APENDISITIS
2. EPIDIMOLOGI/INSIDEN KASUS
Apendisitis bisa mengenai berbagai tingkatan umur dan jenis kelamin, tapi
lebih sering mengenai laki-laki berusia 10-30 tahun. Insiden apendisitis akut
lebih tinggi pada negara maju daripada Negara berkembang, namun dalam
tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100
kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini
mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu Negara berkembang
berubah menjadi makanan kurang serat.
3. PENYEBAB/FACTOR PREDISPOSISI
Terjadinya apendisitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun
terdapat banyak sekali faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.
Diantaranya obstruksi dan penyumbatan yang terjadi pada lumen apendiks.
Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya
timbunan tinja yang keras ( fekalit), hiperplasia jaringan limfoid, cacing,
parasit, benda asing dalam tubuh. Namun yang paling sering menyebabkan
obstruksi lumen apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid.
6. GEJALA KLINIS
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual,
muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara
mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar umbilikus, lalu timbul
mual dan muntah. Setelah 2-12 jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke
perut kanan bagian bawah. Jika diberikan penekanan daerah ini, penderita
merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa
bertambah tajam. Nyeri juga bertambah berat jika berjalam atau batuk.
Demam yang terjadi akibat bakteri yang masih menempel pada dinding usus,
tidak terlalu tinggi, bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius. Pada bayi dan anak-
anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua
dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri
tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus mengalami perforasi, nyeri dan
demam bisa menjadi berat, terjadi spasme otot, terjadi abses pada ileus,
demam, malaise, dan leukositosis semakin terlihat jelas
7. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi : pada apendisitis akut sering ditemukan adanya
abdominal swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa
ditemukan distensi perut.
Palpasi : pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan
terasa nyeri. Dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri
tekan perut kanan bawah merupakan kunci diagnosis dari apendisitis.
Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut
kanan bawah. Ini disebut tanda Rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila
tekanan di perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada
perut kanan bawah.Ini disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign).
Auskultasi : tidak terdengar bising usus
Perkusi : terjadi distensi abdomen
Pemeriksaan colok dubur : pemeriksaan ini dilakukan pada
apendisitis, untuk menentukan letak apendiks, apabila letaknya sulit
diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka
kemungkinan apendiks yang meradang terletak didaerah pelvis.
Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnosis pada apendisitis pelvika.
Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator : pemeriksaan ini juga
dilakukan untuk mengetahui letak apendiks yang meradang. Uji
psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat hiperektensi
sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian
paha kanan ditahan. Bila appendiks yang meradang menempel di m.
psoas mayor, maka tindakan tersebut akan menimbulkan nyeri.
Sedangkan pada uji obturator dilakukan gerakan fleksi dan
endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila apendiks yang
meradang kontak dengan m.obturator internus yang merupakan
dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri.
Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis pelvika.
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC/PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Akan terjadi leukositosis ringan
(10.000-20.000/ml) dan peningkatan neutrofil sampai 75% sebagai
respon fisiologis tubuh untuk melawan bakteri yang menyerang. Kadar
Hb normal
b. Pemeriksaan urin juga perlu dilakukan untuk membedakannya
dengan kelainan pada ginjal dan saluran kemih.
c. USG (bila telah terjadi infiltrasi apendikularis)
POST OPERASI
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri
klien dapat berkurang dengan kriteria hasil :
1) Klien mengatakan nyerinya berkurang dari skala 8 ke
skala 4
2) Klien mengatakan dapat beristirahat dengan baik
3) Wajah klien tampak relax
4) Tanda-tanda vital normal (suhu:370C, nadi:80x/menit,
RR:18x/menit, tekanan darah:120/80mmHg)
Intervensi Rasional
Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, skala Untuk mngawasi tingkat dan kondisi
nyeri nyeri dan keefektifan obat
Posisikan klien dengan posisi semifowler Untuk menghilangkan ketegangan otot
abdomen
Ajarkan nafas dalam dan teknik distraksi Untuk meningkatkan relaksasi dan
sebagai teknik relaksasi mengurangi ketegangan
Kaji Tanda tanda Vital Sebagai tanda yang mengidentifikasi
kondisi tubuh klien
Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan Untuk menghilangkan rasa nyeri secara
analgetik farmakologi
Dx3 : Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan operasi
apendisitis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
pengetahuan klien kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan
meningkat dengan kriteria hasil :
1) Menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan
potensial komplikasi
2) Berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan klien tentang Untuk mengetahui sejauh mana
penyakitnya inforasi yang diketahui dan dibutuhkan
klien
Dorong aktifitas sesuai toleransi Mencegah kelemahan, membentuk
perasaan sehat, mempermudah
kembali ke aktifitas nornal
Diskusikan perawatan insisi, cara Pemahaman meningkatkan kerjasama
penggantian balutan dan kembali ke dokter dalam terapi, dan meningkatkan
untuk pengangkatan jahitan penyembuhan
Diskusikan gejala yang memerlukan evaluasi Untuk mecegah terjadinya komplikasi
medik, contohnya peningkatan rasa nyeri, serius yang bisa memperlambat proses
adanya drainase dan demam penyembuhan
4. Evaluasi
PRA OPERASI
Dx1 : Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan
Evaluasi :
Volume cairan tubuh klien dapat terpenuhi dengan kriteria :
Subjektif : Klien mengatakan sudah tidak muntah lagi
Objektif : 1) Membrane mukosa lembab
2) Turgor kulit baik
3) Tanda Tanda Vital normal (suhu:370C,
nadi:80x/menit, RR:18x/menit, tekanan
darah:120/80mmHg)
Assesement: Masalah teratasi seluruhnya
Planning : Pertahankan kondisi
POST OPERASI
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah
Nyeri klien berkurang dengan kriteria :
Subjektif : Klien mengatakan berkurang dari skala 8 ke skala 2
Klien mengatakan dapat beristirahat dengan baik
Objektif : 1) Wajah klien tampak relax
2) Tanda Tanda Vital normal (suhu:370C,
nadi:80x/menit, RR:18x/menit, tekanan
darah:120/80mmHg)
Assesement: Masalah teratasi seluruhnya
Planning : Pertahankan kondisi