Bab Ii
Bab Ii
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk menjelaskan Pengertian Paradigma Pembangunan.
2. Menjelaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan.
3. Menjelaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma POLEKSOSBUD HANKAM.
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah “paradigma” pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan terutama
dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secara terminologis tokoh yang
mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun
dalam bukunya yang berjudul The Structure of Scientific Revolution (1970 : 49). Inti sari
pengertian paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoretis yang
umum (merupakan suatu sumber nilai), sehingga merupan suatu sumber hokum-hukum,
metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, cirri
serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
Ilmu pengetahuan sifatnya sangat dinamis hal ini disebabkan oleh semakin banyaknya
hasil-hasil penelitian manusia, sehingga dalam perkembangannya terdapat suatu
kemungkinan yang sangat besar ditemukannya kelemah-kelemahan pada teori yang telah
ada, dan jikalau demikian maka ilmuwan akan kembali pada asumsi-asumsi dasar serta
asumsi teoretis sehingga dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan kembali
mengkaji paradigma dari ilmu pengetahuan tersebut atau dengan lain perkataan ilmu
pengetahuan harus mengkaji dasar ontologism dari ilmu itu sendiri. Kalangan ilmuwan social
kembali mengkaji paradikma ilmu tersebut yaitu manusia.
Istilah ilmiah tersebut kemudian berkembang dalam berbagai bidang kehidupan manusia
serta ilmu pengetahuan lain misalnya politik, hokum, ekonomi, budaya, serta bidang-bidang
lainnya. Dalam masalah yang popular ini istilah “paradigma” berkembang menjadi
terminologi yang mengandung konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir, orientasi
dasar, sumber asas serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses
dalam suatu bidang tertentu termasuk dalam bidang pembangunan, reformasi maupun dalam
pendidikan.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) pada hakikatnya merupakan suatu hasil
kreativitas rokhani manusia. Unsur jiwa (rokhani) meliputi aspek akal, rsa dan kehendak.
Akal merupakan potensi rokhaniah manusia dalam hubungan dengan intelektualitas. Rasa
dalam bidang estetis, dan kehendak dalam bidang moral (etika).
Atas dasar kreativitas akalnya manusia mengembangkan iptek dalam rangka untuk
mengolah kekayaan alam yang disediakan oleh Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu tujuan
yang essensial dari Iptek adalah demi kesejahteraan umat manusia, sehingga Iptek pada
hakikatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh nilai. Dalam masalah ini Pancasila telah
memberikan dasar nilai-nilai bagi pengembangan Iptek demi kesejahteraan hidup manusia.
Pengembangan Iptek sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral Ketuhanan
dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pancasila yang sila-silanya merupaka suatu kesatuan yang sisitematis haruslah menjadi
sistem etika dalam pembangunan Iptek.
Sila Ketuhanan yang Maha Esa, mengkomplementasikan ilmu pengetahuan, mencipta,
pertimbangan antara rasional dan irasional, antara akal, rasa dan kehendak. Berdasarkan sila
ini Iptek tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan, dibuktikan dan diciptakan tetapi juga
dipertimbangkan maksudnya dan akibatnya apakah merugikan manusia dengan sekitarnya.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar moralitas manusia
dalam mengembangkan Iptek haruslah bersifat beradab. Iptek adalah sebagai hasil budaya
manusia yang beradab dan bermoral. Oleh karena itu pengembangan Iptek harus didasarkan
pada hakikat tujuan demi kesejahteraan umat manusia.
Sia Persatuan Indonesia, mengkomplementasikan universalia dan internasionalisme
(kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Pengembangan Iptek diarahkan demi kesejahteraan
umat manusia termasuk didalamnya kesejahteraan bangsa Indonesia. Pengembangan Iptek
hendaknya dapat mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa serta keluhuran
bangsa sebagian dari umat manusia di dunia.
Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, mendasari pengembangan Iptek secara demokratis. Artinya setiap ilmuwan
haruslah memiliki kebebasan untuk mengembangkan Iptek. Selain itu dalam pengembangan
Iptek setiap ilmuwan juga harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan
harus memliki sikap yang terbuka artinya terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun
dibandingkan dengan penemu teori lainnya.
Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Mengkomplementasikan
pengembangan Iptek haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan
kemanusiaan yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri,
manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat
bangsa dan Negara serta manusia dengan alam lingkungannya (T. Jacob, 1986).
Hasil iptek harus dapat di pertanggungjawabkan akibatnya,baik pada masa sekarang
maupun masa depan.oleh karena itu, diperlukan suatu aturan yang mampu menjadikan
pancasila sebagai roh bagi perkembangan iptek di Indonesia.dalam hal ini pancasila mampu
berperan memberikan beberapa prinsip etis pada iptek sebagai berikut.
1. Martabat manusia sebagai subjek tidak boleh diperalat oleh iptek.
2. Harus dihindari kerusakan yang mengancam kemanusiaan.
3. Iptek harus sedapat mungkin membantu manusi melepaskan kesulitan-kesulitan
hidupnya.
4. Harus dihindari adanya monopoli iptek.
5. Pengembangan iptek diarahkan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin serta
memenuhi kebutuhan materiel dan spiritual.
6. Harus ada kesamaan pemahaman antara ilmuwan dan agamawan.iman dalam agama
harus memancar dalam ilmu dan ilmu menerangi jalan yang telah ditunjukan oleh iman.
7. Pengembangan iptek mempertimbangkan aspek estetikdan moral.
8. Pembangunan iptek mempertimbangkan akal, rasa, dan kehendak.
Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu realisasi praksis untuk mencapai tujuan
bangsa. Adapun pembangunan dirinci dalam berbagai macam bidang antara lain
POLEKSOSBUD HANKAM. Dalam bidang kenegaraan penjabaran pembangunan
dituangkan dalam GBHN yang dirinci dalam bidang-bidang operasional serta target
pencapaiannya.
Pembangunan yang merupakan realisasi praksis dalam negara untuk mencapai tujuan
seluruh warga harus mendasarkan pada hakikat manusia sebagai subjek pelaksana sekaligus
tujuan pembangunan. Hakikat manusia adalah ‘Monopluralis’ artinya meliputi berbagai
unsur yaitu rokhani-jasmani, individu makhluk social serta manusia sebagai pribadi-makhluk
Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu hakikat manusia merupakan sumber nilai bagi
pengembangan POLEKSOSBUD HANKAM. Hal inilah yang sering diungkapkan dalam
pelaksanaan pembangunan bahwa pembangunan hakikatnya membangun manusia secara
lengkap, utuh, meliputi seluruh unsur hakikat manusia monopluralis, atau dengan lain
perkataan membangun martabat manusia.
Dalam dunia ilmu ekonomi boleh dikatakan jarang ditemukan pakar ekonomi yang
mendasarkan pemikiran pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan dan
Ketuhana sehingga lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas, dan
akhirnya yang kuatlah yang menang. Atas dasar kenyataan ini maka Mubyarto kemudian
pengembangkan ekonomi kerakyatan yaitu ekonomi yang humanistik yang mendasarkan
pada tujuan demi kesejahteraan rakyat yang luas.
Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional dalam bidang ekonomi memberikan
prinsip etis seperti berikut.
a) Dasar moralitas ketuhanan dan kemanusiaan menjadi kerangka landasan pembangunan
ekonomi.
b) Mengembangkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan.
c) Mengembangkan sistem ekonomi Indonesia yang bercorak kekeluargaan.
d) Ekonomi yang menghindarkan diri dari segala bentuk monopoli dan persaingan bebas.
e) Ekonomi yang bertujuan keadilan dan kesejahteraan bersama.
Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum. Negara bertujuan
melindungi segenap wilayah negara dan bangsanya. Demi tegaknya integritas seluruh
masyarakat negara diperlukan suatu pertahanan negara. Oleh karena Pancasila sebagai dasar
negara dan mendasarkan diri pada hakikat nilai kemanusiaan monopluralis maka pertahanan
dan keamanan negara harus dikembalikan pada tercapainya harkat dan martabat manusia
sebagai pendukung pokok negara. Pancasila sebagai paradigm pembangunan di bidang
pertahanan keamanan telah diterima bangsa Indonesia seperti tertuang dalam Undang-
Undang No 3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara. Dalam undang-undang tersebut
dinyatakan bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah dan pandangan hidup
bangsa Indonesia untuk menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
a) Pertahanan dan keamanan negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara.
b) Mengembangkan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta.
c) Mengembangkan prinsip hidup berdampingan secara damai dengan bangsa lain.
Pada proses reformasi dewasa ini di beberapa wilayah negara Indonesia terjadi konflik
sosial yang bersumber pada masalah agama. Maka merupakan suatu tugas berat bagi bangsa
Indonesia untuk mengembalikan suasana kehidupan beragama yang penuh perdamaian,
saling menghargai, saling menghormati dan saling mencintai sebagai sesama umat manusia
yang beradab. Dalam pengertian inilah maka negara menegaskan dalam Pokok Pikiran Ke
IV bahwa kehidupan dalam negara mendasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan. Oleh karena itu
kehidupan beragama dalam negara Indonesia dewasa ini harus dikembangkan ke arah
terciptanya kehidupan bersama yang penuh toleransi, saling menghargai berdasarkan nilai
kemanusiaan yang beradap.
Pancasila sebagai landasan pembangunan bidang agama memberikan prinsip etis seperti
berikut.
Meskipun pembanguna desa selalu menjadi fokus perhatian pemerintah sejak Indonesia
mengawali kemerdekaaanya,namun sosok strategi pembangunan desa sering kali mengalami
perubahan. Hal ini memanifestasikan,bukan hanya proses pencaharian strategi pembangunan
desa yang dipandang paling efektif untuk suatu kurun waktu tertentu,akan tetapi juga
merefleksikan pengaruh strategi pembangunan nasional pada tingkat makro yang dianut
dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian dari waktu ke waktu kita mengenal varian
strategi pembangunan desa.Pembangunan masyarakat desa dilakukan berdasarkan 3 azas ,
yaitu :
a) Azas Pembangunan Integral
Adalah Pembangunan yang seimbang dari semua segi-segi masyarakat desa ( Pertanian,
Pendidikan , Kesehatan , perumahan , dan sebagainya ) sehingga menjamin suatu
perkembangan yang selaras dan tidak berat sebelah.
b) Azas Kekuatan sendiri
Adalah bahwa tiap-tiap usaha pertama-tama harus didasarkan pada kekuatan atau
kemampuan desa sendiri, dengan tidak menunggu-nunggu pemberian dari pemerintah.
c) Azas permufakatan Bersama
Dapat diartikan bahwa usaha pembanguna harus dilaksanakan dalam lapangan-
lapangan yang benar-benar dirasakan sebagai kebutuhan oleh anggota-anggota masyarakat
desa yang bersamgkutan sedang putusan untuk melaksanakan proyek itubukannya
berdasarkan atas perintah atasan,melainkan merupakan putusan bersama anggota-anggota
masyarakat desa
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa pembangunan yang didasarkan
pada nilai-nilai Pancasila diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang
meliputi aspek jiwa, raga, pribadi, sosial, dan aspek kebutuhan.
3.2 Saran
Sebaiknya kita lebih mempelajari dan memahami pancasila lebih dalam lagi agar kita
tidak menyimpang dari nilai-nilai Pancasila yang merupakan asas Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA