http://igumgeoteksipil.wordpress.com/geoteknik/
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Secara umum ada jenis lereng berdasarkan proses terjadinya yaitu lereng alami dan lereng buatan.
Lereng alami adalah lereng yang terbentuk secara alami melalui proses geologi misalnya lereng
perbukitan dan tebing sungai. Sedangkan lereng buatan adalah lereng yang dibuat manusia untuk
keperluan tertentu, misalnya tanggul sungai, urugan untuk jalan raya, dan lereng bendungan.
2.2 Definisi Analisis Stabilitas Lereng
Pada permukaan tanah yang tidak datar atau mempunyai sudut kemiringan maka akan cenderung
menggerakan massa tanah ke arah permukaan yang lebih rendah. Analisis yang menjelaskan
tentang kejadian tersebut dikenal dengan analisis stabilitas lereng. Analisis stabilitas lereng
banyak digunakan dalam perencanaan konstruksi, seperti : timbunan untuk jalan raya, galian
lereng untuk jalan raya serta konstruksi tubuh bendung. Maksud dari analisis ini adalah
menentukan faktor keamanan (safety factor) dari bidang potensial longsor. Faktor keamanan
didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya yang menahan dengan gaya yang menggerakkan,
atau :
FK
= ………………………………………………………………………………………………….(2.
1)
Dimana :
FK = Faktor Keamanan
τ = Tahanan geser tanah (Kuat geser yang tersedia)
τd = Tegangan geser tanah (Tegangan geser yang terjadi)
Stabilitas lereng (slope stability) sangat erat kaitannya dengan kelongsoran tanah. Kelongsoran
tanah (landslides) merupakan proses perpindahan massa tanah secara alami dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah. Hal ini terjadi karena tanah kehilangan kesetimbangan daya
dukungnya dan akan terhenti jika telah mencapai kesetimbangan baru (Yulvi Zaika,2011).
Analisis stabilitas lereng tidaklah mudah. Banyak faktor yang mempengaruhi dalam
perhitungannya.
4
Analisis stabilitas lereng umumnya didasarkan pada konsep keseimbangan batas plastis ( limit
plastic equilibrium). Tujuan dari analisis stabilitas lereng adalah menentukan faktor keamanan dari
bidang longsor potensial (Hardiyatmo,2006). Hardiyatmo menjelaskan dalam analisis stabilitas
lereng, terdapat beberapa asumsi :
1. Kelongsoran lereng terjadi di sepanjang permukaan bidang longsor tertentu dan dapat dianggap
sebagai masalah bidang 2 dimensi.
2. Massa tanah yang longsor dianggap sebagai benda massif.
3. Tahanan geser dari massa tanah, di sembarang titik sepanjang bidang longsor tidak tergantung
dari orientasi permukaan longsor, atau dengan kata lain kuat geser tanah dianggap isotropis.
4. Faktor keamanan didefinisikan dengan memperhatikan tegangan geser rata-rata sepanjang bidang
longsor potensial, dan kuat geser tanah rata-rata sepanjang permukaan longsoran. Jadi, kuat geser
tanah mungkin terlampaui di titik-titik tertentu pada bidang longsornya, padahal faktor keamanan
hasil perhitungan lebih besar satu.
Tabel 2.2. Hubungan faktor keamanan dan kejadian longsor
Umumnya , faktor keamanan stabilitas lereng atau faktor aman terhadap kuat geser tanah diambil
lebih besar atau sama dengan 1,2-1,5. Menurut Bowles (1989) nilai dari faktor keamanan
berdasarkan intensitas kelongsorannya seperti tabel 2.2 dibawah ini :
Nilai faktor keamanan Kejadian atau intensitas kelongsoran
(Sumber: Hardiyatmo,2006)
Gambar 2.1 Lereng terbatas
Berat massa tanah timbunan yang akan longsor
W = 0,5 H CB γ (1)
= 0,5 Hγ ( H/tan α – H/tg β ) ………………………………………………………..(2.35)
= 0,5 H2γ ……………………………………………………..(2.36)
Dimana :
W = Berat tanah di atas bidang longsor (kN)
α = Sudut bidang longsor terhadap horizontal (º)
β = Sudut lereng timbunan baru (º)
γ = Berat volume tanah (kN/m3)
Tegangan normal (σ) dan tegangan geser (τ) yang terjadi akibat berat tanah ABC pada
bidang AB adalah :
σ = = …………………………….(2.37)
τd = = ………………………………….(2.38)
Tahanan geser maksimum yang dapat dikerahkan tanah pada bidang AB adalah :
τd = c+ tg Ø………………………………………………………………………………..(2.39)
Tegangan geser yang terjadi pada bidang AB :
τd = cd + tg Ød………………………………………………………………………………(2.40)
Pada saat keseimbangan batas tercapai (F=1), τ = τd. Subtitusi persamaan (2.37) dan (2.38) ke
persamaan (2.39) maka diperoleh :
= cd+ tg Ød.………………..(2.41)
atau
cd = ……………………………………………………….(2.42)
Dari persamaan (2.42) terlihat bahwa cd adalh fungsi dari sudut α, karena nilai-nilai
Β,γ, H, dan Ød adalah konstan.
Dengan mengambil = = 0…………………………………………………………………(2.43)
Diperoleh nilai sudut kritis (αc) sebesar
αc = /2…………………………………………………………………………………….(2.42)
subtitusi persamaan α = αc ke persamaan (2.42)
cd = ……………………………………………………………………(2.43)
saat kondisi kritis F=1. Dari subttitusi cd = c dan = ke persamaan (2.43) diperoleh persamaan
tinggi H kritis :
Hc = …………………………………………………………………..(2.44)
Dimana :
Hc = tinggi kritis lereng (m)
α = Sudut bidang longsor terhadap horizontal (º)
β = Sudut lereng timbunan baru (º)
γ = Berat volume tanah (kN/m3)
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Lereng
Secara umum faktor yang menyebabkan keidakstabilan lereng ada dua (2) yaitu faktor internal
dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari tubuh lereng seperti material tanah
pembentuk lereng, muka air tanah, kemiringan lereng, retakan pada lereng, pelapukan tanah, dan
aktivitas geologi dari lereng untuk lereng alami. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang
berasal dari luar seperti infiltrasi air hujan, aktivitas manusia, keberadaan vegetasi, rayapan
lereng, dan gempa.
2.5.1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor-faktor pereduksi kuat geser tanah dan berasal dari tubuh lereng
sendiri yang menyebabkan kelongsoran. Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Material pembentuk lereng
Material pembentuk lereng sangat mempengaruhi stabilitas lereng. Diantara material pembentuk
lereng adalah tanah granuler dan tanah kohesif. Tanah granuler meliputi pasir, kerikil, batuan dan
campurannya. Kelemahan tanah granuler adalah jenis tanah ini mempunyai sifat meloloskan
air. Jadi, lereng yang material pembentuknya tanah granuler akan mudah terjadinya longsor
ketika musim hujan, karena material pembentuk akan ikut terbawa aliran air permukaan. Selain
itu, jika terjadi getaran dengan frekuensi tinggi dan beban yang besar, penurunan besar akan
terjadi terutama jika kondisi butiran tanah tidak padat. Keunggulan tanah granuler adalah
mempunyai kuat geser yang baik. Semakin kasar permukaan butirannya maka akan semakin
besar kuat gesernya. Sedangkan tanah kohesif meliputi tanah lempung, lempung berlanau, dan
lempung pasiran. Kelemahan tanah kohesif adalah sifat kembang-susutnya, dan kuat geser
rendah. Sifat kembang susut dari tanah kohesif pembentuk lereng sangat berpengaruh pada
stabilitas lereng. Jika tanah jenuh air, maka tanah akan mengembang yang akan mereduksi kuat
geser dari lereng. Sebaliknya jika kondisi kering maka tanah akan susut, kedua kondisi akan
mempengaruhi stabilitas lereng. Tanah kohesif mempunyai kuat geser yang rendah, hal ini terjadi
jika susunan tanahnya terganggu akibat perubahan kadar air pada tubuh lereng. Keunggulan tanah
kohesif adalah sifat yang tidak mudah lolos air. Lereng yang material pembentuknya tanah
kohesif akan sulit untuk terjadinya infiltrasi air hujan.
b. Kemiringan lereng
Kemiringan lereng juga memberikan pengaruh terhadap bahaya kelongsoran. Secara visual lereng
terjang akan sangat mudah untuk terjadinya kelongsoran tanah. Yulvi zaika (2011)
menyimpulkan bahwa semakin besar derajat kemiringan lereng maka akan semakin menurunkan
angka keamanan lereng, yang artinya lereng tersebut berpotensi untuk terjadinya longsor.
c. Muka air tanah
Keberadaan air tanah dalam tubuh lereng biasanya menjadi masalah bagi stabilitas lereng.
Kondisi ini tak lepas dari pengaruh luar, yaitu iklim (diwakili oleh curah hujan) yang dapat
meningkatkan kadar air tanah, derajat kejenuhan,dan muka air tanah. Keberadaan air tanah akan
menurunkan sifat fisik dan mekanik tanah. Kenaikan muka air tanah meningkatkan tekanan pori
yang berarti memperkecil ketahanan geser dari massa lereng, terutama pada material tanah ( soil).
Kenaikan muka air tanah juga memperbesar debit air tanah dan meningkatkan erosi di bawah
permukaan (pipingatau subaqueous erosion). Akibatnya lebih banyak fraksi halus (lanau) dari masa
tanah yang di hanyutkan, sehingga ketahanan massa tanah akan menurun (Bell, 1984, dalam
Zakaria).
d. Struktur geologi lereng
Struktur geologi material pembentuk sangat menentukan stabilitas lereng, sebagai contoh,
rangkaian, tebal dan letak bidang dasar batuan berpengaruh secara langsung terhadap potensi
perkembangan dan pembentukan lereng, pembentukan lembah, punggung bukit, tebing curam
dan pembentukan tanah redusial, talus dan endapan. Ketidakmenerusan (discontinuity) seperti :
patahan (faults), lipatan (folds) dan kekar (joints) harus dipelajari dengan cermat dan dipetakan.
Dalam memprediksi stabilitas lereng secara akurat, penting untuk memperhatikan urutan bidang
lemah dan kuat, permukaan runtuhan yang telah lalu, zona patahan, dan pengaruh hidrogeologi
(Hardiyatmo,2006).
e. Pelapukan tanah
Terdapat dua macam pelapukan, yaitu pelapukan secara kimiawi dan secara mekanis. Kecepatan
pelapukan secara kimiawi berkisar diantara beberapa hari sampai tahunan dan mempengaruhi
stabilitas jangka pendek dan jangka panjang lereng (Blyth dan Freitas dalam Hardiyatmo,2006).
Sebaliknya, pelapukan secara mekanis dapat berlangsung sebelum pelapukan secara kimiawi
(yang berakibat buruk pada lereng). Pelapukan secara kimiawi berupa pecahnya mineral ke dalam
komponen yang baru oleh akibat reaksi kimia dengan asam di dalam udara, hujan dan air sungai.
Pelapukan secara mekanik adalah proses hancurnya batuan ke dalam fragmen-fragmen lebih kecil
disebabkan oleh proses fisik, seperti siklus beku-cair es dan perubahan temperatur. Ketika air
membeku dalam retakan batuan, energi yang besar dapat memecah batuan.
2.5.2 Faktor eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor yang menambah gaya-gaya penyebab longsor (kausatif). Faktor-
faktor tersebut antara lain :
a. Infiltrasi air hujan
Air hujan yang sampai ke permukaan tanah yang tidak kedap air dapat bergerak ke dalam tanah
akibat gaya gravitasi dan kapiler dalam suatu aliran yang disebut infiltrasi. Infiltrasi adalah proses
masuknya air ke permukaan tanah sedangkan air yang telah ada di dalam tanah kemudian
bergerak ke bawah oleh gravitasi disebut perkolasi. Kelongsoran lereng pada musim hujan,
disebabkan terutama olehinfiltrasi air hujan ke dalam tanah yang menyebabkan tanah menjadi
jenuh disertai perubahan pada karakteristik tanah terutama kekuatannya (Wardana, 2011).
Kenaikan muka air tanah meningkatkan tekanan air pori yang memperkecil ketahanan geser dari
tanah.
b. Keberadaan vegetasi
Vegetasi atau tanaman juga berpengaruh terhadap stabilitas lereng. Akar tanaman akan menyerap
air hujan yang berinfiltrasike dalam tanah melalui proses evapotranspirasioleh tanaman yang
dapat meningkatkan tegangan pori negatif dan membatasi timbulnya tegangan pori positif.
Pengaruh ini menyebabkan perubahan pada kedua parameter (tegangan air pori dan tegangan
udara pori) yang memberikan pengaruh terhadap tegangan geser serta volume tanah.
(Santiawan,dkk,2007). Namun demikian, keberadaan tanaman secara hidrologi maupun mekanis
tidak hanya memberikan keuntungan tetapi juga dapat memberikan kerugian, seperti yang
dijelaskan Greenway dalam Hardiyatmo (2006 ) pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Pengaruh hidromekanik tumbuhan terhadap lereng
c. Kegempaan
Gempa bumi adalah peristiwa goncangan bumi karena penjalaran gelombang seismik dari suatu
sumber gelombang kejut (shock wave) yang diakibatkan oleh pelepasan akumulasi tekanan di
bawah permukaan bumi secara tiba-tiba. Sumber gempa yang paling umum ada dua,
yaitu pergerakan (slip) pada zona patahan aktif yang disebut sebagai gempa tektonik dan
pergerakan magmapada aktivitas gunung api yang disebut sebagai gempa vulkanik (Karim, 2011).
Indonesia sangat rawan dengan bencana gempa bumi karena terletak pada zona batas empat
lempeng besar yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng India, Lempeng Australia, dan Lempeng
Pasifik.
(Sumber:PMB ITB,2007)
Gambar 2.1. Peta pertemuan lempeng di Indonesia
Hardiyatmo (2006) menjelaskan pengaruh yang ditimbulkan oleh gempa bumi terhadap lereng
antara lain :
1. Liquefaction, yaitu kondisi dimana tekanan air pori sama dengan tekanan overburden sehingga sifat
tanah seperti zat cair.
2. Perubahan tekanan air pori dan tegangan efektif dalam massa tanah.
3. Timbulnya retak-retak (cracks) yang dapat mereduksi kuat geser tanah.
d. Rayapan (creep)
Rayapan atau rangkak didefinisikan sebagai gerakan tanah atau batuan pembentuk lereng yang
kurang lebih kontinyu dalam arah tertentu. Rayapan ini bisa terjadi pada tanah permukaan
maupun pada kedalaman tertentu. Proses terjadinya rayapan sering digambarkan sebagai
peristiwa geser kental (viscos shear) yang menyebabkan terjadinya deformasi permanen tetapi
tidak ada keruntuhan seperti longsoran (Hardiyatmo,2006).
(Sumber: USGS,2004)
Gambar 2.5. Jenis-jenis longsoran (slides)
2.3.4.Sebaran (spreads)
Sebaran merupakan kombinasi dari meluasnya massa tanah dan turunnya massa batuan dan
terpecah-pecah ke dalam material lunak di bawahnya.
(Sumber: USGS,2004)
Gambar 2.6. Sebaran (spreads)
2.3.5.Aliran (flows)
Aliran adalah gerakan dari material yang telah hancur ke bawah lereng dan mengalir seperti
cairan kental. Alirannya sering terjadi dalam bidang geser relatif sempit. Material yang terbawa
oleh aliran biasanya terdiri dari berbagai macam partikel tanah (termasuk batu-batu besar), kayu,
ranting,dan lain-lain. Adapun jenis-jenis dari aliran,adalah :
1. Aliran tanah (earth flow)
Adalah aliran yang terjadi pada tanah lempung dan lanau sehabis hujan lebat.
1. Aliran lumpur (mud flow)
Adalah aliran yang biasanya terjadi pada kemiringan 5 sampai 15 derajat pada tanah lempung
yang padat dan retak-retak di antara lapisan-lapisan pasir yang bertekanan air pori tinggi.
1. Aliran debris (debris flow)
Merupakan aliran yang biasa terjadi pada material berbutir kasar misalnya pada lereng yang
kering dimana tidak ditumbuhi pepohonan.
1. Aliran Longsoran (flow slide)
Gerakan material pembentuk lereng akibat likuifasi pada lapisan pasor halus atau lanau yang
tidak padat dan umumnya terjadi pada lereng bagian bawah.
(Sumber: USGS,2004)
Gambar 2.6. Jenis-jenis aliran (flows)
2.4 Metode perhitungan faktor keamanan lereng
a. Metode Fellinius
(Sumber: Zakaria)
Gambar 2.7. Sketsa lereng dan gaya yang bekerja
Analisis stabilitas lereng dengan metode Fellinius (1936) menganggap gaya-gaya yang bekerja
pada sisi kanan-kiri dari sembarang irisan mempunyai resultan nol pada arah tegak lurus bidang
longsor. Dengan anggapan ini, keseimbangna arah vertikal dan gaya-gaya yang bekerja dengan
memperhatikan tekanan air pori adalah :
Ni + Ui = Wi Cos θi …………… (3)
Atau
Ni = Wi Cos θi – Ui
= Wi Cos θi – uiai …………… (4)
Faktor keamanan didefinisikan sebagai :
FK = Jumlah momen dari tahanan geser sepanjang bidang longsor
Jumlah momen dari berat tanah yang longsor
= Σ Mr …………… (5)
Σ Md
Lengan momen dari berat massa tanah tiap irisan adalah R sin θ maka :
Σ Md = R …………… (6)
Dimana :
R = Jari-jari lingkaran bidang longsor
n = Jumlah irisan
Wi = Berat massa tanah irisan ke-i
θi = Sudut yang didefinisikan pada gambar 2.8
Dengan cara yang sama, momen yang menahan tanah dasar longsor, adalah :
Σ Mr = R …………… (7)
Sehingga persamaan untuk faktor aman terjadi,
…………… (8)
Bila terdapat air pada lereng, tekanan air pori pada bidang longsor tidak menambah momen
akibat tanah yang akan longsor (Md), karena resultan gaya akibat tekanan gaya akibat tekanan air
pori lewat titik pusat lingkaran. Subtitusi persamaan (4) ke persamaan (8).
…………..(9)
Dimana :
FK = Faktor keamanan
c = Kohesi tanah (kN/m3)
Ø = Sudut geser dalam tanah (º)
ai = Panjang lengkung lingkaran pada irisan ke-i (m)
Wi = Berat massa tanah irisan ke-i (kN)
ui = Tekanan air pori pada irisan ke-I (kN/m2)
θi = Sudut yang didefinisikan pada gambar 2.8
Gambar 2.8. Sketsa lereng dan gaya yang bekerja
Jika terdapat gaya-gaya selain berat tanah sendiri, misalnya pembebanan bangunan atau beban
lalulintas diatas lereng , maka momen akibat beban ini diperhitungkan sebagai Md.
b. Perhitungan Pengaruh InfiltrasiAir Hujan Terhadap Stabilitas Lereng
Dalam penelitian ini Intensitas air hujan dihitung menggunakan persamaan yang diperoleh dari
pengamatan curah hujan terbesar dunia,WMO (World Meterologi Organization).
t = ……………………… (10)
I = ……………………………..(11)
(Sumber: Sri Hartati,dkk,,2008)
Dimana :
R = Curah hujan rata-rata (mm)
t = Durasi hujan (Jam)
I = Intensitas hujan (mm/Jam)
Sedangkan laju infiltrasi air hujan ke dalam tanah dihitung menggunakan model infiltasi Green-
Ampt dan persamaan Darcy dengan asumsi batas kandungan air dan infiltrasi air dianggap
konstan.
f = Ks ……………… (12)
FF = Zw. = Ks.t + .ln ……… (13)
(Sumber: Sri Hartati,dkk,,2008)
Dimana :
f = Laju Infiltrasi (mm/jam)
FF = kedalaman infiltrasi total (m)
t = waktu (mm/Jam)
Ks = Konduktivitas hidrolik jenuh tanah (mm/Jam)
Ψf = parameter penyerapan batas pembahasan tanah Green-Ampt (mm)
∇Өi = Beda air tanah (mm3/mm3)
Zw = Kedalaman bidang pembasahan (m)
Faktor keamanan dari lereng dengan parameter intensitas hujan adalah sebagai
berikut:
FK = ……………(14)
Dimana :
FK = Faktor keamanan Ø’= Sudut geser tanah efektif (º)
c’ = Kohesi efektif jenuh tanah (kN/m ) 2
α = kemiringan lereng (º)
γsat = Berat jenis tanah jenuh (kN/m3) uw = Tekanan air pori (kN/m2)
Adapun Parameter tekstur tanah yang digunakan dalam model ini adalah sebagai berikut :
Tabel 2.3. Properti Hidrolik dan Geomekanik tanah
Wilting
Point
Porositas Water
Tektur Efektif Content ∇Өi= Ks Ψf
Tanah (Ө e ) (Ө w ) Өe-Өw (mm/jam) (mm)
Pasir
Lempungan 0,401 0,055 0,346 59,8 119,6
Lempung
Pasiran 0,412 0,095 0,317 21,8 215,3
Lempung
Liatan 0,390 0,197 0,193 2,0 408,9
Liat
Lempungan 0,423 0,250 0,173 1,0 577,7
τm = f (β.h.γ.h.g.a) …………..(21)
Bila terdapat akar tanaman maka persamaannya merubah menjadi :
τ’ = (c’+ c’R) + ( σn – u ) tan (Ø’+ Ø’R)…………..(22)
Dimana :
FK = Faktor keamanan
τ’ = Kekuatan geser tanah
τm = Tegangan geser yang bekerja
Ø’ = Sudut geser tanah efektif (º)
Ø’ R = Kontribusi akar tanaman terhadap sudut geser dalam efektif (º)
lab = Panjang bidang keruntuhan (m)
β = kemiringan lereng (º)
c’ = Kohesi tanah efektif (kN/m3)
c’ R = Kontribusi akar tanaman terhadap kohesi tanah efektif (kN/m3)
σn = Tegangan normal yang tergantung kemiringan lereng, tinggi, berat volume,
beban merata
h = Tinggi lereng (m)
γ = Berat volume tanah (kN/m3)
g = Beban merata (kN/m3)
a = percepatan gempa
4. Perhitungan Stabilitas Lereng menggunakan Geo-Slope
Geo-Slope adalah produk Software yang menggunakan batas kesetimbangan dalam perhitungan
faktor keamanan lereng. Untuk perhitungan dengan bantuan program Geo Slope dibutuhkan
parameter tanah sebagai berikut :
1. c’ = Kohesi tanah (kN/m2)
2. Ø = Sudut gese tanah (º)
3. γ = Berat jenis tanah ( kN/m3)
4 . Ө = Kemiringan Lereng (º)
Langkah – langkah dalam melakukan perhitungan dengan Geo Slope :
1. Menentukan ukuran halaman (page) , skala (scale) dan diagram
kartesius (axes), semua perintah terdapat pada toolbar Set.
1. Menggambar lereng dengan terlebih dahulu menetapkan titik acuan
pada lereng lalu titik tersebut dihubungkan dengan garis (points and
lines command) pada toolbar KeyIn.
1. Menentukan properti – properti tanah (soil properties) untuk
perhitungan, semua perintah terdapat pada toolbar KeyIn.
1. Menentukan muka air tanah (pore pressure) dengan perintah pada
toolbar KeyIn.
1. Menentukan titik pusat longsor (grid) dalam bentuk matriks dan jari –
jari kelongsoran (radius) dengan perintah pada toolbar KeyIn.
1. Menentukan ketetapan – ketetapan dalam melakukan analisa dengan
perintah Analysis Settings pada toolbar KeyIn.
1. Melakukan verifikasi terhadap gambar lereng dan parameter lainnya
dengan perintah verivy pada toolbar Tools.
1. Memulai perhitungan dengan perintah solve pada toolbar Tools.
2. Maka akan didapat faktor keamanan dan penampang melintang lereng.
(Sumber:Hasil analisis,2012 )
Gambar 2.13. Sketsa pengujian Hand-bore
1. 4. Pengujian Triaxial
Pengujian triaxial adalah pengujian lanjutan dari hand-bore untuk mendapatkan nilai kohesi (c)
dan sudut geser tanah (Ø) yang kemudian akan di-input kedalam persamaan untuk mendapatkan
proses perhitungan stabilitas lereng. Adapun proses pengujiannya adalah sebagai berikut :
Bentuk contoh = Silinder ; 2 £ 1/D £ 2.5
Jumlah untuk sekali pengujian = 3 buah per-contoh
Nilai-nilai yang diperoleh :
1. selubung kekuatan (strength envelope = kurva intrinsik)
2. kuat geser (shear strength)
3. sudut geser dalam ( f )
4. kohesi ( c )
Proses pengujian :
1. Contoh dimasukkan ke dalam selubung kemudian dimasukkuan ke dalam cell.
2. Cell diisi oli sampai penuh, kemudian tutup
3. Letakkan cell di bawah mesin tekan, pasang dial gauge
4. Ukur perubahan panjang selama ditekan
5. Nilai s3 disesuaikan dengan keperluan rencana
6. s1 dinaikan secara perlahan, sampai contoh pecah
(Sumber: Google,2012 )
Gambar 2.14. Alat pengujian triaxial dan kurva hasil pengujian
1. 5. Pengujian Berat Jenis tanah
Berat jenis tanah (γ) adalah angka perbandingan antara berat isi butir tanah dan berat isi air
suling pada temperatur dan volume yang sama. Pengujiannya dilakukan di laboratorium
dengan contoh tanah lolos saringan 4,75 mm (No. 4) atau saringan 2,00 mm (No. 10) . Contoh
tanah yang diuji diambil dari hasil hand-bore.
(Sumber:Google,,2012 )
Gambar 2.16. Sketsa penggunaan Waterpass dan Theodolit