Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sulfat merupakan sejenis anion poliatom dengan rumus SO42- yang


memiliki massa molekul 96,06 satuan massa atom. Ion sulfat terdiri dari atom
pusat sulfur yang dikelilingi oleh empat atom oksigen dalam susunan
tetrahedral. Ion sulfat bermuatan negatif dua dan merupakan basa konjugat
dari ion hidrogen sulfat (bisulfat), HSO4-, yang merupakan basa konjugat dari
asam sulfat, H2SO4 (Aprianti, 2008).

Sulfat secara luas terdistribusi di alam dan dalam air alam, terutama dalam air
limbah industri. Salah satunya adalah air buangan limbah industri kertas dan
pertambangan yang memiliki kadar sulfat yang tinggi karena oksidasi dari
pirit. Konsentrasi sulfat di dalam air alam umumnya terdapat dalam jumlah
yang sangat besar (Aprianti, 2008).
Peningkatan kadar sulfat dapat ditentukan dengan timbulnya bau, rasa tidak
enak dari air serta masalah korosi pada perpipaan. Hal ini diakibatkan oleh
reduksi sulfat menjadi hidrogen sulfida dalam kondisi anaerobik sesuai
dengan persamaan berikut.
SO42- + bahan organik anaerobik
S2- + H2O + CO2
S2- + 2H+ H2S
H2S + 2O2 bakteria H2SO4
H2SO4 merupakan asam kuat yang selanjutnya akan bereaksi dengan logam-
logam yang merupakan bahan dari pipa yang digunakan sehingga terjadi
korosi. Sementara itu, masalah bau disebabkan karena terbentuknya H2S yang
merupakan suatu gas yang berbau (Aprianti, 2008).
1.2 Sulfat dalam air

Penentuan Sulfat (SNI 06-6989.20-2004)


Penentuan sulfat dilakukan dengan metode turbidimetri. Pada metode ini
digunakan reagen kondisi dan kristal barium klorida. Prinsipnya yaitu
terbentuknya koloid BaSO4 berupa larutan keruh karena anion sulfat akan
bereaksi dengan barium klorida dalam suasana asam. Larutan ini kemudian
diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 420
nm (Aprianti, 2008).
Batas kadar sulfat terlarut yang terdapat dalam air yang dapat diukur
adalah 1-40 mg/L pada panjang gelombang 420 nm (SNI 06-2426-1991). Ion
sulfat diendapkan dalam suatu medium HCl dengan BaCl2 sehingga terbentuk
koloid barium sulfat.

SO42- + BaCl2 → ↓ putih BaSO4 + 2Cl-

1.3 Toksisitas sulfat

a. Data Toksisitas :
LD50 tikus – oral 440 mg/kg
LD50 tikus – terhirup 335 mg/m3/1 jam
LD50 tikus – terhirup 45 mg/m3/4 jam
LD50 mencit – terhirup 513 mg/m3/1 jam
LD50 mencit – terhirup 280 mg/m3/4 jam
LD50 marmut – terhirup 167 mg/m3/1 jam
b. Data Mutagenik :
Kerusakan DNA, reparasi DNA, sintesis DNA
tak diatur dan penghambatan DNA teramati
dalam sel manusia, hewan uji dan
mikroorganisme. Mutagenisitas teramati dalam
uji terhadap hewan pengerat dan bakteri.
Aberasi kromosomal teramati pada manusia
dan hewan pengerat.
c. Data Karsinogenik :
IARC : Grup 2A. Kemungkinan karsinogenik
pada manusia. Bukti pada manusia tidak
cukup. Bukti pada hewan cukup.
ACGIH : A2 – Karsinogenik pada hewan,
dengan keterkaitan pada manusia yang tidak
diketahui.
EPA : B2 – Kemungkinan merupakan
karsinogen pada manusia.
d. Data Iritasi/Korosi :
Bersifat sangat iritan dan menyebabkan luka
bakar parah. Menyebabkan iritasi pada mata,
kulit dan saluran pernafasan.
e. Data Teratogenik : Data tidak tersedia
f. Data Tumorigenik : Data tidak tersedia
g. Data Efek Reproduktif : Data tidak tersedia
h. Efek Lokal :
Korosif : melalui paparan terhirup, kulit, mata,
tertelan
i. Organ Sasaran : Data tidak tersedia
j. Kondisi Medis yang Diperburuk oleh Paparan :
Gangguan pada sistim syaraf pusat, hati, dan
ginjal.

1.4 Nilai ambang batas sulfat


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010
nomor 492/MENKES/Per/IV/2010 nilai batas ambang sulfat dalam air
bersih adalah 140 mg/L. Mengkonsumsi air minum dengan kadar sulfat
600 mg/L dapat menyebabkan cathartic effect. Cathartic effect adalah efek
yang ditimbulkan seperti setelah mengkonsumsi obat pencahar. Dehidrasi
juga salah satu akibat bila mengkonsumsi air mengandung sulfat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Sulfat Konvensional

Gravimetri adalah prosedur penetapan kadar yang dilakukan dengan jalan


mengisolasi dan menimbang unsur atau senyawa dalam bentuk semurni-
murninya, senyawa dipisahkan dari bagian tertentu (bobot atau volume) zat yang
diperiksa dan bobot yang konstan dan sampel dihitung dari bobot produk.
Secara umum metode analisis gravimetri dapat ditulis melalui persamaan reaksi
sebagai berikut:

aA +rR → AaRr

Dari reaksi tersebut dapat dijelaskan bahwa sejumlah a molekul analit A


bereaksi dengan sejumlah r molekul R menghasilkan produk AaRr yang pada
umumnya merupakan zat yang tidak dapat larut atau sangat sedikit larut dan dapat
ditimbang dalam keadaan kering.

Untuk memperoleh keberhasilan pada analisis secara gravimetri maka


harus memperhatikan tiga hal berikut:

1. Unsur atau senyawa yang ditentukan harus terendapkan secara sempurna.


2. Bentuk endapan yang ditimbang harus diketahui dengan pasti rumus
molekulnya.
3. Endapan yang diperoleh harus murni dan mudah ditimbang.
Dalam analisis gravimetri meliputi beberapa tahap sebagai berikut:
1. Pelarutan sampel (untuk sampel padat).
2. Pembentukan endapan dengan menambahkan pereaksi pengendap secara
berlebih agar semua unsur/senyawa diendapkan oleh pereaksi.
Pengendapan dilakukan pada suhu tertentu dan pH tertentu yang
merupakan kondisi optimum reaksi pengendapan. Tahap ini merupakan
tahap paing penting.
3. Penyaringan endapan.
4. Pencucian endapan, dengan cara menyiram endapan di dalam penyaring
dengan larutan tertentu.
5. Pengeringan endapan sampai mencapai berat konstan.
6. Penimbangan endapan
7. Perhitungan.
Salah satu aplikasi dari analisis gravimetri adalah penentuan kadar sulfat.
Sampel diduga mengandung sulfat direaksikan dengan larutan barium klorida
sehingga terbentuk endapan barium sulfat (BaSO4). Untuk memperoleh kadar
BaSO4 murni maka pengotor yang ada pada endapan harus dihilangkan dengan
pencucian menggunakan air yang telah dipanaskan terlebih dahulu.
Alat :
1. Gelas beker
2. Buret
3. Pipet
4. Gelas arloji
5. Pengaduk gelas
6. Corong
7. Gelas ukur
8. Kurs porselin

Bahan :
1. Asam klorida
2. Barium klorida 10%
3. Kertas whatman
4. KHSO4
Cara Kerja :

1. Timbang 0,3 g KHSO4 masukkan ke dalam gelas piala 400 mL yang


dilengkapi dengan pengaduk gelas dan gelas arloji sebagai penutup.
2. Larutkan dalam 25 mL air tambahan 1 mL asam klorida pekat, encerkan
dengan air sampai 200 mL.
3. Tambahkan dari buret tetes demi tetes 10 sampai 12 mL barium klorida
5% sambil diaduk.
4. Diamkan mengendap selama 5 menit, uji larutan yang bening dengan satu
tetes barium klorida 10%. Uji dengan satu tetes barium klorida 10% dan
harus tidak timbul endapan lagi. Tutup gelas piala dengan gelas arloji,
tempatkan di atas penangas air mendidih selama 1 jam. Jaga volume cairan
tidak kurang 150 mL.
5. Biarkan agak dingi selama 10 menit, saring endapan dengan kertas
whatman 42. Kumpulkan filtrat dalam gelas piala dengan 1 (satu) tetes
barium klorida 10% harus timbul kekeruhan.
6. Cuci endapan dengan air panas sampai bebas klorida. Pengujian bebas
klorida menggunakan 2 tetes perak nitrat.
7. Keringkan dan pijarkan endapan pada kurs porselin yang bobot tetapnya
telah diktahui sampai bebas karbon dan bobot tetap. Endapan barium
sulfat berwarna putih.
8. Tentukan kadar sulfatnya.

2.2 Analisis Sulfat Instrumentasi

A. Prinsip

Ion sulfat bereaksi dengan barium klorida dalam suasana asam akan
membentuk suspensi barium sulfat dengan membentuk kristal barium sulfat yang
sama besarnya diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 420
nm.

Reaksi: SO42- + BaCl2 BaSO4 + 2Cl-

B. Bahan

a) air suling bebas sulfat


b) kertas saring bebas sulfat
c) Barium klorida, BaCl2.2H2O
d) Natrium sulfat anhidrat, Na2SO4
e) larutan buffer A :
 larutkan 30 g magnesium klorida heksahidrat MgCl2.6H2O
 5 g natrium asetat trihidrat CH3COONa.3H2O
 1 g kalium nitrat KNO3
 20 mL asam asetat CH3COOH (99%) dalam 500 mL air suling
bebas sulfat dan tepatkan sampai 1000 mL;
f) larutan buffer B : larutan buffer b (diperlukan bila konsentrasi sulfat,
SO42- kurang dari 10 mg/L)
 larutkan 30 g magnesium klorida heksahidrat MgCl2.6H2O
 5 g natrium asetat trihidrat CH3COONa.3H2O
 1 g kalium nitrat KNO3
 0,111 g natrium sulfat Na2SO4
 20 mL asam asetat CH3COOH (99%) dalam 500 mL air suling
bebas sulfat dan tepatkan sampai 1000 mL.

C. Peralatan

a) spektrofotometer yang dapat digunakan pada panjang gelombang 420 nm


b) labu ukur 50 mL, 200 mL dan 1000 mL
c) pipet ukur 5 mL, 10 mL, 20 mL, 25 mL dan 50 mL
d) erlenmeyer 100 mL dan 250 mL
e) oven
f) desikator
g) timbangan analitik.

D. Persiapan dan pengawetan contoh uji

a) Saring contoh uji dengan kertas saring bebas sulfat.


b) Apabila tidak dapat segera dianalisa maka contoh uji disimpan pada suhu
40C dengan waktu simpan tidak lebih 28 hari.

E. Persiapan pengujian

3.5.1 Pembuatan larutan induk sulfat, SO42- 100 mg/L


a) Keringkan serbuk Na2SO4 anhidrat dalam oven pada suhu 1050C selama
24 jam kemudian dinginkan dalam desikator.
b) Timbang 1,479 g Na2SO4 anhidrat dan larutkan dengan air suling bebas
sulfat dalam labu ukur 1000 mL.
c) Tepatkan sampai tanda tera dan kocok sampai homogen.

F. Pembuatan larutan kerja sulfat, SO42-

a) Pipet 0 mL; 10 mL; 20 mL dan 30 mL larutan baku sulfat 100 mg/L,


masukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
b) Tambahkan air suling bebas sulfat sampai tanda tera sehingg diperoleh
konsentrasi sulfat: 0,0 mg/L; 10,0 mg/L; 20,0 mg/L dan 30,0 mg/L.

G. Pembuatan kurva kalibrasi

a) Optimalkan spektrofotometer sesuai petunjuk alat untuk pengujian kadar


sulfat.
b) Pindahkan masing-masing 50 mL larutan kerja sulfat ke dalam erlenmeyer
250 mL.
c) Tambahkan 20 mL larutan buffer dan homogenkan dengan cara di aduk
menggunakan pengaduk magnet pada kecepatan tetap selama (60 + 2)
detik, sambil di aduk tambahkan 0,2 g sampai dengan 0,3 g barium
klorida, BaCl2.
d) Lakukan pengukuran dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
420 nm setelah (5 + 0,5) menit penambahan barium klorida.
e) Buat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi.

H. Prosedur

a) Gunakan 100,0 mL contoh uji, masukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL.


b) Lakukan analisis pada langkah 3.5.3 butir b) sampai dengan d).
c) Lakukan analisis duplo / triplo.
d) Buat spikematrix dengan cara sebagai berikut:
ambil 50 mL contoh uji, di tambah 20 mL larutan baku sulfat 1,0 mg/mL
dan encerkan dengan air suling hingga volumenya 100,0 mL, masukkan ke
dalam erlenmeyer 250 mL

I. Perhitungan

Konsentrasi sulfat (mg/L) = C x f

dengan pengertian:

 C adalah konsentrasi contoh uji hasil pengukuran


 f adalah faktor pengenceran.

4 Rekomendasi Untuk kontrol akurasi lakukan salah satu cara sebagai berikut:

1. Analisis CRM
Lakukan analisis Certified Reference Material (CRM) untuk kontrol
akurasi.
2. Analisis blindsample
Kisaran persen temu balik adalah 85% sampai dengan 115% atau sesuai
dengan kriteria dalam sertifikat CRM.
3. Untuk kontrol gangguan matriks lakukan analisis spikematrix. Kisaran
persen temu balik adalah 85% sampai dengan 115%.
4. Buat kartu kendali (controlchart) untuk akurasi analisis.
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat kami simpulkan bahwa metode


analisis sulfat dalam air yang lebih baik yaitu dengan menggunakan metode
analisis sulfat instrumental, dikarenakan waktu pemeriksaan lebih cepat, lebih
akurat karena menggunakan spektrofotometer, serta mempermudah kita pada saat
bekerja karena hasil dibuat dengan grafik panjang gelombang sampel tersebut.

Anda mungkin juga menyukai