DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
BAB IPENDAHULUAN I-1
I.1. Latar Belakang I-1
I.2. Dasar Hukum Penyusunan I-5
I.3. Maksud Dan Tujuan I-8
I.4. Sistematika Penulisan I-8
BAB II GAMBARAN UMUM PELAYANAN DINAS
KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT II-11
II.1. Struktur Organisasi II-11
II.2. Tugas Pokok dan Fungsi II-12
II.3. Fungsi Pelayanan Umum Dinas Kehutanan II-14
II.4. Sumber Daya Hutan II-20
II.5. Produk Kayu dan Industri Pengolahan Hasil Hutan II-23
II.6. Produk Jasa dan Non Kayu II-31
II.7. Sumber Daya Manusia, IPTEK dan Kelembagaan II-34
II.8. Kondisi Sosial Masyarakat Sekitar Hutan II-36
II.9. Peluang dan Tantangan Pengembangan Pelayanan
Dinas Kehutanan. II-40
II.9.1. Identifikasi Faktor Lingkungan Internal II-40
II.9.2. Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal II-44
II.10. Analisis Pilihan Asumsi Strategi II-50
BAB III ISU-ISU STRATEGIS III-53
III.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan
Fungsi Pelayanan III-53
III.2. Telaahan Visi, Misi Dan Program Kepala Daerah Dan
Wakil Kepala Daerah Terpilih III-54
III.3. Telaahan Renstra Kementerian Kehutanan III-55
III.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian
Lingkungan Hidup Strategis III-56
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
dan air bersih untuk Jawa Barat dan DKI Jakarta melalui tiga waduk
besar yaitu Jatiluhur, Saguling dan Cirata.
Peranan dan fungsi hutan yang sangat strategis tersebut, mulai
terganggu sejak krisis ekonomi dan moneter yang terjadi pada tahun
1998. Penebangan hutan secara liar terjadi di semua kawasan hutan
sehingga dalam waktu yang relatif singkat hutan Jawa Barat
mengalami degradasi fungsi yang serius dan dalam kondisi yang
sangat memprihatinkan. Kondisi ini pada akhirnya berdampak pada
penurunan kualitas lingkungan regional secara keseluruhan.
Pembangunan kehutanan ke depan merupakan era rehabilitasi dan
konservasi yang difokuskan untuk mengatasi permasalahan
kerusakan lingkungan hidup yang berimplikasi pada penurunan daya
dukung dan daya tampung lingkungan. Menyadari akan kondisi
tersebut, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Jawa Barat telah
dan akan terus melakukan berbagai upaya strategis dan sistematis
untuk menangani permasalahan di bidang kehutanan, seperti
rehabilitasi hutan dan lahan, pengaturan kembali tata ruang wilayah
provinsi, pengamanan kawasan hutan dari kegiatan perambahan dan
okupasi kawasan hutan, pemberdayaan masyarakat serta melakukan
pengawasan dan pengendalian pelaksanaan pembangunan
kehutanan secara berkelanjutan.
Kebijakan tersebut dituangkan dalam berbagai peraturan seperti
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
(RTRWP), Keputusan Gubernur tentang Gerakan Rehabilitasi Lahan
Kritis yang perlu dijabarkan lebih lanjut dalam rencana yang lebih
operasional melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah atau
Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat
yang akan memberikan arah pembangunan kehutanan dalam periode
2013-2018.
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan Latar Belakang, Tujuan, Landasan Hukum dan
Sistematika Penulisan
Jumlah 194
3% Eselon II
Eselon III
12% Eselon IV
81%
Fungsional
4%
Non Struktural
0%
Nilai ekonomi hutan Jawa Barat selama ini lebih banyak diperoleh dari
hasil hutan kayu, sedangkan hasil hutan bukan kayu (HHBK) belum
banyak dimanfaatkan. Kondisi ini menunjukkan bahwa nilai manfaat
ekonomi hutan belum optimal dimanfaatkan sehingga kontribusi
ekonomi hutan terhadap pembangunan daerah di Jawa Barat relatif
rendah. Produksi kayu berasal dari kawasan hutan negara yang
dikelola oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, serta
kayu yang berasal dari hutan rakyat.
Produksi kayu bulat pada tahun 2012 yang berasal dari kawasan hutan
negara umumnya merupakan jenis kayu rimba dan jati sebagaimana
dapat dilihat pada Gambar 2. Produksi kayu rimba cenderung lebih
banyak dibandingkan dengan kayu jati. Perkembangan produksi kayu
bulat di Jawa Barat dari tahun 2009 sampai dengan 2012 disajikan
pada Gambar II.3 dan Gambar II.4
Gambar II.3 Grafik produksi kayu bulat jenis jati dan rimba campuran per KPH di
Jawa Barat tahun 2012 (Sumber: Statistik Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun
2012).
120,000
100,000
80,000
60,000 Tahun 2009
40,000 Tahun 2010
20,000 Tahun 2011
-
Tahun 2012
Gambar II.4 Perkembangan Produksi Kayu Bulat di Jawa Barat per Jenis Kayu
Tahun 2009-2012 (Sumber: Statistik Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun
2012).
Purwakarta
Sumedang
Kuningan
Bogor
- 10,000 20,000 30,000 40,000
Gambar II.5 Grafik Produksi kayu bulat pertukangan per KPH di Jawa Barat
tahun 2012 (Sumber: Statistik Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012).
Produksi kayu selain berasal dari kawasan hutan negara, juga berasal
dari hutan rakyat. Produksi kayu dari hutan rakyat di Jawa Barat pada
kurun waktu 2008 sampai dengan 2012 secara umum mengalami
fluktuasi (Gambar II.6). Pada tahun 2008 tercatat sebanyak
2.900.628,95 m3 dengan luas sebesar 267.963,11 Ha. Produksi tersebut
menurun menjadi sebanyak 320.949,41 m3, sehingga produksi pada
tahun 2009 menjadi 2.579.679,54 m3 dengan luas hutan rakyat
meningkat menjadi 296.298,56 Ha. Luas hutan rakyat kembali
menurun pada tahun 2010 menjadi seluas 285.826,46 Ha dengan
produksi kayu sebanyak 1.756.483,71 m3. Seiring bertambahnya luasan
hutan rakyat tahun 2011 menjadi 291.741,40 Ha, produksi kayu dari
hutan rakyat pada tahun 2011 meningkat sebanyak 2.210.601,28 m3.
2,900,628.95
2,579,679.54 2,642,497.70
2,210,601.28
1,756,483.71 Luas (Ha)
Produksi (m3)
Gambar II.6 Grafik perkembangan luas dan produksi hutan rakyat di Jawa Barat
tahun 2008-2012 (Sumber: Statistik Kehutanan Provinsi Jawa Barat Tahun 2012).
Selain hasil hutan kayu, hutan juga menghasilkan hasil hutan bukan
kayu (Tabel II.2.), Hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dihasilkan
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Getah Pinus Ton 8.211 9.342 413.117 15.863 16.150
2. Getah Damar Ton 22.105 17.631 211 32 22
3. Daun Kayu Putih Ton 8.139 9.266 1.027.000 13.190 15.859
4. Arang Ton - - - - -
5. Kopal Ton - - - - 22
6. Rotan Batang 320.022 - 223.582 240.105 180.756
Jumlah Produksi
No. Jenis Hasil Hutan Satuan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Sarang
Kabupaten/ Lebah Sutera Arang
Jamur Burung Gaharu
No Madu Alam Kayu
Kota (Kg) Walet (Batang)
(Liter) (Kg) (Kg)
(Kg)
Kab.
6 Tasikmalaya 143.805 820 500 337,1 1.500 73.980
Kab.
86.562 11.564
10 Majalengka 170 - - -
Kab.
- 534,6 12.000
14 Purwakarta 82.880 387
16 Kab. Bekasi - - - - - -
Kab. Bandung
17 Barat 389.475 4.860 185 - - -
18 Kota Bogor - - - - - -
21 Kota Bekasi - - - - - -
Sarang
Kabupaten/ Lebah Sutera Arang
Jamur Burung Gaharu
No Madu Alam Kayu
Kota (Kg) Walet (Batang)
(Liter) (Kg) (Kg)
(Kg)
22 Kota Depok - - - - - -
Kota
24 Tasikmalaya 274.500 1.212 - - - -
Selain sumberdaya air alami, Jawa Barat memiliki situ-situ dan waduk-
waduk buatan. Tidak kurang dari 20 waduk mempunyai kapasitas
tampung lebih dari 6,8 Milyar m3, diantaranya 3 waduk dibangun pada
Sungai Citarum yaitu Waduk Saguling, Waduk Cirata, dan Waduk
Juanda. Ketiga waduk tersebut mempunyai daya tampung total
mencapai 5,83 Milyar m3. Dari sisi kebutuhan air, Pusat Litbang
Sumber Daya Air (2006) menyebutkan bahwa Indek Ketersediaan Air
(IKA) Jawa Barat adalah 500 - 1.600 m3/kapita/tahun. Padahal total
kebutuhan dasar air untuk kehidupan berkelanjutan pada kondisi
pesimistis adalah 2.000 m3/kapita/tahun, serta kondisi optimistis 5.000
m3/kapita/tahun.
Tabel II.4 Potensi dan Luas Wilayah Sungai Menurut Kewenangan
Juta m3 / tahun
Luas
No Wilayah Sungai Lintas Prov./ Lokal
(Km2) Total
Kab./Kota Kab./Kota
1. Cidanau-Ciujung- 15.810,3 16.367,06 2.095,99 18.463,06
Cidurian-Cisadane-
Ciliwung-Citarum
2. Cimanuk- 6.972,80 7.572,64 305,43 7.878,07
Cisanggarung
3. Citanduy 8.033,70 7.069,50 3.625,68 10.695,19
Ciwulan-Cilaki
5. Cisadea-Cibareno 8.813,06 4.908,71 6.078,76 10.987,47
Total 39.629,86 35.917,91 12.105,86 48.023,77
2. Balai Pengelolaan 3 16 11 - 30
TAHURA Ir. H. Djuanda
Kab. Bandung
17 Barat 64 64 64 64 72 165
18 Kota Bogor - - - - 68
19 Kota Sukabumi - - - - - 33
21 Kota Bekasi 56 56 56 56 56
22 Kota Depok - - - - - 63
23 Kota Cimahi - - 5 2 2 15
24 Kota Tasikmalaya 2 2 2 2 2 69
25 Kota Banjar 8 8 8 8 8 25
26 Kota Cirebon - - - - - 22
250
200
150
100
50
-
Kota Depok
Tasikmalaya
Cianjur
Subang
Bekasi
Kota Tasikmalaya
Kota Cirebon
Garut
Majalengka
Sumedang
Kota Bogor
Kota Bekasi
Bogor
Bandung
Kuningan
Bandung Barat
Kota Banjar
Ciamis
Karawang
Kota Bandung
Kota Cimahi
Cirebon
Indramayu
Purwakarta
Kota Sukabumi
Sukabumi
Gambar II.7 Persentase Jumlah Desa di Luar dan Sekitar Kawasan Hutan per
Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2012.
Kekuatan Peluang
1. Komitmen yang kuat untuk 1. Peningkatan permintaan
mengelola sektor kehutanan terhadap jasa lingkungan hutan
Jawa Barat seperti air dan wisata alam.
2. Dukungan peraturan 2. Peningkatan nilai ekonomi
perundang-undangan dalam produk kehutanan dan jasa
pengelolaan sumberdaya hutan lingkungan
3. Dukungan dana APBD dan 3. Peningkatan Kesadaran dan
sumber lainnya perilaku pembangunan
4. Potensi Sumberdaya Hutan berkelanjutan.
4. Perhatian Dunia Internasional
terhadap Hutan Tropis dan Isu
Lingkungan
5. Kebijakan Desentralisasi
Pengelolaan Sumberdaya
Hutan
Kelemahan Tantangan
1. Struktur kelembagaan 1. Peningkatan produktivitas dan
kehutanan yang belum kompak nilai ekonomi hutan rakyat dan
2. Keterbatasan Peran Dinas hutan produksi
Kehutanan Provinsi 2. Rendahnya penguasaan
3. Sarana Pelayanan dan Informasi masyarakat terhadap
Database Kehutanan belum silvikultur
memadai 3. Peningkatan nilai tambah dan
INTERNAL EKSTERNAL
Daya Saing produk hasil hutan
4. Kemiskinan Masyarakat Desa
Sekitar Hutan
5. Gangguan keamanan
Kekuatan Kelemahan
IFAS (Internal Faktor (Strengths) - S (Weaknesses) - W
Analisys ummary) 1. Komitmen yang kuat 1. Struktur
untuk mengelola kelembagaan
sektor kehutanan kehutanan yang
Jawa Barat belum kompak
2. Dukungan peraturan 2. Keterbatasan Peran
perundang-undangan Dinas Kehutanan
EFAS
dalam pengelolaan Provinsi
(External sumberdaya hutan 3. Sarana Pelayanan
Faktor 3. Dukungan dana APBD dan Informasi
Analisys dan sumber lainnya Database
Summary) 4. Potensi Sumber Daya Kehutanan belum
Hutan memadai
9. Pembangunan Perdesaan
10. Pengembangan Budaya Lokal Dan Destinasi Wisata
Kebijakan pembangunan daerah yang berkaitan dengan sektor
kehutanan, adalah Common Goal 3 Peningkatan Daya Beli Masyarakat
dan Common Goal 8 Penanganan Bencana Dan Pengendalian
Lingkungan Hidup.
IV.1. VISI
Sesuai dengan Visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2018
yakni Jawa Barat Maju dan Sejahtera Untuk Semua, maka Visi Dinas
Kehutanan Tahun 2013 – 2018 adalah :
” HUTAN LESTARI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT”.
IV.2. MISI
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan. Misi
Dinas Kehutanan dirumuskan dengan tetap mengacu pada misi
Pemerintah Provinsi Jawa Barat, oleh karena itu perlu diuraikan
terlebih dahulu Misi Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai
berikut :
Misi 1 : Membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya
saing.
Misi 2 : Membangun perekonomian yang kokoh dan
berkeadilan.
Misi 3 : Meningkatkan kinerja pemerintahan melalui
profesionalisme tata kelola dan perluasan partisipasi.
Misi 4 : Mewujudkan Jawa Barat yang nyaman dengan
pembangunan Infrastruktur strategis yang
berkelanjutan
Misi 5 : Mengokohkan kehidupan sosial kemasyarakatan melalui
peningkatan peran pemuda, olahraga, seni dan budaya
dalam bingkai kearifan lokal.
Sasaran :
1. Meningkatnya Pemanfaatan Hasil Hutan
2. Meningkatnya Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata
3. Meningkatnya Peran Serta Masyarakat Sekitar Hutan dan di
Kawasan Lindung
4. Menciptakan Wirausahawan Baru
V.1. PROGRAM
Kebijakan-kebijakan strategis yang diimplementasikan dalam
pencapaian misi, tujuan, dan sasaran, dalam implementasinya
dijabarkan lebih lanjut kedalam program-program pembangunan
kehutanan dengan tetap mengacu pada 95 (sembilan puluh lima)
Program Pembangunan Daerah dikaitkan dengan Program
Pembangunan Sektoral sebagai berikut :
1. Program Rehabilitasi dan Konservasi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup.
2. Program Pengelolaan Kawasan Lindung.
3. Program Pengelolaan Ekosistem Pesisir dan Laut
4. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur.
5. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran.
6. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur.
7. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur.
8. Program Peningkatan, Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja dan Keuangan.
9. Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah
10. Program Pengadaan, Penataan dan Pengendalian Administrasi
Pertanahan.
11. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
BAB VI PENUTUP