Anda di halaman 1dari 14

BAB I

STRUKTUR KRISTAL

Bahan padat dapat diklasifikasikan berdasarkan keteraturan susunan atom-atom


atau ion-ion penyusunnya. Bahan yang tersusun oleh deretan atom-atom yang teratur
letaknya dan berulang (periodik) disebut bahan kristal. Dikatakan bahwa bahan kristal
mempunyai keteraturan atom berjangkauan panjang. Sebaliknya, zat padat yang tidak
memiliki keteraturan demikian disebut bahan amorf atau bukan-kristal. Fisika zat padat
secara umum dihubungkan dengan kristal dan elektron dalam kristal. Pengkajian
tentang zat padat dimulai pada tahun-tahun awal abad ini sesudah berhasil dipelajarinya
difraksi sinar-x oleh kristal. Dari gejala ini dapat ditemukan bukti bahwa kristal terdiri
dari atom-atom yang susunannya teratur. Melalui keberhasilan memodelkan susunan
atom-atom dalam kristal, para fisikawan dapat mempelajari lebih banyak dan lebih
lanjut tentang zat padat. Dalam perkembangan selanjutnya, pengkajian zat padat telah
meluas pada bahan bukan kristal (amorf), bahan gelas, dan bahkan bahan cair.[1]

1. Kisi Kristal

Kristal didefinisikan sebagai komposisi atom-atom zat padat yang memiliki


susunan teratur dan periodik dalam pola tiga dimensi. Keteraturan susunan tersebut
terjadi karena kondisi geometris yang harus memenuhi adanya ikatan atom yang
berarah dan susunan yang rapat. Susunan khas atom-atom dalam kristal disebut struktur
kristal. Semua struktur kristal dapat digambarkan atau dijelaskan dalam istilah-istilah
lattice (kisi) dan sebuah basis. Kisi adalah sebuah susunan titik-titik yang teratur dan
periodik di dalam ruang. Sedangkan basis didefinisikan sebagai sekumpulan atom,
dengan jumlah atom dalam sebuah basis dapat berisi satu atom atau lebih.

Suatu struktur kristal akan terjadi bila ditempatkan suatu basis pada setiap titik
kisi sehingga struktur kristal merupakan gabungan antara kisi dan basis. Basis tersebut
melekat pada posisi-posisi tertentu dengan titik-titik posisi yang disebut kisi. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa struktur dari sebuah Kristal merupakan penjumlahan antara
kisi dengan basisnya.

Gambar 1. Struktur Kristal

2. Kisi Bravais
Kumpulan kisi khusus yang semua kisinya memiliki pola geometri yang sama
disebut kisi Bravais. Pola susunan kisi pada kisi Bravais ini dapat dibedakan menjadi
tiga sesuai dengan tingkat dimensinya yaitu kisi satu dimensi, kisi dua dimensi dan
kisi tiga dimensi. Kisi satu dimensi yaitu pola pengulangan kisi yang berada pada satu
garis lurus satu dimensi baik pada arah sumbu x, y atau z. Kisi dua dimensi yaitu pola
pengulangan kisi pada dua dimensi. Pada umumnya terdapat 5 jenis pola pengulangan
pada kisi dua dimensi ini yaitu kisi genjang, kisi bujur sangkar, kisi heksagonal, kisi
segi panjang dan kisi segi panjang berpusat. Kisi tiga dimensi yaitu pola pengulangan
kisi dalam ruang tiga dimensi (space lattice). Di dalam ruang tiga dimensi, terdapat 5
tipe dasar pengulangan kisi yaitu kisi primitive (P), kisi body-centered (I), kisi base-
centered (C), kisi face-centered (F), kisi rhombohedral primitive (R). Berikut adalah
penjelasan dari ke-5 tipe dasar kisi tersebut.
 Kisi Primitive (P) Kisi Primitive (P) adalah tipe kisi dimana titik-titik kisi
hanya terdapat pada titik-titik sudut kristal. Tipe kisi primitive terdapat pada
hampir semua sistem krisal yaitu sistem kristal triklinik, monoklinik,
orthorhombik, tetragonal, kubik, heksagonal.
 Kisi Body-centered (I) Kisi Body-centered (I) adalah tipe kisi dimana titik-
titik kisi terletak pada setiap sudut kristal ditambah titik pada pusat sel. Tipe
kisi ini terdapat pada sistem kristal monoklinik, orthorombik, tetragonal dan
kubik.
 Kisi Base-centered (C) Kisi Base-centered (C) adalah tipe kisi dimana titik-
titik kisi terletak pada setiap sudut kristal ditambah dua titik pada permukaan
atas dan bawah setiap sel. Tipe kisi ini hanya terdapat pada sisitem kristal
orthorombik.
 Kisi Face-centered (F) Kisi Face-centered (F) adalah tipe kisi dimana titik-titik
kisi terletak pada setiap sudut kristal ditambah dengan titik-titik pada semua
pusat bidang permukaan kristal. Tipe kisi ini terdapat pada sistem kristal
orthorombik dan kubik.
 Kisi Rhombohedral primitive (R) Kisi Rhombohedral primitive (R) adalah tipe
kisi dimana titik-titik kisi terletak pada setiap sudut kristal yang khusus
berbentuk rhombohedral. Tipe kisi ini hanya terdapat pada sisitem kristal
trigonal.

3. Sistem Kristal

Jika dilihat dari geometri sel satuan, ditemukan bahwa Kristal memiliki 7 kombinasi
geometri yang berbeda.

 Triklinik, tidak ada sumbu Kristal yang saling tegak lurus, interval perulangan
kisi pada ketiga arah sumbu tidak ada yang sama satu dengan yang lainnya.
 Monoklinik, dua sumbu Kristal tidak saling tegak lurus, tapi sumbu Kristal ke
tiga tegak lurus pada dua sumbu yang tidak saling tegak lurus, interval
perulangan kisi pada masing masing arah sumbu Kristal tidak sama satu dengan
yang lainnya.
 Orthorhombic, sumbu-sumbu Kristal satu dengan yang lainnya saling tegak
lurus, tapi interval perulangan kisi pada masing-masing arah sumbu Kristal
tidak sama .
 Tetragonal, sumbu-sumbu Kristal satu dengan yang lainnya saling tegak lurus,
interval perulangan kisi sepanjang dua arah sumbu adalah sama, tapi interval
perulangan pada arah sumbu ke tiga tidak sama.
 Heksagonal, dua sumbu Kristal membentuk sudut 60o, sementara sumbu ketiga
tegak lurus pada dua sumbu yang membentuk sudut 60o. Interval perulangan
sepanjang kedua sumbu yang membentuk sudut 60o adalah sama, tapi interval
perulangan pada sumbu ketiga tidak sama. Struktur satuan heksagonal
sederhana sering dikenal dengan struktur rhombik. Satuan sel heksagonal
memiliki empat sumbu pada mana tiga sumbu saling membentuk sudut 120o
terletak dalam satu bidang, sedangankan sumbu ke empat tegak lurus terhadap
bidang ketiga.
 Trigonal sering disebut rhombohedral, sudut dari masing-masing pasangan
sumbu Kristal adalah sama tapi tidak 90o, interval perulangan sepanjang ketiga
arah sumbu kisi Kristal adalah sama.
 Kubus, sumbu-sumbu Kristal satu dengan yang lainnya saling tegak lurus dan
interval perulangan kisi pada ketiga arah sumbu adalah sama.

Jika kita hitung dari variasi sistem kristal dan tipe kisi, jumlah kisi Bravais pada sistem
tiga dimensi adalah 14 jenis. Tabel dibawah memperlihatkan 14 jenis kisi Bravais
lengkap dengan gambar berdasarkan pembagian sistem kristal dan tipe kisinya. Sistem
kristal Triklinik dan Heksagonal hanya memiliki tipe kisi P. Sistem kristal Monoklinik
dan Tetragonal memiliki dua tipe kisi yaitu tipe P dan I. Sistem kristal Orthorombik
memiliki kemungkinan 4 tipe kristal yaitu P, I, C dan F. Sistem kristal Kubik memiliki
3 tipe kristal yaitu P, I dan F, sedangkan sistem kristal Trigonal memiliki satu tipe
kristal yaitu tipe R.
4. Geometri Kisi Kristal

Jika dilihat dari geometri sel satuan, ditemukan bahwa kristal mempunyai tujuh
kombinasi geometri yang berbeda. Pada sebagian besar logam, struktur kristal yang
dijumpaiadalah kubus pusat sisi, FCC (face-centered cubic), kubus pusat ruang, BCC
(body-centered cubic) dan tumpukan padat heksagonal, HCP (hexagonal close-
packed). Beberapa logam, dan juga non-logam, bisa mempunyai lebih dari satu struktur
kristal, fenomena ini disebut polimorfisme. Jika kondisi ini dijumpai pada bahan padat
elemental maka disebut alotropi.

4.1 Body Center Cubic, BCC


Struktur kristal ini mempunyai atom di setiap sudut kubus ditambah sebuah atom
didalam kubus.

Struktur Atom BCC

4.2 Face Center Cubic, FCC

Struktur kristal ini termasuk kristal kubus dimana terdapat atom disetiap sudut kubus
ditambah masing-masing satu buah atom di setiap permukaan/sisi kubus. Sifat ini
banyak dijumpai pada logam seperti tembaga, aluminium, perak dan emas.

Struktur Atom FCC


4.3 Hexagonal Closed Packed, HCP

Sel satuan jenis ini adalah jenis sel satuan heksagonal. Permukaan atas dan bawah sel
satuan terdiri dari enam atom yang membentuk heksagonal yang teratur dan
mengelilingi sebuah atom ditengah-tengahnya. Bidang lain yang mempunyai tiga atom
tambahan pada sel satuan terletak antara bidang atas dengan bidang bawah. Enam atom
ekivalen dipunyai oleh setiap sel satuan ini. Faktor penumpukan atom untuk sel satuan
HCP adalah sama dengan sel satuan FCC. Logam yang mempunyai struktur kristal ini
antara lain: cadmium, magnesium, titanium dan seng.

a) Sel satuan HCP digambarkan dengan bola padat kecil


b)Sel satuan HCP yang berulang dalam padatan kristalin

4.4 Indeks Miller

Dalam sistem tiga dimensi, kisi kristal akan membentuk pasangan bidang-bidang
sejajar dan berjarak sama yang disebut bidang-bidang kisi. Bidang-bidang kisi inilah
yang akan menentukan arah permukaan dari suatu kristal. Arah suatu bidang dapat
dinyatakan dengan parameter numeriknya. Indeks Miller merupakan harga kebaikan
dari parameter numerik yang dinyatakan dengan simbol (h k l). Pada Gambar, secara
umum perpotongan bidang dengan sumbu dinyatakan dengan 2a, 2b, dan 3c sehingga
parameter numeriknya adalah 2, 2, 3 dan indeks Miller dari bidang di bawah adalah:
(hkl) = h : k : l = ½ : ½ : 1/3.

(hkl) = (1/2 ½ 1/3 ) atau (3 3 2).


Perpotongan bidang dan sumbu

5. Kisi Resiprok

Struktur kristal memiliki 2 kisi yaitu, kisi kristal dan kisi resiprok . jika kristal
disinari dengan sinar-x, maka akan dihasilkan pola difraksi yang merupakan peta kisi
resiprok kristal tersebut. Bila sinar-x mengenai kristal sebagai kisi nyata, maka
dihasilkan pola difraksi yang berbentuk kisi resiprok.
6. Difraksi Sinar X

Difraksi merupakan metode yang unggul untuk memahami apa yang terjadi
pada atom dari suatu material kristalin. Difraksi merupakan fenomena gelombang (baik
suara ataupun cahaya) yang terbaurkan ketika melewati celah yang sempit. Pada
difraksi cahaya, hasil pembauran itu dapat ditangkap pada sebuah layar dan terlihat
pola gelap-terang.
Rontgen pada tahun 1895 mendapatkan sinar X dengan jalan memborbarder
logam berat sebagai sasaran dengan elektron. Sinar X adalah gelombang elektromagnet
dengan panjang gelombang sekitar satu angstrom (A), ukuran ini sesuai dengan jarak-
jarak atom di dalam Kristal. Panjang gelombang sinar X seorde dengan tetapan kisi
Kristal maupun dengan jarak-jarak antar bidangnya. Sehingga sinar X sangat berguna
dalam analisis struktur Kristal.
Dari metode difraksi kita dapat mengetahui secara langsung mengenai jarak
rata-rata antar bidang atom. Kemudian kita juga dapat menentukan orientasi dari
Kristal tunggal. Secara langsung mendeteksi struktur Kristal dari suatu material yang
belum diketahui komposisinya. Kemudian secara tidak langsung mengukur ukuran,
bentuk dan internal stres dari suatu Kristal.
Difraksi sinar X merupakan suatu teknik untuk mengidentifikasi adanya fasa
kristalin di dalam materal-material benda dan serbuk, dan untuk menganalisa sifat-sifat
struktur dari tiap fasa. Apabila suatu bahan dikenal sinar X maka intensitas sinar X
yang ditransmisikan lebihn kecil dari intensitas sinar datang. Hal ini disebabkan adanya
penyerapan oleh bahan yang juga penghamburan oleh atom-atom material tersebut.
Berkas sinar yang dihantarkan tersebut ada saling menghilangkan karena fasenya
berbeda dan juga yang saling menguatkan karena fasenya sama. Berkas sinar X yang
saling menguatkan disebut sebagai berkas difraksi.
Logika dibalik teori ini adalah asumsi bahwa seandainya suatu Kristal terdiri
dari atom-atom yang teruusunsecara teratur dan periodic dalam ruangan dan jarak antar
atom hampir sama dengan pankang gelombang sinar X, maka Kristal tersebut dapat
berfungsi sebagai kisi-kisi yang menghamburkan cahaya. Dengan konsep ini
mengingatkan bahwa sinar X mempunya panjang gelombang yang mendekati jarak
antar atom, maka difraksi dapat terjadi jika Kristal dikenai oleh sinar X.
Persyaratan yang harus dipenuhi agar berkas sinar X yang dihamburkan
merupakan berkas difraksi dikenal sebagai hukum Bragg yang menyatakan bahwa
perbedaan lintasan berkas difraksi sinar X harus merupakan kelipatan panjang
gelombang, secara matematis dirumuskan :
nλ = dsinθ
Keadaan ini membentuk pola interferensi yang saling menguatkan untuk sudut-sudut
yang memenuhi hukum Brag. Gejala ini dapat diamati pada grafik hubungan antara
intensitas spektrum karakteristik sebagai fungsi sudut 2θ Analisis bahan dengan
menggunakan difraksi sinar-X pada umumnya untuk menentukan :
1. Struktur Kristal
2. Parameter kisi
3. Crystallite Size (ukuran butiran) dan Lattice Strain

Hukum bragg’s
Difraksi sinar X pada kristal harus memenuhi Hukum Bragg’s yaitu : Menurut
Bragg berkas yang terdifraksi oleh kristal terjadi jika pemantulan oleh bidang sejajar
atom menghasilkan interferensi konstruktif. Difraksi atom-atom kristal sebagai
pantulan sinar X oleh sekelompok bidang-bidang paralel dalam kristal seperti terlihat
pada gambar :
Jarak antara bidang A dengan bidang B adalah d, sedangkan θ adalah sudut difraksi.
Berkas-berkas tersebut mempunyai panjang gelombang λ, dan jatuh pada bidang kristal
dengan jarak d dan sudut θ. Agar mengalami interferensi konstruktif, kedua berkas
tersebut harus memiliki beda jarak nλ. Sedangkan beda jarak lintasan kedua berkas
adalah 2d sin θ.

Ketika berkas sinar-x monokromatik datang pada permukaan kristal, terjadi refleksi
hanya ketika sudut datang memiliki nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai ini tergantung pada
panjang gelombang dan konstanta kisi kristal.

7. Hamburan Oleh Kristal


Di atas telah disinggung bahwa ketika sinar-X dijatuhkan pada sebuah Kristal,
maka masing-masing atom ini akan memantulkan sinar-x ini ke semua arah, namun
hanya pada arah tertentu “riak gelombang” yang di hambur akan berinterferensi secara
maksimum sehingga menghasilkan suatu berkas terpantul.
Sebarang bidang khayal yang memuat sejumlah atom dalam Kristal memiliki
pusat-pusat hambur yang tersusun secara teratur sehingga dapat menghasilkan suatu
pola interferensi.
Suatu kristal memiliki susunan atom yang tersusun secara teratur dan berulang,
memiliki jarak antar atom yang ordenya sama dengan panjang gelombang sinar-X.
Akibatnya, bila seberkas sinar-X ditembakkan pada suatu material kristalin maka sinar
tersebut akan menghasilkan pola difraksi khas. Pola difraksi yang dihasilkan sesuai
dengan susunan atom pada kristal tersebut.
Teori hamburan memandang bahwa berkas sinar-X yang mengenai permukaan
bahan, sesungguhnya mengenai elektron-elektron dalam setiap atom-atom zat padat,
yang kemudian mengalami hamburan secara elastis.
Ada dua proses yang terjadi bila seberkas sinar-x ditembakkan ke sebuah atom yaitu:
1. Energi berkas sinar-x terserap oleh atom,
2. sinar-x dihamburkan oleh atom
Dalam proses yang pertama, berkas sinar-x terserap atom melalui Efek
fototolistrik yang mengakibatkan tereksitasinya atom dan/atau terlemparnya elektron-
elektron dari atom. Atom akan kembali ke keadaan dasarnya dengan :
(1) memancarkan elektron (melalui Auger effect)
(2) memancarkan sinar-x floresen yang memiliki panjang gelombang karakteristik
atom tereksitasinya.
Pada proses yang kedua, ada bagian berkas yang mengalami hamburan tanpa
kehilangan kehilangan energi (panjang gelombangnya tetap) dan ada bagian yang
terhambur dengan kehilangan sebagian energi (Hamburan Compton).
Jadi serapan total sinar-x terjadi karena efek fotolistrik dan hamburan Compton
Namun, hamburan Compton memiliki efek menyeluruh yang dapat diabaikan,
kecuali untuk radiasi dengan panjang gelombang pendek yang mengenai material
dengan berat atom rendah.
Dalam interaksinya dengan material, sinar-x juga dapat mengalami polarisasi
linier (seperti halnya cahaya tampak), baik parsial maupun total. Dengan demikian
berkas sinar-x terpolarisasi dapat diperoleh dengan cara hamburan dan untuk sudut
hamburan 90°, polarisasi lengkap terjadi, yaitu komponen vektor medan listrik tegak
lurus bidang yang dibentuk berkas datang dan berkas terhambur.
Berkas hamburan sinar-x oleh material yang dapat diukur adalah intensitas.
Intensitas berkas sinar-x yang mendekati paralel adalah fluks energi yang melewati
satu satuan luasan tertentu per satuan waktu. Untuk gelombang planar monokromatik,
intensitas sebanding dengan kuadrat amplitudo getaran. Intensitas radiasi yang
dihasilkan oleh sumber titik (atau sumber kuasi-titik) pada arah tertentu adalah energi
yang dipancarkan per detik per satuan sudut ruang pada arah itu. Dalam pengukuran
intensitas mutlak, cara termudah adalah dengan menentukan jumlah foton teremisi atau
tertangkap (detektor) per satuan waktu, bisa per satuan luas atau per satuan sudut ruang.
Berikut ini uraian ringkas mengenai penentuan intensitas hamburan yang
dihitung dari hamburan oleh sebuah elektron. Intensitas total dari sebuah sampel adalah
perkalian jumlah elektron dalam sampel dengan intensitas hamburan per elektron
Teori hamburan memandang bahwa berkas sinar-X yang mengenai permukaan
bahan, sesungguhnya mengenai elektron-elektron dalam setiap atom-atom zat padat,
yang kemudian mengalami hamburan secara elastis. Hamburan sinar-X oleh elektron-
elektron dalam teori atom ini menghasilkan persamaan,
1. Hukum Bragg
2. Agar terjadi difraksi, maka faktor struktur geometri
DAFTAR PUSTAKA

1. Oktafiani, Maria. 2014. Pengantar Fisika Zat padat (Struktur Kristal).


https://www.academia.edu/6402506/PENGANTAR_FISIKA_ZAT_PADAT_struktu
r_Kristal_?auto=download (diakses 27 Februari 2018)
2. Kristianto, Dionisius. 2014. Struktur Kristal.
https://www.academia.edu/32575902/STRUKTUR_KRISTAL (diakses 27
Februari 2018)
3. Melayoe, Jupri. 2016. Struktur Kristal.
https://www.scribd.com/document/330261191/123741305-STRUKTUR-
KRISTAL-pdf (diakses 27 Februari 2018)
4. Nurrachim, F. Nahwan. 2017. Difraksi Kristal dan Kisi Resiprok.
https://kupdf.com/download/difraksi-kristal-dan-kisi-resiprok_ (diakses 27
Februari 2018)

Anda mungkin juga menyukai