Anda di halaman 1dari 18

DERMATOSIS ERITROSKUAMOSA

Oleh
Adhi DJuanda

Dermatosis Eritroskuamosa yaitu penyakit kulit yang terutama ditandai


dengan adanya eritama dan skuama yang meliputi psoriasis, parapsoriasis, pitiriasis
rosea, dermatitis seboroik, lupus erimatosus, dan dermatofitosis.

PSORIASIS

DEFINISI
Psoriasis adalah penyakit kulit yang bersifat kronik, diturunkan secara
genetik, non kontagius. Dengan kelainan berbagai bentuk dan dapat mengenai
beberapa bagian tubuh termasuk kuku dan kulit kepala. Psoriasis dapat dikategorikan
ringan, sedang dan berat tergantung dari berapa persen bagian tubuh yang terkena.
Jenis psoriasis tipe yang terberat yaitu : psoriasis plak, psoriasis pustular, psoriasis
eritroderma, psoriasis gutata.
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya disankga auto imun, bersifat
kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas
dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan ; disertai fenomena tetesan
lilin, Auspitz dan Kobner.
Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya disangka autoimun, bersifat kronik
dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan
skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomen tetesan lilin,
Auspitz, dan kobner.

SINONIM
Psoriasis juga disebut psoriasis vulgaris berarti psoriasis yang biasa, karena
ada psoriasis lain misalnya psoriasis pustulosa.

EPIDEMOLOGI
Psoriasis merupakan penyakit universal. Insidensinya berbeda diberbagai
negara karena faktor variasi dalam ras, letak geografi dan lingkungan. Perkawinan
antar anggota keluarga dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan insidensi.
Kasus psoriasis makin sering dijumpai. Meskipun penyakit ini tidak menyebabkan
kematian, tetapi menyebabkan gangguan kosmetik, terlebih-lebih
mengingat bahwa perjalanannya menahun dan residif.
Insidens pada orang kulit putih lebih tinggi daripada penduduk kulit berwarna.
Di Eropa dilaporkan sebanyak 3-7 %, di Amerika Serikat 1-2 %, sedangkan di Jepang
0,6 %. Pada bangsa berkulit hitam, misalnya di Afrika, jarang dilaporkan, demikian
pula bangsa Indian di Amerika.
Insidens pada pria agak lebih banyak daripada wanita, psoriasis terdapat pada
semua usia, tetapi umumnya pada orang dewasa.
Adapun faktor-faktor yang dapat menjadi pencetus kekambuhan penyakit
antara lain :
- Infeksi fokal
- Paparan sinar matahari
- Alkohol
- Kehamilan
- Emosi
- Penyakit metabolik
- Obat-obatan

ETIOLOGI
Penyebab pasti terjadiya psoriasis tidak diketahui jelas. Beberapa faktor yang
mempengaruhi timbulnya psoriasis adalah : faktor genetik, pencetus dan perubahan
struktur biokimia.
Etiologi disangka autoimun. Pembentukan epidermis (turn over time)
dipercepat menjadi 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari. Pada
sebagian penderita terdapat faktor herediter yang bersifat dominan. Faktor psikis
dikatakan mempercepat terjadinya residif.
Faktor adanya infeksi lokal mempunyai hubungan erat dengan salah satu
bentuk psoriasis yang disebut psoriasis gutata, sedangkan hubungannya dengan
psoriasis vulgaris tak jelas. Pernah dilaporkan kasus-kasus psoariasis gutata yang
menyembuh setelah diadakan tonsilektomi.

PATOFISIOLOGI
Psoriasis adalah suatu penyakit autoimun yang diperantai oleh limfosit T dan
diinduksi faktor eksternal terutama antigen streptokokal. Kompleksitas reaksi yang
melibatkan keratinosit, sel PMN. Fibroblas sel langerhans ataupun sitokin dan
mediator kimiawi yang lain lebih bersifat sekunder. Spesifisitas reaksi jaringan yang
terjadi pada psoriasis membutuhkan predisposisi genetik yang hingga saat ini blum
sepenuhnya terungkap.
Waktu pergantian (turnover) sel epidermis psoriatik, yaitu waktu yang
diperlukan sel itu untuk berjalan dari stratum basalis epidermis sampai ke permukaan
untuk kemudian lepas, berlangsung antara 3-4 hari, berbeda sekali dengan pada sel-
sel normal yang sampai 28 hari. Sebagai akibat dari peningkatan kecepatan 7 sampai
9 kali ini, proses fisiologis seperti pemasakan (maturasi) dan keratinisasi sel tidak
terjadi. Hal ini secara klinis tercermin dengan banyaknya pembentukan squama;
secara histologis oleh epidermis yang menebal sekali dengan penambahan aktivitas
mitotik dan adanya sel-sel berinti yang belum dewasa di stratum corneum; di bawah
mikroskop elektron, terlihat dengan berkurangnya produksi filament dan granulae
intraseluler bersama-sama keratinisasi normal; dan secara biokemis, terlihat
bertambahnya sintesa dan degradasi nukleo-protein. Di bawah plaques epidermis
yang proliferatif ini terlihat dermis yang sangat banyak mengandung pembuluh
darah.

GEJALA KLINIS
Keadaan umum tidak dipengaruhi, kecuali pada psoriasis yang menjadi
eritroderma. Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Tempat predileksi pada kulit
kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, lumbosakral, ekstensor terutama
siku serta lutut, telapak kaki dan tangan, tungkai atas dan bawah, serta kuku.
Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan
skuama diatasnya. Eritema terbatas tegas dan merata, tetapi pada stadium
penyembuhan sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat
dipinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika, serta
transparan. Besar kelainan bervariasi: lentikular, numular atau plakat. Dapat
berkonfluensi. Jika seluruhnya atau sebagian besar lentikular disebut psoriasis gutata.
Biasanya pada anak-anak dan dewasa muda dan terjadi setelah infeksi akut oleh
Streptococcus.
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan kobner
(isomorfik). Kedua fenomena yang disebut lebih dahulu dianggap khas, sedangkan
yang terakhir tak khas, hanya kira-kira 47 % yang positif dan didapati pula pada
penyakit lain, misalnya liken planus dan veruka plana juvenillis.
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih
pada goresan, seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias.
Cara menggores dapat dengan pinggir gelas alas. Pada fenomena Auspitz tampak
serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan karena papilomatosis. Cara
mengerjakannya demikian : skuama yang berlapis-lapis itu dikerok, misalnya dengan
pinggir gelas alas. Setelah skuama habis, maka pengerokan harus dilakukan perlahan-
lahan, jika terlalu dalam tidak akan nampak perdarahan yang berbintik-bintik,
melainkan perdarahan merata. Trauma pada kulit penderita psoariasis, misalnya
garukan, dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoariasis dan
disebut fenomen kobner.
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku, yakni kira-kira 50 %, yang
agak khas ialah yang disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar.
Kelainan yang tak khas ialah kuku yang keruh, tebal, bagian distalnya terangkat
karena terdapat lapisan tanduk di bawahnya, dan onikolisis.
Disamping menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku, penyakit ini dapat
pula menyebabkan kelainan pada sendi, tetapi menurut pengalaman kami jarang.
Umumnya bersifat poliartikular, tempat predileksinya pada sendi interfalangs distal,
terbanyak terdapat pada usia 30-50 tahun. Sendi membesar, kemudian terjadi
ankilosisi dan lesi kistik subkorteks. Kelainan pada mukosa jarang ditemukan dan
tidak penting untuk diagnosis sehingga tidak dibicarakan.

Bentuk klinis
Pada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis. (1,2,3,4,7)
1. Psoriasis vulgaris
Bentuk ini ialah yang lazim terdapat karena itu disebut vulgaris,
dinamakan pula tipe plak karena lesi-lesinya berbentuk plak. Tempat
predileksinya pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, siku
dan lutut serta daerah lumbosacral.
Lesi psoriasis berbatas tegas dan ditutupi oleh skuama tebal warna putih
keperakan yang berlapis-lapis dan mudah lepas. Apabila skuama digores akan
tampak garis putih kabur dan skuama yang terpecah mirip tetesan lilin yang
digores. Fenomena ini disebut Kaarsvetvlek fenomena. Dan apabila skuama
dilepas lapis demi lapis maka lapisan terbawah akan tampak bintik-bintik darah
yang disebut Auspitz sign.
2. Psoriasis gutata
Bentuk khas adalah onset pada usia muda dan sering didahului dengan
infeksi tenggorok yang disebabkan oleh streptokokus  hemolitikus.
Diameter kelainan biasanya tidak lebih 1 cm atau bentuk lentikular dan
monomorf. Timbulnya mendadak dan diseminata, umunya setelah infeksi
stafilokokus disaluran nafas bagian atas sehabis influenza atau morbili, terutama
pada anak dan dewasa muda. Selain itu juga dapat timbul setelah infeksi yang
lain, baik bakterial maupun viral.
3. Psoriasis inversa (psoriasis fleksural)
Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada daerah fleksor sesuai
dengan namanya.
4. Psoriasis eksudativa
Bentuk tersebut sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi
pada bentuk ini kelainannya membasah seperti dermatitis akut atau dermatitis
madidans.
5. Psoriasis seboroik (seboriasis)
Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis
dan dermatitis seboroik dengan skuama agak berminyak dan agak lunak. Selain
berlokasi pada tempat psoriasis juga terdapat pada tempat seboroik.
6. Psoriasis pustulosa
Perubahan pertama yang terjadi pada pasien psoriasis pustulosa adalah
demam ringan dan malaise serta leukositosis yang ebrtahan sampai beberapa
hari, diikuti dengan munculnya perubahan warna kulit menjadi eritema ringan.
Lesi psoriasis disertai pustul-pustul miliar ada 2 pendapat mengenai
psoriasis pustulosa, pertama dianggap sebagai penyakit tersendiri, kedua
dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat 2 bentuk psoriasis pustulosa,
contohnya psoriasis pustulosa palmo-plantar (Barber) dan bentuk generalisata,
contohnya psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch).
a. Psoriasis pustulosa palmoplantar (Barber)
Penyakit ini bersifat kronik dan residif, mengenai telapak tangan atau
kaki atau keduanya. Kelainan kulit berupa kelompok-kelompok pustul miliar
steril, dan dalam, di atas kulit yang eritematosa, disertai rasa gatal.
b. Psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch)
Penyakit ini dapat timbul pada penderita yang sedang atau telah
menderita psoriasis. Dapat pula muncul pada penderita yang belum pernah
menderit psoriasis.
Faktor pencetusnya antara lain :
a. Obat-obatan
Obat yang tersering karena penghentian kortikosteroid sistemik, penisilin
dan derivatnya (ampisilin dan amoksisilin) serta antibiotik betalaktam
yang lain, hidroklorokuin, morfin, sulfapiridin, sulfonamida, kodein,
fenilbutason, dan salisilat.
b. Hipokalsimia
c. Sinar matahari
d. Alkohol
e. Stres emosional, serta
f. Infeksi bakterial dan virus.
Gejala awal ialah kulit yang nyeri, hiperalgesia disertai gejala umum
berupa demam, malaese, nausea, anoreksia. Plak psoriasis yang telah ada
makin merah. Setelah beberapa jam timbul banyak plak edematosa dan
eritematosa pada kulit yang normal. Dalam beberapa jam timbul banyak
pustul miliar pada plak-plak tersebut. Dalam sehari pustul-pustul
berkonfluensi membentuk “lake of pus” berukuran beberapa cm.
Kelainan-kelainan semacam itu akan terus muncul dan dapat menjadi
eritroderma.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan leukositosis (leukosit dapat
mencapai 20.000/l), kultur pus dari pustul steril.
7. Eritroderma psoriatik
Psoriasis eritrodermi dapat dicetuskan oleh beberapa faktor antara lain :
infeksi, hipokalsemia, antimalaria dan kortikosteroid. Gambaran awal penyakit
dasar psoriasis vulgaris sering tidak tampak karena menyerang semua kulit.
Berbeda dengan psoriasis vulgaris pada umumnya, eritrodermi memberi keluhan
yang sangat gatal.
Eritoderma psoriatik dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang
terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas
untuk psoriasis tidak tampak lagi atau tampak samar-samar, yakni lebih
eritematosa dan kulitnya lebih meninggi. Kelainan lesi yang terlihat adalah
eritroderma yaitu tampak eritema dan skuama tebal yang menyeluruh.

HISTOPATOLOGI
Psoriasis memberi gambaran histopatologik yang khas, yakni : hiperkeratosis,
parakeratosis, dan akantosis. Pada stratum spinosum terdapat kelompok leukosit yang
disebut abses Munro. Kecuali itu terdapat pula papilomatosis dan vasodilatasi di
subepidermis. Pada dermis ditemukan infiltrasi sel-sel polinuklear, limfosit dan
monosit.

PEMERIKSAAN PEMBANTU/LABORATORIK
Pemeriksaan yang bertujuan menganalisis penyebab psoriasis seperti :
pemeriksaan darah darah rutin, kimia darah, gula darah, kolesterol dan asam
urat.

DIAGNOSIS
Gejala klinis yang khas
Yakni skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis, fenomen tetesan lilin, dan
fenomen auspitz.
Predileksi : kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstensor
terutama siku dan lutut, lumbosakral, telapak tangan dan kaki, tungkai atas
dan bawah serta kuku.
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding psoriasis non pustulosa adalah :
- Dermatitis eksematosa kronis : dermatitis atopik, dermatitis numularis atau
dermatitis kontak alergi.
- Lues stadium II
- Liken simpleks kronik
- Tinea kruris
- Petiriasis rosea
Diagnisa banding psoriasis pustulosa adalah :
- Pemfigus foliaceus
- Miliaria pustulosa
- Eritema multiforme pustulosa
- Impetigo kontangiosa
Pada stadium penyembuhan telah dijelaskan, bahwa eritema dapat terjadi
hanya di pinggir, hingga menyerupai dermatofitosis. Perbedaanya ialah keluhan pada
dermatofitosis gatal sekali dan pada sediaan langsung ditemukan jamur.
Sifilis stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut sifilis psoriasiformis.
Penyakit tersebut sekarang jarang terdapat, perbedaannya pada sifilis terdapat
sanggama tersangka (coitus suspectus), pembesaran kelenjar getah bening
menyeluruh, dan tes serologik untuk sifilis (T.S.S.) positif.
Dermatitis seboroik berbeda dengan psoriasis karena skuamanya berminyak
dan kekuning-kuningan dan bertempat predileksi pada tempat yang seboroik.
Jika gambaran klinisnya tak khas, dilakukan biopsi, dalam praktek adakalanya
setelah dilakukan biopsi beberapa kali baru menunjukkan gambaran histopatologik
yang khas.

PENGOBATAN
Karena penyebab psoriasis belum diketahui pasti, maka belum ada obat
pilihan. Dalam kepustakaan terdapat banyak cara pengobatan, sebagian hanya
berdasarkan empirik. Psoriasis sebaiknya diobati secara topikal, jika hasilnya tidak
memuaskan baru dipertimbangkan pengobatan sistemik, karena efek samping
pengobatan sistemik lebih banyak.
Pada pengobatan psoriasis gutata yang biasanya disebabkan oleh infeksi di
tempat lain, setelah infeksi tersebut diobati umumnya psoriasisnya akan sembuh
sendiri.

PENGOBATAN SISTEMIK
Bermacam-macam cara dilakukan untuk pengobatan penyakit psoriasis tetapi
belum ada satupun yang memuaskan. Salah satu cara ialah dengan pemberian obat
sitostatika, antara lain metrotrexat. Indikasi pemberian metrotrexat pada psoriasis
adalah untuk penyakit yang berat dan sudah berlangsung lama.
Penelitian terbaru pada pengobatan psoriasis
Pengobatan psoriasis topikal (digunakan untuk kulit), sistemik (pengobatan dalam)
atau dalam bentuk foto therapi (sinar ultraviolet) digunakan untuk kulit.
Bahan-bahan yang termasuk topikal :
 Anthrolin
 Batu bara (Coal ter)
 Retinoid (Devirat vitamin A)
 Derivat vitamin D
 Steroid
Bahan-bahan yang termasuk sistemik :
 Obat antimetabolit (metrotrexate)
 Imunisupresiv atau obat imunomodulatori (Cyclosporin, tacrolimus)
 Retinoid sistemik : acitrecin, isotretinoin.
Phototherapi :
 Sinar matahari
 Photo Chemotherapi : PUVA
 Photo Therapi : sinar ultraviolet.
Efek samping yang mungkin timbul pada pemberian methotrexate antara lain
adalah : nausea, kelemahan, ulcus pada mukosa mulut, vomitus, diare, alopsia,
fotosensitivitas, anemia, lekopeni, trombositopeni dan abnormalitas faal hepas.

1. Kortikosteroid
Kortikosteroid hanya digunakan pada eritroderma, psoriasis eritrodermik
dan psoriasis pustulosa generalisata. Dosis permulaan 40-60 mg prednison sehari,
jika telah sembuh dosis diturunkan perlahan-lahan.
2. Obat sitostatik
Obat sitostatik yang biasanya digunakan ialah metotreksat. Indikasinya
ialah untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis artritis dengan lesi kulit, dan
eritroderma karena psoriasis, yang sukar terkontrol dengan obat standar.
Kontraindikasinya ialah jika terdapat kelainan hepar, ginjal, sistem
hematopoetik, kehamilan, penyakit infeksi aktif (misalnya tuberkulosis), ulkus
peptikum, kolitis ulserosa, dan psikosis.
Cara penggunaan metotreksat ialah demikian. Mula-mula diberikan tes
dosis inisial 5 mg per os untuk mengetahui, apakah ada gejala sensitivitas atau
gejala toksik. Jika tidak terjadi efek yang tidak dikehendaki diberikan dosis 3 x
2,5 mg, dengan interval 12 jam dalam seminggu dengan dosis total 7,5 mg. Jika
tidak tampak perbaikan dosis dinaikkan 2,5 mg – 5 mg per minggu. Biasanya
dengan dosis 3 x 5 mg per minggu telah tampak lebih banyak. Cara lain ialah
diberikan i.m. 7,5 mg – 25 mg dosis tunggal setiap minggu. Cara tersebut lebih
banyak menimbulkan efek samping daripada cara pertama. Jika penyakitnya telah
terkontrol dosis diturunkan atau masa interval diperpanjang kemudian dihentikan
dan kembali ke terapi topikal.
Setiap 2 minggu diperiksa : Hb, jumlah leukosit, hitung jenis, jumlah
trombosit, dan urin lengkap. Setiap bulan diperiksa : fungsi ginjal dan hati. Bila
jumlah leukosit kurang daripada 3.500, metotreksat agar dihentikan. Jika fungsi
hepar normal, biopsi hepar dilakukan setiap dosis total mencapai 1,5 g. Kalau
fungsi hepar abnormal, biopsi tersebut dikerjakan setiap dosis total mencapai 1 g.
Efek sampingnya diantaranya ialah nyeri kepala, alopesia, juga terhadap
saluran cerna, sumsum tulang belakang, hepar, dan lien. Pada saluran cerna
berupa nausea, nyeri lambung, stomatitis ulserosa, dan diare. Jika hebat dapat
terjadi enteritis hemoragik dan perforasi intestinal. Depresi sumsum tulang
berakibat timbulnya leukopenia, trombositopenia, kadang-kadang anemia. Pada
hepar dapat terjadi fibrosis dan sirosis.
3. Levodopa
Levodopa sebenarnya dipakai untuk penyakit Parkinson. Di antara
penderita Parkinson yang sekaligus juga penderita psoriasis, ada yang membaik
psoriasisnya dengan pengobatan levodopa. Menurut uji coba yang kami lakukan
obat ini berhasil menyembuhkan kira-kira sejumlah 40% kasus psoriasis.
Dosisnya antara 2 x 250 mg – 3 x 500 mg, efek sampingnya berupa: mual,
muntah, anoreksia, hipotensi, gangguan psikik, dan pada jantung.
4. DDS
DDS (diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan psoriasis
pustulosa tipe Barber dengan dosis 2 x 100 mg sehari. Efek sampingnya ialah :
anemia hemolitik, methemoglobinemia, dan agranulositosis.
5. Etretinat (tegison, tigason)
Obat ini merupakan retinoid aromatik, digunakan bagi psoriasis yang
sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya. Dapat
pula digunakan untuk eritroderma psoriatika. Cara kerjanya belum diketahui
dengan pasti. Pada psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal
pada lesi psoriasis dan kulit normal.
Dosisnya bervariasi; pada bulan pertama diberikan 1 mg/kgBB, jika belum
terjadi perbaikan dosis dapat dinaikkan menjadi 1 ½ mg/kgBB.
Efek sampingnya sangat banyak di antaranya pada kulit (menipis); selput
lendir pada mulut, mata, dan hidung kering; peninggian lipid darah; gangguan
fungsi hepar; hiperostosis; dan teratogenik.
Menurut pengalaman kami tidak seluruh penderita dapat disembuhkan
dengan obat ini.
6. Siklosporin
Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 6 mg/kg berat badan sehari.
Bersifat nefrotoksik dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik,
hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.
PENGOBATAN TOPIKAL
1. Preparat ter
Obat topikal yang biasa kami gunakan ialah preparat ter, yang mempunyai
efek anti radang. Menurut asalnya preparat ter dibagi menjadi 3, yakni berasal
dari :
- fosil, misalnya iktiol
- kayu, misalnya oleum kadini dan oleum ruski
- batubara, misalnya : liantral dan likuor karbonis detergens.
Preparat ter yang berasal dari fosil biasanya kurang efektif untuk psoriasis,
yang cukup efektif ialah yang berasal dari batubara dan kayu, oleh karena itu
hanya kedua ter tersebut yang akan dibicarakan. Ter dari batubara lebih efektif
daripada ter berasal dari kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan iritasi juga
lebih besar.
Pada psoriasis yang telah menahun lebih baik digunakan ter yang berasal
dari batubara, karena ter tersebut lebih efektif daripada ter yang berasal dari kayu
dan pada psoriasis yang menahun kemungkinan timbulnya iritasi kecil.
Sebaliknya pada psoriasis akut dipilih ter dari kayu, karena jika dipakai ter dari
batubara dikuatirkan akan terjadi iritasi dan menjadi eritroderma.
Ter yang berasal dari kayu kurang nyaman bagi penderita karena berbau
kurang sedap dan berwarna coklat kehitaman. Sedang likuor karbonis detergens
tidak demikian.
Konsentrasi yang biasa digunakan 2 – 5%, dimulai dengan konsentrasi
rendah, jika tidak ada perbaikan konsentrasi dinaikkan. Supaya lebih efektif,
maka daya penetrasinya harus dipertinggi dengan cara menambahkan asam
salisilat dengan konsentrasi 3 – 5%. Sebagai vehikulum harus digunakan salap,
karena salap mempunyai daya penetrasi yang terbaik. Menurut pengalaman
penulis kasus yang mengalami penyembuhan berjumlah 60%.
2. Kortikosteroid
Kortikosteroid topikal juga memberi hasil yang baik, sayang harganya
terlalu mahal. Harus dipilih golongan kortikosteroid yang poten, misalnya yang
dengan senyawa fluor. Jika lesi hanya beberapa dapat pula disuntikkan
triamsinolon asetonid intralesi seminggu sekali.
3. Ditranot (antralin)
Obat ini dikatakan efektif. Kekurangannya ialah mewarnai kulit dan
pakaian. Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2 – 0,8% dalam pasta, salap atau
krim. Lama pemakaian hanya ¼ - ½ jam sehari sekali untuk mencegah iritasi.
Penyembuhan dalam 3 minggu.
4. Pengobatan dengan penyinaran
Seperti diketahui sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis,
sehingga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik ialah
penyinaran secara alamiah, tetapi sayang tidak dapat diukur dan jika berlebihan
malah akan memperhebat psoriasis. Karena itu digunakan sinar ultraviolet
artifisia, di antaranya sinar A yang dikenal sebagai UVA. Sinar tersebut dapat
digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen (8 –
metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan
prefarat ter yang dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman.
Di bagian kami UVB juga dapat digunakan untuk pengobatan psoriasis
tipe plak, gutata, pustular, dan eritroderma. Pada yang tipe plak dan gutata
dikombinasi dengan salap likuor karbonis detergens 5 – 7% yang dioleskan sehari
dua kali. Sebelum disinar dicuci dahulu. Dosis UVB pertama 12 – 23 m J menurut
tipe kulit, kemudian dinaikkan berangsur-angsur. Setiap kali dinaikkan sebanyak
15% dari dosis sebelumnya. Diberikan seminggu tiga kali. Target pengobatan
ialah pengurangan 75% skor PASI (psoriasis area and severity index). Hasil baik
yang dicapai pada 73,3% kasus, terutama tipe plak.
5. Calcipotriol
Calcipotriol (MC 903) ialah sintetik vit. D, preparatnya berupa salap atau
krim 50 mg/g, efeknya antiproliferasi. Perbaikan setelah satu minggu. Efektivitas
salap ini sedikit lebih baik daripada salap betametason 17-valerat.
Efek sampingnya pada 4 – 20% penderita berupa iritasi yakni rasa
terbakar dan tersengat, dapat pula terlihat eritema dan skuamasi. Rasa tersebut
akan menghilang setelah beberapa hari sesudah obat dihentikan.
PUVA
Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi efek yang
sinergik. Mula-mula 10 – 20 mg psoralen diberikan per os, 2 jam kemudian dilakukan
penyinaran. Terdapat bermacam-macam bagan, di antaranya 4 kali seminggu.
Penyembuhan mencapai 93% setelah pengobatan 3 – 4 minggu, setelah itu dilakukan
terapi pemeliharaan (maintenance) seminggu sekali atau dijarangkan untuk mencegah
rekuren.
PUVA juga dapat digunakan untuk eritroderma psoriatik dan psoriasis
pustulosa. Beberapa penyelidik mengatakan pada pemakaian yang lama kemungkinan
terjadi kanker kulit.
Pengobatan cara Goeckerman
Pada tahun 1925 Goeckerman menggunakan kombinasi ter berasal dari
batubara dan sinar ultraviloet. Kemudian terdapat banyak modifikasi mengenai ter
dan sinar tersebut. Yang pertama digunakan ialah crude coal tar yang bersifat
fotosensitif. Lama pengobatan 4 – 6 minggu, penyembuhan terjadi setelah 3 minggu.
Ternyata bahwa UVB lebih efektif daripada UVA.
Pengobatan psoriasis pustulosa
1. Psoriasis pustulosa palmo plantar (Barber)
Pengobatannya sulit, bermacam-macam obat dapat digunakan. Tetrasiklin
diberikan selama 4 minggu, metotreksat untuk bentuk yang parah dengan dosis
15–25 mg per minggu, etretinat 25 – 50 mg sehari, kortikosteroid (prednison)
dengan dosis 40 – 50 mg sehari. Kolsisin juga dapat digunakan dengan dosis 0,5–
1 mg sehari, diberikan dua kali, setelah ada perbaikan dosis diturunkan menjadi
0,2 – 0,5 mg sehari.
Selain itu juga PVA, sebagai pengobatan topikal dengan kortikosteroid
topikal secara oklusi.
2. Psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch)
Selain dengan kortikosteroid yang telah disebut di atas, juga dapat diobati
dengan DDS (diaminodifenilsulfon) dan klofazimin.
Dosis DDS 100 – 200 mg sehari, jika telah terjadi penyembuhan dosis
diturunkan. Tentang efek sampingnya, lihatlah mengenai pengobatan dermatitis
herpetiformis pada bab Dermatosis vesikobulosa kronik. Klofazimin diberikan
dengan dosis 2 x 100 mg. Mengenai efek sampingnya, lihatlah mengenai
pengobatan kusta.

PROGNOSIS
Meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian, tetapi bersifat kronis dan
residif.

Daftar Pustaka

1. Adhi Djuanda. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan


Kelamin, Edisi ketiga, Penerbit FKUI Jakarta, 1999, 173 – 178.

2. http://www.aad.org/pamphlets/psoriasis.htmlhttp://www.health.yahoo.com/health/
dc/000434/0.html

3. http://www.photothrx.com/psoriasis-treatments/psoriasis

4. Kenneth A. Arndt, M.D. Psoriasis. Dalam Pedoman Terapi Dermatologis,


Penerbit Yayasan Essentia Medica, 1980, 131 – 138.

5. Marek A. Stawiski. Psoriasis dan Pitiriasis Rosea. Dalam Patofisiologi, Edisi 4,


Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995, 1283 – 1286.

6. Prof. Dr. R.S. Siregar DTM & H. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam Atlas
Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996, 107 –
114.

Anda mungkin juga menyukai