com/2013/06/pengertian-dan-fungsi-budaya-
organisasi.html
www.mdp.ac.id/materi/2011-2012-2/.../SP214-032056-834-13.ppt
Budaya organisasi berkaitan dengan bagaimana karyawan memahami karakteristik budaya suatu
organisasi, dan tidak terkait dengan apakah karyawan menyukai karakteristik itu atau tidak.
Budaya organisasi adalah suatu sikap deskriptif, bukan seperti kepuasan kerja yang lebih bersifat
evaluatif.
Sebaliknya, kepuasan kerja berusaha mengukur respons afektif terhadap lingkungan kerja,
seperti bagaimana karyawan merasakan ekspektasi organisasi, praktik-praktik imbalan, dan
sebagainya.
Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang ada di sebuah
organisasi saat ini merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan sebelumnya dan
seberapa besar kesuksesan yang telah diraihnya di masa lalu. Hal ini mengarah pada sumber
tertinggi budaya sebuah organisasi: para pendirinya.
Secara tradisional, pendiri organisasi memiliki pengaruh besar terhadap budaya awal organisasi
tersebut. Pendiri organisasi tidak memiliki kendala karena kebiasaan atau ideologi sebelumnya.
Ukuran kecil yang biasanya mencirikan organisasi baru lebih jauh memudahkan pendiri
memaksakan visi mereka pada seluruh anggota organisasi. Proses penyiptaan budaya terjadi
dalam tiga cara. Pertama, pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepikiran
dan seperasaan dengan mereka. Kedua, pendiri melakukan indoktrinasi dan menyosialisasikan
cara pikir dan berperilakunya kepada karyawan. Terakhir, perilaku pendiri sendiri bertindak
sebagai model peran yang mendorong karyawan untuk mengidentifikasi diri dan, dengan
demikian, menginternalisasi keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri tersebut. Apabila organisasi
mencapai kesuksesan, visi pendiri lalu dipandang sebagai faktor penentu utama keberhasilan itu.
Di titik ini, seluruh kepribadian para pendiri jadi melekat dalam budaya organisasi.
Inovasi dan keberanian mengambil risiko. Sejauh mana karyawan didorong untuk bersikap
inovatif dan berani mengambil risiko.
Perhatian pada hal-hal rinci. Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi, analisis,
d perhatian pada hal-hal detail.
Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada teknik dan
proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
Orientasi orang. Sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan efek dari
hasil tersebut atas orang yang ada di dalam organisasi.
Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada tim ketimbang pada
indvidu-individu.
Keagresifan. Sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.
Stabilitas. Sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo
dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.
Budaya organisasi mewakili sebuah persepsi yang sama dari para anggota organisasi atau dengan
kata lain, budaya adalah sebuah sistem makna bersama. Karena itu, harapan yang dibangun dari
sini adalah bahwa individu-individu yang memiliki latar belakang yang berbeda atau berada di
tingkatan yang tidak sama dalam organisasi akan memahami budaya organisasi dengan
pengertian yang serupa.
Sebagian besar organisasi memiliki budaya dominan dan banyak subbudaya. Sebuah budaya
dominan mengungkapkan nilai-nilai inti yang dimiliki bersama oleh mayoritas anggota
organisasi. Ketika berbicara tentang budaya sebuah organisasi, hal tersebut merujuk pada budaya
dominannya, jadi inilah pandangan makro terhadap budaya yang memberikan kepribadian
tersendiri dalam organisasi. Subbudaya cenderung berkembang di dalam organisasi besar untuk
merefleksikan masalah, situasi, atau pengalaman yang sama yang dihadapi para anggota.
Subbudaya mencakup nilai-nilai inti dari budaya dominan ditambah nilai-nilai tambahan yang
unik.
Jika organisasi tidak memiliki budaya dominan dan hanya tersusun atas banyak subbudaya, nilai
budaya organisasi sebagai sebuah variabel independen akan berkurang secara signifikan karena
tidak akan ada keseragaman penafsiran mengenai apa yang merupakan perilaku semestinya dan
perilaku yang tidak semestinya. Aspek makna bersama dari budaya inilah yang menjadikannya
sebagai alat potensial untuk menuntun dan membentuk perilaku. Itulah yang memungkinkan
seseorang untuk mengatakan, misalnya, bahwa budaya Microsoft menghargai keagresifan dan
pengambilan risiko dan selanjutnya menggunakan informasi tersebut untuk lebih memahami
perilaku dari para eksekutif dan karyawan Microsoft. Tetapi, kenyataan yang tidak dapat
diabaikan adalah banyak organisasi juga memiliki berbagai subbudaya yang bisa memengaruhi
perilaku anggotanya.
Pengaruh budaya
Fungsi-fungsi budaya
Budaya memiliki sejumlah fungsi dalam organisasi.
- Batas
Budaya berperan sebagai penentu batas-batas; artinya, budaya menciptakan perbedaan atau yang
membuat unik suatu organisasi dan membedakannya dengan organisasi lainnya.
- Identitas
- Stabilitas
Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial karena budaya adalah perekat sosial yang
membantu menyatukan organisasi dengan cara menyediakan standar mengenai apa yang
sebaiknya dikatakan dan dilakukan karyawan.
http://milikyusry.blogspot.com/2013/04/makalah-budaya-organisasi.html
BAB I
PENDAHULUAN
Sebuah organisasi mempunyai budaya masing-masing. Ini menjadi salah satu pembeda
antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Budaya sebuah organisasi ada yang sesuai
dengan anggota atau karyawan baru, ada juga yang tidak sesuai sehingga seorang anggota baru
atau karyawan yang tidak sesuai dengan budaya organisasi tersebut harus dapat menyesuaikan
Budaya organisasi ini dapat membuat suatu organisasi menjadi terkenal dan bertahan
lama. Yang jadi masalah tidak semua budaya organisasi dapat menjadi pendukung organisasi itu.
Ada budaya organisasi yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Maksudnya tidak dapat
menyocokkan diri dengan lingkungannya, dan lebih ditakutkan lagi organisasi itu tidak mau
menyesuaikan budaya nya dengan perkembangan zaman karena dia merasa paling benar.
Dalam keadaan inilah anggota tidak akan mendapatkan kepuasan kerja. Memang banyak
faktor lain yang menyebabkan anggota tidak memperoleh kepuasan kerja, tapi faktor budaya
a. Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas budaya organisasi. Selain itu makalah
ini bertujuan untuk membandingkan antara baik dan buruknya suatu organisasi. Membandingkan
dalam arti tidak mengatakan suatu organisasi itu baik atau tidak baik, tapi dijadikan sebagai
pedoman bagi para pembaca jika ingin membuat suatu organisasi dan menjawab rumusan
masalah.
b. Manfaat makalah ini adalah memenuhi tugas budaya organisasi dan menjadi pedoman bagi
seseorang jika ingin bergabung dengan suatu organisasi atau bahkan mendirikan sebuah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budaya dan Organisasi
a. Budaya
Budaya adalah salah satu dasar dari asumsi untuk mempelajari dan memecahkan suatu
masalah yang ada didalam sebuah kelompok baik itu masalah internal maupun eksternal yang
sudah cukup baik dijadikan bahan pertimbangan dan untuk diajarkan atau diwariskan kepada
anggota baru sebagai jalan yang terbaik untuk berpikir dan merasakan didalam suatu hubungan
permasalahan tersebut.
b. Organisasi
yang saling berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat mengenai kewenangan,
koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Herbert G Hicks Organisasi adalah proses yang terstruktur dimana orang-orang
Menurut Mc Farland Organisasi adalah suatu kelompok manusia yang dapat dikenal
Jadi, organisasi itu adalah sekumpulan orang yang terstruktur secara sistematis yang
a. Pengertian
Menurut Susanto Budaya organisasi adalah nilai-nilai yang menjadi pedoman sember
daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke
dalam perusahaan sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang
Menurut Robbins Budaya organisasi adalah suatu system makna bersama yang dianut
Menurut Gareth R. Jones Budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut
Jadi budaya organisasi itu adalah suatu budaya yang dianut oleh suatu organisasi dan itu
Kebiasaan, tradisi, dan cara umum dalam melakukan segala sesuatu yang ada di sebuah
organisasi saat ini merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan sebelumnya dan
seberapa besar kesuksesan yang telah diraihnya di masa lalu. Hal ini mengarah pada sumber
Secara tradisional, pendiri organisasi memiliki pengaruh besar terhadap budaya awal
organisasi tersebut. Pendiri organisasi tidak memiliki kendala karena kebiasaan atau ideologi
sebelumnya. Ukuran kecil yang biasanya mencirikan organisasi baru lebih jauh memudahkan
pendiri memaksakan visi mereka pada seluruh anggota organisasi. Proses penyiptaan budaya
terjadi dalam tiga cara. Pertama, pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang
sepikiran dan seperasaan dengan mereka. Kedua, pendiri melakukan indoktrinasi dan
menyosialisasikan cara pikir dan berperilakunya kepada karyawan. Terakhir, perilaku pendiri
sendiri bertindak sebagai model peran yang mendorong karyawan untuk mengidentifikasi diri
dan, dengan demikian, menginternalisasi keyakinan, nilai, dan asumsi pendiri tersebut. Apabila
organisasi mencapai kesuksesan, visi pendiri lalu dipandang sebagai faktor penentu utama
keberhasilan itu. Di titik ini, seluruh kepribadian para pendiri jadi melekat dalam budaya
organisasi.
Inovasi dan keberanian mengambil risiko. Sejauh mana karyawan didorong untuk
Perhatian pada hal-hal rinci. Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi, analisis, d
Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada teknik dan
Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada tim ketimbang pada
indvidu-individu.
Keagresifan. Sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.
Budaya organisasi mewakili sebuah persepsi yang sama dari para anggota organisasi atau
dengan kata lain, budaya adalah sebuah sistem makna bersama. Karena itu, harapan yang
dibangun dari sini adalah bahwa individu-individu yang memiliki latar belakang yang berbeda
atau berada di tingkatan yang tidak sama dalam organisasi akan memahami budaya organisasi
budaya dominan mengungkapkan nilai-nilai inti yang dimiliki bersama oleh mayoritas anggota
organisasi. Ketika berbicara tentang budaya sebuah organisasi, hal tersebut merujuk pada budaya
dominannya, jadi inilah pandangan makro terhadap budaya yang memberikan kepribadian
tersendiri dalam organisasi. Subbudaya cenderung berkembang di dalam organisasi besar untuk
merefleksikan masalah, situasi, atau pengalaman yang sama yang dihadapi para anggota.
Subbudaya mencakup nilai-nilai inti dari budaya dominan ditambah nilai-nilai tambahan yang
unik.
Jika organisasi tidak memiliki budaya dominan dan hanya tersusun atas banyak
subbudaya, nilai budaya organisasi sebagai sebuah variabel independen akan berkurang secara
signifikan karena tidak akan ada keseragaman penafsiran mengenai apa yang merupakan
perilaku semestinya dan perilaku yang tidak semestinya. Aspek makna bersama dari budaya
inilah yang menjadikannya sebagai alat potensial untuk menuntun dan membentuk perilaku.
Itulah yang memungkinkan seseorang untuk mengatakan, misalnya, bahwa budaya Microsoft
tersebut untuk lebih memahami perilaku dari para eksekutif dan karyawan Microsoft. Tetapi,
kenyataan yang tidak dapat diabaikan adalah banyak organisasi juga memiliki berbagai
1. Asumsi dasar
5. Berbagai nilai
6. Pewarisan
7. Acuan prilaku
9. Adaptasi
1. Budaya Birokrasi
2. Budaya Inovatif
3. Budaya Suporatif
Dari pengertian budaya organisasi di atas, tampak bahwa budaya organisasi memiliki
peran yang sangat strategis untuk mendorong dan meningkatkan efektifitas kinerja organisasi,
khususnya kinerja manajemen dan kinerja ekonomi, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Peran budaya organisasi adalah sebagai alat untuk menentukan arah organisasi,
mengarahkan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, bagaimana
mengalokasikan sumber daya dan mengelola sumber daya organisasional, dan juga sebagai alat
untuk menghadapi masalah dan peluang dari lingkungan internal dan eksternal.
Maskapai penerbangan ini dibentuk oleh dua kakak beradik. Dengan modal keinginan
tinggi, akhirnya pada Oktober 1999, Kusnan dan Rusdi Kirana selaku dua kakak beradik tersebut
berhasil mendaftarkan maskapai penerbangan yang dimilikinya ke badan hukum. Pada saat itu,
maskapai penerbangan ini hanya memiliki satu armada pesawat terbang. Rusdi Kirana. Kelahiran
17 Agustus 1963 ini mampu menepis segala keraguan dengan menjadikan Lion Air sebagai salah
satu armada terbesar saat ini. Berbekal pengetahuan menjadi sales agent sebuah biro perjalanan,
ia nekad mendirikan Lion Air. Ia menyebut modalnya saat itu hanya kepercayaan. ""Dari mana
saya punya uang, modal airline itu kan bukan cuma 1-2 milyar? Ini karena kepercayaan,"
tegasnya.
Budaya keterbukaan dibangun Lion Air, Rusdi Kirana sering melakukan pertemuan
informal dengan bawahannya dan meminta ide-ide untuk pengembangan perusahaannya, Gaya
dan tingkah laku keduanya menjadi inspirasi bagi karyawannya dan menjadikannya cerita yang
dibicarakan berulang-ulang diantara karyawannya. Mereka seolah menjadi model yang dijadikan
panutan bersama. Kepedulian terhadap karyawan sangat tinggi dan tidak terlalu mengedepankan
formalitas, ini memperbolehkan sesama karyawan menikah tanpa ada rasa khawatir akan
penyelewengan. Kondisi ini yang memudahkan kultur terbentuk dengan baik diantara staf
training dan simulator untuk pilot dan staffnya, dalam hal rekrutmenpun Lion Air berani untuk
membayar Transfer Fee lebih mahal untuk membajak Pilot-pilot yang berkualitas, strategi
outsourcingpun dilakukan kepada beberapa pekerjaan yang bersifat core untuk memudahkan
retensinya.
Lion Air mengingat keselamatan adalah hal utama dalam industry dan menjadi kewajiban
yang diembankan oleh departemen perhubungan. Lion Air membentuk Safety Management
System yang merupakan salah satu program safety yang harus dilaksanakan oleh serluruh
(International Civil Aviation Organization/ICAO) melalui Document 8959 sejak 1 Januari 2009 ,
program SMS ini telah disosialisasikan kepada seluruh karyawan Lion Air yang bertugas di
BAB III
KESIMPULAN
Setiap organisasi mempunyai budaya yang berbeda-beda. Tidak aka nada dua organisasi
yang mempunyai budaya yang sama persis. Ini biasanya sangat berpengaruh pada siapa
pendirinya. Contohnya organisasi yang sedang saya bahas, yaitu Lion Air. Kerena pendirinya
adalah orang yang mempunyai keinginan yang besar maka dia menerapkan kepada diri
karyawannya seperti apa yang dia harapkan. Itupun berhasil dan Lion Air sekarang menjadi
penumpang dengan baik. Itu semua harus dilakukan oleh pemimpin dan karyawannya. Tidak
hanya buat pelanggan, Pemimpinnya juga berusaha untuk memakmurkan semua karyawannya
dengan cara salah satunya membuat semua karyawan Lion Air menjadi teman, bukan sekedar
rekan kerja. Dalam gaji Lion Air juga menetapkan standar yang lumayan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Http://strategimanajemen.net/2010/03/08/melacak-strategi-bisnis-lion-air/
Http://romailprincipe.com/daftar-standar-gaji-perusahaan-indonesia
Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Wahab, Abdul Azis, Anatomi organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan, Bandung:, penerbit
Alfabeta, 2008
http://zabidin1993.blogspot.com/2013/06/budaya-organisasi.html
BUDAYA ORGANISASI
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan
budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun
bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak
menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan
pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya
waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi
kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang
membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah
sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.
a. Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya organisasi adalah
sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku
dari anggota organisasi itu sendiri.
b. Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah
cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi
atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
c. Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh
anggota-anggota organisasi itu.
d. Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk
bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan
lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota
termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan
masalah yang dihadapi.
e. Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai organisasi dan
akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan budaya organisasi dalam
penelitian ini adalah sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian
mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.
Dalam mempelajari budaya organisasi ada beberapa tingkatan budaya dalam sebuah organisasi,, dari
yang terlihat dalam perilaku (puncak) sampai pada yang tersembunyi. Schein (dalam Mohyi 1996: 85)
mengklasifikasikan budaya organisasi dalam tiga kelas, antara lain :
1. Artefak
Artefak merupakan aspek-aspek budaya yang terlihat. Artefak lisan, perilaku, dan fisik dalam manifestasi
nyata dari budaya organisasi
3. Asumsi dasar
Adalah keyakinan yang dimiliki anggota organisasi tentang diri mereka sendiri, tentang orang lain dan
hubungan mereka dengan orang lain serta hakekat organisasi mereka
Sementara Lundberg (dalam Mohyi, 1999:196) dalam studinya yang melanjutkan penelitian (pendapat)
Schein dan menjadikan tingkatan budaya organisasi sebagai topik utama mengklasifikasikan budaya
organisasi dalam empat kelas, yaitu
1) Artefak
Artefak merupakan aspek-aspek budaya yang terlihat. Artefak lisan, perilaku, dan fisik dalam manifestasi
nyata dari budaya organisasi
2) Perspektif
Perspektif adalah aturan-aturan dan norma yag dapat diaplikasikan dalam konteks tertentu, misalnya
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi, cara anggota organisasi mendefinisikan situasi-
siatuasi yang muncul. Biasanya anggota menyadari perspektif ini.
3) Nilai
Nilai ini lebih abstrak dibanding perspektif, walaupun sering diungkap dalam filsafat organisasi dalam
menjalankan misinya
4) Asumsi
Asumsi ini seringkali tidak disadari lebih dalam dari artefak, perspektif dan nilai
Tosi, Rizzo, Carroll (1994) mengatakan bahwa budaya organisasi dipengaruhi oleh empat factor, yaitu:
(1) pengaruh umum dari luar yang luas, (2) pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat (societal
values), dan (3) factor-faktor spesifik dari organisasi, (4) nillai-nilai dari kondisi dominan.
1. Pengaruh eksternal yang luas. (Broad external influences). Mencakup factor-faktor yang tidak
dapat dikedalikan oleh organisasi, seperti lingkungan alam (adanya empat musim atau iklim
tropis saja) dan kejadian-kejadian bersejarah yang membentuk masyarakat (sejarah raja-raja
dengan nilai0nilai feudal).
2. Nilai-nilai budaya dan budaya nasional (soctetal values and national culture). Keyakinan dan
nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas (misalnya kebebasan individu, kolektivisme,
kesopansantunan, kebersihan, dan sebagainya).
3. Unsure-unsur khas dari organisasi (organization specifis elements). Organisasi selalu berinteraksi
dengan lingkungannya. Dalam usaha mengatasi baik masalah eksternal maupun internal
organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang berhasil. Penyelesaian yang
merupakan ungakapan dari nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan. Keberhasilan mengatasi
masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi. Misalnya masalah
menghadapi kesulitan usaha, biaya produksi terlalu tinggi, pemasaran biayanya tinggi juga,
maka dicari jalan bagaimana penghematan di segala bidang dapat dilakukan. Jika ternyata
upayanya berhasil, biaya produksi dapat diturunkan demikian juga biaya pemasaran, maa nilai
untuk bekerja hemat (efisien) menjadi nilai utama dalam perusahaan. Dalam sumber budaya
yang ketiga di atas, unsure-unsur khas dari organisasi, kita temukan konsep budaya organisasi
dari Schein.
a. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri
individual seseorang.
d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan
memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta
perilaku karyawan.
Menciptakan Budaya Organisasi
Isu dan kekuatan suatu budaya memengaruhi suasana etis sebuah organisasi dan perilaku etis para
anggotanya. Budaya sebuah organisasi yang punya kemungkinan paling besar untuk membentuk standar
dan etika tinggi adalah budaya yang tinggi toleransinya terhadap risiko tinggi, sedang, sampai rendah
dalam hal keagresifan, dan fokus pada sarana selain itu juga hasil. Manajemen dapat melakukan
beberapa hal dalam menciptakan budaya yang lebih etis, yaitu:
Karyawan akan melihat sikap dan perilaku manajemen puncak (Top Manajemen) sebagai acuan /
landasan standar untuk menentukan perilaku dan tidakan - tindakan yang semestinya diambil.
2. Komunikasi harapan etis
Ambiguitas etika dapat diminimalisir dengan menciptakan dan mengkomunikasikan kode etik
organisasi.
3. Pelatihan etis
Pelatihan etis digunakan untuk memperkuat standar, tuntunan organisasi, menjelaskan praktik
yang diperbolehkan dan yang tidak, dan menangani dilema etika yang mungkin muncul.
SUMBER:
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/teori-budaya-organisasi.html
http://www.sarjanaku.com/2012/07/pengertian-budaya-organisasi-definisi.html
http://kulpulan-materi.blogspot.com/2012/05/sumber-sumber-budaya-organsasi.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita menyadari bahwa ada berbagai persoalan yang menjadi kendala mengisi
peluang dalam dunia bisnis di zaman globalisasi, pasar terbuka, persaingan bebas,
perubahan gaya hidup masyarakat yang cepat akibat teknologi informasi, baik itu bisnis
bidang jasa, bisnis produk rill, bahwa untuk menjalankan usaha dalam rangka mencapai
profit bisnis yang optimal tidaklah mudah, sudah tidak lagi segampang orang
membayangkan berusaha dengan cara asal-asalan, menghasilkan produk tidak unggul,
menghasilkan produk rill dan jasa dengan harga pokok mahal, pelayanan yang tidak
memuaskan, berusaha dengan cara monopoli, berusaha dengan proteksi pemerintah.
Lebih-lebih dunia bisnis kedepan siapa yang mampu bersaing dalam segala hal maka dia
atau perusahaannyalah yang mampu hidup dan bahkan kalau perlu mampu mengungguli
pasar, perusahaan-perusahaan lain yang tidak siap tentu akan gugur dalam persaingan,
mengalami kerugian, bahkan kebangkrutan. Hal seperti tadi tentu tidak kita kehendaki,
dan oleh karenanya tentu memaksa kita untuk memacu diri untuk membentuk
keunggulan-keunggulan yang menjadi komponen penentu dalam perusahaan, seperti :
keunggulan sumberdaya manusia, keunggulan manajemen, keunggulan teknologi,
keunggulan Metode proses, keunggulan inovasi dan kreativitas produk, keunggulan biaya,
keunggulan, harga dan kualitas, dan lainnya.
Berbicara tentang. keunggulan-keunggulan tadi, tentu kita mencari tahu apa dan
siapa yang paling menentukan dalam keunggulan tersebut, jawabannya adalah SDM
sebagai motor penggeraknya, yang lain turut menentukan tetapi hanyalah sifat kebutuhan,
bahan yang akan diproses SDM lebih lanjut, seperti kemampuan modal, kualitas produk,
dll. Misalnya kurang bahkan tidak ada modal, tetapi dalam tangan orang yang handal dia
dengan gampang memperoleh modal, cukup menjual gagasan-gagasan, ide, orang tertarik
modal pasti datang dengan sendirinya, karena orang mau menanam modal pada gagasan
rasional yang menguntungkan.
B. Pengertian Budaya dan Perusahaan
Budaya adalah semua bentuk yang menjadi hasil 'ciptaan' manusia, semua hal yang
menjadi produk 'karsa/kebijakan' yang menjadi pegangan hidup bermasyarakat umat
manusia, serta semua yang 'dirasakan' oleh manusia, baik yang bersifat positif maupun
negatif.
Perusahaan adalah unit terkecil rumah-tangga ekonomi yang melakukan proses
produksi riil atau jasa dengan motif profit, kepuasan bathin, yang dijalankan tunduk pada
kaidah-kaidah ekonomi didalam sistemnya.
Jadi budaya perusahaan adalah semua bentuk produk, semua bentuk kebijakan,
serta apa yang dirasakan orang-orang dalam perusahaan, menjadi satu kesatuan nilai
yang terjelma dalam capaian tujuan yang memuaskan perusahaan itu, dengan kata lain
terjadinya prestasi kerja perusahaan, atau terciptanya kinerja ekonomi yang lebih baik
dalam perusahaan tersebut.
Dengan memahami pengertian budaya perusahaan seperti dimaksud, maka dilain
pihak kita bisa membayangkan bagaimana capaian prestasi ekonomis suatu perusahaan
bila didalamnya digerakan oleh budaya perusahaan pada tingkat budaya berusaha yang
minimal, misalnya orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut mengutamakan
kepentingan pribadi-pribadi dari pada kepentingan perusahaan tempatnya bekerja;
bersikokoh dengan pemahaman masing-masing dari pada ada kesamaan pandangan
dalam perusahaan itu atau visi yang berbeda; latar belakang kebiasaan/tabiat orang-orang
yang berbeda masih terbawa kedalam perusahaan, dan lain sebagainya. Akibatnya sudah
pasti tercapailah tingkat prestasi perusahaan yang rendah, keuntungan rendah atau rugi,
akibat lebih lanjut kesejahteraan perusahaan, kesejahteraan pegawai yang ada dalam
perusahaan tersebut juga tidak mungkin dicapai, sedangkan disisi lain perusahaan dan
karyawan ingin sejahtera dengan maksimal.
1. Azas Kemakmuran
Bagi orang-orang yang ada dalam perusahaan (karyawan, manajemen,
pemilik) tujuan ekonomi yang hendak dicapai melalui prestasi pekerjaan adalah
terciptanya kemakmuran ekonomi. Tetapi kemakmuran ekonomi perusahaan tidak akan
terjadi apabila tidak ada kemakmuran perusahaan. Untuk menciptakan perusahaan yang
makmur tentu dengan cara mampu mendapatkan keuntungan perusahaan yang tinggi.
Kembali kepada kemakmuran yang bersumber dari prestasi pekerjaan
karyawan. Prestasi kerja atau kinerja individu baru akan diperoleh bila adanya motivasi
kerja individu yang tinggi dalam perusahaan tersebut. Budaya perusahaan harus mampu
menciptakan atau mengkondisikan perasaan karyawan dengan motivasi kerja yang tinggi.
Perusahaan harus mampu menunjukkan atau mensosialisasikan prospek bisnis yang dapat
dipercaya. Perusahaan harus bisa menjelaskan peluang pasar dengan produk perusahaan,
perusahaan juga bisa menjelaskan potensi-potensi yang ada dan yang mungkin bisa digali
untuk memperkuat potensi, yang sudah ada, kemudian perusahaan juga harus mampu
menjelaskan berbagai kendala yang dihadapi, tetapi disisi lain mampu juga mensosialisasi
cara mengatasi kendala tersebut dengan realitas atau ada kemampuan untuk
mengatasinya dengan tepat.
2. Azas Manfaat
Dengan menerapkan azas manfaat dalam budaya perusahaan, Maka akan
didapat kemampuan menghasilkan: produk berkualitas, efesien biaya, efektif waktu.
a. Azas manfaat produk berkualitas
Produk yang berkualitas akan menempatkan posisi produk itu akan
menarik minat konsumen untuk memilikinya. Mengapa produk berkualitas, diminati
pasar, karena ada 6 kategori syarat pertimbangan untuk memenuhi syarat berkualitas :
• produk kuat
• produk aman dalam penggunaan
• produk enak dirasakan
• produk menarik bentuknya
• produk mudah perawatan/penyimpanan
• produk mudah dipindahkan
Produk tersebut menjadi siap mampu bersaing berhadapan dengan
produk perusahaan lainnya perusahaan tidak mampu bersaing, perusahaan tidak
mendapatkan sifat keunggulan, semuanya berakibat produktifitas perusahaan menjadi
rendah.
Dari ketiga azas budaya perusahaan diatas maka segala hal yang
diterapkan menjadi budaya perusahaan adalah harus bercermin kepada azas-azas
tersebut untuk menentukan apakah itu yang diinginkan kondisi perusahaan.
Kita misalkan perusahaan ingin memperbaiki kualitas produk, maka
pihak manajemen menyaring kepada azas-azas itu, apa manfaat ekonomisnya
menguntungkan atau tidak, apakah memang dibutuhkan, apakah waktunya tepat atau
kapan, dan lain sebagainya.
BAB III
SASARAN, FUNGSI DAN LINGKUP BUDAYA PERUSAHAAN
a. Cipta
Yang berkaitan dengan cipta dapat digolongkan menjadi dua:
1) Ciptaan internal perusahaan
Kita tahu bahwa perusahaan itu pada intinya ingin
menghasilkan suatu produk, baik berupa barang atau jasa. Pengguna akhir dari produk
tersebut kita namakan pelanggan (costumers). Dari sisi pelanggan hal yang dirasakan
adalah kepuasan. Untuk mendapatkan kepuasan pelanggan, maka perusahaan mampu
menjual barang/jasa yang berkualitas dengan harga relatif murah. Bahkan tidak saja
produk sudah sampai di tangan pelanggan, tetapi untuk selanjutnya masih dilayani
dengan kepuasan berupa kepuasan pelayanan purna-jual Tugas budaya perusahaan
adalah bagaimana perusahaan membudayakan tanggung jawab agar menghasilkan
produk yang berkualitas dan mampu memberikan kepuasan konsumen.
Menghasilkan produk berkualitas dan melayani kepuasan
konsumen tentu membutuhkan proses, dalam proses melibatkan input-input, diantaranya
orang-orang; orang-orang inilah yang semua memiliki tanggung-jawab, bukan saja
tanggungjawab sebatas menunaikan tugas untuk menghasilkan imbalan, tetapi diperlukan
kesadaran lebih atas tanggungjawab terhadap perusahaan dan masyarakat luas.
2) Ciptaan sumber eksternal
Ada dua macam barang ciptaan luar yang dibutuhkan
perusahaan, yaitu bahan baku dan barang/alat untuk membantu pekerjaan kantor dan
alat produksi. Bahan baku kita kenal ada dua macam, yaitu bahan mentah dan setengah
jauh. Kemudian untuk membantu pekerjaan kantor berupa komputer, alat transportasi,
meja, dan peralatan lainnya. Yang untuk melakukan proses produksi berupa mesin dan
alat lainnya. Semua bahan baku dan peralatan yang bersumber dari luar tersebut tentu
membutuhkan penanganan dengan benar sesuai petunjuk kerja. Para pemangku
kepentingan (pemilik, manajemen, karyawan) dalam perusahaan melakukan pekerjaan
dengan benar sesuai prosedur dan pedoman, dengan tanpa ditawar, tertanam jadi budaya
dalam perusahaan.
b. Karsa/kebijakan
1) Karsa internal
Karsa internal yang berkaitan aktifitas fungsi manajemen
meliputi: perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan, pengendalian. Dalam
perencanaan berkaitan dengan keputusan rencana strategik: rencana induk, visi, misi,
rencana program, rencana operasi, keputusan operasional, kebijakan, peraturan,
pedoman, petunjuk. Dalam organisasi yang berkaitan dengan struktural, personalia,
jobs/pekerjaan. Dalam koordinasi, pengarahan dimanzai manajemen mampu menyatukan,
memadukan, unsur, manajemen, selanjutnya yang berkaitan dengan cara pengendalian,
pengawasan, umpan-balik.
2) Karsa Sumber eksternal
Bagaimanapun kebijakan dari luar baik dari pemerintah,
pemangku kepentingan lain (pemasok, bank) ada yang memberi dampak langsung kepada
perusahaan, misalnya peraturan tentang tenaga kerja, kebijakan arah ekonomi, kebijakan
lingkungan; pemasok kesulitan bahan baku.
c. Rasa
1) Perasaan karyawan
Kira ingat bahwa orang-orang yang ada dalam perusahaan
memiliki latar belakang yang berbeda, pandangan, harapan yang berbeda, dan tujuan
yang berbeda memasuki perusahaan. Disini bagaimana perusahaan mampu memenuhi
harapan orang-orang, membangun perasaan orang-orang dalam kebersamaan,
mendorong motivasi, mendorong kreativitas dan keunggulan, singkatnya orang berdaya
(manpower) sesuai yang diharapkan perusahaan.
Dalam, perusahaan secara implisit ada dua kepentingan yang
hampir berlawan, satu sisi kepentingan/harapan karyawan, sisi lain harapan, kepentingan
perusahaan. Kepentingan perusahaan itu ibarat sebuah kapal berlayar dengan gagah
menuju arahnya, sedangkan karyawan wajib bekerja menyesuaikan dengan kepentingan
perusahaan.
Disinilah letak perusahaan pembangunan sebuah budaya guna
menjembatani kedua kepentingan tersebut bisa disejajarkan sejalan tidak ada kontradiksi.
2) Perasaan masyarakat eksternal perusahaan
Masyarakat diluar perusahaan baik sebagai pelanggan,
pemasok, pemangku kepentingan, masyarakat luas lainnya, menghendaki kepuasan dari
pelayanan perusahaan. Hal seperti ini umpan-baliknya menuntut perusahaan mampu
memenuhi keinginan masyarakat tersebut.
A. Pengertian Nilai
Nilai adalah sesuatu yang sudah dipahami oleh seseorang untuk menyatakan
penting atau kurang penting, baik, atau kurang baik, benar atau tidak benar.
B. Macam-macam Nilai
1. Nilai subjektif, yaitu nilai yang dinyatakan secara tidak rasional, nilainya selalu
berubah tergantung orang, tempat, dan alasan.
2. Nilai objektif
• Penting" dinilai berdasarkan "kebutuhan".
Alat tulis, buku-buku bacaan yang berhubungan dengan materi perkuliahan
dianggap sangat penting bagi mahasiswa, oleh karenanya selalu mendahulukan membeli
keperluan belajar dibandingkan membeli majalah, tabloid.
• "Baik" dinilai berdasarkan "moral".
Mahluk hidup yang lain memiliki hak hidup sama seperti manusia, maka
secara moral hak mereka dihormati dan dilindungi.
• "Benar" dinilai berdasarkan "logika".
Menilai dengan pikir-akal yang rasional untuk menyatakan kebenaran atau
ketidakbenaran. Pencuri dihukum adalah benar; semua benda pasti jatuh karena grafitasi
bumi adalah benar; Dua ditambah empat sama dengan enam adalah benar, sama dengan
lima tidak benar.
• Nilai ideal yaitu berdasarkan kepantasan atau kecocokan. Misalnya warna
kamar serasi dengan warna dan penataan perabot didalamnya.
D. Orientasi Nilai
Nilai berorientasi kepada tujuan. Apa tujuannya, tidak lain adalah akan
digunakan, akan dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan tertentu. Misalnya nilai
kelulusan, nilai tukar, nilai tambah, dsb.
E. Pergeseran/perubahan Nilai
1. Nilai tertinggal. Misalnya 'cipta' tertinggal oleh 'rasa', sehingga terjadi
ketidakseimbangan nilai. Produk yang ada sekarang belum memuaskan konsumen, adalah
peluang bagi pebisnis untuk melakukan penyempurnaan kualitas.
2. Nilai tercemar. Nilai yang salah arti dari yang dimaksudkan, misalnya dia tertawa
belum tentu tidak menderita, apalagi tertawa lama.
3. Nilai terkabur. Faktanya ada tapi tidak diakui.
4. Nilai tertekan. Misalnya nilai adat-istiadat yang mulai melemah. Nilai terhilang.
Nilai gunanya habis, ada istri suaminya karena dia menilai tidak berguna atau dapat
suami tidak berguna bagi rumah tangga.
5. Nilai terputus. Terputusnya nilai antar waktu, karena waktu. Misalnya tenaga ahli
sejarah meraba nilai tumpukan batu ini dulu tempat penyembahan kepada dewa.
6. Nilai berkonflik. Misalnya antara kepentingan ekonomi dengan kepentingan
sosial/kemasyarakatan.
7. Nilai dilematik. Nilai yang diibaratkan buah simalakama, dimakan mati, tidak
dimakan mati.
8. Nilai bertambah. Sesuatu yang diberi polesan sedikit akan menambahkan nilainya.
9. Nilai berlebihan. Misalnya harga wajar dihargai seribu, tapi dibayar dua ribu.
F. Kategori Nilai
Ada tiga kategori nilai: nilai beretika, nilai responsive, nilai menguntungkan.
1. Nilai Beretika
Sebelumnya, kita ingin membedakan apa yang dimaksud dengan etika dan moral.
Moral adalah ajaran, petuah yang diyakini benar. Moral diakui tidak tawar-menawar,
sumbernya agama, kebiasaan, adat. Sedangkan etika adalah telaahan secara kritis
terhadap ajaran moral berdasarkan filosofinya.
Dalam perusahaan nilai beretika perlu dikembangkan untuk mengkritisi fungsi
manajemen dalam rangka mencapai tujuan. Nilai beretika dengan terapan seperti berikut:
a. Melakukan pekerjaan dengan ketulusan, jujur.
b. Berlaku adil dan sederajat dalam perusahaan.
c. Memberikan informasi yang tepat.
d. Memberi keteladanan sesuai nilai yang dianut untuk mencapai prestasi.
2. Nilai Responsive
Tanggap terhadap harapan stakeholder, network :
a. Menjamin pelanggar, tepat waktu.
b. Memperhatikan karyawan dengan rasa hormat.
c. Memegang komitmen terhadap stakeholder.
d. Meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan.
3. Nilai Menguntungkan
a. Menyediakan barang yang berkualitas.
b. Menanam kreativitas dan kreasi kepada karyawan.
c. Memberikan keuntungan yang layak kepada para pemegang saham.
d. Memberikan kontribusi tinggi kepada masyarakat.
Meskipun kita sudah membahas berbagai bentuk nilai, tetapi yang menjadi perhatian
penting adalah yang memberikan manfaat bukan melalui pernyataan nilai-nilai, tetapi
melalui "pelaksanaan" nilai-nilai.
BAB V
KESENJANGAN DAN ASPEK BUDAYA PERUSAHAAN
B. Aspek-Budaya Perusahaan
Kita mengingat bahwa berbicara mengenai budaya adalah berbicara tentang
manusia dan karyanya, manusia dengan apa yang dirasakannya (mau, puas, gembira,
enak, tidak adil, sedih, kurang, ingin melebihi, dll). Berikut ini ada 15 aspek sebagai
premis budaya yang perlu diberdayakan dalam perusahaan.
1) Budaya kebersihan
2) Budaya efisiensi
3) Budaya tanggap perubahan lingkungan
4) Budaya tanggap informasi
5) Budaya patuh pedoman dan peraturan
6) Budaya standar mutu
7) Budaya keindahan
8) Budaya haus belajar
9) Budaya mengejar prestasi
10) Budaya ketelitian/kecermatan
11) Budaya tepat, menghargai waktu
12) Budaya mengenal visi, misi perusahaan
13) Budaya menghargai hak dan kewajiban
14) Budaya kebersamaan
15) Budaya malu/harga diri
Dari ke-15 aspek tadi, yang juga boleh disebut sebagai sasaran perubahan budaya internal
perusahaan, kita lihat satu per satu, valuasi setiap waktu apakah masih relevan atau perlu
perubahan. Kalau perlu perubahan maka yang paling pertama dibuat adalah standarisasi
atau patokan ukuran setiap elemen sasaran yang akan dicapai, serta cara-cara untuk
mencapainya.
BAB VI
PERUBAHAN DAN TIPE BUDAYA PERUSAHAAN
BERNILAI LEBIH
A. Pengertian
Dalam Inpres No.7 th 1999, menyebutkan perencanaan strategik (Renstra)
yaitu merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama
kurun waktu 1-5 tahun, dengan memperhitungkan: potensi, peluang, kendala yang ada
atau mungkin timbul.
Perencanaan strategik merupakan dasar dan orientasi arah semua
perencanaan dari jangka pendek hingga jangka panjang (dari 1 th hingga, boleh 5 th,
boleh 12 th, boleh 25 th), didalamnya meliputi: perencanaan induk, visi, misi, tujuan,
sasaran, program, jangka waktu, kegiatan yang realistis, yang mengarahkan kepada
pencapaian tujuan untuk mengisi peluang, dengan mendayagunakan Sumber daya secara
maksimal, seta memperhitungkan kemampuan mengatasi hambatan-hambatan/kendala.
Diharapkan dengan adanya kejelasan dalam bentuk renstra maka perusahaan sudah
mempersiapkan kondisi sejak dini untuk menghadapi tantangan tersebut mengarungi
masa itu hingga sampai "tujuan".
Kemudian ilustrasi misi, merupakan sasaran-sasaran yang akan dicapai atau
diaktualisasi dalam waktu yang lebih pendek, yaitu untuk 1-5 tahun. Misalnya tahun
pertama misi pemasangan pondasi, tahun kedua misi pemasangan rangka, tahun ketiga
misi pemasangan atap, dst. Dan sudah tentu termasuk perencanaan alat, perencanaan
sumberdaya ekonominya, perencanaan SDMnya, semua berjalan sesuai dengan tahap
perencanaan dan pelaksanaan.
Kemudian apa yang dimaksud dengan program, merupakan semua input
(planning, man, money, bahan, alat, metode, teknik) melakukan "proses" atau terapan
kegiatan pada "sasaran-sasaran" yang ada dalam lingkup misi.
Mengapa rencana yang ingin dicapai dalam jangka panjang itu diistilahkan
sebagai rencana strategis (renstra), karena berfungsi sebagai dasar orientasi "rencana
induk" dari semua perencanaan dan kegiatan berikutnya. Juga dikatakan strategis karena
posisinya mutlak dalam menentukan gambaran yang akan terwujud, akan diperoleh
dalam pelaksanaan program berkesinambungan jangka pendek dan jangka panjang.
Jadi, renstra merupakan bayangan yang akan dicapai atau yang hendak
diwujudkan dalam kurun waktu jangka panjang, lima tahun keatas. Visi merupakan
bayangan yang akan dicapai atau yang hendak diwujudkan dalam jangka waktu lima
tahun kedepan. Misi merupakan sasaran-sasaran yang akan diselesaikan dalam rangka
mewujudkan visi. Program merupakan kumpulan sasaran yang menjadi target
penyelesaian dalam kurun waktu tertentu. Bisa program jangka pendek (hingga setahun),
program jangka menengah (1-5 th), dan program jangka panjang (10-15 th atau lebih).
Dari ilustrasi di atas maka dapat kita simpul bahwa program berfungsi untuk
mewujudkan misi, misi berfungsi untuk mewujudkan visi; visi untuk mewujudkan rencana
induk, sedangkan program merupakan kumpulan sasaran yang akan diproses menjadi
hasil/keluaran.
B. Perencanaan (planning)
Pengertian perencanaan adalah pernyataan kehendak yang ingin dicapai
dengan memperhitungkan peluang, potensi, kendala, yang selanjutnya ditindaklanjuti
melalui kegiatan.
Perencanaan merupakan pegangan untuk melakukan proses berikutnya.
Perencanaan yang mendetail, lengkap mempermudah melakukan kegiatan dan
mempermudah melakukan pengawasan. Karena apa yang direncanakan selanjutnya
diwujudkan dalam kegiatan, menjadi tolok-ukur penilaian kegiatan serta tolok-ukur
melakukan pengendalian/pengawasan. Dari rangkaian kegiatan maka akan nampak dapat
berjalan sebagaimana mestinya, atau terjadi kendala maupun penyimpangan; inilah
manfaat, perencanaan yang sempurna (lengkap) akan memudahkan pengendalian dan
memudahkan tindakan pemecahan masalah secepatnya.
C. Strategi Perencanaan
Strategi merupakan siasat atau taktik yang akan diterapkan dalam rangka
mencapai tujuan yang diinginkan. Ada 5 macam strategik perencanaan :
1. Menetapkan renstra
2. Menetapkan tujuan
3. Menetapkan sasaran
4. Menetapkan program
5. Menetapkan kegiatan
Dari strategi1r, rencana selanjutnya dituangkan dalam Rencana Operasi
(Renop), misalnya untuk bulanan, semesteran dan tahunan. Renop jangka setahun bisa
juga disebut dengan Rencana Kerja Tahunan (RKT).
Dari renstra ke renop diperlukan analisis potensi diri (APD), bisa dengan
analisa SWOT (strength/kekuatan, weakness/kelemahan, opportunity atau kesempatan,
threat/ancaman, atau menggunakan tehnik analisis lain.
D. Macam-macam Perencanaan
Ada 7 macam perencanaan:
1. Perencanaan pendahuluan. Memuat nama, alamat, jenis, bidang, bentuk usaha.
2. Perencanaan tujuan. Menetapkan bentuk profit atau nirlaba, menetapkan seberapa
besar yang ingin diperoleh atau seperti apa kualitas yang diharapkan. Selanjutnya ada
perencanaan strategik meliputi Visi, misi, program, sasaran.
3. Perencanaan sarana manajemen. Perencanaan ini Meliputi: manusia, material,
dana, metode/prosedur pelaksanaan, alat/mesin, fasilitas, prasarana.
4. Perencanaan waktu, kapasitas, sasaran. Waktu jangka pendek, menengah, panjang;
menentukan volume, kapasitas produksi; menetapkan sasaran dan macam-macam produk
yang diusahakan.
5. Perencanaan peraturan. Meliputi tata-tertib, larangan, reward/penghargaan,
vanishment/sangsi.
6. Perencanaan organisasi. Meliputi desain pekerjaan, uraian tugas, uraian pekerjaan
serta struktur organisasi.
7. Perencanaan kendala/resiko. Menguraikan beberapa kendala dan resiko yang
kemungkinan terjadi serta melakukan cara penanggulangan bila terjadi.
Contoh 2
- Peningkatan kualitas sumber daya manusia.
- Peningkatan dan pengembangan produksi pertanian.
- Peningkatan pembangunan prasarana perhubungan.
- Peningkatan pengembangan ekonomi berbasis kerakyatan.
- Pembangunan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi.
BAB VIII
BUDAYA MENINGKATKAN KINERJA
2. Budaya Adaptif
Budaya adatif yaitu dimana perusahaan mampu melakukan adaptasi
atau penyesuaian terhadap lingkungan yang berubah.
Menurut R. Kanter, budaya adaptaptif yaitu yang menghargai dan
mendorong kewirausahaan, yang dapat membantu perusahaan beradaptasi dengan
lingkungan yang berubah.
C. Budaya Kuat
Menurut Tom Watson, budaya kuat perusahaan itu penting karena alasan
filosofi dasar, semangat, keinginan orang dalam perusahaan lebih berpengaruh pada
pencapaian prestasi ketimbang ekonomi dan teknologi.
Budaya perusahaan kuat meningkatkan kinerja dapat dilihat dari 3 (tiga)
sisi:
2) Manajemen
Phak manajemen adalah orang yang profesional, ahli dibidangnya, sehingga
mampu membuat perencanaan, melaksanakan program secara efektif. Manajemen yang
lemah akan membentuk budaya perusahaan yang rendah, tidak berkinerja.
3) Pemilik
Perhatian pemilik perusahaan, pendiri, pada perusahaannya bersifat total,
perhatian penuh, tidak boleh setengah-setengah, dimana berada perhatian tertuju setiap
saat pada perusahaan. Dengan perhatian total akan mudah mengambil keputusan cepat
untuk tindakan.
b. Ekonomi
1) Finansial
Bagaimanapun didalam bisnis dana merupakan darah usaha. Kecukupan
dana yang sering menjadi masalah. Apabila dana kurang ada berbagai cara mengatasi,
dengan menerbitkan saham baru, menyisihkan laba untuk modal, pinjam dan pihak
lembaga keuangan, pinjam dari masyarakat. Dana yang memadai turut memperkuat
implementasi budaya, pengadaan fasilitas, peningkatan kesejahteraan, dana pembinaan
dan sosialisasi.
2) Bahan mentah dan jadi
Sumber bahan mentah harus terjamin tidak terjadi kemacetan, atau tidak
macet tapi harganya ditentukan pemilik, bahan mentah, akibatnya harga bahan jadi
mahal tidak mampu bersaing. Disamping itu bahan mentah harus bermutu standar. Untuk
menghindari ini ada perusahaan sampai memproduksi sendiri bahan mentah, misalnya
perusahaan kertas dengan menanam hutan/kayu jadi bahan baku bubur pulp kertas.
Barang jadi atau hasil produksi harus yang paling bermutu dan dengan harga murah,
semua ini untuk menarik pembeli berminat tinggi.
c. Perencanaan
Perencanaan merupakan pegangan, untuk melakukan proses berikutnya.
Perencanaan yang mendetail, lengkap mempermudah melakukan kegiatan dan
mempermudah melakukan pengawasan. Karena poin-poin yang direncanakan kemudian
ditindaklanjutkan maka akan kelihatan bisa berjalan jalan sebagaimana mestinya, atau
terjadi kendala maupun penyimpangan.
d. Teknologi
Kemampuan SDM, ekonomi, perencanaan yang kuat tidak bisa efektif bila tidak
didukung oleh kemampuan teknologi, (ilmu kerja) dan metode proses yang unggul.
Dengan adanya kemampuan teknologi dan metode proses akan mampu menghasilkan
produk berkualitas dengan biaya rendah atau harga jual murah. Kemampuan ini sebagai
salah satu daya dukung dalam ketahanan dan keunggulan budaya dalam perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Jonfrid H. Siae, MM. 2010. Budaya Perusahaan : Meningkatkan Kinerja Ekonomi. Palangka
Raya.
Robbins Stephen, Tomothy A.Judge. 2008. Perilaku Organisasi, Buku II. Jakarta: Salemba IV.
http://massofa.wordpress.com/2013/05/20/ciri-ciri-peranan-dan-fungsi-
budaya-organisasi/
5. Dijumpai banyak ritual, mulai yang sangat sedarhana sampai dengan ritual yang mewah,
Pemimpin selalu hadir acara ritual-ritual ini.
Bahan Bacaan
Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadhership
Achmad Sobirin, Budaya Organisasi, (Yogyakarta : YKPN, 2007 )
Amin Widjaja Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar, (Jakarta : PT. Rhineka Cipta, 1993)
Moh Pabundu Tika, Budaya Organisasi Dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, (Jakarta :
PT.
Bumi Aksara, 2006)
Pabundu Tika, Budaya Organisasi Dan Peningkatankinerja Perusahaan, (Jakarta : PT Bumi
Aksara. 2006)
Sondang P Siagaan,Teori Pengembangan Organisasi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,1995)
Umar Nimran, Perilaku Organisasi, (Surabaya : CV. Citra Media, 1997)