, ada penggunaan otot
yaitu, sebelum latihan skala Borg 3 (sesak sedang), dan setelah latihan skala
latihan 25 kali per menit dan setelah latihan frekuensi pernapasan 24 kali per
menit. tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi nadi 72 kali per menit, suhu
jalan nafas berhubungan dengan produksi mukus dalam jumlah berlebih pada
tanggal 14 Januari 2016 jam 12.05 WIB adalah Subjektif : pasien mengatakan
sudah bisa melakukan batuk efektif, batuk sangat jarang, dahak sangat sedikit
putih encer, Objektif : pasien tampak sudah bisa melakukan batuk efektif,
dahak keluar sangat sedikit ¼ sendok makan tidak ada warna putih, encer
seperti air liur, suara vesikuler, tidak ada suara tambahan whezzing. Analisa:
nafas dan catat adanya suara tambahan, ajarkan cara batuk efektif, kolaborasi
pada tanggal 14 Januari 2016 jam 12.10 WIB adalah Subjektif : pasien
mengatakan semua aktivitas sudah bisa mandiri tetapi tetap diawasi oleh istri
atau anaknya. Objektif : pasien tampak beraktivitas mandiri yang ringan dan
masih diawasi istri dan anaknya, frekuensi pernafasan 24 kali per menit.
Januari 2016 jam 12.15 WIB adalah Subjektif : pasien mengatakan sudah bisa
tidur normal sehari 6-7 jam, tidur siang 2 jam, baru saja bangun tidur 1 jam
yang lalu nanti habis makan dan minum obat siang tidur lagi. Objektif :
pemberian obat.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas asuhan keperawatan pada Tn. A
pada bab ini terutama membahas adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara
teori dengan kasus. Terkait dengan hal tersebut pada bab ini penulis akan
terhadap penurunan tingkat sesak napas pada asuhan keperawatan Tn. A dengan
A. Pengkajian
kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.
serta catatan rekam medis. Pengkajian didapatkan data, pasien bernama Tn.
79
80
otot nafas dan kelemahan otot ekstremitas oleh karena efek sistemik, nutrisi
batuk darah bercampur dahak dan buih sebanyak 1 sendok makan. Batuk
sudah terjadi sejak 2 tahun yang lalu tetapi tidak berdahak, 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit pasien mengeluhkan batuk berdahak dengan dahak putih
encer. Pasien juga mengeluhkan sesak nafas yang sudah terjadi ± 2 tahun dan
memburuk 8 bulan ini, sesak nafas tidak dipengaruhi oleh debu atau cuaca.
Hal ini sesuai dengan teori, dimana tanda dan gejala yang muncul pada pasien
PPOK yaitu, sesak napas yang semakin berat, batuk, mengi dan produksi
sputum, biasanya terjadi pada pasien berusia lebih dari 45 tahun (Gleadle,
2007).
yaitu merokok, pekerjaan, polusi udara, usia (Ikawati, 2011). Pada Tn. A
81
memiliki riwayat sebagai perokok berat sejak kelas 2 Sekolah Dasar atau ± 55
tahun karena meniru bapak yang merokok dan lingkungannya dulu yang
banyak perokok, pasien merasa sesak nafas ± 2 tahun yang lalu dan batuk
dirasakan sejak 2 tahun yang lalu, sejak itu pasien berhenti merokok. Asap
Pasien dengan obstruksi jalan nafas akan datang dengan keluhan dispnea,
mendapatkan hasil tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus Tn. W,
dan latihan didapatkan data sebelum sakit Tn. A dapat melakukan aktivitas
secara mandiri namun selama sakit aktivitas Tn. A dibantu oleh keluarganya.
Salah satu efek sistemik pada PPOK adalah kelemahan otot yang
terjadi perubahan struktur dan fungsi otot skeletal pada penderita PPOK.
otot, khususnya otot paha dan lengan atas. Selanjutnya penderita kehilangan
82
kekuatan latihan dan mengeluh lemah, sesak nafas dan berkurang aktifitas.
kg, tinggi badan 160 cm, indeks masa tubuh (IMT) 17,96 kg/m2 (tidak normal
pada tanggal 11 Januari 2016 hemoglobin 12,4 g/dl (Tidak normal atau
kurang), hematokrit 38% (Normal), albumin 3,5 U/L (Normal), clinical Sign
pasien tampak kurus, turgor kulit kering, mukosa bibir kering, konjungtiva
anemis, dietary data pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan diit
TKTP, jenis nasi, sayur, lauk, 1/2 porsi piring habis, minum kurang lebih 8
gelas belimbing per hari, jenis air putih dan teh, dengan keluhan nafsu makan
yaitu 12,4 g/dl nilai normalnya 13,5-17,5 g/dl, konjungtiva anemis, mukosa
dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor hemodinamik berupa cadiac output
oksigen antara darah arteri dan vena, oleh karena itu kapasitas peghantar
oksigen akan menurun jika kadar hemoglobin kurang dari 7 g/dl (Paniselvan,
2011). Menurut Irianto (2014) gejala-gejala dari PPOK sering timbul sesak
napas waktu bekerja dan bertambah parah secara perlahan. Akhirnya sesak
makan mereka sering mengalami sesak yang berat sehingga penderita jadi
kasus Tn. A.
Hasil dari pemeriksaan fisik paru yang telah dilakukan penulis pada
Tn. A didapatkan bentuk dada barel chest, simetris kanan kiri, nafas pendek,
dilakukan palpasi vocal fremitus kanan kiri sama. Saat dilakukan perkusi
sonor, saat dilakukan auskultasi vesikuler pada dada kanan dan terdengar
suara tambahan whezzing pada dada kiri. Pada pemeriksaan fisik paru pada
bentuk dada barrel chest, bernafas dengan bibir yang dirapatkan, pada
84
atau menurun, Pada auskultasi, sering didapatkan bunyi suara napas ronkhi
2014). Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik paru dengan teori tidak ada
(4,50-5,90 Juta/uL), SGOT 41 U/L (<35 U/L), SGPT 22 U/L (<45 U/L),
Albumin 3,5 U/L (3,2-4,6 U/L), pada pemeriksaan sputum hasil mikroskopis
direk pengecatan gram ditemukan kuman gram positif Coccus, leukosit 3-8/
LPB, 0-2/ LPB, pada pengecatan BTA dari sputum sewaktu hasil negatif,
pagi hasil negatif, sewaktu negatif, dan pada pemeriksaan foto thorax
klinisnya hemoptisis, dengan foto thorax PA/Lat, Cor membesar dengan CTR
dengan kasus Tn. A karena tidak dilakukan pemeriksaan uji fungsi paru.
2013).
B. Perumusan Masalah
manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual atau potensial)
diagnosa yang ada dalam teori muncul pada Tn. A. Diagnosa yang tidak
gangguan pertukaran gas belum terjadi pada Tn. A tidak didapat data klien
2010).
atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi yang adekuat (Nurarif, 2013).
87
2013).
pasien mengatakan sesak nafas, sesak nafas dirasakan kurang lebih sejak 2
tahun yang lalu, sedangkan data objektifnya pasien tampak bernafas dengan
abdominalis, pasien terpasang O2 nasal kanul 2 liter per menit, tekanan darah
120/80 mmHg, frekuensi pernapasan 27 kali per menit, irama tidak teratur,
nafas dangkal, nadi frekuensi 85 kali per menit, suhu tubuh 36,5 °C.
pegkajian pada teori kasus Tn. A disimpulkan adanya kesesuaian antara teori
88
dengan tanda dan gejala pada Tn. A, jadi antara diagnosis penulis dan teori
(Nurarif, 2013). Mukus dalam jumlah berlebih selain karena infeksi, keadaan
mengatakan saat batuk akan muncul sesak nafas dan mengeluarkan dahak,
batuk sudah dirasakan sejak 2 tahun yang lalu namun tetapi tidak berdahak,
kental tidak ada darah. Data pada Tn. A sesuai dengan batasan karakteristik
yang ada pada masalah keperawatan ini yaitu, tidak ada batuk, ada suara
bunyi nafas, ortopnea, gelisah, dan produksi sputum (Herdman, 2011). Maka
antara teori dengan tanda dan gejala pada Tn. A, jadi antara diagnosis penulis
jantung akan cepat merasa lelah dan hal ini terjadi akibat curah jantung yang
perfusi yang kurang pada otot-otot rangka yang menyebabkan kelemahan dan
mengatakan sesak nafas, mudah lelah dan lemas setelah melakukan aktivitas,
frekuensi pernapasan 27 kali per menit, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi
frekuensi 85 kali per menit, dari data aktivitas latihan antara lain, seperti
ambulasi atau ROM harus dibantu orang lain ( skor penilaian 2). Maka
tidur merupakan gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur (Nurarif, 2013).
abnormal, keluhan verbal kurang istirahat dan kurang puas saat tidur,
sesak nafas, sebelum sakit biasanya tidur 6-8 jam sehari dari jam 21.00-05.00,
tidur siang 2 jam, kualitas tidur nyenyak dan tidak ada keluhan. Selama sakit
pasien mengatakan tidur 4-5 jam sehari, dari jam 22.00-03.00, tidur siang 1
jam, pasien nyaman dengan posisi tidur bersandar atau miring ke kanan,
sedangkan data objektifnya pasien tampak letih, lingkar hitam di area sekitar
kesesuaian antara teori dengan tanda dan gejala pada Tn. A, jadi antara
tubuh, yaitu penurunan berat badan, tidak nafsu makan, turgor kulit kering,
membran mukosa pucat, tonus otot menurun, cepat kenyang setelah makan
(Nurarif, 2013).
status nutrisi dan ketersediaan energi otot, yang terdiri dari tinggi badan, berat
fisiologisnya seperti melihat rambut, kulit, otot, mata, aktivitas dan neurologi.
D (Dietary history) yaitu mengkaji riwayat pola makan, masalah diet dari
nafsu makan menurun karena sesak nafas, batuk dan dulu ada mual. Data
objektif Antropometri berat badan pasien 46 kg, tinggi badan 160 cm, indeks
masa tubuh (IMT) Berat badan (Kg)/Tinggi badan (m2), 46 kg/(2,56 m2)
hasilnya 17,96 kg/m2 (tidak normal atau Underweight), Biochemical dari data
12,4 g/dl (Tidak normal atau kurang), hematokrit 38% (Normal), albumin 3,5
U/L (Normal), Clinical Sign pasien tampak kurus, turgor kulit kering, mukosa
bibir kering, konjungtiva anemis, Dietary pasien makan 3 kali sehari dengan
92
diit TKTP, jenis nasi, sayur, lauk, 1/2 porsi piring habis, minum kurang lebih
8 gelas belimbing per hari, jenis air putih dan teh. Berdasarkan pegkajian
pada teori kasus Tn. A disimpulkan adanya kesesuaian antara teori dengan
tanda dan gejala pada Tn. A, jadi antara diagnosis penulis dan teori tidak ada
kesenjangan.
rasa aman dan keselamatan, kebutuhan rasa cinta dan kasih sayang,
fisiologis menjadi prioritas utama yang dipilih penulis dari beberapa masalah
yang muncul pada pasien. Sehingga pada Tn. A diagnosa utama adalah
berkurang maka akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh salah
C. Intervensi
menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien (Rohmah & Walid, 2012).
yang harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Time adalah batasan
(Dermawan, 2012).
nafas berkurang atau hilang dengan kriteris hasil berdasarkan NOC (Nursing
(tekanan darah, nadi pernapasan dan suhu) pasien dengan rasional untuk
94
farmakologi.
untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta mengurangi
dalam rentang normal atau belum, auskultasi suara nafas dan catat adanya
2013).
tidur pasien terpenuhi dengan baik, dengan kriteria hasil jumlah jam tidur
pasien dalam batas normal 6-8 jam per hari, kualitas tidur pasien baik atau
nyenyak, lingkar hitam diarea sekitar mata berkurang atau hilang, pasien
setiap hari, dengan rasional untuk mengetahui jam tidur pasien dalam rentang
posisikan yang nyaman) dengan rasional untuk menunjang tidur pasien agar
nyenyak, jelaskan pentingnya tidur yang adekuat, dengan rasional agar pasien
tahu akan pentingnya tidur yang adekuat untuk kesehatan, kolaborasi dengan
D. Implementasi
pelaksanaan tindakan, serta melinilai data yang baru (Rohmah & Walid,
2012).
(Nurarif, 2013).
exercise untuk menurunkan tingkat sesak nafas pada penderita Penyakit Paru
Pada hari pertama tanggal 12 Januari 2016 jam 15.10 WIB pemberian
mengatakan sesak kadang berat skala Borg 4, respon objektif pasien tampak
respon subjektif Tn. A mengatakan sesak kadang berat skala Borg 4, respon
objektif pasien tampak bernafas dengan cuping hidung dan menggunakan otot
permenit. Pada hari pertama pemberian pursed lips breathing exercise belum
ada perubahan frekuensi pernafasan sebelum dan sesudah latihan yaitu 27 kali
per menit, skala Borg sebelum dan sesudah latihan juga belum ada perubahan
yaitu sesak kadang berat (skala 4), serta masih bernafas dengan cuping
abdominalis.
Pada hari kedua tanggal 13 Januari 2016 jam 08.35 WIB pemberian
mengatakan sebelum latihan sesak kadang berat (skala 4). Objektif : pasien
tampak nafas tanpa cuping hidung, ada penggunaan otot bantu pernafasan
(skala 3). Objektif : pasien tampak nafas tanpa cuping hidung, masih terdapat
frekuensi pernafasan 25 kali per menit. Ada perubahan skala Borg yaitu,
sebelum latihan sesak kadang berat (skala 4) dan sesudah latihan sesak
sedang (skala 3), dan ada perubahan frekuensi pernafasan, sebelum latihan 26
Pada hari ketiga tanggal 14 Januari 2016 jam 10.00 WIB pemberian
mengatakan sesak nafas sedang (skala 3). Respon obyektif Tn. A tampak
latihan respon subjektif Tn. A mengatakan sesak nafas ringan (skala 2).
Respon obyektif Tn. A tampak nafas tanpa cuping hidung, ada penggunaan
kali per menit. Ada perubahan skala Borg yaitu, sebelum latihan skala Borg 3
(sesak sedang), dan setelah latihan skala Borg 2 (sesak nafas ringan), ada
perubahan frekuensi pernafasan sebelum latihan 25 kali per menit dan setelah
dengan cara penderita duduk dan inspirasi dalam saat ekspirasi penderita
(Smeltzer, 2008).
100
terdiri dari dua mekanisme yaitu inspirasi secara dalam serta ekspirasi aktif
otot intra abdomen sehingga tekanan intra abdomen meningkat melebihi pada
saat ekspirasi pasif. Tekanan intra abdomen yang meningkat lebih kuat lagi
keluar dari paru ke atmosfer. Ekspirasi panjang saat bernafas Pursed Lip
dengan duduk ditempat tidur atau kursi, meletakkan satu tangan pasien di
menarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik sampai dada dan
abdomen terasa terangkat maksimal lalu jaga mulut tetap tertutup selama
101
inspirasi dan tahan nafas selama 2 detik, dan hembuskan nafas melalui bibir
abdomen selama 4 detik. Latihan ini dilakukan sehari 1 kali dengan 5 kali
breathing exercise yang dilaksanakan pada Tn. A sudah sesuai jurnal yang
jalan nafas berhubungan dengan produksi mukus dalam jumlah berlebih, pada
hari pertama tanggal 12 Januari 2016, yaitu jam 15.35 melakukan auskultasi
bunyi nafas dan mencatat adanya suara tambahan dengan respon subjektif Tn.
A mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak, respon objektif Tn. A tampak
sering batuk, suara paru vesikuler pada dada kanan dan terdengar suara
tambahan whezzing pada dada kiri. Pada jam 15.45 mengajarkan batuk efektif
lumayan nyaman dahak bisa keluar, dahak lebih sedikit dari kemarin terasa
102
lega plong, respon objektif pasien tampak sudah bisa melakukan batuk efektif
dengan keluarnya sputum berwarna putih tidak kental kurang lebih 1/4
sendok makan dan sudah tidak ada darah. Pada jam 09.50 WIB melakukan
auskultasi bunyi nafas dan mencatat adanya suara tambahan dengan respon
sangat sedikit dan didada terasa plong, respon objektif Tn. A tampak batuk
nya sudah jarang, suara paru vesikuler pada dada kanan kiri dan sudah tidak
memantau cara batuk efektif respon Tn. A mengatakan sudah bisa melakukan
batuk efektif, batuk sangat jarang, dahak sangat sedikit putih encer, respon
objektif Tn. A tampak sudah bisa melakukan batuk efektif, dahak keluar
sangat sedikit ¼ sendok makan tidak ada warna putih, encer seperti air liur.
Jam 10.45 WIB melakukan auskultasi bunyi nafas dan catat adanya suara
dan pasien dapat mengeluarkan dahak dengan maksimal, namun latihan ini
hanya bisa dilakukan pada orang yang sudah bisa diajak kerja sama
(koperatif) (Potter & Pery, 2005). Pemberian latihan batuk efektif terutama
sekret pada jalan nafas yang sering diakibatkan oleh kemampuan batuk yang
2016 jam 16.05 penulis mengkaji tingkat kemapuan Tn. A dalam melakukan
beraktivitas selalu dibantu oleh istri atau anaknya. Pada jam 16.10 penulis
dengan respon subjektif Tn. A mengatakan masih sesak nafas, respon objektif
Tn. A tampak masih terpasang oksigen nasal kanul 2 liter per menit, tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 85 kali permenit, pernafasan 27 kali per menit,
suhu 36,5°C.
dengan respon subjektif Tn. A mengatakan bisa makan minum secara mandiri
dan mau mencoba untuk mandi sendiri sesuai perintah dokter M tadi pagi,
mandi tidak boleh pakai gayung karena berat diganti pakai selang, respon
104
objektif Tn. A tampak mandiri dalam makan minum, mandi masih dijaga
istrinya dan aktivitas yang lain masih dibantu oleh istri atau anaknya. Pada
latihan dengan respon subjektif Tn. A mengatakan semua aktivitas sudah bisa
mandiri tetapi tetap di awasi oleh istri atau anaknya, respon objektif Tn. A
tampak beraktivitas mandiri yang ringan dan masih diawasi istri dan anaknya.
lingkungan. Tindakan pada hari pertama tanggal 12 Januari 2016 jam 16.20
sebelum sakit biasanya tidur 6-8 jam sehari, tidur siang 2 jam, selama sakit
tidur 3-4 jam sehari, tidur siang 1 jam. Pada hari kedua tanggal 13 Januari
2016 jam 10.15 penulis memantau kebutuhan tidur pasien dengan respon
subjektif Tn. A mengatakan sudah bisa tidur nyenyak, ada penambahan jam
tidur dari tidur 3-4 jam sehari, tidur siang 1 jam, menjadi 5-6 jam sehari dan
tidur siang 2 jam, respon objektifnya Tn. A tampak masih ada lingkar hitam
105
di area sekitar mata. Pada hari ketiga tanggal 14 Januari 2016, Jam 11.10
mengatakan sudah bisa tidur normal sehari 6-7 jam, tidur siang 2 jam, baru
saja bangun tidur 1 jam yang lalu nanti habis makan dan minum obat siang
tidur lagi, respon objektif Tn. A tampak masih ada lingkar hitam di area
sekitar mata.
faktor biologis. Tindakan pada hari pertama tanggal 12 Januari 2016, jam
16.35 WIB penulis mengkaji intake makanan pasien dengan respon subjektif
pasien mengatakan makan 3 kali sehari dari rumah sakit, jenis nasi, sayur,
lauk, habis 1/2 porsi piring saja karena kurang nafsu makan, minum kurang
lebih 8 gelas belimbing per hari, jenis air putih dan teh, respon objektif pasien
tampak tampak kurus, turgor kulit kering, mukosa bibir kering, konjungtiva
anemis. Pada hari kedua tanggal 13 Januari 2016, Pada jam 11.20 WIB
mengatakan sudah nafsu makan, makan habis 1 porsi piring, minum kurang
lebih 8 gelas belimbing per hari, jenis air putih dan teh, respon objektif pasien
tampak kurus, turgor kulit baik, mukosa bibir lembab, konjungtiva tidak
anemis.
106
E. Evaluasi
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah & Walid, 2012). Tujuan evaluasi
jam masalah teratasi dimana terjadi penurunan sesak nafas dari frekuensi
pernafasan 27 kali per menit, skala Borg 4 (Sesak nafas kadang berat)
menjadi frekuensi pernafasan 24 kali per menit, skala Borg 2 (Sesak nafas
ringan). Tetapi selama 3 hari pemberian pursed lips breathing exercise pada
serta otot-otot abdominalis karena pasien tampak sangat kurus dengan IMT
keperawatan selama 3x24 jam, masalah kebersihan jalan nafas sudah teratasi
mengeluarkan sputum ¼ sendok makan tidak ada darah, warna putih, encer
sebagian dimana Tn. A mengatakan semua aktivitas sudah bisa mandiri tetapi
tetap di awasi oleh istri atau anaknya, respon objektif Tn. A tampak
beraktivitas mandiri yang ringan dan masih diawasi istri dan anaknya.
keperawatan selama 3x24 jam, masalah gangguan pola tidur teratasi sebagian
dimana jam tidur pasien sudah bertambah, kualitas tidur nyenyk tetapi lingkar
hitam di area sekitar mata masih tampak. Respon subjekttif Tn.A mengatakan
sudah bisa tidur normal sehari 6-7 jam, tidur siang 2 jam, baru saja bangun
tidur 1 jam yang lalu nanti habis makan dan minum obat siang tidur lagi.
dimana Tn. A mengatakan sudah nafsu makan, makan habis 1 porsi piring,
minum kurang lebih 8 gelas belimbing per hari, jenis air putih dan teh, respon
objektif pasien tampak kurus, turgor kulit baik, mukosa bibir lembab,
terhadap penurunan tingkat sesak nafas pada asuhan keperawatan Tn. A dengan
A. KESIMPULAN
Dari uraian bab pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pengkajian
nafas dirasakan kurang lebih sejak 2 tahun yang lalu, pasien tampak
irama tidak teratur, nafas dangkal, nadi frekuensi 85 kali per menit, suhu
2. Diagnosa Keperawatan
108
109
3. Intervensi
(tekanan darah, nadi pernapasan dan suhu) pasien, posisikan pasien untuk
pernafasan pasien, auskultasi suara nafas dan catat adanya suara tambahan,
pemberian terapi obat. Intervensi untuk gangguan pola tidur adalah sleep
sedikit tapi sering dan dalam keadaan hangat,kolaborasi dengan ahli gizi
dan dokter.
4. Implementasi
Lips Breathing Exercise selama 3 hari yaitu pada tanggal tanggal 12-14
5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan selama tiga hari pada tanggal 12-14 Januari 2016
6. Analisa
sesak nafas sedang dan setelah latihan menjadi ringan. Objektif: pasien
pernapasan 25 kali per menit dan skala Borg 3 (sesak sedang), setelah
latihan frekuensi pernapasan 24 kali per menit dan skala Borg 2 (sesak
nafas ringan) tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi nadi 72 kali per
menit, suhu 35°C. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Bakti (2015)
sesak nafas pada penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). Pada asuhan
exercise selama tiga hari dimana ada penurunan frekuensi pernafasan dari
27-24 kali per menit, skala Borg dari 4 (sesak nafas kadang berat) – 2
sebesar 0,67 dan selisih rata-rata penurunan skala Borg sebesar 0,67
112
karena pasien tampak sangat kurus dengan IMT 17, 96 kg/ m2.
B. SARAN
berikut :
hubungan kerja sama baik anatara tim kesehatan maupun klien sehingga
sesak nafas.
113
nafas.
4. Bagi Penulis
5. Bagi Pembaca
(PPOK), serta menjadi acuan atau ada sebuah penelitian untuk kasus ini..
DAFTAR PUSTAKA