Anda di halaman 1dari 3

Karbondioksida (CO2) adalah komponen normal dalam semua air alami dan merupakan gas

yang mudah larut dalam air. CO2 di alam terdiri dari CO2 bebas dan CO2 terikat yang
tergantung pada pH air. CO2 bebas terdiri dari CO2 yang berada dalam kesetimbangan,
diperlukan untuk memlihara ion bikarbonat (HCO3-) dan CO2 agresif yang dapat melarutkan
CaCO3 dan bersifat korosif. CO2 terikat hadir dalam bentuk bikarbonat (HCO3-) dan karbonat
(CO32-). CO2 agresif merupakan CO2 yang berada dalam keseimbangan dan diperlukan untuk
memelihara ion bikarbonat dalam air. Air merupakan pada umumnya mengandung <10 mg
CO2 bebas/liter, namun beberapa air tanah mengandung lebih banyak lagi.
Gas CO2 selalu terdapat dalam sistem perairan seperti sungai, sawah, danau, dan laut.
Kadar CO2 yang dianggap penting bagi kehidupan ekosistem air, kelarutannya ternyata
tergantung pada suhu air, pH dan banyaknya organisme yang hidup di dalam air. Gas CO 2 di
dalam air bergabung dengan komponen kapur menjadi CaCO3 yang sebagian sebelum
mencapai tingkat kejenuhan masih dapat berdisosiasi kembali menjadi ion CO32- dan
selebihnya akan mengendap sebagai senyawa karbonat. Beberapa hal yang menyebabkan
pentingnya pemeriksaan CO2 di dalam air sebagai berikut:
a. Merupakan karakteristik kualitas air yang pentinng, yaitu kemampuan untuk
mempertahankan keseimbangan pH (buffer capacity).
b. Berhubungan dengan proses pelunakan, koagulasi, dan netralisasi.
c. Berhubungan dengan madalah korosi dan kesadahan dalam air.
Dibandingkan di dalam air, tekanan parsial CO2 lebih besar di atmosfer, oleh karena
itu pengukuran CO2 di udara harus dihindari dengan cara menutup rapat kontainer yang
digunakan. Atas dasar ini kadar gas CO2 terlarut dapat ditetapkan dengan cara analisa alkaliniti
dengan menggunakan larutan baku NaOH.

Alkanitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai
pH larutan. Sama halnya dengan larutan buffer, alkaniti merupakan pertahanan air terhadap
pengasaman. Alkaniti dinyatakan dalam mg CaCO3/L (cara kuno, tetapi masih digunakan di
USA, misalnya Caldwell-Lawrence diagram). Alkaniti dalam air disebabkan oleh ion-ion
karbonat (CO32-), bikarbonat (HCO3-), hidroksida (OH-), borat (BO33-), fosfat (PO43-), silikat
(SiO44-) dan sebagainya. Penyusun alkanitas yang utama adalah bikarbonat, karbonat dan
hirdoksida. Alkanitas dinyataka dalam rumus:

A xB
Alkanitas (mg CaCO3/L) = x 1000 x 50,4
C
Dimana : A = Volume H2SO4 (mL)
B = Normalitan H2SO4
C = Volume sampel (mL)
50,4 = Berat ekuivalen CaCO3

Dalam air alam alkaniti sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat dan sisanya
oelh karbonat dan hidroksida. Pada keadaan tertentu (siang hari) adanya ganggang dan lumut
dalam air menyebabkan turunnya kadar karbondioksida dan bikarbonat. Dalam keadaan seperti
itu kadar karbonat dan hidroksida naik dan menyebabkan pH larutan naik.
Dalam hal apabila sampel hanya terdiri dari karbonat, bikarbonat, dan hidroksida,
maka masing-masing unsur alkalinitas dapat ditentukan sesuai pada tabel berikut:

Hasil titrasi OH- CO32- HCO3-


P=0 0 0 T
P<½T 0 2P T-2P
P=½T 0 2P 0
P>½T 2 P-T 2(T-P) 0
P=T T 0 0
Catatan: P = alkalinitas fenolftalein (mg CaCO3/L)
T = alkalinitas total (mg CaCO3/L)

Kadar alkaniti terlalu tinggi, maka air akan menjadi agresif dan menyebabkan karat
pada pipa. Sedangkan jika kadar alkaliti semakin rendah dan tidak seimbang dengan kesadahan
dapat menyebabkan karat. Atas dasar ini kadar karbonat, bikarbonat dan hidroksida dapat
ditetapkan dengan cara analisa alkaliniti dengan menggunakan larutan baku H2SO4.
A. Tujuan
Menetapkan adanya karbonat, bikarbonat dan hidroksida dalam sampel air.

B. Alat dan Bahan


1. Alat yang dipergunakan
a. Buret
b. Statif
c. Klem buret
d. Erlenmeyer
e. Pipet takar
f. Pipet tetes
g. Pipet ukur

2. Bahan yang dipergunakan


a. Sampel air
b. Larutan standar H2SO4 0,02 N
c. Indikator Fenolftalein (PP)
d. Indikator Metil Oranye (MO)

C. Langkah Kerja
1. Disiapkan labu erlenmeyer 250 mL, kemudian dimasukkan 100 mL sampel air ke
dalam labu erlenmeyer dan segera ditetesi dengan indikator PP.
2. Jika timbul warna merah, kemudian dititrasi dengan H2SO4 0,02 N sampai larutan
yang didapatkan tidak berwarna dan dicatat hasil titran.
3. Selanjutnya ditambahkan beberapa tetes indikator MO dan warna larutan menjadi
kuning oranye.
4. Dititrasi dengan H2SO4 0,02 N dengan hati-hati sampai warna menjadi merah muda
dan dicatat hasil titran.
5. Diulangi langkah-langkah nomor 1 sampai nomor 4 hingga 2 kali.
No. Langkah kerja Pengamatan
1. Langkah kerja penetapan CO2 terlarut
 Sampel air 100 mL ditambahkan  Larutan menjadi pink yang menandakan
indikator PP. tidak adanya CO2 terlarut, sehingga
langkah selanjutnya tidak dilakukan.
 Dititrasi dengan NaOH 0,001 N
sampai larutan pink.
 Diulangi hingga 2 kali.
 Dicatat volume NaOH yang
digunakan.

2. Langkah kerja penentuan alkalinitas


 Sampel air 100 mL ditambahkan  Larutan menjadi pink yang menandakan
indikator PP. tidak adanya CO2 terlarut.
 Dititrasi dengan H2SO4 0,02 N sampai  Larutan menjadi tidak berwarna V1 H2SO4
larutan tidak berwarna dan dicatat = 0,7 mL.
volume titran.
 Ditambahkan indikator MO beberapa  Larutan menjadi berwarna kuning.
tetes.
 Dititrasi dengan H2SO4 0,02 N sampai  Larutan menjadi pink V2 H2SO4 = 19,4
larutan menjadi pink dan dicatat mL.
volume titran.
 Diulangi hingga 2 kali.
 V1 H2SO4 = 0,7 mL dan V2 H2SO4 = 15,5
mL.

Anda mungkin juga menyukai