Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

APENDISITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI PENGERTIAN
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiforis yang paling sering
menyebabkan nyeri akut abdomen pada bagian kuadran kanan bawah yang
biasanya meningkat hebat dan terlokalisasi pada titik Mc Burney.

2. EPIDIMOLOGI/INSIDEN KASUS
Apendisitis bisa mengenai berbagai tingkatan umur dan jenis kelamin, tapi
lebih sering mengenai laki-laki berusia 10-30 tahun. Insiden apendisitis akut
lebih tinggi pada negara maju daripada Negara berkembang, namun dalam
tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100
kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini
mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu Negara berkembang
berubah menjadi makanan kurang serat.

3. PENYEBAB/FACTOR PREDISPOSISI
Terjadinya apendisitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun
terdapat banyak sekali faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.
Diantaranya obstruksi dan penyumbatan yang terjadi pada lumen apendiks.
Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya
timbunan tinja yang keras ( fekalit), hiperplasia jaringan limfoid, cacing,
parasit, benda asing dalam tubuh. Namun yang paling sering menyebabkan
obstruksi lumen apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid.

4. PATOLOGI/PATOFISIOLOGI TERJADINYA PENYAKIT


Karena adanya sumbatan lumen apendiks, mukus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan, dan penumpukan. Adanya elastisitas dari dinding
apendiks menyebabkan kenaikan tekanan intralumen. Tekanan yang
meningkat tersebut menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat
secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan
bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
5. KLASIFIKASI
Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni :
 Apendisitis akut, dibagi atas:
 Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah
sembuh akan timbul striktur lokal.
 Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk
nanah.
 Apendisitis kronis, dibagi atas:
 Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh
akan timbul striktur lokal.
 Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring,
biasanya ditemukan pada usia tua.

6. GEJALA KLINIS
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual,
muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara
mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar umbilikus, lalu timbul
mual dan muntah. Setelah 2-12 jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke
perut kanan bagian bawah. Jika diberikan penekanan daerah ini, penderita
merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa
bertambah tajam. Nyeri juga bertambah berat jika berjalam atau batuk.
Demam yang terjadi akibat bakteri yang masih menempel pada dinding usus,
tidak terlalu tinggi, bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius. Pada bayi dan anak-
anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua
dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri
tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus mengalami perforasi, nyeri dan
demam bisa menjadi berat, terjadi spasme otot, terjadi abses pada ileus,
demam, malaise, dan leukositosis semakin terlihat jelas

7. PEMERIKSAAN FISIK
 Inspeksi : pada apendisitis akut sering ditemukan adanya
abdominal swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa
ditemukan distensi perut.
 Palpasi : pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan
terasa nyeri. Dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri
tekan perut kanan bawah merupakan kunci diagnosis dari apendisitis.
Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut
kanan bawah. Ini disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila
tekanan di perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada
perut kanan bawah.Ini disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign).
 Auskultasi : tidak terdengar bising usus
 Perkusi : terjadi distensi abdomen
 Pemeriksaan colok dubur : pemeriksaan ini dilakukan pada
apendisitis, untuk menentukan letak apendiks, apabila letaknya sulit
diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka
kemungkinan apendiks yang meradang terletak didaerah pelvis.
Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnosis pada apendisitis pelvika.
 Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator : pemeriksaan ini juga
dilakukan untuk mengetahui letak apendiks yang meradang. Uji
psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperektensi
sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian
paha kanan ditahan. Bila appendiks yang meradang menempel di m.
psoas mayor, maka tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri.
Sedangkan pada uji obturator dilakukan gerakan fleksi dan
endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila apendiks yang
meradang kontak dengan m.obturator internus yang merupakan
dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri.
Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis pelvika.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC/PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Akan terjadi leukositosis ringan
(10.000-20.000/ml) dan peningkatan neutrofil sampai 75% sebagai
respon fisiologis tubuh untuk melawan bakteri yang menyerang. Kadar
Hb normal
b. Pemeriksaan urin juga perlu dilakukan untuk membedakannya
dengan kelainan pada ginjal dan saluran kemih.
c. USG (bila telah terjadi infiltrasi apendikularis)

9. DIAGNOSIS/ CRITERIA DIAGNOSIS


Diagnosis apendisitis akut harus dilakukan secara cermat dan teliti.
Kesalahan diagnosis lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Hal
ini disebabkan karena pada wanita sering timbul nyeri yang menyerupai
apendisitis akut, mulai dari alat genital ( karena proses ovulasi, menstruasi ),
radang di panggul atau penyakit kandungan lainnya. Hal ini sering menjadi
penyebab terlambatnya diagnosis sehingga lebih dari separuh penderita baru
dapat didiagnosis setelah perforasi.
Untuk mengurangi kesalahan diagnosis, saat berada di rumah sakit dilakukan
observasi pada penderita tiap 1-2 jam dan diagnosa baru bisa ditegakkan 8 -
12 jam setelah muncul keluhan.

10. THERAPHY/TINDAKAN PENANGANAN


Bila diagnosis sudah pasti, maka terapi yang paling tepat dengan tindakan
operatif. Ada dua teknik operasi yang biasa digunakan :
1. Operasi terbuka : satu sayatan akan dibuat ( sekitar 5 cm ) dibagian
bawah kanan perut. Sayatan akan lebih besar jika apendisitis sudah
mengalami perforasi.
2. Laparoskopi : sayatan dibuat sekitar dua sampai empat buah. Satu
didekat pusar, yang lainnya diseputar perut. Laparoskopi berbentuk
seperti benang halus denagn kamera yang akan dimasukkan melalui
sayatan tersebut. Kamera akan merekam bagian dalam perut kemudian
ditampakkan pada monitor. Gambaran yang dihasilkan akan membantu
jalannya operasi dan peralatan yang diperlukan untuk operasi akan
dimasukkan melalui sayatan di tempat lain. Pengangkatan apendiks,
pembuluh darah, dan bagian dari apendiks yang mengarah ke usus besar
akan diikat.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a) Data
 Data demografi pasien
 Nama : Tn A
 Usia : 25 thn
 Alamat : Desa Dauh Kaja
 Pendidikan : SMP
 Pekerjaan : Petani
 Subjektif
 Klien merasakan sakit dan nyeri hebat diepigastrium atau
daerah periumbilikus kemudian menjalar ke bagian perut bawah
dengan skala nyeri 9.
 Klien merasakan nyeri tersebut hilang timbul
 Klien mengeluh perutnya terasa membengkak dan tidak
nyaman
 Klien mengeluh mual
 Klien mengatakan susah buang air besar, dan terakhir
melakukan buang air besar 2 hari yang lalu
 Klien mengeluh tungkai kanan tidak dapat diluruskan
 Klien mengeluh lemah dan lesu
 Klien mengatakan tidak pernah mengalami sakit seperni
ini sebelumnya.
 Objektif
 Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : Ditemukan distensi abdomen.
Palpasi : Nyeri abdomen (+) trutama di kuadran kanan bawah.
Auskultasi : Tidak terdengar bising usus
 TandaTanda Vital
Suhu : 380C
Nadi : 115x/menit (tachicardy)
Tekanan darah : 130/90
RR : 26x/menit (tachipneu)

Dengan gambaran pohon masalah :


2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
(NURSING DIAGNOSIS)
Pra operasi
Dx1 : Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan

Dx2 : Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan akibat


imflamasi
Post operasi
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah
Dx2 : Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan operasi apendisitis
Dx 3 : Risiko tinggi terhadap infeksi
3. RENCANA TINDAKAN (PLANNING)
PRA OPERASI
Dx1 : Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,
kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi dengan kriteria hasil :
1) Klien mengatakan sudah tidak muntah lagi
2) Membrane mukosa lembab
3) Turgor kulit baik
4) Tanda Tanda Vital normal (suhu:370C, nadi:80x/menit,
RR:18x/menit, tekanan darah:120/80mmHg)
Intervensi Rasional
Awasi masukan dan keluaran. Berikan Menurunkan muntah dengan
sejumlah kecil minuman per oral sesuai pemasukan cairan perlahan, dan
toleransi meminimalkan kehilangan cairan
Kolaborasi : Pemberian IV dan elektrolit
Kaji membrane mukosa Sebagai indikator sirkulasi perifer dan
hidrasi seluler
Kaji turgor kulit Sebagai indikator sirkulasi perifer dan
hidrasi seluler
Kaji Tanda tanda Vital Sebagai tanda yang mengidentifikasi
volume cairan intravaskuler

Dx2 : Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan akibat


imflamasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri
klien dapat berkurang dengan kriteria hasil :
1) Klien mengatakan nyerinya berkurang dari skala 8 ke
skala 4
2) Klien mengatakan dapat beristirahat dengan baik
3) Wajah klien tampak relax

4) Tanda-tanda vital normal (suhu:370C, nadi:80x/menit,


RR:18x/menit, tekanan darah:120/80mmHg)
Intervensi Rasional
Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, skala Untuk mngawasi tingkat dan kondisi
nyeri nyeri dan keefektifan obat
Posisikan klien dengan posisi semifowler Untuk menghilangkan ketegangan otot
abdomen
Ajarkan nafas dalam dan teknik distraksi Untuk meningkatkan relaksasi dan
sebagai teknik relaksasi mengurangi ketegangan
Kaji Tanda tanda Vital Sebagai tanda yang mengidentifikasi
kondisi tubuh klien
Kolaborasi untuk pemberian kantong es pada Untuk menghilangksn rasa nyeri
abdomen dengan menghilangkan rasa nyeri pada
ujung-ujung saraf.

POST OPERASI
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri
klien dapat berkurang dengan kriteria hasil :
1) Klien mengatakan nyerinya berkurang dari skala 8 ke
skala 4
2) Klien mengatakan dapat beristirahat dengan baik
3) Wajah klien tampak relax
4) Tanda-tanda vital normal (suhu:370C, nadi:80x/menit,
RR:18x/menit, tekanan darah:120/80mmHg)
Intervensi Rasional
Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, skala Untuk mngawasi tingkat dan kondisi
nyeri nyeri dan keefektifan obat
Posisikan klien dengan posisi semifowler Untuk menghilangkan ketegangan otot
abdomen
Ajarkan nafas dalam dan teknik distraksi Untuk meningkatkan relaksasi dan
sebagai teknik relaksasi mengurangi ketegangan
Kaji Tanda tanda Vital Sebagai tanda yang mengidentifikasi
kondisi tubuh klien
Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan Untuk menghilangkan rasa nyeri secara
analgetik farmakologi
Dx3 : Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan operasi
apendisitis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
pengetahuan klien kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan
meningkat dengan kriteria hasil :
1) Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan
potensial komplikasi
2) Berpartisipasi dalam program pengobatan

Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan klien tentang Untuk mengetahui sejauh mana
penyakitnya inforasi yang diketahui dan dibutuhkan
klien
Dorong aktifitas sesuai toleransi Mencegah kelemahan, membentuk
perasaan sehat, mempermudah
kembali ke aktifitas nornal
Diskusikan perawatan insisi, cara Pemahaman meningkatkan kerjasama
penggantian balutan dan kembali ke dokter dalam terapi, dan meningkatkan
untuk pengangkatan jahitan penyembuhan
Diskusikan gejala yang memerlukan evaluasi Untuk mecegah terjadinya komplikasi
medik, contohnya peningkatan rasa nyeri, serius yang bisa memperlambat proses
adanya drainase dan demam penyembuhan

Dx 3 : Risiko tinggi terhadap infeksi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien
dapat meningkatkan penyembuhan luka insisi dengan kriteria
hasil :
1) Klien mengatakan tidak merasakan nyeri akibat imflamasi
2) Tidak terdapat tanda-tanda imflamasi
3) Tanda-tanda vital normal (suhu:370C, nadi:80x/menit,
RR:18x/menit, tekanan darah:120/80mmHg)
Intervensi Rasional
Kaji kondisi luka insisi Untuk mengetahui perkembangan
penyembuhan luka insisi tersebut
Periksa tanda tanda imflamasi Untuk memastikan adanya infeksi dan
imflamasi
Kaji tanda tanda vital klien Member gambaran tentang kondisi
tubuh pasien
Kolaborasi pemberian antibiotik yang Mencegah proses imflamasi
diindikasikan

4. Evaluasi
PRA OPERASI
Dx1 : Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan
Evaluasi :
Volume cairan tubuh klien dapat terpenuhi dengan kriteria :
Subjektif : Klien mengatakan sudah tidak muntah lagi
Objektif : 1) Membrane mukosa lembab
2) Turgor kulit baik
3) Tanda Tanda Vital normal (suhu:370C,
nadi:80x/menit, RR:18x/menit, tekanan
darah:120/80mmHg)
Assesement: Masalah teratasi seluruhnya
Planning : Pertahankan kondisi

Dx2 : Nyeri akut berhubungan dengan distensi jaringan akibat


imflamasi
Evaluasi :
Nyeri klien berkurang dengan kriteria :
Subjektif : Klien mengatakan berkurang dari skala 8 ke skala 4
Klien mengatakan dapat beristirahat dengan baik
Objektif : 1) wajah klien tampak relax
2) Tanda Tanda Vital normal (suhu:370C,
nadi:80x/menit, RR:18x/menit, tekanan
darah:120/80mmHg)
Assesement: Masalah teratasi seluruhnya
Planning : Pertahankan kondisi

POST OPERASI
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah
Nyeri klien berkurang dengan kriteria :
Subjektif : Klien mengatakan berkurang dari skala 8 ke skala 2
Klien mengatakan dapat beristirahat dengan baik
Objektif : 1) Wajah klien tampak relax
2) Tanda Tanda Vital normal (suhu:370C,
nadi:80x/menit, RR:18x/menit, tekanan
darah:120/80mmHg)
Assesement: Masalah teratasi seluruhnya
Planning : Pertahankan kondisi

Dx2 : Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan


kebutuhan pengobatan berhubungan dengan operasi apendisitis
Evaluasi :
Pengetahuan klien kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan meningkat
dengan kriteria :

Subjektif : Klien dapat menyebutkan proses penyakit, pengobatan


dan potensial komplikasi
Objektif : Klien dapat berpartisifasi aktif dalam proses pengobatan
Assesement: Masalah teratasi seluruhnya
Planning : Pertahankan kondisi

Dx 3 : Risiko tinggi terhadap infeksi


Evaluasi :
Klien dapat meningkatkan penyembuhan luka insisi dengan kriteria :
Subjektif : Klien mengatakan tidak merasakan nyeri akibat imflamasi
Objektif : 1) Tidak terdapat tanda tanda imflamasi
2) Tanda Tanda Vital normal (suhu:370C,
nadi:80x/menit, RR:18x/menit, tekanan
darah:120/80mmHg)
Assesement: Masalah teratasi seluruhnya
Planning : Pertahankan kondisi

Anda mungkin juga menyukai