Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1.Pengertian

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau
200ml/24jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih
dari 3 kali/hari. Buang air besar encer tersebut dapat disertai lendir dan darah.

Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam
beberapa jam atau hari.

Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Diare kronik adalah diare
yang berlangsung lebih dari 15 hari namun tidak terus menerus dan dapat disertai
penyakit lain. Diare persisten merupakan istilah yang dipakai di luar negeri yang
menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari dan berlangsung terus menerus.

2.Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus,
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica,
G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa

1
merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu
dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor Makanan:
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi
terhadap jenis makanan tertentu.
4. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

3.Tanda dan Gejala


a. Diare.
b. Muntah.
c. Demam.
d. Nyeri abdomen
e. Membran mukosa mulut dan bibir kering
f. Fontanel cekung
g. Kehilangan berat badan
h. Tidak nafsu makan
i. Badan terasa lemah

4. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:

a) Gangguan osmotic

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluar kan nya
sehingga timbul diare.

2
b) Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

c) Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk


menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun
akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.

Patogenesis diare akut yaitu masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam
usus halus setelah melewati rintangan asam lambung. Jasad renik itu berkembang
biak di dalam usus halus. Kemudian jasad renik mengeluarkan toksin. Akibat
toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Patogenesis diare kronik lebih kompleks dan faktor-faktor yang


menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-
lain.

Sebagai akibat diare akut maupun kronis akan terjadi kehilangan air dan
elektronik (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan
asam basa (asidosis metabolik, hipokalemi, dan sebagainya), gangguan gizi akibat
kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia,
gangguan sirkulasi darah.

3
Penyebab Diare akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris,
Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium).
Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus
pada gastroenteritis akut.

Penularan Diare bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya.Beberapa
kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang
terkontaminasi.Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ).

Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas usus yang
mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik.
Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi
(intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

4
5.Komplikasi

1. Dehidrasi

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare. Gangguan
keseimbangan asam basa (metabik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan
asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat
asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi

5
oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler
kedalam cairan intraseluler.

2. Renjatan hipovolemik.

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera
diatasi klien akan meninggal.

3.Hipokalemia

dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro
kardiagram.

4.Hipoglikemia.

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak
yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi
glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun
hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak. Gangguan gizi

5.Introleransi laktosa sekunder

sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.

6.Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

yaitu disebabkan gangguan elektrolit darah akibat muntah dan sakit lama yang
menye babkan gula darah rendah, asupan makan yang kurang, atau menderita
kejang yang sudah lama dialami akibat epilepsi. Kejang akibat kelainan
neurologis atau gangguan perkembangan, berlangsung lebih dari 15 menit.

6
7.Malnutrisi energi, protein

karena selain diare dan muntah, penderita juga Terjadinya penurunan berat badan
dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:

a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang
bertambah hebat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang
encer ini diberikan terlalu lama.

c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.

Tingkat dehidrasi diare

a. Dehidrasi Ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang
elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.

b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek,
suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.

c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda
dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot
kaku sampai sianosis.

7.Penatalaksanaan
a.medis

7
a. Pemberian cairan.

b. Diatetik.
pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
a) Memberikan asi.
b) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral
dan makanan yang bersih.

c. Obat-obatan.

Pemberian cairan, pada klien Diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan
umum

a. Cairan per oral.


Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa
cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur
6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat
sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan
garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah
sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.

b. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan
atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan
berat badannya.

1. Dehidrasi ringan.
1jam pertama 25 – 50 ml / Kg BB / hari, kemudian 125 ml / Kg BB / oral

8
2. Dehidrasi sedang.
1jam pertama 50 – 100 ml / Kg BB / oral, kemudian 125 ml / kg BB / hari.

3. Dehidrasi berat.
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3 – 10 kg
a. 1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1 ml =
15 tetes atau 13 tetes / kg BB / menit.
b. 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml =
20 tetes).
c. 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan
dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.

Untuk anak lebih dari 2 – 5 tahun dengan berat badan 10 – 15 kg.


a. 1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml =
15 tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ).
b. 7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau minum dapat
diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg
BB/menit.

Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg.


1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml =
20 tetes).-16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral

c. Diatetik ( pemberian makanan ).


Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada klien dengan tujuan
meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan klien.

Hal – hal yang perlu diperhatikan :


a. Memberikan Asi.

9
b. Memberikan bahan makanan yang mengandung cukup kalori,protein,mineral dan
vitamin, makanan harus bersih.

d. Obat-obatan :
a) Obat anti sekresi.
b) Obat anti spasmolitik.
c) Obat antibiotik.

8.periksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium.
1) Pemeriksaan tinja.
2) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup, bila memungkinkan.
3) Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.

b. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum


untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan
pada klien diare kronik.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

a.Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi,
pemeriksaan fisik. Pengkaji data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
a. Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh
meningkat,anoreksia kemudian timbul diare.
b. Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun
besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir
kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
3. Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
4. Riwayat psikososial keluarga.
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,
kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak,
setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa
bersalah.
5. Kebutuhan dasar.
a. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,
BAK sedikit atau jarang.

11
b. Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan
berat badan pasien.
c. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
d. Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
e. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen.
6.Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis
sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik :
a) Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir
kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
b) Perkusi : adanya distensi abdomen.
c) Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
d) Auskultasi : terdengarnya bising usus.
c.Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat
badan menurun.
e. Pemeriksaan penunjang.
f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui
penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.

b.Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output cairan yang berlebihan.
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan muntah.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang
berlebihan.
4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

12
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,
rognosis dan pengobatan.
6. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, prosedur yang
menakutkan.

c.Intervensi
Diagnosa 1.
Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
output cairan yang berlebihan.
Tujuan : Devisit cairan dan elektrolit teratasi
Kriteria hasil:
Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab, balan cairan seimbang
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital. Observasi tanda-tanda dehidrasi. Ukur input dan output
cairan (balan cairan). Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang
banyak kurang lebih 2000 – 2500 cc per hari. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
therapi cairan, pemeriksaan lab elektrolit. Kolaborasi
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan
muntah.
Tujuan :
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi
Kriteria hasil :
Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang disediakan, mual, muntah tidak
ada.

Intervensi :
Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi. Timbang berat badan klien. Kaji
faktorpenyebab gangguan pemenuhan nutrisi. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen

13
(palpasi, perkusi, dan auskultasi). Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi
sering.Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.

Diagnosa 2.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.
Tujuan :
Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil :
Integritas kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi :
Ganti popok anak jika basah. Bersihkan bokong secara perlahan menggunakan sabun non
alkohol. Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit. Observasi bokong dan
perineum dari infeksi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi antifungi
sesuai indikasi.

Diagnosa 3.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
Tujuan :
Nyeri dapat teratasi
Kriteria hasil :
Nyeri dapat berkurang / hilang, ekspresi wajah tenang
Intervensi :
Observasi tanda-tanda vital. Kaji tingkat rasa nyeri. Atur posisi yang nyaman bagi klien.
Beri kompres hangat pada daerah abdomen. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
therapi analgetik sesuai indikasi.

Diagnosa 4.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,
prognosis dan pengobatan.

14
Tujuan
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil :
Keluarga klien mengerti dengan proses penyakit klien, ekspresi wajah tenang, keluarga
tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.
Intervensi :
Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses
penyakit klien. Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui pendidikan
kesehatan. Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya.
Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.

Diagnosa 5.
Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, prosedur yang menakutkan.
Tujuan :
Klien akan memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan
Intervensi :
Kaji tingkat kecemasan klien. Kaji faktor pencetus cemas. Buat jadwal kontak dengan
klien. Kaji hal yang disukai klien. Berikan mainan sesuai kesukaan klien. Libatkan
keluarga dalam setiap tindakan. Anjurkan pada keluarga untuk selalu mendampingi klien.

d.Evaluasi
1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
3. Integritas kulit kembali normal.
4. Rasa nyaman terpenuhi.
5. Pengetahuan kelurga meningkat.
6. Cemas pada klien teratasi.

15
BAB IV
PENUTUP
a.Kesimpulan
Diare adalah Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella,
salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus
aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan
(misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis
(ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.

Penyakit ini dapat diobati menggunakan tanaman obat seperti pujuk jambu biji,
dan tanaman lain nya.Selain itu juga bisa dengan obat seperti Obat anti sekresi,Obat anti
spasmolitik.Obat antibiotik..Agar terhindar dari penyakit ini, hendaknya kita melakukan
menjaga kebersihan dan cuci tangan lah sebelum makan,pencegahan nya ada yang
dengan menggunakan obat dan tanpa obat.Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal
merupakan salah satu langkah yang penting.Keberhasilan langkah ini sangat di tentukan
oleh kesadaran masyarakat setempat.

b.Saran
Saran yang dapat kami sampaikan ialah selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar
rumah,makanaan,dan diri. cuci lh tangan dengan mngunakan sabun sebelum
makan,makan lh makanan yg bersih dan sehat.

16
17

Anda mungkin juga menyukai