Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi HIV/AIDS (Human immuno Deficiency Virus / Acquired Immune
Deficiency Syndrom) pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1981
pada orang dewasa homoseksual, sedangkan pada anak tahun 1983, enam
tahun kemudian (1989), AIDS sudah termasuk penyakit yang mengancam anak
di amerika. Di seluruh dunia, AIDS menyebabkan kematian pada lebih dari
8000 orang setiap hari saat ini, yang berarti 1 orang setiap 10 detik, karena itu
infeksi HIV dianggap sebagai penyebab kematian tertinggi akibat satu jenis
agen infeksius.
AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubbinstein dan
Amman pada tahun 1983 di Amerika serikat. Sejak itu laporan jumlah AIDS
pada anak di Amerika makin lama makin meningkat. Pada bulan Desember di
Amerika dilaporkan 1995 maupun pada anak yang berumur kurang dari 13
tahun menderita HIV dan pada bulan Maret 1993 terdapat 4480 kasus. Jumlah
ini merupakan 1,5 % dan seluruh jumlah kasus AIDS yang dilaporkan di
Amerika. Di Eropa sampai tahun 1988 terdapat 356 anak dengan AIDS. Kasus
infeksi HIV terbanyak pada orang dewasa maupun pada anak – anak tertinggi
didunia adalah di Afrika.
Sejak dimulainya epidemi HIV/ AIDS, telah mematikan lebih dan 25 juta
orang, lebih dan 14 juta anak kehilangan salah satu atau kedua orang tuanya
karena AIDS. Setiap tahun juga diperkirakan 3 juta orang meninggal karena
AIDS, 500 000 diantaranya adalah anak usia dibawah 15 tahun. Setiap tahun
pula terjadi infeksi baru pada 5 juta orang terutama di negara terbelakang atau
berkembang, dengan angka transmisi sebesar ini maka dari 37,8 juta orang
pengidap infeksi HIV/AIDS pada tahun 2005, terdapat 2,1 juta anak- anak
dibawah 15 tahun.(WHO 1999)

1
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah dari latar belakang diatas, yaitu:
1.
C. Tujuan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Tumbuh kembang anak


1. Pengertian
Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai
dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Ini berarti
bahwa tumbuh kembang sudah terjadi sejak di dalam kandungan dan setelah
kelahiran merupakan suatu masa dimana mulai saat itu tumbuh kembang anak
dapat dengan mudah diamati. Sejak lahir hingga usia kurang lebih dua tahun
perkembangan anak sangat berkaitan dengan keadaan fisik dan kesehatannya.
Perkembangan kemampuan, terutama motorik, sangat pesat. Perbedaannya
sangat terlihat walau hanya dalam dua atau tiga bulan saja.

2. Tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan


Menurut Moersintowarti (2002) tahap-tahap pertumbuhan dan
perkembangan, antara lain:
a. Masa pranatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan).
Masa ini dibagi menjadi 2 periode, antara lain:
1) Masa embrio ialah sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8 minggu.
2) Masa fetus ialah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran. Masa ini
terdiri dari dua periode:
a) Masa fetus dini, sejak usia 9 minggu sampai dengan trimester
kedua kehidupan intra uterin, terjadi percepatan pertumbuhan,
pembentukan jasad manusia sempurna dan alat tubuh telah
terbentuk dan mulai berfungsi.
b) Masa fetus lanjut, pada trimester akhir pertumbuhan berlangsung
pesat dan adanya perkembangan fungsi-fungsi. Pada masa ini
terjadi transfer imunoglobulin G (IgG) dari darah ibu melalui
plasenta.

3
b. Masa postnatal atau masa setelah lahir. Masa ini terdiri dari lima periode,
antara lain:
1) Masa neonatal (0-28 hari)
Terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi
darah, serta mulainya berfungsi organ-organ tubuh lainnya.
2) Masa bayi dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Masa bayi dini (1-12 bulan), pertumbuhan yang sangat pesat dan
proses pematangan berlangsung secara kontiyu terutama
meningkatnya fungsi sistem saraf.
b) Masa bayi akhir (1-2 tahun), kecepatan pertumbuhan mulai
menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik dan
fungsi ekskresi.
3) Masa prasekolah (2-6 tahun)
Pada saat ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi
perkembangan dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan
meningkatnya keterampilan dan proses berpikir.
4) Masa sekolah atau masa prapubertas (wanita: 6-10 tahun, laki-laki: 8-
12 tahun)
Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan masa prasekolah,
keterampilan dan intelektual makin berkembang, senang bermain
berkelompok dengan jenis kelamin yang sama.
5) Masa adolesensi (masa remaja), (wanita: 10-18 tahun, laki-laki: 12-20
tahun)
Anak wanita 2 tahun lebih cepat memasuki masa adolesensi dibanding
anak laki-laki. Masa ini merupakan transisi dari periode anak ke dewasa.
Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan berat badan dan tinggi
badan yang sangat pesat yang disebut Adolescent Growth Spurt.Pada
masa ini juga terjadi pertumbuhan dan perkembangan pesat dari alat
kelamin dan timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder.

4
3. Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan
a. Ciri-ciri pertumbuhan, antara lain:
1) Perubahan ukuran
Perubahan ini terlihat secara jelas pada pertumbuhan fisik yang
dengan bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala dan lain-lain.
2) Perubahan proporsi
Selain bertambahnya ukuran-ukuran, tubuh juga memperlihatkan
perubahan proporsi. Tubuh anak memperlihatkan perbedaan proporsi bila
dibandingkan dengan tubuh orang dewasa. Pada bayi baru lahir titik
pusat terdapat kurang lebih setinggi umbilikus, sedangkan pada orang
dewasa titik pusat tubuh terdapat kurang lebih setinggi simpisis pubis.
Perubahan proporsi tubuh mulai usia kehamilan 2 bulan sampai dewasa.
3) Hilangnya ciri-ciri lama
Selama proses pertumbuhan terdapat hal-hal yang terjadi perlahan-
lahan, seperti menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu dan
menghilangnya refleks primitif.
4) Timbulnya ciri-ciri baru
Timbulnya ciri-ciri baru ini adalah akibat pematangan fungsi-fungsi
organ. Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan adalah
munculnya gigi tetap dan munculnya tanda-tanda seks sekunder seperti
tumbuhnya rambut pubis dan aksila, tumbuhnya buah dada pada wanita
dan lain-lain.

b. Ciri-ciri perkembangan, antara lain:


1) Perkembangan melibatkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan disertai dengan
perubahan fungsi. Perkembangan sistem reproduksi misalnya, disertai
dengan perubahan pada organ kelamin. Perubahan-perubahan ini
meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum, perubahan proporsi

5
tubuh, berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai
tanda kematangan suatu organ tubuh tertentu.
2) Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum
ia melewati tahapan sebelumnya. Misalnya, seorang anak tidak akan bisa
berjalan sebelum ia bisa berdiri. Karena itu perkembangan awal ini
merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan
selanjutnya.
3) Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang
tetap, yaitu:
a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian
menuju ke arah kaudal. Pola ini disebut pola sefalokaudal.
b) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerakan
kasar) lalu berkembang di daerah distal seperti jari-jari yang
mempunyai kemampuan dalam gerakan halus. Pola ini disebut
proksimodistal.
4) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan, tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak
terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat
gambar kotak, berdiri sebelum berjalan, dan lain-lain.
5) Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda-beda. Kaki
dan tangan berkembang pesat pada awal masa remaja, sedangkan bagian
tubuh yang lain mungkin berkembang pesat pada masa lainnya.
6) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun
demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan
lain-lain.

6
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
Menurut Soetjiningsih (1995) dan Suryanah (1996) faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain:
a. Faktor genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang anak. Anak dapat mewarisi sifat tertentu.
b. Faktor lingkungan
Merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi
bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya
potensi bawaan.
Faktor lingkungan dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Faktor pranatal
Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di
dalam kandungan. Misalnya: gizi ibu pada waktu hamil, toksin/zat kimia,
endokrin, radiasi, infeksi, dan stres.
2) Faktor post-natal
Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah
lahir. Secara umum dapat digolongkan menjadi:
a) Lingkungan biologis, antara lain: Ras/suku bangsa, Jenis kelamin,
umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit,
fungsi metabolisme dan hormon.
b) Faktor fisik, antara lain: cuaca/musim, sanitasi, keadaan rumah dan
radiasi.
c) Faktor psikososial, antara lain: stimulasi, motivasi belajar,
kelompok sebaya, kasih sayang dan kualitas interaksi anak-orang
tua.
d) Faktor keluarga dan adat istiadat, antara lain: pekerjaaan,
pendidikan, jumlah saudara, adat istiadat, norma dan agama.

7
B. Tanda dan gejala pada Bayi dan Anak penderita HIV AIDS
Bayi yang terinfeksi tidak dapat dikenali secara klinis sampai terjadi
penyakit berat atau sampai masalah kronis seperti diare, gagal tumbuh, atau
kandidiasis oral memberi kesan imunodefisiensi yang mendasari. Kebanyakan
anak dengan infeksi HIV-1 terdiagnosis antara umur 2 bulan dan 3 tahun.
Manifestasi klinisnya antara lain :
1. Berat badan lahir rendah
2. Gagal tumbuh
3. Limfadenopati umum
4. Hepatosplenomegali
5. Sinusitis
6. Infeksi saluran pernafasan atas berulang
7. Parotitis
8. Diare kronik atau kambuhan
9. Infeksi bakteri dan virus kambuhan
10. Infeksi virus Epstein-Barr persisten
11. Sariawan Orofaring
12. Trombositopenia
13. Infeksi bakteri seperti meningitis
14. Pneumonia Interstisial kronik
Lima puluh persen anak-anak dengan infeksi HIV terkena sarafnya yang
memanifestasikan dirinya sebagai ensefalopati progresif, perkembangan yang
terhambat, atau hilangnya perkembangan motoris.

C. Perawatan Pada Bayi dan Anak penderita HIV AIDS


Aspek fisik pada penderita HIV adalah pemenuhan kebutuhan fisik sebagai
akibat dari tanda dan gejala yang terjadi. Dimana aspek perawatan fisik ini
meliputi Universal Precautions, Pengobatan Infeksi Sekunder dan Pemberian
ARV, Pemberian Nutrisi, dan pemberian aktifitas dan istirahat.

8
1. Universal Precautions
Selama sakit, penerapan universal precautions oleh perawat, keluarga dan
pasien sendiri sangat penting. Hal ini ditujukan untuk mencegah terjadinya
penularan virus HIV. Prinisip-prinsip universal precautions meliputi:
a. Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh. Bila menangani
cairan tubuh pasien gunakan alat pelindung, seperti sarung tangan,
masker, kaca mata pelindung, penutup kepala, apron, sepatu boot.
Penggunaan alat pelindung disesuaikan dengan jenis tindakan yang
dilakukan.
b. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, termasuk
setelah melepas sarung tangan.
c. Dekontaminasi cairan tubuh pasien.
d. Memakai alat kedokteran sekali pakai atau sterilisasi semua alat
kedokteran yang dipakai (tercemar). Jangan memakai jarum suntik lebih
dari satu kali, dan jangan dimasukkan ke dalam penutup jarum atau
dibengkokkan.
e. pemeliharaan kebersihan tempat pelayanan kesehatan. 6. membuang
limbah yang tercemar berbagai cairan tubuh secara benar dan aman
(Depkes RI, 1997).

2. Peran Perawat dalam Pemberian ARV


Penggunaan obat ARV Kombinasi:
a. Manfaat penggunaan obat dalam bentuk kombinasi adalah:
1) Memperoleh khasiat yang lebih lama untuk memperkecil
kemungkinan terjadinya resistensi
2) Meningkatkan efektifitas dan lebih menekan aktivitas virus. Bila
timbul efek samping, bisa diganti obat lainnya dan bila virus mulai
resisten terhadap obat yang sedang digunakan, bisa memakai
kombinasi lain.
b. Efektivitas obat ARV kombinasi:

9
1) ARV kombinasi lebih efektif karena mempunyai khasiat ARV yang
lebih tinggi dan menurunkan viral load lebih tinggi dibanding
penggunaan satu jenis obat saja.
2) Kemungkinan terjadinya resistensi virus kecil, akan tetapi bila pasien
lupa minum obat dapat menimbulkan terjadinya resistensi.
3) Kombinasi menyebabkan dosis masing-masing obat lebih kecil,
sehingga kemungkinan efek samping lebih kecil.
c. Saat memulai menggunakan ARV
Menurut WHO tahun 2002, ARV bisa dimulai pada orang dewasa
berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1) Bila pemeriksaan CD4 bisa dilakukan
Pasien stadium IV (menurut WHO), tanpa memperhatikan hasil tes
CD4 Pasien stadium I, II, III (menurut WHO) dengan hasil
perhitungan loimfosit total < 200 /µkl Yayasan Kerti Praja, 1992).
2) Bila pemeriksaan CD4 tidak dapat dilakukan
Pasien stadium IV (menurut WHO), tanpa memperhatikan hasil hitung
limfosit total.
Pasien stadium I, II, III (menurut WHO) dengan hasil perhitungan
limfosit total < 1000 – 1200/µ
3) limfosit total < 1000 – 1200/µ dapat diganti dengan CD4 dan dijumpai
tanda-tanda HIV. Hal ini kurang penting pada pasien tanpa gejala
(stadium I menurut WHO) hendaknya jangan dilakukan pengobatan
karena belum ada petunjuk tentang beratnya penyakit.
4) Pengobatan juga dianjurkan untuk pasien stadium III yang lanjut,
termasuk kambuh, luka pada mulut yang sukar sembuh dan infeksi
pada mulut yang berulang dengan tidak memperhatikan hasil
pemeriksaan CD4 dan limfosit total (Depkes, 2003).
d. Cara memilih obat
1) Pertimbangan dalam memilih obat adalah hasil pemeriksaan CD4,
viral load dan kemampuan pasien mengingat penggunaan obatnya.

10
Pertimbangan yang baik adalah memilih obat berdasarkan jadwal
kerja dan pola hidup.
2) Kebanyakan orang lebih mudah mengingat obat yang diminum
sewaktu makan
e. Efek samping obat
1) Efek samping jangka pendek yaitu, mual, muntah, diare, sakit kepala,
lesu dan susah tidur. Efek samping ini berbeda-beda pada setiap
orang, jarang pasien mengalami semua efek samping tersebut. Efek
samping jangka pendek terjadi segera setelah minum obat dan
berkurang setelah beberap minggu. Selama beberapa minggu
penggunaan ARV, diperbolehkan minum obat lain untuk mengurangi
efek samping.
2) Efek samping jangka panjang ARV belum banyak diketahui
3) Efek samping pada wanita: efek samping pada wanita lebih berat dari
pada pada laki-laki, salah satu cara mengatasinya adalah dengan
menggunakan dosis yang lebih kecil. Beberapa wanita melaporkan
menstruasinya lebih berat dan sakit, atau lebih panjang dari biasanya,
namun ada juga wanita yang berhenti sama sekali menstruasinya.
f. Kepatuhan minum obat
1) Kepatuhan terhadap aturan pemakaian obat membantu mencegah
terjadinya resistensi dan menekan virus secara terus menerus.
2) Kiat penting untuk mengingat minum obat:
a) Minumlah obat pada waktu yang sama setiap hari
b) Harus selalu tersedia obat di tempat manapun biasanya pasien
berada, misalnya di kantor, di rumah, dll
c) Bawa obat kemanapun pergi (di kantong, tas, dll asal tidak
memerlukan lemari es)
d) Pergunakan peralatan (jam, HP yang berisi alarm yang bisa diatur
agar berbunyi setiap waktunya minum obat (Yayasan Kerti Praja,
1992).

11
3. Pengendalian Infeksi Oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi
oportuniti, nosokomial, atau sepsis, tindakan ini harus dipertahankan bagi
pasien di lingkungan perawatan yang kritis.

4. Terapi AZT (Azitomidin)


Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV dengan menghambat enzim
pembalik transcriptase:
a. Terapi antiviral baru
Untuk meningkatkan aktivitas sistem immun dengan menghambat
replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya.
Obat-obatan ini adalah: didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant
CD4 dapat larut.
b. Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron
c. Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat replikasi HIV.

5. Rehabilitasi
Bertujuan untuk memberi dukungan mental-psikologis, membantu megubah
perilaku resiko tinggi menjadi perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko,
mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi hidup sehat.

6. Pendidikan
Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat,
hindari sters, gizi yang kurang, obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana
menghadapi kenyataan ketika anak mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi
dari masyarakat.

12
7. Pemberian Nutrisi
Pasien dengan HIV/AIDS (ODHA) sangat membutuhkan beberapa unsur
vitamin dan mineral dalam jumlah yang lebih banyak dari apa yang biasanya
diperoleh dalam makanan sehari-hari. Sebagian besar ODHA akan mengalami
defisiensi vitamin sehingga memerlukan makanan tambahan (New Mexico
AIDS Infonet, 2004 & Falma Foundation, 2004).
Dalam beberapa hal, HIV sendiri akan perkembangan lebih cepat pada
ODHA yang mengalami defisiensi vitamin dan mineral. Kondisi tersebut
sangat berbahaya bagi ODHA yang mengalami defisiensi vitamin dan mineral.
Vitamin dan mineral juga berfungsi untuk meningkatkan kemampuan tubuh
dalam melawan berkembangnya HIV dalam tubuh (Yayasan Kerti Praja, 2002
& William, 2004).
HIV menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan penyerapan
nutrient. Hal ini berhubungan dengan menurunnya atau habisnya cadangan
vitamin dan mineral dalam tubuh. Defisiensi vitamin dan mineral pada ODHA
dimulai sejak masih stadium dini. Walaupun jumlah makanan ODHA sudah
cukup dan berimbang seperti orang sehat, tetapi akan tetap terjadi defisiensi
vitamin dan mineral (Anya, 2002).
Berdasarkan beberapa hal tersebut, selain mengkonsumsi jumlah yang
tinggi, para ODHA juga harus mengkonsumsi suplementasi atau nutrisi
tambahan. Pemberian nutrisi tambahan bertujuan agar beban ODHA tidak
bertambah akibat defisiensi vitamin dan mineral.

8. Aktivitas dan Istirahat


a. Manfaat Olah Raga Terhadap Imunitas Tubuh
Hampir semua organ berespon terhadap stres olah raga, pada keadaan
akut, olah raga berefek buruk pada kesehatan. Sebaliknya, olah raga yang
dilakukan secara teratur menimbulkan adaptasi organ tubuh yang berefek
menyehatkan. Olah raga yang dilakukan secara teratur menghasilkan
perubahan pada jaringan, sel, dan protein pada sistem imun (Simon, 1988
dalam Ader 1991).

13
D. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian disini meliputi wawancara kepada pasien mengenai identitas,
keluhan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
a. Identitas
1) AIDS pada anak di bawah umur 13 tahun di Amerika, 13%
merupakan akibat kontaminasi dengan darah, 5% akibat pengobatan
hemofilia, 80% tertular dari orang tuanya.
2) Anak yang terinfeksi pada masa perinatal, rata-rata umur 5 – 17 bulan
terdiagnosa sebagai AIDS.
3) Terbanyak meninggal 1 tahun setelah dibuat diagnosis.
4) Study perspektif di Afrika menunjukan angka kematian anak usia
lebih dari 15 bulan lahir dari ibu HIV (+) sebesar 16,5%  penyebab
terbanyak diare akut/ kronik dan pnemonie berulang.
b. Keluhan Utama
1) Demam dan diare berkepanjangan
2) Takhipnea, batuk, sesak nafas dan hypoxia  keadaan yang gawat
c. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik
2) Diare lebih dari 1 bulan
3) Demam yang berkepanjangan ( lebih dari 1 bulan)
4) Mulut dan faring dijumpai bercak-bercak putih
5) Limphadenophati yang menyeluruh
6) Infeksi berulang (otitis media, pharingitis)
7) Batuk yang menetap (lebih dari 1 bulan)
8) Dermatitis yang menyeluruh
d. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
1) Orang tua yang terinfeksi HIV
2) Penyalahgunaan zat
e. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1) Ibu selama hamil terinfeksi HIV  50% tertular untuk anaknya

14
2) Penularan dapat terjadi pada minggu ke 9 – 20 dari kehamilan
3) Penularan pada proses melahirkan, terjadi kontak darah ibu dan bayi
4) Penularan setelah lahir dapat terjadi melalui air susu ibu.
f. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan
Kegagalan pertumbuhan (failure to thrive)
g. Riwayat Makanan
Anoreksia, mual, muntah
h. Riwayat Imunisasi
Jadwal immunisasi bayi dan anak dengan infeksi HIV:
UMUR VAKSIN

2 bulan DPT, Polio, Hepatitis B

4 bulan DPT, Polio, Hepatitis B

6 bulan DPT, Polio, Hepatitis B

12 bulan Tes Tuberculin

15 bulan MMR, Hepatitis

18 bulan DPT, Polio, MMR

24 bulan Vaksin Pnemokokkus

4 – 6 tahun DPT, Polio, MMR

14 – 16 Tahun DT, Campak

1) Immunisasi BCG tidak boleh diberikan  kuman hidup


2) Immunisasi polio harus diberikann inactived poli vaccine, bukan tipe
live attenuated polio vaccine  virus mati bukan virus hidup
3) Immunisasi dengan vaksin HIV diberikan setelah ditemukan HIV (+)

15
i. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Penginderaan:
Pada Mata:
a) Cotton wool spot (bercak katun wol) pada retina, sytomegalovirus
retinitis dan toxoplasma choroiditis, perivasculitis pada retina.
b) Infeksi pada tepi kelompak mata (blefaritis): mata merah, perih,
gatal, berair, banyak sekret serta berkerak.
c) Lesi pada retina dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan,
tunggal / multiple, pada satu / kedua mata  toxoplasma gondii
Pada Mulut:
Oral thrush akibat jamur, stomatitis gangrenesa, periodontitis,
sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar,
kemudian menjadi biru, sering pada palatum.
Pada telinga:
otitis media, nyeri, kehilangan pendengaran.
2) Sistem Pernafasan:
Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak nafas, tachipnea,
hipoxia, nyeri dada, nafas pendek waktu istirahat, gagal nafas.
3) Sistem pencernaan:
BB menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan menelan, bercak
putih kekuningan pada mukosa oral, faringitis, kandidiasis esofagus,
kandidiasis mulut, selaput lendir kering, pembesaran hati, mual,
muntah, kolitis akibat diare kronik pembesaran limpha.
Sistem Kardiovaskuler:
a) Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat.
b) Gejala congestive heart failure sekunder akibat kardiomiopati
karena HIV.
4) Sistem Integumen :
a) Varicela: Lesi sangat luas vesikula yang besar, hemorragie menjadi
nekrosis timbul ulsera.
b) Herpes zoster : vesikula menggerombol, nyeri, panas, serta malaise.

16
c) Eczematoid skin rash, pyodermia, scabies
d) Pyodermia gangrenosum dan scabies sering dijumpai.
5) Sistem Perkemihan:
a) Air seni kurang, anuria
b) Proteinurea
6) Sistem Endokrin:
Pembesaran kelenjar parotis, limphadenophati, pembesaran
kelenjar yang menyeluruh.
7) Sistem Neurologi:
a) Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan perilaku.
b) Nyeri otot, kejang-kejang, ensefalophati, gangguan psikomotor.
c) Penurunan kesadaran, delirium.
d) Serangan CNS : meningitis.
e) Keterlambatan perkembangan.
8) Sistem Muskuloskeletal:
Nyeri otot, nyeri persendian, letih, gangguan gerak (ataksia)
9) Psikososial:
a) Orang tua merasa bersalah.
b) Orang tua merasa malu.
c) Menarik diri dari lingkungan.

j. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium :
a) Darah :
 Leukosit dan hitung jenis darah putih ............. neutropenia
(neutrofil < 1000 / mm3)
 Hitung trombosit ............ trombositopenia (trombosit < 100.000
/ mm3)
 Hb dan konsentrasi Hb ............ Anemia (Hb < 8 g/dl)
 Limfopenia CD4+ (limfosit ≤ 200 / mm3)
 LFT

17
 RFT
a) Pemeriksaan lain : urinalisis (protein uria), kultur urine,
b) Tes tuberculin (TB + indurasi ≥ 5 mm)
2) Tes Antibodi Anti-HIV  Tes Esali
3) Tes Western Blot (WB).
4) Tes PCR (Polymerase Chain Reaction):
a) Menemukan beberapa macam gen HIV yang bersenyawa di
dalam DNA sel yang terinfeksi
b) Mengetahui apakah bayi yang lahir dari ibu dengan HIV(+).
5) Kardiomegali  pada foto rontgen.
6) EKG terlihat hipertrofi ventrikel dan kelainan gelombang T.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan tumbuh kembang sehubungan dengan gangguan neurologis
b. Kurangnya volume cairan tubuh sehubungan dengan diare dampak dari
infeksi oportunistik saluran pencernaan.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan
nyeri, anoreksia, diare.

3. Intervensi Keperawatan

Tujuan & kriteria


No Dx keperawatan Intervensi Rasional
hasil
1.2.1 Gangguan Setelah dilakukan 1.1 Kaji tingkat 1.1 Untuk
kebutuhan nutrisi asuhan keperawatan perkembangan mendeteksi
(kurang dari selama 3x24 jam anak sesuai garis tingkat
kebutuhan) diharapkan usia ( DDST ). pertumbuhan dan
berhubungan pertumbuhan 1.2 Kaji sistem perkembangan
dengan nyeri, perkembangan sesuai neorologis. anak.
anoreksia, diare. usia dengan kriteria 1.3 Beri anak 1.2 Untuk
hasil: stimulasi berupa mendeteksi
 Aktifitas mainan dan gangguan pada

18
perkembangan terapi sistem neorologi.
anak sesuai dengan permainan. 1.3 Rangsangan
usia dari segi 1.4 Anjurkan orang terhadap sensori
personal / tua untuk mempengaruhi
sosial,bahasa,kogni berinteraksi terhadap belajar
tif dan motorik. dengan anak anak dan
 Mampu dalam perawatan perkembangan
berinteraksi sesuai / permainan anak.
dengan umur dan 1.5 Kolaborasi 1.4 Kehadiran orang
kondisi. dengan spesialis tua akan
anak tentang memberi rasa
tumbuh aman pada anak
kembang. dan
mencurahkan
perhatian pada
anak.
1.5 Memberikan
bantuan untuk
menetapkan
stimulasi /
rangsangan
sensori atau
merencanakan
pemeriksaan lain
secara dini.
2. Kurangnya Setelah dilakukan 2.1 Kolaborasi 2.1 Menggantikan
volume cairan tindakan selama pemberian kehilangan cairan
tubuh diharapkan cairan iv sesuai akibat diare.
berhubungan Kriteria Hasil : keperluan. 2.2 Mempertahankan
dengan diare  Intake dan output 2.2 Berikan cairan status hidrasi
dampak dari seimbang. sesuai indikasi / pada keadaan

19
infeksi  Kadar elektrolit toleransi. diare.
oportunistik tubuh dalam batas 2.3 Ukur intake dan 2.3 Deteksi
saluran normal. output termasuk keseimbangan
pencernaan atau  Penekanan daerah urine, tinja dan cairan dalam
reaksi dari perifer kembali emisi. tubuh.
pengobatan. dalam waktu 2.4 Monitor kadar 2.4 Mempertahankan
kurang dari 3 elektrolit dalam kadar elektrolit
detik. tubuh. dalam batas
 Pengeluaran urine 2.5 Kaji tanda vital, normal.
minimal perjam 1- waktu 2.5 Kehilangan
2 cc/kg/BB. penekanan cairan yang aktif
daerah perifer, secara terus
turgor kulit, menerus akan
mukosa mempengaruhi
membran, ubun- tanda vital dalam
ubun tiap 4 jam. mempertahankan
aktivitasnya.

3 Gangguan Setelah dilakukan 3.1 Timbang berat 3.1 Memonitor


kebutuhan nutrisi asuhan keperawatan badan setiap kurangnya BB
(kurang dari selama diharapkan hari. dan efektifitas
kebutuhan) Kebutuhan nutrisi 3.2 Monitor intake intervensi nutrisi
berhubungan terpenuhi. dan output tiap yang diberikan.
dengan nyeri, Kriteria Hasil : 8 jam dan turgor 3.2 Memonitor intake
anoreksia, diare.  Berat badan kulit. kalori dan
meningkat. 3.3 Berikan insufisiensi
 Intake dan output makanan tinggi kualitas konsumsi
seimbang. kalori tinggi makanan.
 Turgor kulit baik. protein. 3.3 Dengan TKTP
Anak mengkonsumsi 3.4 Rencanakan akan
diet berkalori tinggi. makanan enteral meningkatkan

20
atau parenteral. tumbuh kembang
R. secara adekuat.
3.4 Bila intake nutrisi
oral inadekuat.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

22
DAFTAR PUSTAKA

23

Anda mungkin juga menyukai