Anda di halaman 1dari 18

1.

DEFINISI IUFD

Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and Gynecologists


yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat
badan 500 gram atau lebih atau kematian rahim pada kehamilan 20 minggu atau
lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin,
gawat janisn, atau infeksi (Winkjosastro, 2009). Kematian janin merupakan hasil
akhir dari gangguan pertumbuhna janin, atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis
sebelumnya sehingga tidak diobati (Saifuddin, 2008).

2. KLASIFIKASI IUFD

Menurut United States National Center for Health Statistic Kematian janin dapat
dibagi menjadi 4 golongan, yaitu: (Winknjosastro, 2008; Cuningham et al., 2004)

a) Golongan I : Kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh


(early fetal death)

b) Golongan II : Kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu (intermediate fetal


death)

c) Golongan III : Kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death)

d) Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di

atas.

3. ETIOLOGI IUFD

Menurut Norwitz (2008), penyebab kematian janin dalam rahim yaitu:

a) 50% kematian janin berifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).

b) Kondisi medis ibu (hipertensu, preeklamsia, diabetes mellitus) berhubungan


dengan peningkatan insidensi kematian janin. Deteksi dini dan tata laksana
yang sesuai akan mengurangi risiko IUFD.
c) Komplikasi plasenta (plasenta previa, abruption plasenta) dapat menyebabkan
kematian janin. Peristiwa yang tidak diinginkan akibat tali pusat sulit diramalkan,
tetapi sebagian besar sering ditemukan pada kehamilan kembar sebelum usia
gestasi 32 minggu.

d) Pendarahan janin ibu (aliran sel darah merah transplasental dari janin menuju
ibu) dapat menyebabkan kematian janin. Kondisi ini terjadi pada semua
kehamilan, tetapi biasanya dengan jumlah minimal (<0,1 ml).

e) Sindrom antibosi antifosfolipid. Diagnosis ini memerlukan pengaturan klinis


yang benar (>3 kehilangan pada trimester pertama <1) kehilangan kehamilan
trimester kedua dengan penyebab yang tidak dapat dijelaskan, peristiwa
tromboembolik vena yang tidak dapat dijelaskan.

f) Infeksi intra-amnion yang mengakibatkan kematian janin biasanya jelas terlihat


pada pemeriksaan klinis. Kultur pemeriksaan histology terhadap janin,
plasenta/selaput janin, dan tali pusat akan membantu.

4. FAKTOR RESIKO IUFD

Menurut Winkjosastro (2009), pada 25-60% kasus penyebab kematian janin


tidak jelas. Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau
kelainan patologik plasenta.

a) Factor maternal antara lain adalah post term (>42 minggu), diabetes mellitus
tidak terkontrol, sistemik lupus eritematosus, infeksi hipertensi, pre-eklamsia,
eklamsia, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus, rupture uteri,
antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu, kematian ibu.

b) Factor fetal antara lain: hamil kembar, hamil tumbuh terlambat, kelainan
congenital, kelainan genetic, infeksi.

c) Factor plasenta antara lain: kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, KPD, vasa
previa.

d) Sedangkan factor resiko terjadinya kematian janin intra uterine meningkat pada
usia >40 tahun, pada ibu infertil, kemokonsentrasi pada ibu, riwayat bayi
dengan berat badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma urelitikum),
kegemukan.

5. PATOFISIOLOGI IUFD

(Terlampir)

6. MANIFESTASI KLINIS IUFD

Menurut Achadiat (2004), criteria diagnostic kematian janin dalam rahim meliputi :

a) Rahim yang hamil tersebut tidak bertambah besar lagi, bahkan

semakin mengecil.

b) Tidak lagi dirasakan gerakan janin.

c) Tidak ditemukan bunyi jantung janin pada pemeriksaan.

d) Bentuk uterus menjadi tidak tegas sebagaimana suatu kehamilan

normal.

e) Bila kematian itu telah berlangsung lama, dapat dirasakan krepitasi, yakni
akibat penimbunan gas dalam tubuh.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK IUFD

Menurut Nugroho (2012), menetapkan janin dalam rahim meliputi :

a) Pemeriksaan terhadap detak jantung (dengan menggunakan stetoskop

laeneck, alat dopler).

b) Pemeriksaan terhadap tidak adanya gerak jantung, tulang kepala janin

berhimpit, tulang belakang makin melengkung (dengan menggunakan USG).


c) Pemeriksaan terhadap tulang kepala berhimpit, tulang belakang melengkung,
dalam usus janin dijumpai pembentukkan gas (dengan foto rontgen).

Menurut Norwitz (2008), diagnosis kematian janin dalam rahim

meliputi :

a) Gejala jika kematian janin terjadi terjadi di awal kehamilan, mungkin tidak akan
ditemukan gejala kecuali berhentinya gejala-gejala kehamilan yang biasa
dialami (mual, sering berkemih, kepekaan pada payudara). Di usia kehamilan
selanjutnya, kematian janin harus dicurigai jika janin tidak bergerak dalam
jangka waktu yang cukup lama.

b) Tanda-tanda ketidakmampuan mengidentifikasi denyut jantung janin pada


kunjungan ANC (antenatal care) setelah usia gestasi 12 minggu atau tidak
adanya pertumbuhan uterus dapat menjadi dasar diagnosis.

c) Pada pemeriksaan laboratorium terjadi penurunan kadar gonadotropin korionik


manusia (Human Chorionic Gonadotropin atau HCH) mungkin dapat membantu
diagnosis dini selama kehamilan.

d) Pada pemeriksaan radiologis. Secara historis, foto rontgen abdominal


digunakan untuk mengkonfirmasi IUFD. Tiga temuan sinar X yang dapat
menunjukkan adanya kematian janin meliputi penumpukan tulang tengkorak
janin (tanda spalding), tulang punggung janin melengkung secara berlebihan
dan adanya gas didalam janin. Meskipun demikian, foto rontgen sudah tidak
digunakan lagi. USG saat ini merupakan baku emas untuk mengkonfirmasi
IUFD dengan mendokumentasikan tidak adanya aktifitas jantung janin setelah
usia gestasi 6 minggu. Temuan sonografi lain mencakup edema kulit kepala dan
maserasi janin.

8. PENATALAKSANAAN IUFD
Menurut Nugroho (2012), Janin yang mati dalam rahim sebaiknya

segera dikeluarkan secara:

1) Lahir spontan: 75% akan lahir spontan dalam 2 minggu.

2) Persalinan anjuran :

a) Dilatasi serviks dengan batang laminaria

Setelah dipasang 12-24 jam kemudian dilepas dan dilanjutkan dengan


infus oksitosin sampai terjadi pengeluaran janin dan plasenta.

b) Dilatasi serviks dengan kateter folley.

1) Untuk umur kehamilan > 24 minggu.

2) Kateter folley no 18, dimasukan dalam kanalis sevikalis diluar kantong


amnion.

3) Diisi 50 ml aquades steril.

4) Ujung kateter diikat dengan tali, kemudian lewat katrol, ujung tali diberi
beban sebesar 500 gram

5) Dilanjutkan infus oksitosin 10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml, mulai 8


tetes/menit dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai his adekuat.

c) Infus oksitosin

1) Keberhasilan sangat tergantung dengan kematangan serviks, dinilai


dengan Bishop Score, bila nilai = 5 akan lebih berhasil.

2) Dipakai oksitosin 5-10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml mulai 8 tetes /


menit dinaikan 4 tetes tiap 15 sampaihis adekuat.

d) Induksi prostaglandin
1) Dosis :

Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suppositoria 20 mg, diulang 4-5 jam.

Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suntikan im 400 mg.

Pg-E 2,5 mg/ml dalam larutan NaCL 0.9 %, dimulai 0,625 mg/ml
dalam infus.

2) Kontra Indikasi: asma, alergi dan penyakit kardiovaskuler.

9. KOMPLIKASI IUFD

Menurut Norwitz (2008), sekitar 20-25% dari ibu yang mempertahankan janin
yang telah mati selama lebih dari 3 minggu maka akan mengalami koagulopati
intravaskuler diseminata (Disseminated Intravascular Coagulopathy atau DIC)
akibat adanya konsumsi faktor-faktor pembekuan darah secara berlebihan.

10. PENCEGAHAN IUFD

Menurut Winkjosastro (2009), upaya mencegah kematian janin, khususnya


yang sudah atau mendekati aterm adalah bila ibu merasa gerakan janin menurun,
tidak bergerak atau gerakan janin terlalu keras, perlu dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi. Perhatikan adanya solusio plasenta. Pada gemeli dengan TT (twin to
twin transfusion) pencegahan dilakukan dengan koagulasi pembuluh anastomosis.

11. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. PENGKAJIAN

A. Data Subjektif

1) Identitas
a. Nama ibu / suami
Nama penderita dan suaminya ditanyakan untuk mengenal dan
memanggil penderita supaya tidak keliru dengan penderita yang lain.

b. Umur ibu / suami :


Kehamilan yang pertama kali dengan baik antara 19-35 tahun,
dengan otot masih bersifat sangat elastis dan mudah diregang. Tetapi
menurut pengalaman, penderita umur 25-35 tahun masih mudah untuk
melahirkan jadi melahirkan tidak saja umur 19-25 tahun, primitua
dikatakan mulai 35 tahun dimana usia >35 thn merupakan faktor
predisposisi terjadinya IUFD.

c. Agama
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan
kesehatan klien. Dengan diketahui agama pasien akan memudahkan bidan
melakukan pendekatan dialam melaksanakan asuhan kebidanan.

d. Suku/bangsa
Untuk mengetahui latar belakang sosial budaya yang mempengaruhi
kesehatan klien.

e. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang rendah merupakan faktor predisposisi
terjadinya IUFD.

f. Pekerjaan
Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi ibu
dimana status sosial ekonomi rendah menjadi faktor predisposisi
terjadinya IUFD.
g. Alamat
Untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan diperlukan bila
mengadakan kunjungan rumah (home care/home visit ke ibu)

2) Keluhan
Pada ibu dengan IUFD umumnya memiliki keluhan utama tidak
merasakan gerakan janin selama beberapa waktu dan perut yang tidak
kunjung membesar atau malah mengecil.

3) Riwayat Menstruasi
Dikaji untuk menentukan tanggal tafsiran persalinan. Hal ini
memungkinkan bidan untuk memperkirakan tanggal kelahiran dan setelah itu,
memperkirakan usia kehamilan saat itu. Jika kehamilan telah lewat
waktu, plasenta akan mengalami penuaan sehingga fungsinya akan
berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Cairan
ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan
dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin dan menyebabkan
kematian janin.
 Siklus: normalnya 28/35 hari.
 Lama: normalnya 5 – 7 hari (Teratur/tidak)
 Banyaknya : normalnya 2 – 3 pembalut/hari
 Dismenorrhoea : normalnya sebelum/ saat/ setelah haid.
 HPHT : menentukan tafsiran persalinan dan usia kehamilan (sebagai
patokan apakah klien melahirkan at term atau tidak. Bila hari pertama haid
terakhir diketahui maka dapat memperhitungkan usia kehamilan dan
perkiraan persalinan dengan rumus Nagel (hari + 7, bulan – 3, tahun+1)

4) Riwayat Obstetri Lalu


Mengetahui berapa kali klien melahirkan dan mengalami abortus, jika sudah pernah
melahirkan, usia anak terkecil ditanyakan untuk mengetahui jarak kelahiran. Paritas
pertama dan kelima atau lebih merupakan faktor predisposisi terjadinya IUFD.

5) Riwayat Kehamilan Sekarang


Mengetahui apa semasa hamil klien melakukan kontrol kehamilan (ANC) yang baik
atau tidak, sebab kehamilan tanpa pengawasan antenatal menjadi faktor predisposisi
terjadinya IUFD.
Pada ibu dengan IUFD, perlu dikaji lebih mendalam tentang gerakan janin. Mulai
dari kapan gerakan terakhir, pola gerakan, lokasi gerakan dirasakan paling banyak,
bagaimana sensasi yang ditimbulkan saat janin bergerak, dan hal penting lainnya.

6) Riwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi


Untuk mengetahui sejauh mana klien dan suami merencanakan kehamilan ini. Pada
kasus IUFD, ini sangat berpengaruh pada penerimaan ibu dan keluarga atas kematian
janin.

7) Riwayat Kesehatan dan Penyakit Klien


Untuk mengidentifikasi adanya penyakit yang pernah dan sedang dialami klien yang
berpotensi menjadi penyebab IUFD.
 Jantung
Penyakit jantung menyebabkan ketidakmampuan jantung untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi dan O2 untuk tumbuh kembang janin. Terjadi relatif-absolut
gangguan pertukaran O2-CO2 paru (hipertensi-edema paru) yang dapat menyebabkan
terjadinya kematian janin.

 Hipertensi
Hipertensi dapat menyebabkan kekurangan O2 pada janin yang
disebabkan oleh berkurangnya suplai darah dari ibu ke plasenta yang
disebabkan oleh spasme dan kadang-kadang trombosis dari pembuluh darah
ibu.

 Ginjal
Ditandai dengan fatigue, gagal tumbuh, pucat, lidah kering, hipertensi, proteinun,
nokturia.

 Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap kehamilan dan mempunyai pengaruh buruk bagi
janin dan ibu.

 Asma / TBC
Dampak terhadap kehamilan adalah kekurangan O2 (PO2 < 59 mmHg) sehingga
dapat menyebabkan kematian janin.
 Diabetes
Tanda dan gejala diabetes yang mudah dikenali adalah “3P” yaitu polydipsia,
polyphagia dan polyuria. Pada IUFD, DM merupakan salah satu etiologinya dimana
terjadi kerusakan pembuluh darah, viskositas darah meningkat, aterosklerosisi sekunder
dan kerusakan organ lainnya.

8) Riwayat Kesehatan dan Penyakit Keluarga


Untuk mengidentifikasi adanya penyakit dalam keluarga yang berpotensi menurun atau
menular kepada ibu dan bayi, meliputi penyakit jantung, hipertensi, asma, diabetes mellitus,
hepatitis, TBC, kelainan darah, maupun gemelli.

9) Riwayat Psikososial dan Budaya


 Kawin berapa kali, pada umur .... th
 Apakah kehamilan direncanakan/tidak
 Apakah keluarga mendukung kehamilan ini ....
 Respon keluarga pada kehamilan ini ....
Berkaitan dengan tingkat kesuburan, kematangan fisik, psikologis, dan sosial klien.

10) Data Fungsi Kesehatan


 Nutrisi
Terakhir makan: (meliputi waktu terakhir makan, jumlah, dan jenis makanan
yang dimakan ibu).
Terakhir minum: (meliputi waktu terakhir minum, jumlah, dan jenis minuman
yang diminum ibu).
Informasi ini untuk memperkirakan besarnya intake ibu menjelang masuk
Rumah Sakit sebagai cadangan energi ibu untuk proses perawatan yang akan
diterimanya.

 Eliminasi
Meliputi waktu terakhir ibu BAB dan BAK.

 Istirahat tidur
Ibu terakhir tidur pada pukul berapa dan berapa lama (untuk menentukan status
istirahat terakhir ibu yang juga merupakan cadangan energi sebelum menjalani
perawatan). Kualitas tidur nyenyak dan tidak terganggu.
 Aktivitas
Aktivitas terakhir apa dan jam berapa, yang dilakukan ibu sebelum mendapati
masuk rumah sakit.

 Aktivitas Seksual
Kapan terakhir kali ibu melakukan hubungan seksual.

 Personal hygiene
Kapan ibu terakhir mandi, ganti pakaian dan celana dalam.

 Pola Kebiasaan
Merokok :
Alkohol :
Narkoba :
Obat-obatan :
Jamu-jamuan :
Binatang peliharaan :
Pantangan makanan :
Adat/ budaya masyarakat :

B. Data Objektif

Data ini diperoleh melalui pemeriksaan umum, pemeriksaan


fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, maupun
pemeriksaan penunjang.

1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum: Baik/ jelek
b) Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon
seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran
dibedakan menjadi compos mentis, apatis, delirium, somnolen, stupor,
dan coma. Dalam persalinan perlu mengetahui kesadaran ibu, karena jika
kesadaran ibu terganggu, maka akan sangat berpengaruh pada proses
persalinan itu sendiri, mengingat persalinan merupakan usaha dari ibu
secara sadar yang dilaksanakan sesuai pimpinan persalinan yang
diberikan oleh bidan.

c) Tanda-Tanda Vital:
 Tekanan Darah
Tekanan darah normal antara 100/60,
140/90 mmHg. Pada PER, didapatkan
Tekanan darah sistolik antara 140-160
mmHg dan tekanan darah Diastolik 90-110
mmHg
 Nadi
Normalnya antara 80-110 x/mnt
 Respiration Rate (RR)
Pernafasan normal 16-24x/menit. Bila lebih dari 24x/menit
menandakan adanya takipnea.
 Suhu
Suhu normal 36,10C – 37,60C, suhu tubuh > 37,60C dikatakan
demam dan perlu dicurigai adanya infeksi.

d) Antropometri
 Berat Badan
Menurut salmah, dkk, 2006, peningkatan
BB normal total selama kehamilan adalah
12,5 kg. atau kita bisa hitung dengan
menggunakan BMI
 Tinggi Badan
Ibu hamil dengan tinggi badan < 145 cm,
kemungkinan mempunyai panggul sempit.
 Lingkar Lengan Atas (LILA)
LILA yang kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk
status gizi yang kurang.

2) Pemeriksaan Fisik (data fokus)


a) Muka/ Wajah
edema/tidak, tidak ikterus, conjungtiva merah muda/pucat, sklera
putih/tidak.

b) Mulut
Bibir tidak pucat.
c) Payudara
- Pembesaran : tidak ada pembesaran, simetris.
- Puting susu : menonjol
- Kebersihan : bersih

d) Abdomen/ uterus
- Kebersihan : bersih
- Pemeriksaan Leopold, dilakukan dengan palpasi, meliputi palpasi
Leopold I-IV dengan penjelasan sebagai berikut:
Leopold I : Untuk mengetahui tuanya kehamilan dan
bagian apa yang terdapat di fundus.
Normalnya teraba lunak, tidak bulat dan tidak
melenting, mengetahui TFU dan TBJ.
Pada IUFD fundus uteri teraba lebih kecil
dari usia kehamilan yang seharusnya.
Mengukur TFU dengan metline pada UK > 22
minggu.
Tabel 3. Kriteria TFU menurut usia kehamilan

Umur Kehamilan
TFU
(minggu)

3 jari atas simfisis 12

Pertengahan pusat –
16
simfisis

3 jari bawah pusat 20 cm 20

Setinggi pusat 23 cm 24

3 jari atas pusat 26 cm 28

Pertengahan pusat – px 30 cm 32

3 jari bawah px 33 cm 36

Pertengahan pusat – px 40

Rumus Johnson Tausak (untuk mengetahui TBJ)


Bila bagian terendah janin sebagian besar sudah masuk PAP /
divergen, TBJ = (TFU – 11) x 155
Bila bagian terendah janin sebagian kecil sudah masuk PAP /
sejajar, TBJ = (TFU – 12) x 155
Bila bagian terendah janin belum masuk PAP / konvergen, TBJ=
(TFU – 13) x 155
Caranya :pemeriksa menghadap ke arah muka ibu hamil
menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus,
konsistensi uterus
Leopold II : Leopold II bertujuan untuk mengetahui bagian
apa yang ada disamping kiri dan kanan uterus
ibu. Pada letak membujur dapat ditetapkan
punggung anak yang teraba bagian keras,
memanjang seperti papan dan sisi yang
berlawanan teraba bagian kecil janin. Dan
banyak lagi kemungkinan perabaan pada letak
yang lain.
Pada IUFD, utamanya dengan kematian
diatas 4 minggu, bagian janin akan sulit
teraba karena badan janin telah menjadi
sangat lemas, tulang-tulang janin saling
tumpang tindih dan hubungan antar tulang
telah sangat rapuh.
Leopold III : Menentukan bagian terendah janin dan apakah
bagian terendah tersebut sudah masuk PAP atau
belum (Posisi tangan petugas konvergen,
divergen atau sejajar)
Pada kematian janin yang lama akan sulit
menilai bagian terendah janin, umumnya
teraba ballotement.
Leopold IV : Menentukan seberapa jauh bagian terendah
janin masuk pintu atas pinggul. Penurunan
bagian terendah/terbawah dengan metode lima
jari perlimaan
Pada kematian janin yang lama akan sulit
menilai sejauh mana bagian terendah janin
masuk pintu atas panggul.
- Pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ)
DJJ harus diantara 110-160 x/menit.
Pada IUFD tidak terdengar denyut jantung janin.
e) Ekstremitas Atas/ Bawah
- Oedema : -/-
Oedema tungkai terjadi akibat sirkulasi vena terganggu akibat
terkena uterus yang membesar pada vena-vena panggul.
- Varices :
Varices merupakan pembesaran dan pelebaran pembuluh darah
yang sering dijumpai pada ibu hamil di sekitar vulva, vagina,
paha, tungkai bawah.
- Refleks patella : +/+
Normal jika tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika tendon
diketuk. Bila refleks patella negatif, kemungkinan pasien
kekurangan vitamin B1.

f) Genetalia
- Vulva dan Vagina
Oedema : tidak
Varices : tidak
Bartholinitis : tidak
Pembesaran kelenjar skene : tidak
Pada wanita hamil sering mengeluarkan cairan pervaginam lebih
banyak. Keadaan ini dalam batas normal (tidak berwarna, tidak
berbau, tidak gatal).
- Anus : tidak ada hemorrhoid
Wasir (haemorroid) dalam kehamilan terjadi pelebaran vena
haemorroidalis interna dan pleksus hommorroidalis eksternal
karena terdapatnya konstipasi dan pembesaran uterus.

3) Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan Dalam (VT)
Untuk mengetahui tanda-tanda persalinan dengan melakukan
pemeriksaan langsung pada jalan lahir.
Tanggal : jam : oleh :
a) Adakah kelainan pada dinding vagiana, elastisitas perineum
b) Pembukaan : 1-10 cm (evoluasi tiap 4 jam)
Pada primigravida, pembukaan pada fase laten 1 cm/jam. Dan pada
multigravida, pembukaan pada fase laten 2 cm/jam
c) Penipisan / effacement
d) Ketuban : utuh (u) / sudah pecah , jika sudah keruh atau jernih
e) Presentasi : kepala
f) Denominator : UUK depan
g) Adakah bagian kecil di sekeliling bagian terendah (presentasi ganda)
h) Hodge : I – IV
1. Bidang Hodge I: bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP
dengan bagian atas simfisis dan promontorium.
2. Bidang Hodge II: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I
terletak setinggi bagian bawah simfisis.
3. Bidang Hodge III: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I
dan II, terletak setinggi spina iskiadika kanan dan kiri.
4. Bidang Hodge IV: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I,
II, dan III, terletak setinggi os koksigeus.

4) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan lab : pada IUFD penting untuk mengetahui kadar
faktor-faktor pembekuan dalam tubuh ibu.
b) USG : Pada IUFD penting untuk memastikan tidak ada gerakan otot
jantung janin dan tanda-tanda kematian janin lainnya seperti
spalding sign’s dll

b. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1) Ansietas b/d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.


2) Kurang pengetahuan tentang kemajuan persalinan b/d kurang mengingat
informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi informasi.
3) Risiko tinggi terhadap infeksi maternal b/d pemeriksaan vagina berulang
dan kontaminasi fekal.
4) Risiko tinggi terhadap kekurangan cairan b/d masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui pernafasan mulut.
5) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d ketidakadekuatan
sistem pendukung.

c. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ansietas b/d krisis Setelah dilakukan asuhan 1. Orientasikan klien pada
situasi kebutuhan keperawatan selama lingkungan, staf dan
tidak terpenuhi. ……..diharapkan ansietas prosedur
pasien berkurang dengan 2. Berikan informasi tentang
kriteria hasil: perubahan psikologis dan
1. TTV dbn fisiologis pada persalinan
2. Pasien dapat 3. Kaji tingkat dan penyebab
mengungkapkan ansietas
perasaan cemasnya 4. Pantau tekanan darah dan
3. Lingkungan sekitar nadi sesuai indikasi
pasien tenang dan 5. Anjurkan klien
kondusif mengungkapkan
perasaannya
6. Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien

2. Kurang Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji persiapan,tingkat


pengetahuan keperawatan pengetahuan dan harapan
tentang kemajuan selama….,pengetahuan klien
persalinan b/d pasien tentang persalinan 2. Beri informasi dan
kurang mengingat meningkat dengan criteria kemajuan persalinan
informasi yang hasil: normal
diberikan, 1. Pasien dapat 3. Demonstrasikan teknik
kesalahan mendemonstrasikan pernapasan atau relaksasi
interpretasi teknik pernafasan dan dengan tepat untuk setiap
informasi. posisi yang tepat untuk fase persalinan
fase persalinan

3. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji latar belakang budaya


terhadap infeksi keperawatan klien.
maternal b/d selama….diharapkan 2. Kaji sekresi vagina,
pemeriksaan infeksi maternal dapat pantau tanda-tanda vital.
vagina berulang terkontrol dengan criteria 3. Tekankan pentingnya
dan kontaminasi hasil: mencuci tangan yang
fekal. 1. TTV dbn baik.
2. Tidak terdapat tanda- 4. Gunakan teknik aseptic
tanda infeksi saat pemeriksaan vagina.
5. Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi.

4. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau masukan dan


terhadap keperawatan haluaran.
kekurangan cairan selama…,diharapkan 2. Pantau suhu setiap 4 jam
b/d masukan dan cairan seimbang dengan atau lebih sering bila suhu
peningkatan kriterian hasil: tinggi, pantau tanda-tanda
kehilangan cairan 1. TTV dbn vital. DJJ sesuai indikasi.
melalui pernafasan 2. Input dan output cairan 3. Kaji produksi mucus dan
mulut. seimbang turgor kulit.
3. Turgor kulit baik 4. Kolaborasi pemberian
cairan parenteral.
5. Pantau kadar hematokrit.

5. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan 1. Tentukan pemahaman


terhadap koping keperawatan dan harapan terhadap
individu tidak efektif selama…..,diharapkan proses persalinan
b/d koping pasien efektif 2. Anjurkan mengungkapkan
ketidakadekuatan dengan criteria hasil: perasaan
system pendukung. 1. Pasien dapat 3. Beri anjuran kuat terhadap
mengungkapkan mekanisme koping positif
perasaannya dan
4. Bantu relaksasi

Anda mungkin juga menyukai

  • LP Sob
    LP Sob
    Dokumen22 halaman
    LP Sob
    Maya Maymayy
    50% (2)
  • LP PJB
    LP PJB
    Dokumen22 halaman
    LP PJB
    Maya Maymayy
    Belum ada peringkat
  • Pathway Kejang Demam
    Pathway Kejang Demam
    Dokumen2 halaman
    Pathway Kejang Demam
    Maya Maymayy
    Belum ada peringkat
  • Pathway Iufd
    Pathway Iufd
    Dokumen2 halaman
    Pathway Iufd
    Maya Maymayy
    100% (1)
  • LP Iufd
    LP Iufd
    Dokumen18 halaman
    LP Iufd
    Maya Maymayy
    Belum ada peringkat
  • LP Iufd
    LP Iufd
    Dokumen5 halaman
    LP Iufd
    Maya Maymayy
    Belum ada peringkat
  • Makalah BI
    Makalah BI
    Dokumen18 halaman
    Makalah BI
    Maya Maymayy
    Belum ada peringkat