Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KERJA PRAKTIK

PEKERJAAN BALOK, PLAT DAN TANGGA GEDUNG PERKULIAHAN TERPADU


IAIN PURWOKERTO

Disusun Oleh:

ORYZA AULIA PUSPITASARI


H1D013015

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PURWOKERTO
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto adalah salah satu perguruan tinggi
islam negeri di Purwokerto. IAIN Purwokerto memiliki lima fakultas, yaitu Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Fakultas Syari’ah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, dan Fakultas Ushuludin, Adab dan Humaniora. Kampus
IAIN Purwokerto telah melakukan pengembangan fasilitas untuk menunjang kegiatan
akademik maupun non akademik, salah satunya adalah dengan adanya proyek pembangunan
gedung kuliah terpadu sebagai penunjang sarana perkuliahan.
Kerja praktik adalah mata kuliah dalam kurikulum program strata satu yang wajib
dilaksanakan oleh setiap mahasiswa di lingkungan Universitas Jenderal Soedirman.
Penyusun melakukan kerja praktek di salah satu cabang ilmu teknik sipil, yaitu pada cabang
struktural dan penyusun kerja praktik pada proyek Pembangunan Gedung Perkuliahan
Terpadu IAIN Purwokerto dengan mengambil judul Pekerjaan Balok, Pelat dan Tangga
Pada Proyek Pembangunan Gedung Perkuliahan Terpadu IAIN Purwokerto.

B. Maksud dan Tujuan Kerja Praktik

Selama melakukan kerja praktik, mahasiswa teknik sipil diharapkan mengetahui


proses pelaksanaan konstruksi dari suatu proyek. Adapun maksud dan tujuan pelaksanaan
kerja praktik pada Proyek Pembangunan Gedung Perkuliahan Terpadu IAIN Purwokerto
adalah sebagai berikut.

1. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik dalam bidang


perencanaan maupun pelaksanaan di lapangan yang tidak diperoleh di bangku
perkuliahan.
2. Mahasiswa diharapkan dapat membandingkan antara teori yang diperoleh dengan
pelaksanaan di lapangan sehingga dapat memperoleh keseimbangan ilmu keteknikan.
3. Mahasiswa diharapkan mengetahui kumpulan sumber-sumber dasar atau input proyek
sehingga proyek dapat terlaksana dengan baik.
4. Mahasiswa dapat mengetahui secara langsung pelaksanaan atau kinerja pembangunan
gedung, khususnya pekerjaan Balok, Pelat dan Tangga pada bangunan gedung
Perkuliahan Terpadu IAIN Purwokerto.
2
5. Mahasiswa dapat menganalisis masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan proyek
serta pemecahan yang dapat dilakukan.

C. Ruang lingkup Kerja Praktik

Ruang lingkup pekerjaan yang ditinjau pada pelaksanaan kerja praktik ini adalah
pelaksanaan pekerjaan kolom dan tangga pada Proyek Pembangunan Gedung Perkuliahan
Terpadu IAIN Purwokerto yang meliputi:

1. Pekerjaan pembesian pada struktur balok, pelat dan tangga,


2. Pekerjaan bekisting pada struktur balok, pelat dan tangga,
3. Pekerjaan pengecoran pada struktur balok, pelat dan tangga,
4. Pekerjaan pembongkaran bekisting pada struktur balok, pelat dan tangga,
5. Pekerjaan perawatan beton pada struktur balok, pelat dan tangga,
6. Pembahasan permasalahan dan pemecahan masalah pada struktur balok, pelat dan
tangga.

D. Metode pengumpulan data


Laporan ini ditulis dengan metode deskriptif, yaitu dengan menggambarkan dan
menguraikan hasil pengamatan yang dilakukan oleh praktikan dan dilengkapi dengan data
laporan, gambar-gambar dan foto-foto kegiatan dilapangan yang mendukung penyajian
laporan ini. Dalam penyusunan laporan ini data diperoleh dari berbagai sumber yaitu sebagai
berikut:
1. Pengamatan langsung (Observasi), yaitu melakukan pengamatan langsung di lapangan
mengenai teknik-teknik pekerjaan struktur yang sedang berlangsung,
2. Wawancara (Interview), yaitu melakukan tanya jawab langsung dengan semua pihak
yang terlibat dalam proyek, mengenai hal-hal yang belum diketahui dan berbagai
masalah yang dijumpai di lapangan,
3. Pengumpulan data tertulis dan gambar-gambar proyek dari kontraktor dan konsultan,
maupun yang didapat sendiri oleh penyusun dengan alat bantu kamera, pensil dan buku
tulis yang digunakan saat pengambilan data proyek ketika pelaksanaan pekerjaan di
lapangan,
4. Beberapa literature sebagai bahan pembanding.

3
BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK

A. Gambaran Umum Proyek


Pada Pembangunan Gedung Perkuliahan Terpadu IAIN Purwokerto tahun ini
merupakan tahap pertama, yang terdiri dari pembangunan seluruh struktur utama dari
pondasi sampai atap, serta pekerjaan arsitektur luar. Proyek ini dibangun dengan metode
konvensional, semua pembuatan elemen struktur adalah insitu atau non precast. Gedung
Perkuliahan Terpadu ini direncanakan 4 lantai dengan urutan lantai dasar (basement), lantai
1, lantai 2, dan lantai 3 dengan elevasi lantai 3 adalah 10,74 m.

B. Maksud dan Tujuan Proyek

Tujuan dalam pelaksanaan proyek ini adalah sebagai berikut:


1. Meningkatkan sarana dan prasarana kampus
2. Meningkatkan sumber daya kampus guna mendukung proses pendidikan di Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto
3. Menambah nilai lebih kampus dibandingkan dengan kampus lain
4. Menambahkan fasilitas Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto dengan adanya
penambahan bangunan gedung pendidikan ini.

C. Data Umum Proyek

Data umum proyek adalah data-data yang menggambarkan proyek secara umum.
Data umum pada proyek ini antara lain :
Nama Proyek : Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu IAIN Purwokerto
Lokasi Proyek : Jalan Jend. A. Yani, No.40A, Purwokerto
Pemilik Proyek : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto
Konsultan Perencana : CV. Arsigrapi, Yogyakarta
Konsultan Pengawas : CV. Citra Vastu Vidya, Tegal
Kontraktor Pelaksana : PT. Bina Agung Damar Buana
Lingkup Pekerjaan : Terdiri dari 4 lantai
Luas Bangunan : 2832,88 m2
Nilai Kontrak : Rp 10.904.980.000,-
Sumber Dana : APBN 2016
Waktu Pelaksanaan : 165 Hari
4
D. Lokasi Proyek
Secara geografis, batas-batas Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu IAIN
Purwokerto antara lain, sebelah selatan berbatasan dengan Gedung Pusat Kegiatan
Mahasiswa, sebelah barat berbatasan dengan Gedung Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
sebelah timur berbatasan dengan laboratorium Fakultas Dakwah dan Komunikasi,
sedangkan sebelah utara berupa Gedung Perkuliahan. Lokasi proyek akan dijelaskan pada
gambar 2.1 berikut.

LOKASI
PROYEK

Gambar 2.1 Lokasi proyek Gedung Kuliah Terpadu IAIN Purwokerto

E. Data Teknis Proyek


Data teknis proyek adalah data yang menjelaskan keadaan struktur suatu proyek.
Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu IAIN Purwokerto memiliki data struktur sebagai
berikut:
1. Jumlah Tingkat : 4 lantai
2. Luas Bangunan : ± 2832,88m2, meliputi:
Basement floor : ± 708,22 m2
1st floor : ± 708,22 m2
2nd floor : ± 708,22 m2
3rd floor : ± 708,22 m2
3. Fondasi :
Ada empat tipe fondasi yang digunakan pada proyek ini yang tercantum dalam tabel 2.1.

5
Tabel 2.1 Jenis Fondasi Footplat
Tipe Dimensi (mm)
F1 2500x2500x350
F2 2000x2000x350
F3 1500x1500x350
F4 800x800x200

4. Sloof :
Ada dua tipe ukuran sloof yang digunakan pada proyek ini yang tercantum dalam tabel
2.2.
Tabel 2.2 Tipe dan Dimensi Sloof
Tipe Dimensi Sloof (mm)
S1 250 x 500
S2 150 x 250
5. Kolom :
Ada empat tipe ukuran kolom yang digunakan pada proyek ini yang tercantum dalam
tabel 2.3.
Tabel 2.3 Kolom Persegi dengan Mutu beton K300

Tipe Dimensi Kolom (mm) Tulangan (mm)


K1 600/600 16D22
K2 400/400 14D22
K3 200/200 4ᴓ12
K4 150/150 4ᴓ12
6. Balok:
Ada empat tipe ukuran balok yang digunakan pada proyek ini yang tercantum dalam
tabel 2.4.
Tabel 2.4 Dimensi Balok
Tipe Balok Dimensi
B1 300 x 600
B2 250 x 500
B3 200 x 400
B4 200 x 300

7. Pelat : Pada gedung utama menggunakan weirmesh dan bondek dengan


tebal plat 13 cm.
8. Mutu Beton : K-250 (Tangga), K-300 (Kolom), K-300 (Balok), K-300 (Pelat)
9. Pembesian : Tulangan yang digunakan memiliki ukuran besi polos : Ø12, Ø10
; besi ulir: D13, D16, D19, D22

6
10. Bekisting : Bekisting kolom dan balok digunakan multipleks dengan tebal 5
mm dan besi 3/5, dan bekisting pelat digunakan bondek
11. Atap : Struktur Rangka Baja

F. Data Tanah
Penyelidikan tanah harus dilakukan secara detail dan teliti sehingga diperoleh data
dan gambaran yang jelas mengenai keadaan, sifat, dan susunan lapisan tanahnya. Salah
satu penyelidikan tanah pada proyek ini menggunakan uji sondir (Cone Penetration Test).
Dari hasil penyelidikan titik sondir, kedalaman tanah kerasnya didapatkan pada kedalaman
-3,1m dari muka tanah asli. Dari hasil penyelidikan tanah tersebut dipilih jenis fondasi
footplate.

G. Unsur Pengelola Proyek


Dalam proses pelaksanaan pembangunan yang berupa bangunan sipil, bangunan
instansi maupun bangunan gedung akan melibatkan orang atau badan yang melaksanakan
pekerjaan bangunan tersebut. Orang atau badan yang melaksanakan proses pembangunan
tersebut disebut unsur-unsur pengelola proyek. Bagan struktur hubungan antar pengelola
proyek pada Proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu IAIN Purwokerto seperti pada
Gambar 2.2 berikut.

Pemilik Proyek
IAIN Purwokerto

Perencana Pengawas
CV. Arsigapi CV. Citra Vastu Vidya

Kontraktor
PT. Bina Agung Damar
Buana

Gambar 2.2 Struktur hubungan pengelola proyek Gedung Kuliah Terpadu IAIN Purwokerto

7
BAB III
SUMBER DAYA PROYEK

A. Peralatan
1. Peralatan Pekerjaan Pengukuran
Theodolite, mistar dan threepod.
2. Peralatan Pekerjaan Tanah
Cangkul, linggis, backhoe dan peralatan pendukung (ember plastik, drum, dll.).
3. Peralatan Pekerjaan Pembetonan
Concrete mixer/mollen, alat bantu (sendok semen, alat penggaruk, kayu perata, dsb.),
alat pendukung pengecoran (ember, katrol dan tali) dan perancah (scaffolding frame).
4. Peralatan Pekerjaan Tulangan Baja
Alat pembengkok tulangan (bar bender manual) dan alat pemotong tulangan (bar cutter
dan catut besi).
5. Peralatan Pekerjaan Kayu
Gergaji, meteran, penggaris siku, pensil, palu, catut dan paku.
6. Peralatan Pengangkutan
Mobil pengangkut (truck) dan gerobak material.
7. Peralatan Pekerjaan Pembersihan
Sapu dan magnet.
B. Material
1. Semen portland
2. Agregat halus (pasir)
3. Agregat kasar (batu split)
4. Tulangan baja
5. Kawat bendrat
6. Bekisting
7. Cat
8. Plat bondek
9. Weirmesh

8
BAB IV
TINJAUAN KHUSUS
PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK, PLAT DAN TANGGA

A. Pekerjaan Balok dan Plat


Balok adalah bagian dari konstruksi yang berfungsi memikul beban lantai dan beban
lain yang bekerja di atasnya dan kemudian menyalurkan beban tersebut ke kolom-kolom.
Plat lantai atau slab merupakan suatu konstruksi yang menumpang pada balok. Pada proyek
ini plat lantai sistem konvensional dan smart deck dibuat monolit dengan balok sehingga
diasumsikan terjepit pada keempat sisinya. Plat lantai dengan sistem konvensional tidak
digunakan pada sebagian lantai namun hanya untuk beberapa bagian atap saja sehingga yang
akan dijelaskan pada subbab ini adalah plat lantai sistem smart deck. Kegiatan yang
dilakukan pada pekerjaan balok dan plat dijelaskan pada gambar 4.1.

Penentuan elevasi balok dan plat lantai

Pembuatan bekisting balok

Penulangan Balok

Pemasangan plat bondek dan weirmesh

Pengecoran balok dan plat lantai

Pelepasan bekisting balok

Gambar 4.1 Diagram alir pekerjaan balok dan plat lantai

Langkah-langkah pengerjaan balok dan plat yaitu sebagai berikut :

1. Penentuan Elevasi Balok Dan Plat


Penentuan ini dilakukan dengan mengukur setinggi 1,00 m dari dasar kolom dan
diberi kode pada kolom tersebut. Kemudian dengan menggunakan waterpass, kolom yang
lain juga diberi kode elevasi 1,00 m dari dasar kolom. Dari kode tersebut, diukur sesuai
tinggi yang diinginkan sebagai elevasi dasar bekisting balok. Kemudian dari dasar
bekisting balok tersebut diukur setinggi ketinggian balok sebagai elevasi dasar plat bondek.

9
2. Pembuatan Bekisting Balok
Pelaksanaan pekerjaan bekisting balok dengan cara memasang perancah, memasang
bekisting bawah (bottom form), memasang bekisting samping (side form), memasang
beam clamp dan memasang stronger beam.
3. Penulangan Balok
Pelaksanaan penulangan balok dilakukan dengan cara memasang alat perancah untuk
sebagai penyangga balok. Pemasangan tulangan balok pada elevasi yang telah ditentukan
dari kode elevasi pada kolom. Tidak lupa pula dengan memperhitungkan tebal selimut
beton. Tulangan atas dipasang dengan menjangkarkan ujungnya pada tulangan kolom.
Sedangkan sengkang dimasukkan ke dalam tulangan balok satu per satu dan diukur jarak
tiap sengkang. Pemasangan tulangan sengkang yang diatur jaraknya dimana jarak pada
tumpuan lebih rapat dibandingkan jarak pada lapangan. Sengkang diikat dengan kawat
bendrat. Pasang beton decking pada bagian bawah serta samping untuk selimut beton.
4. Pemasangan Plat Bondek Dan Weirmesh
Tahap pemasangan plat bondek dan tulangan weirmesh adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan scaffolding sebagai penyangga terhadap lantai di bawahnya. Sebelum
scaffolding didirikan, buatlah dasaran (base) yang cukup rata dan kokoh. Misal
dengan menggunakan papan dan kayu untuk tanah yang kurang rata di bawahnya.
b. Setelah sejumlah scaffolding berdiri, dilanjutkan dengan kaso untuk penyangga plat
bondeknya.
c. Setelah semua penyangga terpasang dengan baik, dilanjutkan dengan pemasangan plat
bondek sebagai tahapan akhir bekisting. Plat bondek diletakkan di bagian atas tepi
bekisting balok, pada bagian ujung plat yang bergelombang diberi plat datar untuk
menampung beton. Ukuran plat bondek sudah ada standar fabrikasinya sehingga untuk
memenuhi luasan plat harus disambung menggunakan las.
d. Menyiapkan tulangan weirmesh, bawa ke lokasi plat lantai rencana. Weirmesh
diletakkan di atas plat bondek dan tulangan balok. Seperti plat bondek, weirmesh juga
mempunyai ukuran standar fabrikasi sehingga untuk memenuhi luasan plat lantai
harus disambung dengan kawat bendrat.
5. Pengecoran Balok Dan Plat Lantai
Pelaksanaan pengecoran balok dan plat lantai adalah sebagai berikut:
a. Sebelum dicor antara beton baru dan beton lama diberi calbond (lem beton) terlebih
dahulu agar pengecoran dapat lebih lengket.

10
b. Untuk pelaksanaan pengecoran balok, plat lantai digunakan concrete pump dari Varia
Usaha Beton yang menyalurkan beton ready mix dari truck mixer ke lokasi
pengecoran, dengan menggunakan pipa pengecoran yang disambung-sambung
menggunakan klem.
c. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis sampai memenuhi tebal plat yang
direncanakan.
d. Pemadatan tidak perlu dengan menggunakan concrete vibrator karena penghamparan
beton yang relatif tipis, sehingga dengan terinjak-injak oleh pekerja saja sudah cukup.
e. Adukan kemudian diratakan dengan menggunakan penggaruk dan cangkul.
f. Setelah itu adukan diratakan dengan jidar (kayu perata) sesuai dengan tinggi peil yang
sudah ditentukan. Tinggi peil dicek dengan waterpass atau jika sudah menggunakan
bantuan relat peil maka permukaan lantai sudah dianggap rata.
6. Pelepasan Bekisting Balok
Pelepasan bekisting balok dilakukan setelah ±7 hari. Pelepasan dimulai dengan
mengendurkan jack base atau U-head jack pada susunan perancah penyangga bekisting
balok dan kolom. Kemudian dilanjutkan dengan pelepasan balok kaso.
B. Analisis Struktur Balok
Pada analisa struktur ini, penulis meninjau portal lantai satu (El. +2,95m) tipe balok
B3 dengan dimensi 200 x 400. Sketsa struktur balok dilampirkan pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Sketsa struktur balok


Berikut ini adalah diagram tegangan leleh balok tipe B3 yang terlampir pada
gambar 4.3.

Gambar 4.3 Diagram Tegangan Regangan

11
Adapun data-data balok untuk tipe B3 sebagai berikut:
Lebar balok (b) = 20 cm = 200 mm
Tinggi balok (h) = 40 cm = 400 mm
Tebal pelat = 12 cm = 120 mm
Tebal penutup (d’) = 30 mm
f’c = 24,9 Mpa
fy tulangan lentur (Ulir) = 400 Mpa
fy tulangan Sengkang (Polos) = 240 Mpa
Tinggi Efektif (d) = h - d’ = 400 – 30 = 370 mm
Berat Jenis Beton = 2400 kg/cm
Berat Jenis Dinding = 1700 kg/cm
Berat Jenis Pasir = 1600 kg/cm
Berat Jenis Spesi = 2100 kg/cm
Berdasarkan PBI 1983 beban-beban yang bekerja pada suatu struktur antara lain
beban mati dan beban hidup.
1. Mengitung beban mati
Beban pelat: 2 x (0,12 x 2400 x 2,25) = 1296 kg/m = 1,2960 T/m
Beban pasir (2cm): 2 x (0,02 x 1600 x 2,25) = 144 kg/m = 0,1440 T/m
Beban spesi (2 cm): 2 x (0,02 x 2100 x 2,25) = 189 kg/m = 0,1890 T/m
Berat plafond dan penggantung: 18 kg/m = 0,0180 T/m
Beban dinding (h : 3,87 m): 0,1 x 3,87 x 1700 = 657,9 kg/m = 0,65 T/m
Beban balok: 0,4 x 0,2 x 6 x 2400 = 1152 kg/m = 1,1520 T/m
Sehingga didapat beban mati total (qd) = 3,449 T/m
2. Menghitung beban hidup
Berdasarkan PBI 1983 beban hidup untuk bangunan struktur sebesar 250 Kg/m2.
ql = 250 x 6 = 1500 kg/m = 1,5 T/m
3. Menghitung kombinasi pembebanan
Qu = 1,2 qd + 1,6 ql
= 1,2 (3,449) + 1,6 (1,500)
= 6,5388T/m
Momen (Mu) yang terjadi pada balok terdiri dari momen negatif dan momen
positif.
Momen negatif = -1/12 x qu x L2
= -1/12 x 6,5388 x 62
12
= -19,6164 Tm = -1,96164 x 108 Nmm = - 196,16 KNm
Momen positif = 1/24 x qu x L2
= 1/24 x 6,5388 x 62
= 9,8082 Tm = 0,98082 x 108 Nmm = 98,082 KNm
Dianggap tulangan tekan belum leleh dan tulangan tarik telah leleh.
d’ = 30 mm
d = 370 mm
As = 3 D19 = 850,155 mm2
TS’ = As’x Es x εs’
𝐜−𝐝′
εs’ = x 0,003
𝐜
𝐜−𝟑𝟎
= x 0,003
𝐜
𝐜−𝟑𝟎
Ts’ = 850,155 x 200000 x x 0,003
𝐜
𝐜−𝟑𝟎
= 510093 x 𝐜

Ts = As x Fy
= 850,155 x 400
= 340062 N
Σ Tekan = Σ Tarik
Cc + Ts’ = Ts
0,85 f’c x 0,85 c b + As’ x fs’ = As x Fy
𝐜−𝟑𝟎
0,85 x 24,9 x 0,85c x 200 + 510093 x = 340062
𝐜

3598,05c2 + 510093c – 15642852 = 0


Didapat nilai c = 45,736 mm
a = 0,85 c = 0,85 x 45,736 = 38,8756 mm
𝐜−𝟑𝟎
Ts’ = 510093 x = 175503,3988 mm
𝐜

Pemeriksaan regangan
𝐝−𝐜
εs = x 0,003
𝐜
𝟑𝟕𝟎−𝟒𝟓,𝟕𝟑𝟔
= x 0,003
𝟒𝟓,𝟕𝟑𝟔

= 0,0213
𝐜−𝐝′
εs’ = x 0,003
𝐜
𝟒𝟓,𝟕𝟑𝟔−𝟑𝟎
= x 0,003
𝟒𝟓,𝟕𝟑𝟔

13
= 0,00103
εy = Fy / Es = 400 / 200000 = 0,002
εs’ < εy, Tulangan tekan belum leleh
εs > εy, Tulangan tarik telah leleh
Mn = 0,85 x f’c x a x b x (d – a / 2) + Ts’ x (d – d’)
= 0,85 x 24,9 x 38,8756 x 200 x (370-38,8756/2) + 175503,3988 x (370-30)
= 117359816,6 Nmm
= 117,36 KNmm
Mr = 0,85 Mn
= 99755844,11 Nmm
= 99,76 KNmm
Mu ≤ Mr
98,82 KNm ≤ 99,76 KNm …………………………. OK!
Maka dapat disimpulkan kapasitas balok pada lapangan mampu menahan momen lentur
yang ada.

C. Pekerjaan tangga
1. Perhitungan Tangga
Dalam menghitung kebutuhan ukuran dan jumlah tangga adalah menjadi hal sangat
penting dalam suatu konstruksi. Proyek ini menggunakan tinggi tanjakan 15 cm dan lebar
injakan 30 cm. Gunakan rumus 2O + A = (60 – 65)
2(15) + 30 = 60 (boleh dipakai karena memenuhi syarat)
Kemudian menghitung jumlah anak tangga dari lantai basement ke lantai 1 adalah:
• Tinggi lantai basement dari muka tanah = ± 0,00 m
• Tinggi lantai 1 dari muka tanah = + 3,00 m
Beda tinggi = 3,00 – 0,00 = 3,00 m = 300 cm
Maka, jumlah anak tangga = (beda tinggi : tinggi anak tangga) – 1
= (300 : 15) – 1
= 19 buah anak tangga
Sedangkan untuk menghitung jumlah anak tangga dari lantai 1 ke lantai 2 adalah:
• Tinggi lantai 1 dari muka tanah = + 3,00 m
• Tinggi lantai 2 dari muka tanah = + 6,87 m
Beda tinggi = 6,87 – 3,00 = 3,87 m = 387 cm
Maka, jumlah anak tangga = (beda tinggi : tinggi anak tangga) – 1

14
= (387 : 15) – 1
= 25 buah anak tangga
Untuk lebar tangga standar :
• Dilalui 1 orang ± 80 cm
• Dilalui 2 orang ± 120 cm
• Dilalui 3 orang ± 160 cm
Proyek ini menggunakan lebar tangga 150 cm untuk 3 orang. Untuk menghitung
sudut tangga dengan lebar bordes 1,497 m, tinggi bordes dari elevasi +0,30 adalah 1,65 m
dan panjang tangga 4,647 m adalah:
1,4967 m

1,65 m

27,65˚

4,647 m

= 4,647 – 1,497
= 3,15 m
1,65
Sudut tangga = tan−1 = 3,15 = 27,65° < 30° …………………… OK!

Jadi dengan ukuran tinggi anak tangga 15 cm, lebar pijakan anak tangga 30 cm,
lebar tangga 150cm dan sudut tangga 26,75°, maka tangga tersebut telah memenuhi
syarat keamanan, kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna tangga.
2. Pekerjaan Bekisting Tangga
Pada proyek ini, pekerjaan bekisting meliputi pekerjaan bekesting sloof, kolom,
pekerjaan bekisting balok, plat lantai, serta pekerjaan bekisting tangga.
3. Pekerjaan Penulangan Tangga
Penulangan plat tangga dilakukan seperti penulangan pada plat lantai yaitu dengan
membentangkan tulangan melintang dan memanjang sepanjang plat tangga, penulangan
plat tangga bersamaan dengan penulangan plat bordes. Tulangan yang dipakai D13 untuk
tulangan utama dan Ø10 untuk tulangan melintang, anak tangga dan bordes.
4. Pekerjaan Pengecoran Tangga
Pekerjaan pengecoran dilakukan setelah pekerjaan bekisting dan penulangan selesai
dan setelah dilaksanakan pengecekkan kesiapan pengecoran dari quality control, seperti

15
halnya pekerjan bekisting dan penulangan, pengecoran juga di lakukan di tempat.
Pelaksanaan pekerjaan tangga dirangkum dalam diagram alir seperti pada gambar 4.4.

Pemasangan bekisting tangga

Penulangan tangga

Pengecoran tangga

Pelepasan bekisting tangga

Gambar 4.4 Diagram alir pekerjaan tangga

BAB V
PENGENDALIAN PROYEK

Pelaksanaan pekerjaan pada suatu proyek harus sesuai dengan standar kualitas yang
direncanakan, baik mutu, waktu, dan biaya. Oleh karena itu perlu diperhatikan pengendalian
proyek agar tercapai standar yang diinginkan tersebut. Pengendalian tersebut dapat berupa
pengendalian mutu material yang digunakan, mutu peralatan, waktu yang diperlukan, biaya
pelaksanaan, yang semuanya diatur dengan manajemen yang baik dan dilaporkan secara berkala
agar diketahui hasil dan perkembangan yang dicapai.
A. Pengendalian Mutu
1. Pengendalian Mutu Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam suatu struktur harus memenuhi syarat-syarat
kualitas yang telah ditetapkan. Masalah bahan mulai dari pengiriman, pengawasan,
penerimaan, dan pemakaian bahan. Hal pertama yang dilakukan sebelum proses
kedatangan meterial adalah mengajukan material contoh yang akan dipakai berupa
brosur, data teknis serta hasil test untuk diperiksa langsung oleh Konsultan Pengawas
untuk meminta persetujuan.
Pengendalian kualitas bahan material dan yang dilakukan dalam proyek ini adalah
sebagai berikut:
a. Pengujian sample bahan (uji visual).
b. Pemilihan sumber material (kuantitas dan kualitas) yang memadai.

16
c. Pemilihan suplier bahan.
d. Jadwal kebutuhan material.
e. Cara penyimpanan.
f. Cara handling.
g. Monitor dan pelaporan.
Pada komponen struktur balok, plat dan tangga, pengendalian yang dilakukan pada
proyek ini adalah melakukan pengujian kuat tekan dan kuat tarik beton yang dilakukan
di Laboratorium Teknik Sipil Unsoed dan pengujian semen di PT. Semen Indonesia
(Persero), Tbk.
2. Pengendalian Mutu Peralatan
Pengawasan bidang peralatan berupa pencataatan kondisi alat, memaksimalkan
fungsi alat karena alat yang dipakai lebih dari umur kerjanya dapat menurunkan
produktivitas alat tersebut. Pengecekan alat selama di lapangan dilakukan oleh mandor
setempat yang kemudian dilaporkan ke bagian mekanik. Jika terjadi kerusakan ringan,
maka kerusakan dapat diperbaiki oleh site mechanic. Namun apabila terjadi kerusakan
besar maka dapat direparasi di bengkel induk. Pengendalian mutu peralatan dapat
dilakukan dengan cara:
a. Pemilihan jenis alat yang sesuai
b. Kalibrasi untuk alat tertentu (ukuran, takaran, timbangan).
c. Pemilihan sumber alat (kuantitas, umur dan kualitas) yang memadai.
d. Pemilihan suplier alat yang baik.
e. Pemilihan operator yang baik dan berpengalaman.
f. Jadwal kebutuhan alat.
g. Penyediaan bahan bakar.
h. Penyediaan suku cadang.
i. Monitor dan pelaporan.
Pada pekerjaan balok, plat dan tangga dalam proyek ini pengendalian mutu
peralatan sudah dilakukan dengan cukup baik, sehingga belum ada permasalahan yang
muncul pada mutu peralatan.
3. Pengendalian Mutu Tenaga Kerja
Penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan jumlah dan kemampuannya dapat
menunjang tercapainya efisiensi dalam suatu pekerjaan proyek. Oleh karena itu perlu
dilakukan suatu pengendalian mutu tenaga kerja. Pada proyek ini seluruh pengadaan
tenaga kerja di serahkan kepada kontraktor.
17
Pengendalian sumber daya manusia dapat dilakukan dengan cara:
a. Memilih SDM yang berintegritas dan mempunyai pengalaman sejenis.
b. Pengarahan dan pembinaan.
c. Monitor jumlah tenaga kerja.
Dalam proyek ini pengendalian yang dilakukan untuk tenaga kerja dilakukan
dengan pemilihan SDM yang berintegritas dan mempunyai pengalaman sejenis, serta
pengarahan dan pembinaan terhadap tenaga kerja, namun jumlah tenaga kerja kurang
adanya monitor dari kontraktor yang mengakibatkan kurangnya tenaga kerja sehingga
perlu adanya penambahan jumlah tenaga kerja untuk mempercepat penyelesaian suatu
pekerjaan.

B. Pengendalian Waktu
Pengendalian waktu pelaksanaan mutlak dilakukan dalam suatu proyek karena
pelaksanaannya dibatasi oleh waktu rencana. Pengendalian waktu dilakukan dengan cara
membandingkan prestasi kerja kemajuan fisik di lapangan dengan rencana kerja yang telah
dibuat oleh tim pelaksana. Pengendalian waktu dilakukan dengan membuat time schedule
yang menggambarkan jadwal masing-masing tahapan pekerjaan. Jadwal ini dibuat oleh tim
pelaksana dan disetujui oleh pemilik proyek.
Dalam proyek ini pengendalian terhadap waktu dilakukan dengan membuat jadwal-
jadwal pelaksanaan dan penyelesaian suatu pekerjaan agar mudah dalam efisisensi biaya dan
waktu, namun pada pelaksanaannya terjadi keterlambatan pengiriman beton ready mix dan
kurangnya tenaga kerja sehingga mempengaruhi waktu penyelesaian pekerjaan, meskipun
pada akhirnya waktu penyelesaian keseluruhan proyek lebih cepat dari rencana karena
adanya waktu lembur.

C. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya dilakukan dengan memakai rencana anggaran biaya, time
schedule. Dari time schedule dapat dilihat perbandingan biaya rencana dengan biaya yang
digunakan. Bila kurva S aktual berada di bawah kurva S rencana maka biaya yang
dikeluarkan masih berada di bawah rencana (cost under run). Tetapi bila kurva S aktual
berada di atas kurva S rencana maka biaya yang dikeluarkan lebih besar dari rencana (cost
overrun). Bila terjadi salah satu hal di atas maka keberadaan biaya harus diperiksa lagi.
Dalam proyek ini digunakan penggunaan kurva S dan Rencana Anggaran Biaya.

18
D. Pengendalian Teknis
Pengendalian teknis di lapangan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan dan
permasalahan di proyek melalui laporan kemajuan dan koordinasi proyek. Laporan kemajuan
dibuat dalam bentuk harian, mingguan dan bulanan, untuk mengetahui sejauh mana
kemajuan/ prestasi pelaksanaan proyek. Dalam proyek ini dibuat laporan sebagai berikut :
1. Laporan harian
Merupakan laporan mengenai seluruh pekerjaan dalam satu hari kerja meliputi jumlah
tenaga kerja, jumlah materi/alat yang digunakan, dan jenis kegiatan.
2. Laporan mingguan
Laporan yang berisi tentang kegiatan yang dilakukan selama satu minggu meliputi catatan
prestasi kerja dalam satu minggu, yang berupa dokumen kemajuan progress.
3. Laporan bulanan
Laporan bulanan dibuat dari hasil rekapan laporan-laporan mingguan, dan harus dibuat
setiap bulan berisi tentang:
a. Catatan jenis pekerjaan setiap bulan.
b. Presentase pekerjaan selama satu bulan serta kemajuan proyek yang dicapai sampai
saat laporan itu dibuat.
c. Nilai pekerjaan yang telah dilakukan selama satu bulan.
Laporan bulanan ini harus di sahkan dahulu oleh pengawas dan ditandatangani oleh
pimpinan proyek sebagai bukti nilai pekerjaan yang telah dialakukan selama satu
bulan.
4. Rapat koordinasi
Dalam pelaksanaan fisik atau proyek masalah-masalah yang tidak terduga dan tidak dapat
diatasi oleh satu pihak bisa saja muncul, untuk itu diperlukan rapat koordinasi untuk
memecahkan dan menyelesaikan masalah secara bersama. Dalam setiap minggu sekali
dilaksanakan rapat koordinasi.

E. Pengendalian K3L
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-01/MEN/1980 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan dapat dijadikan pedoman
pelaksanaan K3 dalam proyek ini, secara keseluruhan pelaksanaan pekerjaan yang
berpedoman pada keputusan mentri tenaga kerja tersebut masih dirasa kurang karena masih
banyak hal-hal yang perlu diperhatikan dalam ketentuan penggunaan K3 Proyek, hal-hal
tersebut antaranya:

19
1. Kurangnya kesadaran pemilik proyek dan para pekerja untuk menggunakan peralatan
keselamatan kerja, tidak ada yang memakai helm proyek kecuali site engineer, pengawas
dan surveyor, pekerja hanya memakai sandal jepit, bahkan hanya beberapa saja yang
memakai sepatu boat dan sarung tangan.
2. Kurangnya kesadaran para pekerja dalam melaksanakan ataupun menggunakan peralatan
konstruksi sehingga menyebabkan kecelakaan kerja
3. Minimnya peralatan K3 yang terdapat dalam proyek seperti helm proyek, sabuk
pengaman, rambu-rambu proyek, dan jaring pengaman pada scaffolding.
Dari hal-hal tersebut seharusnya dapat digunakan sebagai introspeksi pihak owner
ataupun pihak kontraktor dan pihak lain yang bersangkutan untuk lebih mempedulikan
pedoman pelaksanaan K3 dalam setiap penyelenggaraan proyek konstruksi. Agar kesehatan
keselamatan dan keamanan para pekerja dapat terjamin dan dapat mensejahterakan para
pekerja sehingga menimbulkan kenyamanan keamanan para pekerja saat melaksanaakan
pekerjaan.
Dalam proyek Pembangunan Gedung Kuliah Terpadu IAIN Purwokerto terdapat sarana
penunjang K3L beserta Alat Pelindung Diri yang digunakan oleh semua pekerja lapangan,
meliputi:
1. Sarana Penunjang K3L
a. Direksi Keet
Pembangunan kantror proyek digunakan sebagai tempat untuk mengadakan
koordinasi seperti rapat bagi pengawas dan perencana juga kontraktor. Pada kantor
proyek terdapat data-data teknis proyek, gambar-gambar kerja yang mendeskripsikan
struktur yang akan dibangun, time schedule, dan lain-lain.
b. Toilet dan Kamar Mandi
Toilet dan kamar mandi harus disediakan secukupnya agar tenaga kerja tidak buang
air besar/kecil dan mandi disembarangan tempat.
c. Kantin
Untuk menjaga lingkungan proyek tetap bersih, maka kantin/ warung makan yang
disediakan untuk tempat makan dan minum pekerja, harus selalu bersih. Penjual harus
bertanggungjawab atas kebersihan di lingkungan warung tersebut.
2. Alat Pelindung Diri
Setiap tenaga kerja sebenarnya diharuskan memakai Alat Pelindung Diri kalau
memasuki areal kerja, sebagai pengaman dari adanya kemungkinan bahaya yang akan

20
terjadi. Pemakaian Alat Pelindung Diri disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang
dilaksanakan.
Alat Pelindung Diri yang dipakai meliputi :
a. Helm
Helm harus dipakai pada pekerjaan konstruksi/struktur dan ada kemungkinan adanya
benda jatuh, diharapkan bisa menahan benda-benda jatuh yang relatif kecil dan
mencegah adanya kepala dengan benda keras. Tetapi pada proyek ini hanya pihak site
engineer, pengawas dan surveyor saja yang menggunakan, pekerja tidak
menggunakan helm karena adanya keterbatasan helm.
b. Sepatu Kerja
Sepatu kerja digunakan untuk melindungi dan mencegah resiko luka dibagian kaki
yang diakibatkan oleh benturan, tertindih beban, tertusuk benda tajam, terkena cairan
kimia. Sepatu safety harus selalu digunakan saat bekerja untuk melindungi kaki dari
luka. Sepatu kerja dari kulit dan dilapisi pelat baja untuk mencegah tusukan benda
tajam pada kaki dan pelindung dari himpitan beban berat pada ujung kaki. Sepatu kerja
dari karet, untuk mencegah tusukan benda tajam pada kaki dan pelindung dari
himpitan beban berat pada ujung kaki. Namun pada proyek ini hanya sedikit pekerja
yang menggunakan sepatu boot sebagai pelindung kaki.
c. Sarung Tangan
Untuk melindungi tangan dari kemungkinan terkena benda tajam atau yang akan
mencederai, pekerja harus memakai sarung tangan. Tetapi dalam proyek ini hanya
beberapa orang yang menggunakan sarung tangan.

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang peroleh selama pelaksanaan kerja
praktek, saya dapat mengambil beberapa kesimpulan antara lain:
1. Penggunaan metal deck (plat bondek) yang masih jarang digunakan pada proyek-proyek
lain, dapat menghemat biaya karena tidak perlu menggunakan bekisting saat pengecoran.
2. Tidak selamanya metode pelaksanaan yang telah direncanakan dapat diterapkan di
lapangan. Apabila pelaksana (kontraktor) ingin merubah metode pelaksanaan dan
21
perencanaan yang telah ditetapkan, maka perlu mendapatkan persetujuan terlebih dahulu
dari konsultan pengawas.
3. Jumlah pengawas yang sedikit bisa mempengaruhi kualitas pelaksaan suatu proyek serta
koordinasi antara tukang dengan pengawas kurang,
4. Pelaksana kurang memperhatikan keselamatan kerja, sebagian besar pekerja yang tidak
menggunakan helm, sarung tangan dan sepatu proyek.

B. Saran
Dalam menghadapi hambatan dan permasalahan-permasalahan yang terjadi di proyek,
maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan saran-saran antara lain :
1. Pihak proyek pelaksana pekerjaan hendaknya lebih memperhatikan keselamatan para
pekerja dengan memberikan peralatan pengaman diri sehingga tidak terjadi keterbatasan
alat pelindung diri,
2. Dalam melaksanakan pekerjaan, perlu adanya pengawasan yang lebih teliti, misal
pengawas lapangan harus selalu mengamati dan mengawasi pekerjaan lapangan, agar
tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang tidak diharapkan sehingga pekerjaan
dapat sesuai dengan yang telah direncanakan serta koordinasi antara tenaga ahli dengan
tukang harus berjalan dengan baik,
3. Pihak pelaksana atau kontraktor harus memberi bimbingan pada mahasiswa yang sedang
melaksanakan kerja praktek. Kontraktor juga semestinya memberikan data-data yang
dibutuhkan untuk penyusunan laporan maupun analisis-analisis yang dibutuhkan
mahasiswa.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983. Direktorat Penyelidikan
Masalah Bangunan. Bandung.
Anonim. 2015. Sejarah. Institut Agama Islam Negeri. Purwokerto.
http://www.iainpurwokerto.ac.id/index.php/id/profil/sejarah. Diakses pada tanggal 15
September 2016.
Dipohusodo, Istimawan. 1999. Struktur Beton Bertulang. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Fadhlih. 2010. Dasar-dasar konstruksi bangunan, http://kuliahkuliaharcitecture.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 3 Februari 2015.
Hizom, MS. 2006. Diktat Kuliah Manajemen Konstruksi 1. Purwokerto.
Ervianto, Wolfram I. 2005. Manajemen Proyek Konstruksi Edisi Revisi. Andi ofset. Yogyakarta.
Suryadharma, H. dan H.Y. Wigroho. 1998. Alat-alat Berat. Universitas Atma Jaya.
Yogyakarta.
Wibowo, A. 2011. Pekerjaan Struktur Kolom, Balok dan Pelat Lantai Pada Proyek Pembangunan
Armada Town Square Magelang. Universitas Diponegoro. Semarang.

23

Anda mungkin juga menyukai