Abstract
This research aims to find out promotion forms of seafood culinary tourism in Makassar and promotion activities done in
promoting seafood culinary tourism in Makassar to attract tourists’ interest. This research was formed the background of
promotion of form and activity done by restaurant and hotel managers in promoting seafood as one of the culinary tourism
object in Makassar. The data were obtained through interview to 17 informants. They were then analyzed using descriptive
qualitative analysis. The results show that restaurant managers rely the on promotion more on face-to-face promotion, so it
is very rare to do promotion through mass media, while hotel managers more intensively do promotion. It is also found that
hotel managers have more perfect plan before doing promotion, while restaurant managers do promotion only when the rate
of visit is low. Hotel managers also used printed media, electronic media, internet to do promotion, while restaurant
managers do not use internet media.
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk promosi wisata kuliner seafood di Makassar dan Aktifitas promosi
yang dilakukan dalam mempromosikan wisata kuliner seafood di Makassar untuk menarik minat wisatawan. Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh bentuk dan aktifitas promosi yang dilakukan oleh pengelola rumah makan/restoran dan pengelola
hotel dalam mempromosikan seafood sebagai salah satu obyek wisata kuliner di Makassar. Metode yang digunakan adalah
metode penelitian deskriptif kualitatif dengan mewawancarai 17 informan. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa
pengelola rumah makan/restoran lebih mengandalkan promosi dari mulut ke mulut sehingga sangat jarang melakukan
promosi melalui media massa, sedangkan pengelola hotel lebih intensif melakukan promosi. Penelitian ini juga menemukan
bahwa pengelola hotel mempunyai perencanaan lebih matang sebelum berpromosi sedangkan pengelola rumah
makan/restoran berpromosi hanya berdasarkan pada rendahnya tingkat kunjungan wisatawan. Pengelola hotel juga
menggunakan media cetak, elektronik dan internet dalam berpromosi sedangkan pengelola rumah makan/restoran tidak
menggunakan media internet.
313
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli – September 2011
314
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli – September 2011
315
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli – September 2011
316
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli – September 2011
Ben M. Enis dalam Alma (2007; 179) mencakup orang Indonesia sendiri. Orang yang
mengartikan promosi sebagai : melakukan perjalanan dalam negerinya sendiri
promotion as communication that inform potential disebut wisatawan domestik atau yang di
costumers of the existence of products, and Indonesia juga digunakan istilah wisatawan
persuade them that those product have want
satisfying capabilities.
nusantara.
Sedangkan William J. Stanton dalam Alma Kedua, penalanan/kunjungan sementara
(2007; 179) mengartikan promosi sebagai; mencakup kurun waktu tertentu (sehari,
seminggu, sebulan). Jangka waktu lamanya
promotion is an exercise in information, persuasion seseorang tinggal di tempat yang dikunjungi,
and conversely, a person who is persuaded is also
being informed.
pada dasarnya mencakup dua hal, yaitu jangka
waktu minimal dan jangka waktu maksimal.
Pengertian promosi di atas dapat Jangka waktu minimal pada umumnya
disimpulkan bahwa promosi adalah sejenis disepakati mencakup pengertian sekurang-
komunikasi yang memberi penjelasan yang kurangnya tinggal menginap atau bermalam.
meyakinkan calon konsumen tentang barang Jadi, jika seseorang melakukan perjalanan atau
dan jasa. Tujuan promosi ialah memperoleh kunjungan ke tempat lain (di dalam atau di luar
perhatian, mendidik, mengingatkan, dan negeri) tanpa menginap, orang tersebut tidak
meyakinkan calon konsumen. tergolong wisatawan. Orang yang bersangkutan
Tujuan utama promosi adalah memberikan biasanya disebut day tripper atau same-day
informasi, menarik perhatian konsumen yang visitor (pengunjung singkat).
berujung pada meningkatnya penjualan produk Jangka waktu maksimal, pada umumnya
baik barang maupun jasa. Schoell dalam Alma terjadi perbedaan antara satu negara dan negara
(2007; 181) menyatakan “promotion’s lainnya. Sekalipun demikian, ada kesamaan
objectives are to reassure.” Tujuan promosi mendasar di semua negara, yakni paling lama
ialah memperoleh perhatian, mendidik, atau maksimal kurang dari setahun tinggal
mengingatkan, meyakinkan. secara terus-menerus (berkesinambungan) di
tempat yang dikunjungi..
Pariwisata Ketiga, tempat yang dikunjungi di luar
Kata wisata dan wisatawan Dalam Kamus lingkungan tempat tinggal sehari-hari yang
Besar Bahasa Indonesia berarti: 1. bepergian meliputi jarak tertentu., hal ini menyangkut dua
bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, kelompok besar, yakni wisatawan mancanegara
bersenang-senang, dsb), 2. Wisatawan = orang (asing) dan wisatawan Nusantara (domestik).
yang berwisata, pelancong, turis. Jadi Untuk kelompok wisatawan mancanegara tentu
wisatawan dapat diartikan sebagai adalah orang lebih mudah menggolongkan dan
yang melakukan perjalanan atau kunjungan menghitungnya, karena mereka jelas orang
sementara secara sukarela ke suatu tempat di asing. Jadi, sekalipun jaraknya hanya beberapa
luar lingkungan tempat tinggalnya sehari-hari kilometer atau bahkan kurang (tinggal di
untuk suatu maksud tertentu dan tidak perbatasan), mereka tetap tergolong wisatawan
memperoleh penghasilan tetap di tempat yang mancanegara sepanjang mereka tinggal
dikunjunginya. sekurang-kurangnya semalam atau bermalam
Dengan formulasi dan pemahaman seperti dan paling lama kurang dari setahun.
itu ada beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian sebagai berikut. 1. Produk Pariwisata
Pertama, orang yang melakukan perjalanan Produk pariwisata merupakan matarantai dari
sementara secara sukarela di luar lingkungan serangkaian komponen yang satu dengan
tempat tinggalnya sehari-hari dapat juga lainnya saling terkait. Seperti halnya dengan
317
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli – September 2011
Tiap matarantai dapat merupakan produk makanan yang disajikan dapat dikatakan
tersendiri dan terkait dengan bidang-bidang lain terbatas pada makanan atau masakan Bali.
yang juga saling mempengaruhi. Tetapi sejak pertengahan tahun 1970-an, sudah
Akomodasi dapat menjadi salah satu mulai dibuka rumah-rumah makan atau restoran
matarantai dari produk pariwisata, tetapi hotel yang menyajikan masakan luar Bali, seperti
dapat juga merupakan produk tersendiri. dari Jawa dan Minangkabau. Dan sejak tahun
Apabila akomodasi dijual sebagai bagian dari 1980-an masakan-masakan dari luar negeri
suatu paket wisata, maka akomodasi tersebut sudah disajikan bukan hanya dalam hotel-hotel
menjadi salah satu mata rantai produk bintang, tetapi juga pada rumah-rumah atau
pariwisata. Akan tetapi kalau akomodasi dijual restoran di luar hotel. Dengan demikian, di Bali
mandiri tidak sebagai komponen suatu paket sekarang sudah disajikan berbagai jenis
wisata, maka akomodasi termaksud menjadi masakan atau makanan dari dalam negeri,
produk tersendiri. seperti rendang, empek-empek, pepes ikan,
Dengan memberikan contoh akomodasi gudeg, rawon, ayam taliwang, ikan bakar dan
sebagai salah satu rangkaian mata rantai produk dari luar negeri seperti sashimi, spaghetti,
pariwisata yang dapat berfungsi sebagai pizza, beef steak, tom yam, dan lain-lain.
komponen dari produk dan dapat pula berfungsi Pada awal tahun 1970-an, di Amerika
sebagai produk tersendiri, demikian pula mata Utara dan Eropa Barat mulai dikembangkan
rantai-mata rantai yang lain. Masing-masing pelayanan makanan cepat saji (fast food).
mata rantai dapat berfungsi sebagai komponen Pelayanan makanan cepat saji ini telah
dari produk dan dapat pula berfungsi sebagai mendorong "revolusi" kebiasaan makan bagi
produk tersendiri. Masing-masing mata rantai orang-orang Amerika dan Eropa, yakni terbiasa
juga saling terkait dan saling berpengaruh dan lebih senang serta merasa lebih nyaman
dengan bidang-bidang lain. Inilah yang dengan fast food. Kebiasaan itu dibawa pada
menyebabkan, sehingga pariwisata memiliki waktu mereka bepergian ke luar negeri (sebagai
pengaruh ganda (multiplier effect) yang sangat wisatawan) sehingga negara yang dikunjungi
besar. Lebih dari itu pariwisata merupakan berusaha memenuhi kebiasaan mereka. Maka
suatu sistem. berkembang pula restoran "cepat saji" (fast
Di Bali, sebelum berkembangnya food) di negara-negara lain dan dalam tempo
pariwisata sampai pada akhir tahun 1960-an, yang sangat cepat.
318
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli – September 2011
Yang menarik pada restoran cepat saji ini yaitu mengkaji bentuk-bentuk dan strategi
adalah perkembangan cenderung bersifat promosi yang dilakukan oleh subyek penelitian
jaringan (chain) seperti yang terjadi pada dalam mempromosikan seafood sebagai salah
jaringan hotel internasional. Maka muncullah satu obyek wisata di Makassar.
jaringan restoran cepat saji yang bersifat Riset kualitatif tidak bertujuan untuk
internasional seperti fried chicken, hamburger, membuat generalisasi hasil penelitian. Hasil
pizza dan lain-lain. Kejadian ini riset lebih bersifat kontekstual dan kasuistik,
menguntungkan juga bagi pengembangan yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu
pariwisata karena dengan demikian wisatawan sewaktu penelitian dilakukan. Karena itu,
internasional merasa yakin bahwa kemanapun penelitian kualitatif tidak mengenal istilah
mereka pergi akan menemukan makanan yang sampel. Sampel dalam penelitian kualitatif
biasa disantap di negaranya (pada saat mereka disebut informan atau subyek penelitian. Dalam
perlukan). penelitian kualitatif jumlah informan tidak
Keperluan akan makanan kebiasaan atau berpengaruh terhadap hasil penelitian oleh
makanan "kampung sendiri" itu biasanya terjadi sebab itu jumlah informan tidak dibatasi, dalam
pada minggu kedua perjalanan karena pada artian bahwa bila data yang diperlukan sudah
minggu pertama pada umumnya masih ingin mampu menjawab permasalahan yang diajukan
mencicipi makanan lokal. Pengalaman di Eropa maka pengumpulan data dihentikan tanpa
Barat menunjukkan bahwa yang paling cepat memandang berapa jumlah informan yang
berkembang adalah hamburger, disusul digunakan.
berturut-turut dengan fried chicken dan pizza. Informan yang dipilih adalah mereka yang
Di Inggris saja pada pertengahan tahun 1980-an memang bertugas untuk melakukan promosi
hamburger memiliki 1.000 gerai (outlet), fried atau orang yang berkompeten untuk
chicken memiliki 300 gerai dan pizza memiliki memberikan informasi tentang promosi yang
200 gerai. mereka lakukan dalam menarik minat
Metode Penelitian wisatawan.
Selengkapnya peneliti uraikan daftar
Penelitian ini akan dilakukan di Makassar
informan sebagai berikut :
dengan memilih lokasi ditiga hotel, lima
restoran seafood dan Dinas Pariwisata dan
1. Department Marketing Hotel 3 orang
Kebudayaan Makassar. Ketiga hotel dimaksud
2. Direktur/Manajer Restoran 5 orang
adalah Hotel Clarion, Hotel Sahid, dan Hotel
3. Dinas Pariwisata 2 orang
Quality. Sedangkan kelima restoran adalah
4. Pelanggan (kantor) 2 orang
Restoran Istana Laut, Rumah Makan Dinar,
5. Wisatawan 5 orang
Rumah Makan Bahari, Rumah Makan Nelayan
dan Rumah Makan Lae-Lae. Lokasi ini dipilih
Untuk menghindari pembiasan dan
dengan alasan ketiga hotel tersebut merupakan
mengarahkan penelitian pada pokok
hotel berbintang dengan ketersediaan jenis
permasalahan, maka peneliti membatasi ruang
makanan laut yang beragam, sedangkan kelima
lingkup penelitian pada bentuk-bentuk dan
restoran terpilih karena merupakan spesialis
strategi promosi yang dilakukan oleh subyek
makanan laut. Dengan demikian lokasi ini
penelitian. Bentuk-bentuk promosi meliputi :
dianggap paling tepat untuk mendapatkan
jawaban tentang permasalahan yang diajukan. Advertising,
Mengingat banyaknya lokasi penelitian dan Personal Selling,
obyek yang diteliti maka penelitian ini Sales Promotion,
memakan waktu selama empat bulan. Sponsorship Marketing,
Berdasarkan tujuan penelitian maka Publicity,
penelitian ini tergolong penelitian kualitatif Point of Purchasing Communication.
319
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli – September 2011
Sedangkan strategi promosi meliputi: research, wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari
planning, communication, dan evaluation. wilayah utara ke wilayah selatan Indonesia.
Pada penelitian kualitatif, instrumen utama Dari sisi ekonomi, Makassar menjadi
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Untuk simpul jasa distribusi yang tentunya akan lebih
mendapatkan data yang diperlukan dalam efisien dibandingkan daerah lain., dilihat dari
penelitian ini, peneliti melakukan wawancara sisi letak dan kondisi geografis - Makassar
mendalam kepada subyek penelitian dan memiliki keunggulan komparatif dibanding
melakukan pengamatan terhadap aktifitas wilayah lain di kawasan Timur Indonesia. Saat
promosi yang dilakukan oleh subyek penelitian. ini Kota Makassar dijadikan inti pengembangan
Teknik pengumpulan data yang digunakan wilayah terpadu Mamminasata.
dalam penelitian ini, adalah: Sulawesi Selatan kaya akan
1. Wawancara Mendalam (Depth keanekaragaman kuliner, keanekaragaman
Interview) kuliner tersebut salah satunya dapat dilihat di
2. Telaah pustaka Kota Makassar. Makanan-makanan masyarakat
Kota Makassar mencerminkan kekayaan
Analisis data dalam pendekatan kualitatif- alamnya. Untuk lauk pauk masyarakat
konstruktivis didahului oleh upaya Makassar juga akrab dengan lauk pauk yang
mengungkapkan tingkat kepercayaan berasal dari kekayaan alamnya. Hal ini
(trustworthiness) para subjek penelitian dengan berkaitan dengan hasil lautnya, yaitu ikan.
cara menguji kebenaran dan kejujuran subjek Melimpahnya ikan dan relatif murah harganya
penelitian dalam mengungkap realitas. Tingkat menjadikan ikan sebagai lauk pauk yang favorit
kepercayaan ini diuji melalui pengujian: bagi masyarakat kota Makassar. Beberapa jenis
kredibilitas subjek, dengan menguji jawaban- masakan ikan adalah, ikan bakar, juku kambu
jawaban atas pertanyaan berkaitan dengan (bahan dasar ikan bandeng), langga roko (ikan
pengalaman dan pengetahuan mereka yang kakap), juku palumara (bandeng), pallu mara
memfasilitasi pengungkapan konstruksi mairo (ikan teri), dan tuing-tuing (telur ikan
personal yang lebih detail. Selanjutnya peneliti terbang). Selain ikan, makanan berunsur daging
melakukan triangulation analysis, yaitu pun sangat kental di kota Makassar seperti
menganalisis jawaban subjek penelitian dengan konro, sop saudara, dan coto. Penjual makanan
meneliti autentisitas berdasar data empiris yang ikan dan daging banyak dijumpai di kota
ada. Makassar.
Peneliti menjadi fasilitator untuk menguji Perhatian pemerintah akan makanan
keabsahan setiap jawaban berdasarkan tradisional cukup besar, hal ini dapat dilihat
dokumen atau data lain, serta alasan akhir-akhir ini pemerintah gencar melakukan
(reasoning) yang logis. Tahapan berikut adalah promosi wisata kuliner dan konvensi untuk
melakukan intersubjectivity analysis, artinya menjaring kunjungan wisatawan berkunjung ke
semua pandangan, pendapat ataupun data dari ibukota provinsi Sulawesi Selatan ini..
suatu subjek penelitian, dikomunikasikan Potensi yang dimiliki Makassar cukup
dengan pendapat, pandangan, atau pun data dari menjanjikan yang bisa menarik minat
subjek lainnya. kunjungan wisatawan, baik obyek wisata
peninggalan sejarah masa lalu, maupun wisata
Hasil Penelitian dan Pembahasan kuliner, bahari
Kota Makassar mempunyai posisi strategis Obyek wisata di Makassar antara lain,
karena berada di persimpangan jalur lalu lintas taman anggrek, Fort Rotterdam, gedung
dari arah selatan dan utara dalam propinsi di Societies de Harmony, Makam Diponegoro,
Sulawesi, dari wilayah kawasan Barat ke Monumen Mandala, Masjid Al Markaz Al
Islamy, Masjid Raya, Makan kuno Raja Tallo,
320
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli – September 2011
321
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli – September 2011
322
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli – September 2011
Rotterdam. Dalam kegiatan ini Dinas waktu, tenaga dan dana banyak untuk
Pariwisata mengundang pengelola restoran dan mempersuasi semua calon konsumen dan
rumah makan untuk turut berpartisipasi dengan kemungkinan hasil yang diperoleh tidak sesuai
menampilkan jenis makanan seafood dan dengan waktu, tenaga dan uang yang
dikolaborasikan dengan makanan khas digunakan. Sementara bila menggunakan media
Makassar untuk dilombakan. massa memang tidak mendapatkan feedback
Promosi merupakan komponen penting seketika tetapi setidaknya mampu menanamkan
dalam pemasaran, sama pentingnya dengan informasi kepada calon konsumen yang disuatu
produk itu sendiri, bahkan dapat dikatakan saat akan berdampak positif pada produk yang
tidak ada pemasaran tanpa promosi. Peran dipromosikan.
penting promosi dalam pemasaran karena Banyak informan terutama pemilik rumah
promosi merupakan sumber informasi bagi makan tidak memahami bahwa promosi melalui
konsumen tentang berbagai hal seperti tempat, media massa merupakan investasi yang telah
harga, komposisi, bahan, manfaat dan lain-lain menunjukkan efektifitasnya. Secara umum,
yang berkaitan dengan produk tersebut. Melalui promosi dihargai karena dikenal sebagai
promosi pesan-pesan dilipat gandakan sehingga pelaksana beragam fungsi komunikasi yang
dapat diketahui oleh khalayak banyak dalam penting yaitu: (1) informing (memberi
waktu yang relatif singkat. informasi), (2) persuading (mempersuasi),
Peran penting promosi tersebut dipahami reminding (mengingatkan), (4) adding value
oleh sebagian besar pengelolah seafood di (memberikan nilai tambah), dan (5) assisting
Makassar yang menjadi informan dalam (mendampingi) upaya-upaya lain dari
penelitian ini, oleh sebab itu informan perusahaan.
umumnya melakukan promosi dalam berbagai
untuk menginformasikan produk mereka 1. Bentuk promosi wisata kuliner seafood di
kepada calon konsumen, meskipun di antara Makassar
mereka ada juga menganggap promosi melalui
media massa tidak efektif dan efisien. Michael Ray mendefinisikan promosi
Ketidak efektifan promosi dilihat dari sebagai : “the coordination of all seller
feedbacknya yang lambat, sedangkan ketidak initiated efforts to set up channels of
efisienan dilihat dari banyaknya dana yang information and persuasion to sell goods and
dibutuhkan untuk berpromosi. Sehingga services or promote an idea.” (koordinasi dari
informan bersangkutan tidak menganggap seluruh upaya yang dimulai pihak penjual
promosi sebagai suatu alat pemasaran yang barang dan jasa atau memperkenalkan suatu
penting, dan oleh sebab itu lebih mengandalkan gagasan). Walaupun komunikasi antara
promosi dari mulut ke mulut (mouth to mouth) perusahaan dan konsumen secara implisit
yang dinilainya sangat efektif. berlangsung pada setiap unsur atau bagian dari
Ditinjau dari efektifitasnya, promosi dari marketing mix sebagaimana yang telah
mulut ke mulut yang banyak digunakan dijelaskan sebelumnya namun sebagian besar
memang menunjukkan efektifitasnya dalam komunikasi perusahaan berlangsung sebagai
mendapatkan feedback seketika, tapi bila bagian dari suatu program promosi yang
ditinjau dari banyaknya orang yang dipersuasi diawasi dan direncanakan dengan hati-hati.
dalam waktu yang sesingkat mungkin, maka Instrumen dasar yang digunakan untuk
promosi melalui media massa menunjukkan mencapai tujuan komunikasi perusahaan
efektifitasnya. Sedangkan bila ditinjau dari tersebut dengan bauran pemasaran atau
tingkat efisiensinya, maka sebenarnya promosi promotional mix.
dari mulut ke mulut (mouth to mouth
promotion) tidak efisien karena membutuhkan
323
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli – September 2011
324
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli – September 2011
325
Jurnal Komunikasi KAREBA No. 3 Vol. 1 Juli – September 2011
Planning, bagi pengelolah rumah McQuail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa Suatu
makan/restoran, mereka tidak mempunyai Pengantar, (Terjemahan Agus Dharma dan
Aminuddin RAM). Erlangga. Jakarta
perencanaan yang matang sebelum Morissan, 2007. Periklanan dan Komunikasi Pemasaran
berpromosi seperti jadwal berpromosi, terpadu. Ramdina Prakarsa. Tangerang
anggaran promosi dan tujuan promosi. Satu- Mursid, M. 2003. Manajemen Pemasaran. Bumi Aksara
satunya tujuan berpromosi bagi mereka Jakarta
adalah untuk meningkatkan volume Nurhadi. 1973. Peranan Advertising dalam Marketing.
Intervista. Jakarta.
penjualan. Patilima, Hamid, 2004. Metode Penelitian Kualitatif.
Alfabeta. Bandung.
Pendit Nyoman S. 2002. Ilmu Pariwisata: Sebuah
Daftar Pustaka Pengantar Perdana. Pradnya Paramita. Jakarta.
Porter, E. Michael. 1993. Keunggulan Bersaing :
Alifahmni, Hifni. 2005. Sinergi Integrasi Iklan, Mempercepat dan Mempertahankan Kinerja
Komunikasi Publik Relations, Pemasaran dan Unggul. Erlangga Jakarta
Promosi. Quantum. Bandung. Pratikto, Riyono. 1993. Jangkauan Komunikasi. Alumni.
Alma Buchari, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Bandung.
Jasa, Alfabeta, Bandung, 2007 Shimp Terence A, 2000. Periklanan dan Promosi Aspek
Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Pemasaran : Dasar, Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu Jilid I.
Konsep dan Strategi. PT. RajaGrafindo Persada. (Terjemahan Revyani Sahrial dan Dyah Anikasari).
Jakarta Erlangga : Jakarta
Bartono, Ruffino. 2005. Food Product Management di Sumartono, 2002, Terperangkap dalam Iklan. Alfabeta.
Hotel dan Restoran. Andi. Yogyakarta. Bandung.
Bulaeng, A.R. 2000. Metode Penelitian Kualitatif Susanto, Astrid S. 1989. Komunikasi dalam Iklan.
Kontemporer. Hasanuddin University Press. Alfabeta. Bandung.
Makassar. Swastha, Basu dan Ibnu Sukotjo. 1991. Pengantar
Cangara, Hafied. 2000. Pengantar llmu Komunikasi. Ekonomi Perusahaan Modern. PT. Liberty.
Jakarta : PT. Raya Grafindo Persada. Yogyakarta
----------------------, 2009. Komunikasi Politik : Konsep, Widjaya, A.W. 1997. Komunikasi dan Hubungan
Teori, Dan Strategi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Masyarakat. PT. Bina Aksara. Jakarta
Persada.
Deloizer, M. Wayne. 1976. The Marketing
Communication Process. Mc. Graw-Hill Book
Company. San Francisco.
Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu Teori dan Filsafat
Komunikasi. Citra Aditya. Bandung.
Gitosudarmo, Indriyo. 1994. Manajemen Pemasaran.
Universitas Gadjah Mada. BTST. Bandung.
Irawan, Faried Wijaya, M dan Sudjoni, M.N. 1998.
Pemasaran Prinsip dan Kasus. Edisi 2. BPFE-
Yogyakarta.
Keith, Michael. C. 2000. Stasiun Radio : Penjualan dan
Pemasaran. Internus Indonesia Jakarta
Khotijah, Siti. 2004. Smart Strategy of Marketing.
Alfabeta Bandung.
Kotler, Philip. 1980. Manajemen Pemasaran. Fakultas
Ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Kriyantono Rahmat, 2006. Teknik Praktis Riset
Komunikasi. Kencana : Jakarta
Liliwer, Alo. 1992. Dasar-Dasar Komunikasi
Periklanan. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Machfoedz, Mahmud. 2005. Pengantar Pemasaran
Modern. Unit Penerbit dan Percetakan Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN. Jakarta
Mappisammeng, 2001. Cakrawala Pariwisata. Balai
Pustaka: Jakarta.
326