Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fasilitas pelayanan kesehatan mempunyait ugas utama
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan aman bagi
masyarakat. Data BPPSDM tahun 2014 tercatat sejumlah 295.508
perawat dari 891.897 total tenaga kesehatan. Potter dan Perry (2013)
juga berpendapat bahwa perawat memberikan kontribusi sangat besar
terhadap keberhasilan pemberian pelayanan kesehatan paripurna
kepada klien.
Keberhasilan pemberian asuhan keperawatan oleh perawat yang

menempati 1/3 dari keseluruhan tenaga kesehatan di Indonesia baik di


RS maupun di Pelayanan Primer ini perlu didukung oleh mekanisme
upaya peningkatan profesionalisme perawat. Salah satunya adalah
melalui pengembangan karir perawat. Pengembangan karir perawat
merupakan suatu perencanaan dan penerapan rencana karir yang
dapat digunakan untuk penempatan perawat pada jenjang yang sesuai
dengan keahliannya, serta menyediakan kesempatan yang lebih baik
sesuai dengan kemampuan dan potensi perawat. Karir perawat disusun
untuk pencapaian keunggulan asuhan yang dimiliki perawat dan
partisipasi untuk mencapai kompetensi sesuai dengan level karir
(Baucom, Hibbert, Sigler, Fanning, & Sandoval, 2012).
Pengembangan karir profesional perawat dalam bentuk jenjang
karir perawat merupakan sistem untuk meningkatkan kinerja dan
profesionalisme, sesuai dengan bidang pekerjaan melalui peningkatan
kompetensi yang menghasilkan kinerja profesional. Jenjang karir
mempunyai makna tingkatan kompetensi untuk melaksanakan asuhan
keperawatan yang akuntabel dan etis sesuai batas kewenangan.
Adanya jenjang karir perawat dapat meningkatkan pelayanan profesional
perawat. Nelson, Sassaman, dan Phillips (2008) mengemukakan bahwa
program jenjang karir perawat dirancang untuk menginspirasi dan
menghargai keunggulan klinis yang dimiliki. Pengembangan karir
perawat dalam konteks penghargaan dapat berupa penghargaan level
kompetensi dan kewenangan yang lebih tinggi, juga diikuti dengan
penghargaan material yang memperhatikan tingkatan level karir dari
setiap jenjang karir profesional. Perawat profesional diharapkan mampu
berpikir rasional, mengakomodasi kondisi lingkungan, mengenal diri
sendiri, belajar dari pengalaman dan mempunyai aktualisasi diri sehingga
dapat meningkatkan jenjang karir profesinya.
Pengembangan karir profesional perawat mencakup empat peran
utama perawat yaitu, Perawat Klinis (PK), Perawat Manajer (PM),
Perawat Pendidik (PP), dan Perawat Peneliti/Riset (PR). Perawat Klinis
(PK) yaitu, perawat yang memberikan asuhan keperawatan langsung
kepada klien sebagai individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Perawat Manajer (PM) yaitu, perawat yang mengelola pelayanan
keperawatan di sarana kesehatan, baik sebagai pengelola tingkat
bawah (front line manager), tingkat menengah (middle management),
maupun tingkat atas (top manager). Perawat Pendidik (PP) yaitu,
perawat yang memberikan pendidikan kepada peserta didik di institusi
pendidikan keperawatan. Perawat Peneliti/Riset (PR) yaitu, perawat
yang bekerja di bidang penelitian keperawatan/kesehatan.
Masing-masing pengembangan karir perawat di Rumah Sakit
maupun Pelayanan Primer memiliki 5 (lima) level yaitu, level I sampai
dengan level V. Jalur perawat klinis memungkinkan peralihan jalur
karir ke Perawat Manajer, Perawat Pendidik, atau Perawat Riset.
Peralihan jalur karir akan diatur dalam pedoman yang terpisah dari
pedoman ini.
Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan profesional
harus berdasarkan kewenangan klinis (clinical privilege) dan penugasan
klinis (clinical appointment). Pelayanan keperawatan sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan mempunyai daya ungkit yang besar
dalam mencapai tujuan pembangunan bidang kesehatan. Keperawatan
sebagai profesi dan perawat sebagai tenaga profesional bertanggung
jawab untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai kompetensi
dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri maupun bekerja sama
dengan anggota tim kesehatan lain (Depkes RI, 2006). Pengembangan
karir perawat merupakan suatu perencanaan dan penerapan rencana
karir yang dapat digunakan untuk penempatan perawat pada jenjang
yang sesuai dengan keahliannya, serta menyediakan kesempatan yang
lebih baik sesuai dengan kemampuan dan potensi perawat (Marquis,
2009).
RSUD AL IHSAN Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu
rumah sakit yang sudah terakreditasi KARS, namun dalam praktik
perawatan professional diruangan tersebut masih belum berjalan
maksimal, dimana pembagian perawat sudah berdasarkan kewenangan
klinis (clinical privilege) dan penugasan klinis (clinical appointment)
masing-masing perawat, namun dalam praktik di lapangan ditemukan
masih banyak yang tidak sesuai, misalkan perawat Pra PK melakukan
tugas yang seharusnya masuk dalam lingkup wewenang perawat PK I &
II, seperti memberikan terapi pada pasien Kemoterapi, perawat PK II
menjadi PPJP (Perawat Penanggung Jawab Pasien) sedangkan PK III
menjadi PA (Perawat Asosiet). Praktik keperawatan idealnya dilakukan
berdasarkan kewenangan klinis yang telah ditentukan dan seminatan
masing- masing, namun kenyataan dilapangan belum berjalan sesuai
dengan kompetensinya. Mengingat begitu pentingnya kewenangan klinis
(clinical privilege) dan penugasan klinis (clinical appointment) peneliti
ingin mengetahui bagaimana gambaran pelaksanaan praktik
keperawatan profesional perawat klinik III berdasarkan kewenangan
klinis di ruang Zaitun II Bedah Provinsi Jawa Barat, yang mana
berdasarkan hasil pengamatan diruangan menunjukkan penerapan
kewenangan klinis belum sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan professional
harus berdasarkan kewenangan klinis (clinical privilege), akan tetapi
dalam pelaksanaan praktik keperawatan masih banyak yang tidak
sesuai dengan kewenangan klinis tersebut. Hasil studi pendahuluan di
Instalasi Rawat Inap Bedah Zaitun II RSUD AL IHSAN Provinsi Jawa
Barat dari 16 perawat klinik yang terdiri dari 5 Perawat Klinik I, 4
Perawat Klinik II, 4 Perawat Klinik III, 1 Perawat Klinik IV dan 2 Pra
Perawat Klinik, ada 8 perawat yang dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kewenangan kliniknya, sisanya 7 orang
melakukan kewenangan klinis perawat klinik I dan II.
Kewenangan klinis (clinical privilege) merupakan komponen penting
untuk dijadikan pedoman serta aspek legalitas dalam melakukan
asuhan keperawatan professional supaya terhindar dari tuntutan hukum.
Berdasarkan dari data tersebut diatas, kami merasa tertarik untuk
mengetahui “Gambaran Pelaksanaan Praktik Keperawatan Profesional
Berdasarkan Kewenangan Klinis di Ruang Zaitun II Bedah RSUD Al-
Ihsan Provinsi Jawa Barat’’ hasilnya diharapkan dapat memberikan
dampak positif terhadap Pelayanan yang ada diruang Zaitun II Bedah.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut diatas rumusan

masalah yaitu ‘’Gambaran Pelaksanaan Praktik Keperawatan Profesional

Berdasarkan Kewenangan Klinis di Ruang Zaitun II Bedah RSUD Al-

Ihsan Provinsi Jawa Barat’’

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Pelaksanaan Praktik Keperawatan

Profesional Berdasarkan Kewenangan Klinis di Ruang Zaitun II Bedah

RSUD Al- Ihsan Provinsi Jawa Barat.

2. Tujuan Khusus

BELUM DIBUAT
D. MANFAAT

a. Bagi Ruangan

Mendapatkan Gambaran Pelaksanaan Praktik Keperawatan

Profesional Berdasarkan Kewenangan Klinis di Ruang Zaitun II Bedah

RSUD Al- Ihsan Provinsi Jawa Barat, sehingga dapat memberikan

masukan pada pihak rumah sakit dalam mengoptimalkan Praktik

Keperawatan Profesional Berdasarkan Kewenangan Klinis.

b. Bagi Mahasiswa

Dapat secara langsung merasakan pengalaman dalam melakukan

penelitian dan penambahan wawasan mengenai Praktik Keperawatan

Profesional Berdasarkan Kewenangan Klinis.

Anda mungkin juga menyukai