Anda di halaman 1dari 23

M

Sedang memperbaiki nasib

O
by
Iant Atom

T
A
Lampiran • 2-22 Solusi Kosmologis Eksas dari Teori f (R) dalam Formalisme Metrik dan Formalisme Palatini

Kumpulan Jurnal

Solusi Kosmologis Eksas dari Teori f (R) dalam


Formalisme Metrik dan Formalisme Palatini

M
ASTROPHYSICS

Setiadi Arianto∗

Universitas PGRI Semarang


www.upgrismg.ac.id

O
Abstract: Allah SWT tidak meminta kita untuk berhasil, tapi ingin melihat kita berusaha, berusaha,
berusaha dan berdo’a ... (Mosook??)
Keywords: Pantang Maju Mundur Terus

Contents

1.Teori Relativitas Umum 3


1.1.
Persamaan Medan Einstein 3
T

1.2.
Lambang Christoffel 3
1.3.
Persamaan Geodesik 3
1.4.
Tensor Metrik 3
1.5.
Turunan Kovarian 4
A

2.Kosmologi 4
2.1.
Konstanta Hubble 4

3.f (R) Gravity 4

4.Pendahuluan 4

5.Solusi Kosmologis Eksak Teori f (R) dalam Formalisme Metrik 6


E-mail: setyariiant@yahoo.com

2
Setiadi A

5.1.
Solusi hukum tenaga (power-law ) 10
5.2.
Solusi Baru 11

6.Solusi Kosmologis Eksak Teori f (R) dalam Formalisme Palatini 14


6.1.
Solusi hukum tenaga (power-law ) dengan c0 = 0 16

M
Solusi baru dengan c0 6= 0
6.2. 18
Kasus untuk n 6= 0
6.2.1. 18
6.2.2.
Kasus untuk n = 0 19
6.3.
Keselen 22

References 22

O

T
A

3
Solusi Kosmologis Eksas dari Teori f (R) dalam Formalisme Metrik dan Formalisme Palatini

1. Teori Relativitas Umum

Teori relativitas umum (general relativity theory)[? ] diperkenalkan oleh Albert Einstein
pada tahun 1915 ,dapat disingkat TRU adalah sebuah teori geometri tentang gravitasi
yang diperkenalkan oleh Albert Einstein pada tahun 1916. TRU merupakan

M
1.1. Persamaan Medan Einstein
1.2. Lambang Christoffel
1.3. Persamaan Geodesik
1.4. Tensor Metrik

O
Di dalam ruang-waktu empat dimensi tensor metrik diberikan oleh

gµν = eµ · eν . (1)

Perkalian skalar dua vektor A dan B dapat ditulis dalam tensor metrik

A · B = g µν Aµ Bν
= gµν Aµ B ν . (2)

Sehingga
T

A · B = Aµ Bµ = Aµ B µ . (3)

Berdasarkan 2 persamaan di atas diperoleh

Aµ = gµν Aν . (4)
A

Invers dari tensor metrik gµν ditulis g µν , dengan

gµα g να = δµν (5)

Tensor metrik mengalami transformasi menurut

0 ∂xα ∂xβ
gµν = gαβ (6)
∂x0µ ∂x0ν

4
Setiadi A

1.5. Turunan Kovarian

Tinjau persamaan tranformasi untuk medan vektor berikut


∂xµ ν
Aµ = Ā (7)
∂ x̄ν
Deengan menurunkan Aµ terhadap xα didapatkan

M
∂α Aµ = (∂ν̄ ∂α xµ ) Āν + (∂ν̄ xµ ) ∂α Āν

(8)

yang bukan merupakan tensor. Oleh karena itu perlu dicari cara untuk membentuk
tensor dengan menggunakan turunan parsial tersebut. Untuk itu didefinisikan lambang
Crhistoffel sebagai berikut:

O
1. Lambang Christoffel jenis pertama yang dinyatakan sebagai
1
[µν, β] = (∂µ gνµ + ∂ν gβµ + ∂β gµν ) (9)
2

2. Lambang Christoffel jenis kedua yang dinyatakan oleh persamaan


 
α
Γαµ ν =   = g αβ [µν, β]. (10)
µν

Kedua lambang Christoffel tersebut bukan merupakan tensor. Turunan kovarian suatu
medan vektor kontravarian Aµ didefinisikan sebagai
T

Aµ;ν = ∂ν Aµ + Γµαν Aα . (11)

Sedangkan turunan kovarian medan vektor kontravarian Aµ didefinisikan oleh

Aµ;ν = ∂ν Aµ − Γαµν Aα (12)


A

2. Kosmologi
2.1. Konstanta Hubble

3. f (R) Gravity

4. Pendahuluan

Ekspansi alam semesta yang dipercepat dapat disebabkan karena dark energy atau mod-
ifikasi dari Relativitas Umum (modifikasi gravitasi) (Copeland, De Felice). Berbagai

5
Solusi Kosmologis Eksas dari Teori f (R) dalam Formalisme Metrik dan Formalisme Palatini

literatur, banyak sekali modifikasi teori gravitasi yang diusulkan untuk menjelaskan per-
cepatan kosmik (cosmic acceleration), seperti teori f (R) (De Felice, Sotiriou dan Faraoni,
Clifton)(Nojiri)(Capozziello dan De Laurentis), teori tensor-skalar (Clifton,(Saez-Gomez),
model braneworld (Dvali)(Randal dan Sundrum), Graviasi Galileo (Nicolis)(Felice dan
Tsujikawa), Gravitasi Gauss-Bonnet (Koivisto dan Mota), Teori f (T ) (Bengochea dan

M
Ferraro)(Linder), Gravitasi Massive (Fierz dan Pauli). Untuk saat ini teori gravitasi
telah menjadi satu bidang yaitu kosmologi modern.
Modifikasi teori gravitasi yang terkemuka , f (R) telah diusulkan secara umum yang dike-
nal dengan Lagrangian R Einstein-Hilbert yang digunakan dalam relativitas umum (RU)
untuk sembarang fungsi f (R), dimana R adalah skalar kelengkungan. Bahkan teori f (R)

O
dipelajari secara ekstensif di dalam beberapa literatur bertahun-tahun. Hal ini digunakan
untuk mendorong inflasi (drive inflation), memainkan peran materi gelap (dark matter ),
ataupun mendukung ekspansi alam semesta yang dipercepat sebagai alternatif dari tenaga
yang tidak diketahui (dark energy).
Dalam beberapa literatur teori f (R) memiliki 2(dua) jenis yang berbeda yaitu teori f (R)

dalam formalisme metrik dan teori f (R) dalam formalisme Palatini. Dalam formalisme
metrik affine connection Γλαβ yang bergantung pada metrik gµν , dan persamaan medan
adalah turunan variasi dari aksi yang hanya mematuhi metrik gµν . Disisi lain, formalisme
Palatini affine connection Γλαβ dan metrik gµν diperlakukan sebagai variabel yang bebas
T

(independent variables) ketika salah satu bervariasi aksi. Dalam kasus realtivitas umum
(dikenal dengan f (R) ∝ R persamaan medan kedua formalisme ini identik. Akan tetapi
untuk kasus non-linier f (R), persamaan medan kedua formalisme ini berbeda. Sehingga
untuk teori formalisme metrik dan formalisme Palatini harus dibedakan.
Dalam tulisan ini, penulis tertarik untuk mengulas apa yang disebut dengan teori kese-
A

tangkupan Hojman dalam f (R) serta mencoba menemukan kesesuaian solusi kosmologis
dari teori f (R) melalui kesetangkupan Hojman. Tidak seperti teori konservatif Noether,
vektor yang setangkup dan kesesuaian besaran konservatif pada teori konservatif Hoj-
mandapat diperoleh dengan menggunakan persamaan gerak langsung (motion directly),
tanpa menggunakan Lagrangian atau Hamiltonian.
Kesetangkupan Hojman diusulkan pada tahun 1992. Dengan meninjau persamaan differ-
ensial orde ke dua
q̈ i = F i q j , q̇ j , t ,

i, j, = 1, . . . , n, (13)

6
Setiadi A

dimana titik adalah notasi untuk turunan terhadap waktu t. Jika X i = X i (q j , q̇ j , t)


adalah vektor yang setangkup untuk persamaan 13, yang mematuhi

d2 X i ∂F i j ∂F i dX j
− jX − j = 0, (14)
dt2 ∂q ∂ q̇ dt

M
dimana
d ∂ ∂ ∂
= + q̇ i i + F i i . (15)
dt ∂t ∂q ∂ q̇
Vektor X i yang setangkup didefinisikan sebagai transformasi infinitesimal (infinitesimal
transformation)
q̂ i = q i + X i q j , q̇ j , t

(16)

O
memetakan penyelesaian q i dari persamaan 13 ke dalam penyelesaian q̂ i dari persamaan
yang sama (sampai 2 ). Jika gaya F i memenuhi (dalam beberapa sistem koordinat )

∂F i d
i
= − ln γ, (17)
∂ q̇ dt

dimana γ = γ(q i ) adalah fungsi dari q i , berikutnya

1 ∂ (γX i ) dX i
 

Q= i
+ i (18)
γ ∂q ∂ q̇ dt
T

adalah kuantitas konservatif untuk persamaan 13, yaitu dQ/dt = 0. Catatan: dalam
kasus ini γ = konstan. persamaan 17 dan 18 menjadi sederhana dan remeh. Dalam teori
konservatif Hojman tidak diperlukan Lagrangian dan Hamiltonian dan tidak ada gerak
konstan untuk sistem 13.
A

5. Solusi Kosmologis Eksak Teori f (R) dalam Formalisme


Metrik

Rumusan teori aksi f (R) didefinisikan sebagai


Z
1
S= 2 d4 x −gf (R) + SM , (19)

dimana κ2 ≡ 8πG, g adalah determinan dari metrik gµν , dan SM adalah aksi materi.
Dalam formalisme metrik, affine connection Γλαβ bergantung pada metrik gµν , dan per-

7
Solusi Kosmologis Eksas dari Teori f (R) dalam Formalisme Metrik dan Formalisme Palatini

samaan medan adalah turunan variasi dari aksi yang mematuhi metrik gµν . Dengan mem-
pertimbangkan lembaran spasial (spatially flat) Friedmann-Robertson-Walker (FRW) di-
mana alam semesta dengan ruang-waktu digambarkan sebagai

ds2 = −dt2 + a2 (t) dx2 , (20)

M
dimana a adalah faktor skala. Definisi metrik dalam formalisme metrik dan skalar Ricci
R diberikan dalam (De Felice, Sotiriou dan Faraoni, Clifton) adalah
 
2
R = 6 2H + Ḣ , (21)


dimana Ḣ ≡ a
adalah parameter Hubble, dengan notasi titik atau ”dot” menunjukkan

O
turunan terhadap waktu kosmik t. Modifikasi persamaan Freidmann dalam (De Felice,
Sotiriou dan Faraoni, Clifton)

3F H 2 = (F R − f )/2 − 3H Ḟ + κ2 ρM , (22)
−2F Ḣ = F̈ − H Ḟ + κ2 (ρM + pM ), (23)

dimana F = f,R ≡ ∂f /∂R, dan ρM , pm masing-masing adalah kerapatan tenaga dan


tekanan materi. Persamaan tenaga konservatif dari materi diberikan oleh

ρ̇M + 3H(ρM + pM ) = 0. (24)


T

Parameter persamaan keadaan dari materi didefinisikan oleh wM = pM /ρM . Dengan


wM = 0 dan 1/3 masing-masing sesuai untuk tekanan dan radiasi.
Kesulitan utama untuk mempertimbangkan kesetangkupan Hojman dalam teori metrik
f (R) bahwa persamaan gerak (persamaan 22 dan 23) adalah orde ke 4 (empat) dengan
faktor skala a, sementara kesetangkupan Hojman berhadapan dengan orde kedua dari
A

persamaan gerak pada bagian 1. Untuk itu perlu penyusunan ulang terhadap persamaan
diferensial orde kedua. Dengan memperkenalkan variabel baru t̃ dan ã menurut
√ √
dt̃ = F dt, ã = F a. (25)

sedangkan transformasi konformal biasa berkaitan dengan Lagrangian/aksi, sebagai


gantinya dapat menggunakan persamaan gerak 25. Dengan memperkenalkan
!
1 dã 1 Ḟ
H̃ ≡ =√ H+ , (26)
ã dt̃ F 2F

8
Setiadi A

yang disusun kembali menggunakan persamaan 25. Dengan memperkenalkan medan


skalar baru φ menurut r
3
κφ = lnF, (27)
2
sehingga persamaan 22 dapat disusun kembali sebagai

M
2κ2
H̃ = (ρ̃φ + ρ̃M ) (28)
3

dimana ρ̃M = ρM /F 2 , dan


 2
1 dφ FR − f
ρ̃φ = + V (φ), V (φ) = . (29)

O
2 dt̃ 2κ2 F 2

Dengan bantuan persamaan 9 dan 22, persamaan 23 dapat disusun ulang sebagai per-
samaan gerak untuk skalar φ, yaitu

d2 φ dφ κ
+ 3H̃ + V,φ = √ (ρ̃M − 3p̃M ) , (30)

dt̃2 dt̃ 6

dimana p̃M = pM /F 2 , dan V,φ = ∂V /∂φ. Persamaan diatas akan equivalen untuk

dρ̃φ κ dφ
+ 3H̃ (ρ̃φ + p̃φ ) = √ (ρ̃M − 3p̃M ) , (31)
dt̃ 6 dt̃
T

dimana  2
1 dφ
p̃φ = − V (φ). (32)
2 dt
Disisi lain, persamaan 24 dapat disusun kembali sebagai

dρ̃M κ dφ
A

+ 3H̃ (ρ̃M + p̃M ) = √ (ρ̃M − 3p̃M ) . (33)


dt̃ 6 dt̃

Sehingga didapatkan persamaan tenaga konservatif total, yaitu

dρ̃tot
+ 3H̃ (ρ̃tot + p̃tot ) = 0, (34)
dt̃

dimana ρ̃tot = ρ̃φ + ρ̃M , dan p̃tot = p̃φ + p̃M . Dengan menggunakan persamaan 28 dan 34,
dapat diperoleh
1 d2 ã κ2
= − (ρ̃tot + 3p̃tot ) . (35)
ã dt̃2 6

9
Solusi Kosmologis Eksas dari Teori f (R) dalam Formalisme Metrik dan Formalisme Palatini

Dengan mempertimbangkan kesetangkupan Hojman dalam teori metrik f (R). Menurut


(33-35) dengan memperkenalkan variabel yang baru x̃ ≡ ln ã dalam orde ini untuk lebih
menyederhanakan ungkapan digunakan yaitu tanda ”•” dibaca ”dot” sebagai tanda tu-
runan terhadap turunan waktu yang baru t̃. Atau bisa dituliskan x̃˙ = H̃. Menggunakan
persamaan 35 dan 28, diperoleh

M
d2 x̃ κ2
x̃¨ = H̃˙ = 2 = − (ρ̃φ + p̃φ + ρ̃M + p̃M ) . (36)
dt̃ 2

Menurut (33,34) dengan mempertimbangkan dominasi dark energy maka konstribusi dari
materi dapat diabaikan. Agar lebih sederhana digunakanlah κ = 1. Dengan memper-
hatikan persamaan 29 dan 32 maka persamaan 36 dengan mudah menjadi

O
x̃¨ = −s(x̃)x̃˙ 2 = F x̃, x̃˙ ,

(37)

dimana
1 0
s(x̃) = φ 2 (x̃), (38)
2

0
fungsi variabel pada turunan ini dapat dilengkapi dengan h (y) = dh(y)/dy. Perhatikan
persamaan 37 dan 38 memiliki bentuk yang sama dengan persamaan 33 dan 34 menu-
rut (33), kecuali untuk deferensial variabel x̃ dan t̃, untuk penurunan secara langsung
membutuhkan hasil dari (33). Jika kesetangkupan Hojman ada dalam teori ini, syarat
persamaan (05) harus terpenuhi. Dari persamaan 37, (05) dan (03) dengan menggantikan
T

t dengan t̃ didapatkan  Z 
γ(x̃) = γ0 exp 2 s(x̃)dx̃ (39)

dengan γ0 adalah kontanta integrasi. Menurut (33,35) dengan mengasumsikan vektor


kesetangkupan X yang bergantung waktu t̃ tidak eksplisit. Dengan mengubah t dengant̃
A

maka persamaan (02) menjadi (33)

∂ 2X ∂ 2X ∂ 2X
   
∂X 0 ˙ 2 2 ˙ 2 ˙ 0 ∂X
s(x̃) + s (x̃)X + + x̃ s (x̃) 2 − x̃ − x̃ 2s(x̃) + s (x̃) = 0. (40)
∂ x̃ ∂ x̃2 ∂ x̃˙ ∂ x̃∂ x̃˙ ∂ x̃˙
Dengan menggunakan persamaan 28, 30, dan mengabaikan konstribusi dari materi, diper-
oleh (33)
V 0 (φ) s(x̃)φ0 (x̃) − φ00 (x̃) − 3φ0 (x̃)
= (41)
V (φ) 3 − 12 φ02 (x̃)
yang dapat digunakan untuk menurunkan potensial V (φ).

10
Setiadi A

5.1. Solusi hukum tenaga (power-law )

Dalam persamaan 40 adalah persamaan differensial untuk vektor X yang setangkup,


secara umum sulit untuk diselesaikan. (33) telah mencoba variasi ansatz untuk vektor
X(x̃x̃˙ yang setangkup. Untuk ansatz

M
α2
 
˙ = x̃g(x̃),
X(x̃, x̃) ˙ dan g(x̃) = λ exp x̃ (42)
2

solusi korespondensi kosmologis diperoleh dalam (33) sebagai

2(6 − α2 )Q20 ∓αϕ


V (ϕ) = e , (43)

O
α 4 λ2
2/α2
Q0 α2 α2
  
x˜o
ã(t̃) = e 1 + exp − x̃0 (t̃ − t̃0 ) , (44)
2λ 2
Q0 α 2 α2
   
2
ϕ(t̃) = ± ln 1 + exp − x̃0 (t̃ − t̃0 ) , (45)
α 2λ 2

dimana φ = ϕ − ϕ0 , dan ϕ0 , t̃0 , x̃0 , λ, α adalah ketetapan. Besaran konservatif menurut


(33) yaitu
˙ 0 (x̃) = Q0 = konstan.
x̃g (46)

Penurunan yang digunakan mengacu pada (33). Hasil yang diperoleh dapat digunakan
untuk mengubah solusi kosmologis teori metrik f (R). Dengan menyusun kembali per-
T

samaan 44 sebagai V (φ) = V0 e±αφ , dimana V0 = 2(6 − α2 )Q2 exp(±φ0 )/(α4 λ2 ) adalah
konstan. Menggunakan V (φ) ini dan persmaan 29,27, didapatkan

F R − f = 2V0 F β , (47)
A

q
3
dimana β = 2 ∓ 2
α. Catatan bahwa F = f,R ≡ ∂f /∂R adalah persamaan differensial
untuk f (R) dengan kecocokan R yang sebenarnya. Didapatkan solusinys sebagai berikut

f (R) = c1 Rn , (48)

dimana n = β/(β − 1) dan c1 = ((n − 1)/(2V0 nβ ))1/(β−1) adalah ketetapan. Dalam


kasus ini n = 1, solusi yang diperoleh f (R) = c2 R − 2cβ2 V0 dimana c2 adalah ketetapan.

11
Solusi Kosmologis Eksas dari Teori f (R) dalam Formalisme Metrik dan Formalisme Palatini

Untuk menemukan faktor skala a(t) dan parameter Hubble H(t) atau H(a), menggunakan
persamaan 27 dan 45, didapatkan
√ ±√ 23 /α
 
φ
√0

F = exp 1 + c0 (t̃ − t̃0 ) , (49)
6

M
dimana c0 = (Q0 α2 /(2λ)) exp (−α2 x̃0 /2 adalah ketetapan. Integral dt = dt̃/ F dari
persamaan 25 didapatkan

1∓√ 23 /α √2
atau 1 + c0 (t − t0 ) = c32 (t − t0 )(−1/1∓ /α)

t − t0 = c31 1 + c0 (t̃ − t̃0 ) , 3 , (50)

√ √
p p (−1/1∓ 23 /α)
dimana c31 = exp (−φ0 / 6)/(c0 (1 ∓ 2/3/α)/(c0 (1 ∓ 2/3/α)), c32 = c31 ,

O
dan t0 adalah ketetapan. Dengan subtitusi persamaan 50 kedalam persamaan 46, 49 dan

a = ã/ F dari persamaan 25 keta dapatkan

a(t) = c3 (t − t0 )m , (51)

√ √

p 2
p 2/α2 ∓ 2/3/α
dimana m = (2/α ∓ 2/3)/(1 ∓ 2/3) dan c3 = exp (x̃0 − φ0 / 6)c32 adalah
ketetapan. Jelas bahwa alam semesta mengalami ekspansi hukum tenaga atau (power-law
expansion). Solusi ini juga dapat ditemukan via kesetangkupan Nouther (21)(23). Dari
persamaan 51, parameter Hubble bisa didapatkan sebagai


T

H(t) = = m(t − t0 )−1 , atau H(a) = H0 a−1/m , (52)


a
1/m
dimana H0 = mc3 adalah ketetapan Hubble.

5.2. Solusi Baru


A

Dalam (33), ansatz yang lain untuk kesetangkupan vektor X juga dipertimbangkan, untuk
ansatz
˙ = A0 x̃˙ −1/α ,
X = X(x̃) (53)

solusi yang sesuai didapatkan dalam (33) yaitu

8
V (ϕ) = λϕ−4α − λα2 ϕ−4α−2 , (54)
3
ã(τ ) = e exp α((1 + α)τ )a/(a+α) ,
αs0

(55)

ϕ(τ ) = ∓ 8α [(1 + α)τ ]1/(2(1+α)) , (56)

12
Setiadi A

dimana ϕ = φc , τ = y0 + α−1 |Q0 |−α t̃, dan φc , y0 , s0 , λ, −α adalah ketetapan. Besaran


konservativ menurut (33) diberikan

x̃˙ −1/α
= Q0 = konstan (57)
s0 − x̃/α

M
Catatan : solusi yang sama pada 54 - 56 dapat ditemukan dengan menggunakan ansatz
yang lain (33)
˙ x,
˙ = x̃g(x̃) (f0 + x̃)1+α
X(x̃, x̃) dan g(x̃) = . (58)
a+α
Hasil ini dapat diubah kedalam solusi kosmologis pada teori metrik f (R). Menggunakan
persamaan 27 dan 56, didapatkan

O

 
φ
√c exp c0 )τ̃ β ,

F = exp (59)
6

dimana β = 1/(2(1 + α)), c0 = ∓2α/ 3 adalah ketetapan, dan τ̃ = (1 + α)τ = ỹ0 + Q̃0 t̃.

Subtitusikan persamaan 59 kedalam dt̃ = F dt dari persamaan 25 didapatkan

dτ̃
= c21 exp c0 τ̃ β ,

(60)
dt
√ 
dimana c21 = Q̃0 exp φc / 6 adalah ketetapan. Solusi dari persamaan 60 adalah

τ̃
E β−1 c0 τ̃ β ,

t − t0 = − (61)
βc21 β
T

R∞
dimana t0 adalah ketetapan gabungan, dan En (z) = 1 e−zu u−n du adalah integral fungsi
eksponensial. Namun untuk β 6= 1 sulit untuk menemukan τ̃ sebagai fungsi t dari solusi
persamaan 61, dan akan sulit pula menemukan faktor skala sebagai fungsi dari t. Oleh
karena itu, kasus yang di pertimbangkan untuk β = 1 (dengan β = 1 sesuai untuk α − 1/2
A

yang sebenarnya). Dalam masalah ini, solusi dari persamaan 60 diartikan

1
τ̃ − ln(t − t0 ) + c2 , (62)
c0

dimana c2 = 1c−1
0 ln(−c0 c21 ) adalah ketetapan. Dengan mensubtitusi persamaan 62

kedalam persamaan 55, 59 dan memasukkan a = ã/ F dari persamaan 25, mengingat
bahwa β = 1(yaitu α = −1/2), di dapatkan
 
1+c2 /c0 1 2
a(t) = c3 (t − t0 ) exp − 2 (ln(t − t0 )) , (63)
2c0

13
Solusi Kosmologis Eksas dari Teori f (R) dalam Formalisme Metrik dan Formalisme Palatini

√ 
dimana c3 = exp −s0 /2 − φc / 6 − c0 c2 − c22 /2 adalah ketetapan . Ini jelas bukanlah so-
lusi hukum tenaga (power-law). Untuk menambah pengetahuan, solusi ini baru ini belum
ditemukan sebelumnya dalam literatur. Dari persamaan 63, hal ini mudah untuk menda-
patkan parameter Hubble yaitu

M

H(t) = = c−2 −1
0 (t − t0 ) (c4 − ln(t − t0 )), (64)
a

dimana c4 = c0 (c0 + c2 ) adalah ketetapan. Dari persamaan 63, didapatkan


r
a
ln(t − t0 ) = η(a) = c4 ± c24 − 2ln . (65)
c3

O
Subtitusikan kedalam persamaan 64, maka akan didapatkan

H(a) = c−2
0 (c4 − η(a))e
−η(a)
. (66)

Catatan : untuk kasus β = 1 (dinamai α = −1/2), sesuai dengan yang sebenarnya dengan

c−2
0 = 3.

Beralih untuk menemukan f (R) sebagai fungsi R. Menggunakan persamaan 29, 27, dan
54 dengan α = −1/2, didapatkan
 r !2 
2 3 2
f = F R − 2λF lnF − φc − . (67)
2 3
T

Catatan : F = f,R ≡ ∂f /∂R adalah persamaan differensial untuk f (R) dengan mematuhi
R. Namun, persamaan differensial tersebut pada umumnya sulit diselesainya. Karena
solusi f (R) = c10 R + c20 sangat sederhana (trivial ), untuk itu perlu solusi non sederhana
(non trivial ). Dengan mensubtitusi persamaan 64 ke dalam persamaan (24, didapatkan
A

R(t) = −6c−4 −2
−2c24 + c20 (1 + c4 ) − ln(t − t0 ) c20 − 4c4 + 2ln(t − t0 ) .
 
0 (t − t0 ) (68)

Subtitusikan persamaan 62 ke dalam persamaan 59 dengan β = 1, diperoleh



 
φc
F = exp √ exp (c0 c2 − ln(t − t0 )) . (69)
6

Subtittusikan persamaan 68, dan 69 ke dalam persamaan 67, f (t) dapat ditemukan sebagai
waktu t. Akan tetapi persamaan 68 sulit diselesaikan dan menyesuaikan t − t0 atau

14
Setiadi A

ln(t − t0 ) sebagai fungsi eksplisit dari R. Sihingga R tidak dapat diperoleh dari fungsi
eksplisit f (R). Dengan demikian, pada prinsipnya dengan f (R) dan R(t), dapat dianggap
f (t) = f (t(R)) = f (R) sebagai fungsi eksplisit.
Catatan : ansatz eksotik yang lainnya untuk vektor X yang setangkup menurut (33)
yang sesuai V (φ), ã(t̃) dapat ditemukan. Namun pada kasus ini sulit untuk mendapatkan

M
f (R), a(t) dan H(t). Meskipun ansatz yang rumit untuk vektor X yang setangkup diluar
pendapat (33) dapat dicoba.

6. Solusi Kosmologis Eksak Teori f (R) dalam Formalisme Pala-


tini

O
Rumusan teori aksi f (R) Palatinni didefinisikan sebagai


Z
1
S= 2 d4 x −gf (R) + SM (70)

dimana κ2 ≡ 8πG, g adalah determinan dari metrik gµν , dan SM adalah aksi materi.

Dalam formalisme Palatini, affine connection Γλαβ dan metrik gµν diperlukan sebagai vari-
abel bebas atau independen. Sehingga skalar Ricci R adalah salah satu deferensial dalam
formalisme metrik, dan berkaitan dengan (2-4)(24)(25)(40-42)

3 3
R=R+ ∇µ F ∇µ F − ?F, (71)
T

2F 2 F

6 R = 6(2H 2 + Ḣ.
dimana F = f,R ≡ ∂f /∂R Pada formalisme Palatini secara umum R =
Dengan mengasumsikan alam semesta memenuhi lembaran spasial FRW yang didefin-
isikan pada persamaan 23, dan dengan memodifikasi persamaan Friendmann pada(2-
A

4)(24)(25)(40-42)

F R − 2f = −κ2 (ρM − 3pM ) , (72)


!2

6F H+ − f = κ (ρM − 3pM ) , (73)
2F

Persamaan tenaga konservatif materi diberikan oleh persamaan 24. Dalam kasus ini
konstribusi dari materi tisak dapat diabaikan, dengan mengasumsikan wM = pM /ρM = 0,
akan menjadi lebih sederhana. Hal ini dinamakan sebagai materi bertekanan rendah.

15
Solusi Kosmologis Eksas dari Teori f (R) dalam Formalisme Metrik dan Formalisme Palatini

Persamaan differnsial 72 dan menggunakan persamaan 24 dengan pM = 0, dari (2-4)(40)

3κ2 HρM F R − 2f
Ṙ = = −3H · · (74)
F,R R − F F,R R − F

Variabel baru t̃, dan ã (sepeti ulasan pada teori metrik f (R) menurut persamaan 25, dan

M
persamaan 26 yang mendefinisikan H̃. Penambahan persamaan 72 dan 73 dengan pM = 0
, didapatkan
3f − F R
H̃ 2 = . (75)
6F 2
Menurut (33)(35), dengan mengenalkan variabel baru x̃ ≡ ln ã, dan menggunakan lam-
bang titik atau ”•” untuk menandai suatu turunan terhadap waktu yang baru atau t̃.

O
Untuk mudahnya x̃˙ = H̃. Karena pada sisi kanan persamaan 75 adalah fungsi eksplisit
yang hanya bergantung pada R. Artinya R = R(x̃) ˙ adalah fungsi eksplisit yang hanya
bergantung x̃˙ = H̃. Differensiasi persamaan 75 bergantung pada t̃, dan menggunakan-
persamaan 74, 25, 26 didapatkan

F R − 2f
H̃˙ = . (76)
2F 2
˙ dimana sisi kanan adalah fungsi eksplisit yang hanya bergan-
Dengan catatan R = R(x̃)
˙ Untuk itu persamaan 76 sebenarnya
tung pada x̃.

F R − 2f
x̃¨ = H̃˙ = ˙
= F(x̃). (77)
T

2F 2

Gaya eksplisit F hanya bergantung pada x̃˙ = H̃. Apabila kesetangkupan Hojman ada di
dalam teori f (R) Palatini, syarat persamaan 17 haruslah terpenuhi. Catatan persamaan
15 dan γ = γ(x̃) dan persamaan 17 dapat disusun kembali sebagai
A

1 ∂F(x̃) ˙ ∂
− = lnγ(x̃). (78)
x̃˙ ∂ x̃˙ ∂ x̃
˙ dan sisi kanan hanya fungsi x̃, keduanya haruslah dalam
Karena sisi kiri hanya fungsi x̃,
orde ketetapan yang sama untuk memastikan persamaan 78 terpenuhi. Untuk lebih mu-
dahnya, dapat dipilih ketetapan 2n, kemudian pesamaan 78 dapat disparasi kedalam
persamaan differensial orde dua

∂ ∂F(x̃) ˙
lnγ(x̃) = 2n, ˙
= −2nx̃. (79)
∂ x̃ ∂ x̃˙

16
Setiadi A

Dengan demikian diperoleh bahwa

γ(x̃) = γ0 e2nx̃ , (80)


˙ = −nx̃˙ 2 + c0 ,
F(x̃) (81)

M
dimana γ0 dan c0 adalah ketetapan gabungan. Dalam bagian ini dipilih c0 masing-masing
c0 = 0 dan c0 6= 0

6.1. Solusi hukum tenaga (power-law ) dengan c0 = 0

Subtitusikan persamaan 81 ke dalam persamaan 77, dan menggunakan persamaan 75,

O
diperoleh
3(n − 2)f = (n − 3)F R. (82)

Catatan : F = f,R ≡ ∂f /∂R adalah persamaan differensial untuk f (R) dengan R yang
sebenarnya. Jika dari persamaan 82 n = 0, sebelumnya didefinisikan dari persamaan 72
F R − 2f = 0, dan FR − 2f = −κ2 ρM . Maka n = 0 lebih diperlukan daripada ρM = 0.

Untuk n = 2, f (R) = ketetapan., dan dalam bagian ini n = 3, f (R) = 0. Artinya ini
bukan kasus yang dapat diabaikan untuk n = 2 dan 3. Dalam kasus lainnya, solusi dari
persamaan 82 diberikan
f (R) = c1 R2 , (83)
T

dimana m = 3(n − 2)/(n − 3) dan c1 adalah ketetapan. Subtitusikan persamaan 81 ke


dalam 77 dengan c = 0, Sebelumnya H̃˙ = −nH̃ 2 yang dapat diselesaikan sebagai
0

1 −1
H̃(t̃) = t̃ + c2 , (84)
n
A

˙
dimana c2 adalah ketetapan integrasi. Dari H̃ = ã/ã, sehingga dengan mudah didapatkan

1/n
ã(t̃) = c3 t̃ + c2 , (85)

dimana c3 adalah ketetapan integrasi. SUbtitusikan persamaan 83 ke dalam 75, dengan


menggunakan persamaan 84, didapatkan
1/(2−m)
6c1 m2

−2/(2−m)
R 2 t̃ + c2 , (86)
n (3 − m)

17
Solusi Kosmologis Eksas dari Teori f (R) dalam Formalisme Metrik dan Formalisme Palatini

kemudian
−2(m−1)/(2−m)
F = c1 mRm−1 = c41 t̃ + c2 , (87)
(m−1)/(2−m)
dimana c41 = c1 m [6c1 m2 /(n2 (3 − m))] adalah ketetapan. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa n 6= 0 dan n 6= 2, catatan bahwa m 6= 0, m 6= 2 dan m 6= 3.

M
Subtitusikan persamaan 87 ke dalam dt = dt̃/ F dari persamaan 25 maka akan diperoleh

−1/2
nc41 (3−n)/n
t − t0 = t̃ + c2 , atau t̃ + c2 = c42 (t − t0 )n/(3−n) , (88)
3−n
h in/(3−n)
1/2
dimana c42 = c41 (3/n − 1) adalah ketetapan. Subtitusikan persamaan 87 ke

O
dalam a = ã/ F dari persamaan 25, dengan menggunakan persamaan 85, 88, diperoleh

a(t) = c4 (t − t0 )2m/3 , (89)

−1/2 4/n−2
dimana c4 = c3 c41 c42 adalah ketetapan. Artinya, Alam semesta berkembang secara
hukum tenaga (power-law expansion). Solusi ini juga dapat ditemukan pada kesetangku-

pan Noether (24)(25). Dari persamaan 89, dengan mudah didapatkan parameter Hubble
sebagai
ȧ 2m
H(t) = = (t − t0 )−1 , atau H(a) = H0 a−3/(2m) , (90)
a 3
3/(2m)
dimana H0 = (2m/3)c4 adalah ketetapan Hubble.
T

Berikut ini adalah pengandaian vektor X yang setangkup secara eksplisit tidak bergan-
tung terhadap waktu t. Subtitusikan persamaan 81 dengan c0 = 0 ke dalam persamaan
14, diperoleh
∂ 2X 2 2
˙ ∂ X + n2 x̃˙ 2 ∂ X + n ∂X = 0.
− 2n x̃ (91)
∂ x̃2 ∂ x̃∂ x̃˙ ∂ x̃˙ 2 ∂ x̃
A

Untuk menyelesaikan persamaan ini, menggunakan ansatz

X = A0 x̃˙ α eβ x̃ + A1 , (92)

dimana A0 , A1 , α, β adalah ketetapan, dan α, β tidak nol diwaktu yang sama. Subtitusikan
persamaan 92 ke dalam persamaan 91, maka akan ditemukan solusi nα − β atau nα − β =
n. Subtitusikan persamaan 92 dan 80 ke dalam persamaan 18, besaran konservatif Q
adalah
Q = 2nA1 − (2 + α)(nα − β − n)A0 x̃˙ α eβ x̃ . (93)

18
Setiadi A

Jika nα − β = n atau α = −2, kemudian Q = 2nA1 = konstan. Jika nα − β = 0 dan


α 6= −2, didapatkan
˙ nx̃ = konstan.
x̃e (94)

Bahkan dengan cara yang lain besaran konservatif ini dapat ditemukan. Catatan bahwa
x̃˙ = H̃, x̃ = lnã, dengan menggunakan persamaan 84, 85 maka akan didapatkan besaran

M
konservatif yang sama yang diberikan pada persamaan 94. Hal ini dikonfirmasi berkanaan
dengan teorema konservatif Hojman.

6.2. Solusi baru dengan c0 6= 0

Subtitusikan persamaan 81 ke dalam persamaan 77, dengan menggunakan persamaan 75

O
diperoleh
3(n − 2)f = 6c0 F 2 + (n − 3)F R. (95)

Perhatikan F = f,R ≡ ∂f /∂R adalah persamaan differensial untuk f (R) dengan R yang
sebenarnya. Jika n = 2, solusinya adalah f (R) = konstan atau f (R) = R2 /(12c0 ) +

ketetapan yang pasti untuk F R − 2f = konstan sementara F R − 2f = ketetapan semen-


tara F R − 2f = −κ2 ρM dari persamaan 72. Jadi, n 6= 2 lebih diperlukan daripada ρM .

Jika n = 3, solusi remeh f (R) = R2 / 8c0 + c21 /4. Jika n = 3/2, solusi yang diberikan
adalah f (R) = c1 R + c2 , yang kenyataanya berkurang untuk relativitas umum. Selain
kasus-kasus yang diberhentikan dengan pertimbangan untuk n 6= 0 dan n = 0 yang diikuti
T

satu persatu. Bahkan ditemukan dalam solusi baru dalam kesetangkupan Hojman.
6.2.1. Kasus untuk n 6= 0

dalam kasus ini untuk n 6= 0 (juga untuk n = 2, 3, 3/2 seperti yang dijelaskan sebelumnya)
sulit untuk diselesaikan dengan persamaan 95 dan sulit untuk memperoleh f (R) sebagai
A

fungsi eksplisit dari R. Dari persamaan 95, f (R) dan R memenuhi persamaan
     
3 (2n − 3)R 3
ln 24c0 f (R) − nR2
 
2 2− arctanh + 2−
n ξ(f (R), R) n
 
3
− 2 1− ln [2((n − 3)R + ξ(f (R), R))] = konstan.,
(96)
n

peramaan yang lainnya pada sisi kiri persamaan 96


 
3
2 − 1 ln f (R) = konstan., (97)
n

19
Solusi Kosmologis Eksas dari Teori f (R) dalam Formalisme Metrik dan Formalisme Palatini

1/2
dimana ξ(f (R), R) = [(n − 3)2 R2 + 72c0 (n − 2)f (R)] . dengan menggunakan per-
samaan 96 atau 97 f (R) pada prinsipnya dapat diasumsikan sebagai fungsi eksplisit dari
R. Subtitusikan persamaan 81 ke dalam persamaan 77, jika sebelumnya H̃˙ = −nH̃ 2 + c 0

maka solusi untuk c0 6=dan n 6= 0 adalah

M
r
c0 √
H̃(t̃) = tanh ( nc0 t̃ + c2 ), (98)
n

˙, dengan mudah bisa didapatkan


dimana c2 adalah ketetapan integrasi.Bentuk H̃ = ã/ã

 √ 1/|n|
ã(t̃) = c3 cosh nc0 t̃ + c2 , (99)

O
Disisi lain, untuk mendapatkan vektor X yang setangkup persamaan 14 sulit untuk dis-
elesaikan dengan c0 6= 0. Sehingga, untuk mendapatkan besaran konservatif Q pada
persamaan 18 juga sulit. Namun, ada cara yang lain . Dari pembahasan pada persamaan
94, menggunakan persamaan 98 dan 99 besaran konservatif dituliskan sebagai

˙x̃2 − c0 e2|n|x̃ = konstan.,


 
(100)
n

yang diperoleh dari persamaan 94 jika c0 = 0. Namun, pada kasus ini tidak memiliki f (R)
sebagai fungsi eksplisit dari R. Akibatnya, sulit untuk mengubah H̃(t̃) dan ã(t̃) ke dalam
solusi kosmologis H(t) dan a(t). Akan tetapi dalam persamaan 98 dan 99 H̃(t̃) dan ã(t̃)
T

terdapat perbedaan yang signifikan satu dari solusi hukum tenaga (power-law solution)
dalam persamaan 84 dan 85. Hal inilah yang menjadikan H̃(t̃) dan ã(t̃) bukanlah hukum
tenaga (power-law ). Hiperbolik bisa dijadikan kemungkinan yang sama untuk H̃(t̃) dan
ã(t̃) dalam persamaan 98 dan 99. Inilah solusi baru dari kesetangkupan Hojman.
A

6.2.2. Kasus untuk n = 0

Pada kasus ini, persamaan 98 menjadi

2c0 F 2 = F R − 2f, (101)

yang sulit diselesaikan secara langsung. Namun dapat didekati dengan penyelesaian tidak
langsung dengan bantuan dari persamaan 72, yang sisi kiri sama dengan sisi kanan per-
samaan 101. Catatan : ρM = ρM 0 dari persamaan 24 dengan pM = 0. Dengan meng-
gunakan persamaan 92 dan 72 diperlukan c0 < 0 pada persamaan 2c0 F 2 = −κ2 ρM 0 a−3 .

20
Setiadi A

Kemudian diperoleh
F = c4 a−3/2 , (102)

dimana c24 = −κ2 ρM 0 /(2c0 ) > 0 adalah ketetapan. Subtitusikan persamaan 102 ke dalam
persamaan 101, didapatkan

M
2c0 c24 a−3 = c4 a−3/2 R − 2f. (103)

Differensial persamaan 103 terhadap a, dengan catatan f,a = f,R R,a = F R,a , didapatkan

2a5/2 R,a +2a3/2 R = 12c0 c4 , (104)

O
yang merupakan persamaan differensial untuk R terhadap a. Persamaan tersebut sebagai

R(a) = (6c0 c4 ln a + c10 )a−3/2 , (105)

dimana c10 adalah ketetapan integrasi. Subtitusikan persamaan 105 ke dalam persamaan

103, didapatkan
1
f (a) = a−3 6c0 c24 ln a + c4 c10 − 2c0 c24 .

(106)
2
Solusi persamaan 105 diperoleh

R
a−3/2 = − , (107)
T

4c0 c4 W (c1 R)

dimana c1 = − exp (−c10 /(4c0 c4 ))/(4c0 c4 ) adalah ketetapan, dan W (z) adalah fungsi
Lambert W (atau hasil logaritma) (43), yang memeberikan penyelesaian mendasar untuk
w dalam z = wew . Subtitusikan persamaan 107 ke dalam persamaan 103, Maka akan
A

didapatkan f (R) sebagai fungsi eksplisit dari R, yaitu

R2
 
1 2
f (R) = − + (108)
16c0 W 2 (c1 R) W (c1 R)

Ternyata, dapat di pastikan f (R) memenuhi persamaan 101. Sebagai Pengetahuan, f (R)
sebelumnya belum dipertimbangkan dalam literatur
Dalam kasus c0 6= 0 dan n = 0, subtitusikan persamaan 81 ke dalam 77, diperoleh H̃˙ = c0 ,
solusi yang diberikan
H̃(t̃) = c0 t̃ + c2 , (109)

21
Solusi Kosmologis Eksas dari Teori f (R) dalam Formalisme Metrik dan Formalisme Palatini

kemudian
c 
0 2
ã(t̃) = c3 exp t̃ + c2 t̃ , (110)
2
dimana c2 dan c3 adalah ketetapan integrasi. Denga mensubsitusi persamaan 102 kedalam

ã = F a dari persamaan 25, dan menggunakan persamaan 110 didapatkan

M
a = c43 c−2 2

4 exp 2c 0 t̃ + 4c 2 t̃ . (111)


Subtitusikan persamaan 102 dan 111 ke dalam dt = F dt dari persamaan 25, didapatkan
 
dt̃ 3 2
= c51 exp c00 t̃ − 3c2 t̃ , (112)
dt 2

O
√ 3/2
dimana c51 = c4 c−3
3 c4 dan c00 = |c0 | = −c0 > 0 adalah ketetapan. Dari persamaan
112 diperoleh r
c2 2
t̃ = + Ψ(c5 (t − t0 )), (113)
c00 3c00

dimana t0 adalah ketetapan integrasi, c5 = c51 (6c00 /π)1/2 exp (−3c22 /(2c00 )) adalah kete-
tapan, dan Ψ(z) invers fungsi error erf −1 (z) (44).
Subtitusikan persamaan 113 ke dalam 111, maka
 
4 2
a(t) = c6 exp − Ψ (c5 (t − t0 )) , (114)
3
T

dimana c6 = c43 c−2 2


4 exp (2c2 /c00 ) adalah ketetapan. Ini bukanlah solusi dari hukum tenaga

(power-law solution). Untuk pengetahuan, solusi baru ini sebelumnya belum pernah
ditemukan pada literatur.
A

Dari persamaan 114 akan mudah untuk menemukan parameter Hubble, yaitu

ȧ 4 √
= − c5 πΨ(c5 (t − t0 )) exp Ψ2 (c5 (t − t0 )) .

H(t) = (115)
a 3

Dari persamaan 114 dan 115 dapat ditemukan bahwa


√ r
2c5 πa a
H(a) = ± −3 ln . (116)
3c6 c6

22
Setiadi A

Disisi lain, sangat sulit menyelesaikan persamaan 14 dengan c0 6= 0 untuk mendapatkan


vektor X yang setangkup. Jadi untuk mendapatkan besaran konservatif Q dalam per-
samaan 18 juga akan sulit. Namun, ada cara lain yang diambil dari pembahasan se-
belumnya pada persamaan 94, menggunakan persamaan 109 dan 110 didapatkan besaran
konservatif sebagai

M
x̃˙ − 2c0 x̃ = konstan. (117)

6.3. Keselen

References

O

T
A

23

Anda mungkin juga menyukai