Anda di halaman 1dari 3

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Representasi Penerimaan Perbedaan Agama Pada Film “Tanda Tanya”: Pluralisme


Agama di Indonesia
(Disusun dan diajukan guna memenuhi tugas Ujian Tengah Semester kelas A-KOM-5)

Dosen Pembimbing: Yun Fitrahyati Laturrakhmi, S.I.Kom., M.Si.

Disusun oleh:
Ivo Fauziana Putri 155120201111073
Silvia Aria W. 155120201111079
Husna Fajrezky Ridharti 155120207111034
Ardyan Dwi 155120207111037
Luthfi Uswatun Chasanah 155120207111055

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
I. Pengantar dan Identifikasi Masalah
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, dimana di dalamnya terdapat
beragam suku, budaya dan kepercayaan yang dimiliki oleh penduduknya. Sehingga penduduk
di Indonesia menjadi multikultur. Namun, konflik budaya pun masih sering terjadi. Salah
satunya ialah persoalan agama. Terdapat enam agama yang diakui di Indonesia yaitu Islam,
Katholik, Kristen, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Dari enam agama tersebutlah
pertentangan muncul, dikarenakan kurangnya toleransi antar umat beragama. Hal tersebut
bisa diminimalisir apabila terdapat paham pluralisme yang baik di lingkungan masyarakat.
Pluralisme sendiri merupakan pandangan filosofis yang tidak mendeskripsikan segalanya
pada prinsip, sebaliknya terdapat penerimaan terhadap keberagaman dimana pluralisme
sendiri bisa menyangkut mengenai bidang kultural, agama, dan politik (Collins & Farrugia,
2013). Selain menjadi sumber kekuatan yang bersifat konstruktif, pluralitas masyarakat pun
dapat menjadi bahaya laten yang bersifat destruktif.
Film “Tanda Tanya” pun menjadi bahan analisa kami terhadap konsep pluralisme
agama. Film ini memperlihatkan bagaimana seharusnya kita menyikapi perbedaan dan
keberagaman dalam kehidupan bermasyarakat, dan pandangannya terhadap persoalan hidup
antar umat beragama yang terjadi di Indonesia. Film ini juga ingin menyampaikan bahwa
sikap toleransi itu penting untuk dimiliki oleh setiap individu yang hidup dalam kondisi
agama dan budaya yang beragam.

II. Analisis Kasus


Pada Film “Tanda Tanya”, terdapat tiga agama yang menjadi poin analisis kami yaitu
Islam, Katolik, dan Kong Hu Cu. Setiap agama dilihat melalui penokohan karakter yang
dapat diamati melalui tiga lapisan budaya. Pertama ialah Surface Level Culture yaitu lapisan
yang paling mudah diamati (Ting Toomey & Chung, 2012). Pada level ini agama Islam lah
yang paling mudah diamati di film ini, yaitu menggunakan atribut Jilbab dan Kopiah.
Sementara di film ini, agama Katholik dan Kong Hu Cu cenderung berpakaian hampir sama
seperti pakaian pada umumnya. Namun dijika dilihat dari segi fisik, orang Kong Hu Cu dapat
dikenali melalui wajah mereka yang seperti keturunan Cina dan bermata sipit. Yang kedua
yaitu Intermediate Level Culture, melihat dari perbedaan bahasa sebagai sistem simbol yang
bermakna (Ting Toomey & Chung, 2012). Saat tokoh Menuk yang beragama Islam
mengucapkan kata istighfar, di situ langsung terlihat bahwa Menuk adalah orang Islam. Lalu
pada tokoh Rika yang beragama Katholik, terlihat jelas saat mengucapkan kata puji Tuhan.
Lalu yang ketiga adalah Deep Level Culture, yaitu berupa tradisi, keyakinan, dan
nilai-nilai yang dipegang teguh tanpa dipertanyakan lagi (Ting Toomey & Chung, 2012).
Contohnya terlihat pada saat perayaan Natal dan Paskah, penganut agama Katholik
mengadakan drama penyiksaan Yesus sebagai ritual tahunan. Lalu pada agama Kong Hu Cu,
terlihat saat para penganutnya berdoa menggunakan dupa. Dan pada agama Islam, saat
melakukan shalat berjamaah di masjid.
Unsur-unsur pembeda tersebut menegaskan adanya kondisi pluralisme agama di
Indonesia. Namun, konflik masih saja sering terjadi. Konflik-konflik tersebut bisa dianalisa
melalui salah satu fungsi nilai budaya yaitu Ingroup-Outgroup Evaluate Function. Disini
kami memfokuskan ingroup pada sekelompok penganut agama Islam yang memandang
keluarga Kong Hu Cu sebagai outgroup mereka. Yaitu ketika Hendra yang beragama Kong
Hu Cu tetap membuka restorannya di saat bulan Ramadhan. Hal tersebut menimbulkan
amarah dari sekelompok penganut agama Islam yang memiliki nilai tersendiri bahwa
seharusnya Hendra menghormati bulan Ramadhan dengan menutup restorannya
menggunakan kain. Sementara nilai yang dipegang oleh Hendra adalah perasaan bahwa
selama ini kaumnya selalu ditindas, dan sekaranglah saatnya untuk menujukkan bahwa
kaumnya bisa melawan. Perbedaan nilai yang dimiliki oleh masing-masing pihaklah yang
membuat terjadinya konflik. Selain itu, juga terdapat konflik percintaan beda agama antara
Menuk yang beragama Islam, dan Hendra yang beragama Kong Hu Cu, sehingga film ini bisa
menyadarkan para penontonnya, bahwa toleransi antar umat beragama di Indonesia masih
harus terus digalakkan.

III. Kesimpulan
Dalam film ini banyak sekali mengangkat isu agama dan budaya dari setiap masing-
masing karakter, peranan dari setiap aktor sudah cukup sensitif dan menampilkan apa
yang terjadi di Indonesia saat ini.

DAFTAR PUSTAKA
Collins, Gerald O. & Farrugia, Edward G. (2013). A concise dictionary of theology. New
Jersey: Paulist Press.
Setiawan, Velina Agatha. (2013). Representasi pluralisme dalam film ”?” (tanda tanya).
Jurnal Prodi Ilmu Komunikasi, Vol 1(1).
Ting-Toomey, S. & Chung, L.C. (2012). Understanding intercultural communication.
Oxford: Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai