disusun oleh:
Kelompok 3
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makala Pengelolaan B3 dan Limbah B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun) tentang Pengelolaan Limbah B3 pada Industri Pertambangan
dengan Judul yang diambil adalah “Pengelolaan Limbah B3 dengan Studi Kasus PT.
Indominco Mandiri” .
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara pengelolaan limbah B3 pada
suatu kawasan industri, khususnya industri pertambangan. Didalam makalah ini berisi tentang
pengelolaan limbah dimulai dari tahap pemberian label hingga pengolahan limbah B3 yang
terdapat pada PT. Indominco Mandiri.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis
mengharap saran dan kritikan yang membangun guna memperbaiki makalah ini agar dimasa
yang akan datang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap orang
yang membacanya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................4
1.2 Tujuan .................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) .......................6
2.2 Identifikasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ..................6
2.3 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ................9
2.4 Pengemasan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ..............10
2.5 Gambaran Umum PT.Indominco Mandiri ........................................11
2.6 Limbah B3 yang dihasilkan PT. Indominco Mandiri .......................12
2.7 Karakteristik limbah B3 PT. Indominco Mandiri .............................14
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Sumber dan Jenis Limbah B3 PT. Indominco Mandiri ....................17
3.2 Karakteristik limbah B3 PT. Indominco Mandiri .............................18
3.3 Pengelolaan limbah B3 PT. Indominco Mandiri ..............................19
BAB IV PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan salah satu penghasil batubara terbesar di
Indonesia. Deposit batubara di Kalimantan Timur mencapai sekitar 19,5 miliar ton (sekitar
54,4%) dari seluruh total produksi batubara di Indonesia), dengan temuan cadangan yang
dapat dieksploitasi mencapai 2,4 miliar ton.
Perkembangan produksi batubara di Kalimantan Timur sejak tahun 2003 terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2008 produksi batubara mencapai 118.853.758 ton.
Tak dapat dipungkiri, saat banyak industri pertambangan berdiri, maka pada kegiatan
pertambangan akan semakin banyak produksi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
yang dihasilkan.
Namun bila tidak dikelola dengan baik, limbah B3 itu terkadang dibuang begitu saja ke
perairan/lahan terbuka. Ada juga yang ditimbun/ditampung dalam kontainer yang mudah
rusak menyebabkan limbahnya masuk ke tanah atau terbawa oleh aliran air hujan ke sistem
air permukaan dan air bawah tanah. Sementara limbah yang dibakar secara tidak terkendali,
juga akan menimbulkan uap/gas beracun di udara. Oleh karena itu diperlukan penanganan
yang tepat agar dampak limbah yang dihasilkan terhadap lingkungan dapat di minimalisir.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3) pada suatu industri pertambangan yakni dengan
menggunakan studi kasus PT. Indominco Mandiri. PT. Indominco Mandiri adalah suatu
perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batu bara yang merupakan salah satu dari
ketujuh anak perusahaan PT. Indo Tambangraya Megah yang terletak di Bontang,
Kalimantan Timur.
Dalam aktivitas pertambangan batu bara, banyak aktivitas yang dapat berpotensi
menghasilkan limbah B3. Agar limbah B3 yang dihasilkan tidak menghasilkan dampak
4
lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan limbah B3. Dalam makalah ini akan dibahas
topik-topik yang meliputi jenis-jenis limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan penambangan,
perkantoran, dan domestik dengan studi kasus PT. Indominco Mandiri.
1.2 Tujuan
a. Mengetahui jenis-jenis limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang dihasilkan oleh PT.
Indominco Mandiri.
b. Mengetahui karakteristik limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang dihasilkan oleh PT.
Indominco Mandiri.
c. Mengetahui cara penanganan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut yang telah
dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut PP No. 18 Tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha
dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan
atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Intinya adalah setiap
materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung B3 dan
membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.
Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu
kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat
(toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia. Jadi limbah B3 dapat di artikan sebagai adalah sisa suatu
usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena
sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lain.
6
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3 yang pada umumnya
berasal.bukan dari proses utamanya:
- kegiatan pemeliharaan alat,
- pencucian,
- pengemasan, dan lain-lain
c. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
7
- Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen
atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
4. Beracun
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi
manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius
apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.
5. Menyebabkan infeksi
Limbah yang menyebabkan infeksi yaitu bagian tubuh manusia yang diamputasi dan
cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah
lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular.Limbah ini berbahaya
karena mengandung kuman penyakit yang ditularkan pada masyarakat.
6. Bersifat korosif
Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong sifat korosif :
- Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.
- Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju
korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 550C.
- Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama
atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
9
Gambar 1. Diagram alir proses pengelolaan limbah
10
maka terhadap masing-masing limbah B3 hasilkegiatan perubahan tersebut harus
dilakukan pengujian kembaliterhadap karakteristiknya.
3. Bentuk kemasan dan bahan kemasan dipilih berdasarkan kecocokannya terhadap jeni
dan karakteristik limbah yang akan dikemasnya.
2.4.2 Persyaratan Umum Kemasan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
1. Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak,dan bebas dari
pengkaratan serta kebocoran.
2. Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengankarakteristik
Limbah B3 yang akan dikemasnya denganmempertimbangkan segi keamanan dan
kemudahan dalampenanganannya.
3. Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC)atau bahan logam
(teflon, baja karbon, SS304, SS316 atau SS440)dengan syarat bahan kemasan yang
dipergunakan tersebut tidakbereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya.
Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-
sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri
dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Proses pembentukan batu bara (coalification) memerlukan jutaan tahun, mulai dari awal
pembentukan yang menghasilkan gambut, lignit, subbituminus, bituminous, dan akhirnya
terbentuk antrasit. Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di
cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan
Kalimantan), pada umumnya endapan batubara tersebut tergolong usia muda, yang dapat
dikelompokkan sebagai batubara berumur Tersier Bawah dan Tersier Atas. Potensi batubara
di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan
di daerah lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa
Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi
11
Tahapan kegiatan pertambangan meliputi: Prospeksi, Eksplorasi, Eksploitasi, Pengolahan
(Pemurnian). Batubara dalam sektor pertambangan merupakan komoditi utama kedua yang
mempunyai prospek yang cerah, yang ditandai dengan nilai ekspor yang besar dan
memberikan kontribusi besar terhadap total ekspor pertambangan.
PT Indo Tambangraya Megah Tbk merupakan salah satu perusahaan pertambangan batubara
yang terintegrasi dengan pengolahan batubara yang berada di pulau Kalimantan. PT Indo
Tambangraya Megah Tbk memiliki enam anak perusahaan dan lima diantaranya sudah dalam
tahap produksi. Anak perusahaannya yaitu PT Indominco Mandiri, PT Trubaindo Coal
Mining, PT Jorong Barutama Greston, PT Kitadin (Embalut) dan PT Kitadin (Tandung
Mayang).
PT Indominco Mandiri merupakan anak perusahaan yang 99,99% dimiliki oleh PT Indo
Tambangraya Megah Tbk yang didirikan pada tanggal 11 November 1988 dan mulai
berproduksi pada tahun 1997. Luas area awal PT Indominco Mandiri ini yaitu 100.000
hektar, secara bertahap luas areanya diperkecil hingga menjadi 25.121 hektar. Luas area PT
Indominco Mandiri ini dibagi menjadi dua blok yaitu Blok Barat yang luas areanya sebesar
18.100 hektar dan Blok Timur yang luas areanya sebesar 7.021 hektar. PT Indominco
Mandiri berada di daerah Bontang, Kutai Kertanegara dan Kutai Timur di provinsi
Kalimantan Timur.
12
2. Oli bekas (oli bekas bersih, dan oli bekas kotor)
3. Grease bekas
4. Aki bekas
5. Kaleng cat
6. Limbah B3 lainnya
Perumahan
1. Kaleng cat
2. Household baterai
Lingkungan/area kerja
1. Limbah medis dari klinik perusahaan
2. Limbah abu batu bara dari pembangkit listrik tenaga uap, limbah kimia dari
labolatorium
Secara keseluruhan limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Indominco Mandiri yaitu
1. Toner bekas
2. Catridge tinta
3. Household baterai
4. Aki bekas (basah dan kering)
5. Oli bekas
6. Grease bekas
7. Pelumas bekas
8. Drum Bekas
9. Sludge cat
10. Kaleng cat
11. Filter oli bekas
12. Hose oli bekas
13. Material terkontaminasi hidrokarbon (majun, sarung tangan, absorben, selang
hidrolik, dan lumpur dari perangkap oli)
14. Lumpur / tanah terkontaminasi hidrokarbon (dari tumpahan dan dari oil trip)
15. Komponen elektronika dan listrik (PCB dll)
16. Serat asbes
17. Abu batu bara (fly ash dan bottom ash)
18. Abu insenerator (fly ash dan bottom ash)
19. Silica glass
13
20. Limbah medis (obat kadaluwarsa, jarum suntik, perban, organ tubuh)
21. Limbah labolatorium
22. Limbah Hidrogen Peroksida
23. Pestisida
24. Bahan kimia berbahaya dan beracun (sisa dan kadaluwarsa)
25. Wadah (container) bahan berbahaya dan beracun
26. Limbah B3 lainnya
14
3. Limbah medis
4. Baterai bekas (Aki)
5. Limbah kimia
6. Cartridge tinta
7. Household baterai
8. Serat asbes
9. Silica glass
10. Limbah laboratorium
Mudah
1 Lingkungan Bengkel Pelumas Bekas 150 L/hari Cair
Terbakar
Barang Terkontaminasi
2 Lingkungan Bengkel 1,68 ton/hari Padat Reaktif
Hidrokarbon
Mudah
3 Lingkungan Bengkel Filter oli bekas 40 L/hari Cair
Terbakar
Mudah
4 Lingkungan Bengkel Hose oli bekas 30 L/hari Cair
Terbakar
Mudah
8 Lingkungan Bengkel Toner Bekas 10 L/hari Cair
Terbakar
Limbah Hidrogen
9 Area Tambang 10 kg/hari Padat Reaktif
Peroksida
15
Abu Batubara (fly ash Mudah
12 Area Tambang 50 kg/hari Padat
dan bottom ash) Terbakar
2 kg/hari Padat
Beracun
Lingkungan
15 Limbah Kimia Mudah
Perkantoran
Terbakar
3 L/hari Cair
Lingkungan
16 Catridge tinta 2,5 kg/hari Padat Beracun
Perkantoran
Lingkungan
17 Household baterai 1 kg/hari Padat Beracun
Perkantoran
Lingkungan
18 Kaleng cat 2 kg/hari Padat Korosif
Perumahan
Lingkungan Komponen Elektronika Mudah
19 3 kg/hari Padat
Perumahan dan listrik Terbakar
Lingkungan
20 Serat asbes 1 kg/hari Padat Beracun
Perumahan
Lingkungan
21 Silica glass 1 kg/hari Padat Beracun
Perumahan
16
BAB III
PEMBAHASAN
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun karena sifat, konsentrasi dan jumlahnya baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari atau merusak lingkungan sehingga
dapat membahayakan lingkungan, kesehatan manusia dan makhluk hidup sekitarnya.
3.1 Sumber dan Jenis Limbah B3 dengan Studi Kasus PT. Indominco Mandiri
Limbah B3 yang dihasilkan dari pertambangan batu bara bermacam-macam. Pada PT.
Indominco Mandiri sendiri limbah B3 yang dihasilkan dibagi menjadi 4 macam
berbadasarkan lingkungannya yaitu :
Lingkungan perkantoran (Toner, Cartridge bekas, Household baterai)
Lingkungan bengkel ( Material terkontaminasi oli (filter oli bekas, majun, sarung tangan,
selang hidrolik, dan lumpur dari perangkap oli), Oli bekas (oli bekas bersih, dan oli bekas
kotor), Grease bekas, Aki bekas, Kaleng cat)
Perumahan (Kaleng cat, Household baterai)
17
Lingkungan/area kerja (Limbah medis dari klinik perusahaan, dan limbah abu batu bara
dari pembangkit listrik tenaga uap, limbah kimia dari laboratorium)
Secara keseluruhan limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Indominco Mandiri yaitu :
Toner bekas, catridge tinta, household baterai, aki bekas (basah dan kering), oli bekas, grease
bekas, pelumas bekas, drum bekas, sludge cat, kaleng cat, filter oli bekas, hose oli bekas,
material terkontaminasi hidrokarbon (majun, sarung tangan, absorben, selang hidrolik, dan
lumpur dari perangkap oli),lumpur / tanah terkontaminasi hidrokarbon (dari tumpahan dan
dari oil trap), komponen elektronika dan listrik (pcb dll), serat asbes, abu batu bara (fly ash
dan bottom ash), abu insenerator (fly ash dan bottom ash), silica glass, limbah medis (obat
kadaluwarsa, jarum suntik, perban, organ tubuh), limbah laboratorium, limbah hidrogen
peroksida, pestisida, bahan kimia berbahaya dan beracun (sisa dan kadaluwarsa), dan wadah
(container) bahan berbahaya dan beracun.
Karakteristik limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Indominco Mandiri dibagi menjadi macam
yaitu :
a. Mudah terbakar :
1. Pelumas bekas
2. Filter Oli bekas
3. Hose oli bekas
4. Toner bekas
5. Abu insinerator (fly ash dan bottom ash)
6. Limbah Medis
7. Limbah Kimia
8. Komponen elektronika dan listrik
9. Limbah laboratorium
b. Reaktif :
1. Barang terkontaminasi hidrokarboon
2. Limbah hidrogen peroksida
c. Infeksius : Limbah Medis
d. Korosif :
18
1. Drum bekas
2. Wadah B3
3. Kaleng cat
e. Beracun :
1. Sludge cat
2. Lumpur ber-oli
3. Limbah medis
4. Baterai bekas (Aki)
5. Limbah kimia
6. Cartridge tinta
7. Household baterai
8. Serat asbes
9. Silica glass
10. Limbah laboratorium
19
Label memiliki fungsi untuk memberikan informasi mengenai limbah B3 yang dihasilkan.
Dalam pengelolaan limbah B3, ukuran label yang digunakan 15 cm x 20 cm. Dasar warna
label yang akan digunakan adalah warna kuning dengan tulisan dan garis tepi berwarna
hitam. Selain itu tulisan PERINGATAN akan diberi warna merah. Setiap wadah yang
digunakan dalam proses pengemasan akan dipasang label pada sesuai dengan karakteristik
limbanya. Berikut ini adalah desain label identitas limbah B3 yang akan digunakan :
20
b. Drum logam open top volume 200 liter (digunakan untuk limbah yang tidak memiliki
karakteristik korosif dan bersifat padat, seperti: barang yang terkontaminasi hidrokarbon,
sludge cat, limbah hidrogen peroksida, abu insinerator, lumpur ber-oli, abu batubara,
limbah medis, aki bekas, cartridge tinta, household baterai, komponen elektronika dan
listrik, serat asbes, silica glass, serta limbah hidrokarbon.
c. Drum plastik open top 200 liter (digunakan untuk limbah yang memiliki karakteristik
korosif dan bersifat padat, seperti: kaleng cat)
d. Drum plastik banghole 200 liter (digunakan untuk limbah yang memiliki karakteristik
korosif dan bersifat cair, seperti: limbha medis, limbah kimia, limbah laboratorium dan
limbah pestisida)
e. Kontainer 20 m3 (digunakan untuk limbah yang memiliki bentuk padat namun tidak
terkompeksi dengan jumlah limbah per hari-nya cukup besar, seperti: drum bekas dan
wadah B3.
Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri atas 2 (dua) x 2
(dua) kemasan agar dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan
sehingga jika terdapat kerusakan kecelakaan dapat segera ditangani. Lebar gang antar blok
harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar gang untuk lalu lintas manusia minimal
60 cm dan lebar gang untuk lalu lintas kendaraan pengangkut (forklift) disesuaikan dengan
kelayakan pengoperasiannya.
Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap (lampu
penerangan) dan dinding bangunan penyimpanan adalah 1 (satu) meter.
21
Ruang penyimpanan harus dirancang terdiri dari beberapa bagian penyimpanan, dengan
ketentuan bahwa setiap bagian penyimpanan hanya diperuntukkan menyimpan satu
karakteristik limbah B3, atau limbah-limbah B3 yang saling cocok. Meskipun terdapat lebih
dari satu karakteristik pada tiap-tiap limbah, tapi yang digunakan sebagai acuan adalah
tingkat dominan dari karakteristik limbah itu sendiri.
Jumlah
Jumlah Jumlah Blok
Blok
Karakteristik Jenis Jumlah Blok per per
Jenis Limbah per
Limbah Kemasan kemasan Jenis Karakteristik
Jenis
Kemasan Limbah
Limbah
22
Serat asbes 1 0.08
Silica glass 1 0.08
Limbah
Laboratorium Padat 2 0.17
Catridge Tinta 2 0.17
Battery Bekas 3 0.25
Household Baterai 1 0.08
Sumber : Hasil Perhitungan
Berdasarkan data jumlah blok di atas, maka dapat dibuat sketsa lay-out tempat penyimpanan
limbah B3 sebagai berikut.
23
d. Persyaratan alat angkut :
1. Alat angkut dan kemasan sesuai dengan karateristik limbah
2. Alat angkut dalam kondisi baik
3. Simbol dan label (Kepka No. Kep-02/Bapedal/09/1995)
e. Operator yang terlatih
f. Memiliki Emergency Response System
g. Memiliki SOP berupa bongkar muat, route/tujuan pengangkutan, dan jadwal.
h. Melakukan Pelaporan pengangkutan limbah B3
Tipe pengangkutan limbah B3 industri batubara pada industri ini adalah dari sumber yaitu
hasil pengolahan batubara PT Indomico Mandiri menuju PPLI (Perusahaan Pengolahan
Limbah Industri). Hal ini terkait limbah B3 yang sudah tidak bisa diolah secara mandiri lagi
oleh industri tersebut. Seperti contohnya limbah medis dari klinik perusahaan/industri dapat
diolah dengan teknologi insenerasi, namun di balik itu alat tersebut juga mengeluarkan abu
dari hasil pembakarannya, sehingga abu yang dihasilkan dari proses insenerasi ini yang akan
dikirim ke PPLI.
Pengangkutan Limbah B3 dari sumber menuju ke PPLI menggunakan alat angkut, sesuai
dengan jenis limbah B3 yang dihasilkan. Dikarenakan setiap alat angkut memiliki bentuk dan
kapasitas yang bermacam-macam. Berikut ini adalah alat angkutan limbah B3 yang
digunakan dalam perencanaan pengolahan limbah B3 PT Indominco Mandiri :
Tanker truck: Truk tangki merupakan salah satu alat transportasi yang pada umumnya
digunakan sebagai alat pengangkutan limbah B3. Tangki adalah bejana tekan dengan
kapasitas air lebih dari 250 liter yang digunakan untuk pengangkutan atau penyimpanan
sementara bahan berbahaya, terdiri dari tangki tetap dan tangki portabel. Truk tangki
digunakan untuk pengangkutan limbah dalam bentuk curah seperti pelumas bekas, filter oli
bekas, hose oli bekas, toner bekas, limbah medis, limbah kimia dan limbah laboratorium.
Dimana keselurahan limbah itu dalam bentuk cair. Berdasarkan keputusan dirjen
perhubungan darat tentang pengangkutan, kapasitas dari truk tangki bermacam-maca mulai
dari 5000 liter sampai 15.000 liter. Sehingga dalam perencanaan pengelolaan limbah B3 di
PT Indominco Mandiri ini menggunakan truk tangki dengan kapasitas maksimal yaitu 15.000
liter atau 15 m3.
24
Kontainer: merupakan salah satu alat transportasi yang pada umumnya digunakan sebagai
alat pengangkutan limbah B3 dalam bentuk non curah. Kontainer memiliki kapasitas volume
yang berbeda-beda.Kontainer digunakan dalam pengangkutan limbah B3 seperti drum bekas,
wadah sisa B3. Pengemasan dan pengangkutan limbah tersebut dalam container yang sama,
dikarenakan dalam bentuk kemasan langsung.
Drum van: merupakan salah satu alat transportasi yang pada umumnya digunakan sebagai
alat pengangkutan limbah B3 dalam bentuk non-curah. Dalam perencanaan pengelolaan
limbah B3 PT Indominco Mandiri didapatkan kapasitas maksimum drum van adalah 20.000
liter atau 20 m3. Biaya pengangkutan dari sumber ke tempat pengolahan atau yang lain, tidak
murah. Sehingga untuk pengangkutan harusnya se-efisien mungkin. Jenis–jenis limbah B3
yang termasuk dalam pengangkutan ke dalam drum van, yaitu; barang yang terkontaminasi
hidrokarbon, sludge cat, limbah hidrogen peroksida, abu insinerator, lumpur ber-oli, abu
batubara, limbah medis padat, aki bekas, limbah kimia padat, catridge tinta, hosehold baterai,
kaleng cat, komponen elektronik listrik, serat asbes, silica glass, dan limbah laboratorium
padat.
PT. Indominco Mandiri menghasilkan beberapa jenis limbah B3 dari usaha pertambangan
batubara ini. Terdapat 23 jenis limbah B3 yang dihasilkan dari usaha pertambangan ini.
Berikut ini gambaran umum pengelolaan dari limbah B3 yang dihasilkan oleh PT Indominco
Mandiri:
1. Pelumas Bekas
Limbah B3 jenis pelumas bekas ini termasuk dalam limbah B3 yang memiliki
karakteristik beracun, mudah terbakar dan reaktif sehingga apabila tidak ditangani
pengolahannya dan pembuangannya maka akan membahayakan manusia dan lingkungan.
Dalam pengolahan limbah pelumas bekas ini dapat dilakukan dengan metode acid clay
25
treatment untuk mengkaji penurunan kadar Pb yang terkandung dalam pelumas bekas.
Acid clay treatment adalah suatu metode pengolahan yang digunakan pada pelumas bekas
dengan menggunakan penambahan asam dan lempung di dalam prosesnya. Asam kuat
yang digunakan pada metode ini adalah Asam Sulfat (H2SO4) dan lempung yang
digunakan yaitu lempung kaolin. . Hal ini bertujuan untuk menurunkan kadar zat-zat
pencemar yang terdapat di dalam limbah pelumas bekas. Metode pengolaahan ini
merupakan salah satu metode pengolahan dalam teknologi refining.
Prosedur pengelolaan pelumas bekas yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Sebanyak 10 mL H2SO4 2M dimasukkan kedalam 200 mL pelumas bekas kemudian
diaduk menggunakan jar test dengan kecepatan 150 rpm selama 5 menit.
b. Sampel yang telah diaduk diambil filtratnya sebanyak 150 mL.
c. Untuk variasi tingkat keasaman (pH), ditambah NaOH yang bervariasi dari masing-
masing sampel.
d. Kemudian dimasukkan adsorben berupa lempung kaolin yang telah diaktivasi,
dilakukan variasi adsorben untuk masing-masing sampel. Lalu diaduk dengan jar test
menggunakan kecepatan 100 rpm Selma 15 menit.
e. Dilakukan variasi waktu pengadukan sampel menggunakan jar test.
f. Masing-masing sampel yang telah dilakukan pengolahan kemudian diambil filtratnya
untuk diuji kadar Pb yang ada pada pelumas bekas. Setelah itu limbah bekas pelumas
ini kemudian dikirim ke PPLI.
26
Dimasukkan ke dalam drum/bin/container limbah beroli (khusus untuk selang
hidrolik beroli) selanjutnya dilakukan pengolahan lebih lanjut (yang berizin dan
disetujui)
d. Filter yang terkontaminasi hidrokarbon
Dimasukkan ke dalam drum/bin/container limbah beroli (khusus untuk filter
beroli) selanjutnya dibawa ke insenerator
e. Air yang terkontaminasi hidrokarbon
Untuk limbah oli kotornya diambil oleh Departemn Supply, dimasukkan dalam
tangki oli kotor kemudian dibawa ke decanting area, dikirim ke perusahaan
pengolah limbah B3 berijin dan disetujui.
Untuk limbah lumpur beroli dimasukkan dalam drum/bin/container limbah
beroli (khusus untuk lumpur beroli) selanjutnya dibawa ke bioremediation unit
(BTU)
27
beningan berupa oli yang sudah baik dan fase padat yang berupa kotoran yang telah
mengumpul.
e. Dekanting
Oli dari mixer dipompa menuju bak penampung. Bak penampung ini berfungsi
sebagai fase pemisah beningan dan padatan.
f. Adsorbing
Oli akan dipompa menuju bak penjernih. Oli dalam bak penjernih akan diaduk
bersamaan dengan bentonit sebagai adsorbent.
g. Filtrasi
Hose oli bersama dengan bentonit akan dilakukan proses penyaringan. Dilakukan
proses ini supaya hose oli bekas yang didapat dalam keadaan bening. Bentonit akan
tertahan dengan kotoran yang terikat sehingga hose oli akan tersaring.
h. Penampungan akhir
Limbah hose oli hasil filtrasi harus dalam karakteristik yang baik dan terjamin
kualitasnya.
28
Oli bekas selanjutnya direaksikan dengan asam kuat, asam yang digunakan yaitu asam
sulfat. Pereaksi dengan asam ini bertujuan untuk mengembalikan performa oli yang
telah rusak. Pereaksikan dengan asam ini oli akan berubah menjadi 2 fase, yaitu fase
beningan berupa oli yang sudah baik dan fase padat yang berupa kotoran yang telah
mengumpul.
e. Dekanting
Oli dari mixer dipompa menuju bak penampung. Bak penampung ini berfungsi
sebagai fase pemisah beningan dan padatan.
f. Adsorbing
Oli akan dipompa menuju bak penjernih. Oli dalam bak penjernih akan diaduk
bersamaan dengan bentonit sebagai adsorbent.
g. Filtrasi
Hose oli bersama dengan bentonit akan dilakukan proses penyaringan. Dilakukan
proses ini supaya hose oli bekas yang didapat dalam keadaan bening. Bentonit akan
tertahan dengan kotoran yang terikat sehingga hose oli akan tersaring.
h. Penampungan akhir
Limbah hose oli hasil filtrasi harus dalam karakteristik yang baik dan terjamin
kualitasnya.
5. Drum Bekas
Drum bekas dari PT Indominco Mandiri ini tergolong limbah B3 karena
dikarakteristikkan sebagai limbah korosif. Drum bekas ini daya jualnya masih diminati
oleh beberapa kalangan karena banyak sekali manfaatnya. Sebagian besar drum bekas ini
hanya dicuci hingga bersih dan tidak dilakukan pengolahan apa-apa. Setelah dilakukan
pencucian dengan bersih, drum bekas ini akan diperjual belikan dan dimanfaatkan dengan
beberapa ide kreatif. Salah satunya yaitu dimanfaatkan sebagai tempat sampah. Walaupun
sebenarnya drum bekas tergolong limbah B3, akan tetapi dengan kekreativitasan produksi
dapat dimanfaatkan dengan beberapa keahlian khusus.
6. Sludge Cat
Sludge cat tergolong limbah B3 yang dihasilkan oleh PT Indominco Mandiri karena
memiliki karakteristik beracun sehingga perlu dilakukan penanganan serta pengolahan.
Pengelolaan limbah Sludge cat yaitu sebagai berikut :
a. Di tempatkan pada wadah khusus limbah residu cat yang dibuat dari plastik.
29
b. Dilengkapi simbol beracun dengan ukuran minimum 10 cm x 10 cm, label dan kode
limbah yang sesuai.
c. Untuk kaleng cat yang sudah kosong bisa dibuang seperti limbah besi.
d. Kemudian dikirim ke TPS berijin dalam kondisi kering dan tidak lembab.
e. Setelah sampai di PPLI, dilakukan pengstabilan senyawa-senyawa organik yang
terkandung di dalam lumpur.
f. Direduksi volume dengan mengurangi kandungan air.
g. Direduksi organisme patogen.
h. Memanfaatkan hasil samping proses pengolahan yang memiliki nilai ekonomi sebagai
berikut ini :
Pemanfaatan Sludge cat sebagai bahan utama dalam pembuatan bata kontruksi paving
blok . Hal ini dapat mengurangi penggunaan semen sehingga pembuatan bata
kontruksi paving bisa lebih ekonomis. Limbah yang awalnya member dampak
negative pada masyarakat kini bisa memberikan dampak yang positif dalam bidang
industri. Pengolahan sludge cat ini menjadi bahan bangunan paving block cukup
menguntungkan beberapa pihak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
i. Mengkondisikan agar lumpur yang dilepaskan ke lingkungan dalam keadaan aman
dan dapat diterima oleh lingkungan.
7. Wadah (container) B3
Wadah (container) B3 ini bersifat korosif. Wadah ini memiliki nilai jual yang cukup
tinggi dan diminati oleh banyak orang seprti drum bekas tadi. Kalau memang sudah tidak
layak lagi mungkin akan di musnahkan, akan tetapi kalau masih bisa dimanfaatkan
kembali mungkin hanya akan di cat atau di renovasi lagi sehingga bisa dimanfaatkan
kembali.
8. Toner Bekas
Toner bekas ini berbentuk cair dan memiliki karakteristik mudah terbakar sehingga
bersifat B3. Pengolahan limbah B3 toner bekas harus dikelola oleh pengolah berijin
walaupun hanya termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun yang cukup ringan.
Karena bersifat ringan inilah mungkin tidak bisa dikembalikan lagi kepada pemasok
mupun penjual. Sebagian masyarakat sudah mengetahui bahwa plastik menjadi bahan
dasar untuk membuat tempat penampung tintanya, sehingga proses pendaur ulangannya
30
sama seperti pendaur ulangan plastik biasa. Namun isi dari toner ini mengandung karbon
hitam sehingga harus dibersihkan terlebih dahulu.
Jika Toner berisi tinta cair, maka air limbah cucian harus diproses supaya tidak
mencemari sumber air dan tanah sekitar. Sedangkan jika toner berisikan pewarna sebuk
maka jangan dilakukan pembersihan secara manual karena dapat mengganggu kesehatan
pekerja. Pengelolaan yang tepat yairu dilakukan pembakaran di incenerator dengan suhu
1200oC.
Pengolahan ini memerlukan biaya yang cukup tinggi, energi yang dibutuhkan juga besar
dan waktu yang lama untuk mengolah limbah hidrogen peroksida ini hingga menjadi air
murni dan oksigen.
PLLI menyediakan jasa eksklusif dalam pengelolaan limbah B3 medis yang mempunyai
peranan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dan menjamin kelangsungan
lingkungan hidup yang sehat dan aman. Dapat ditawarkan pengelolaan dengan jasa
terpadu sebagai berikut :
a. Pelatihan dalam pengolahan limbah medis dalam lingkungan perushaan
b. Penyewaan wadah penampung limbah medis
c. Pengangkutan limbah medis ke tempat pemusnahan akhir
d. Pembakaran dan pemusnahan akhir menggunakan incinerator dengan teknologi
mutakhir
e. Pengolahan abu sisa pembakaran dengan sanitary landfill
33
f. Pencatatan neraca limbah medis untuk dilaporkan kepada Kementrian Lingkungan
Hidup
35
sama seperti pendaur ulangan plastik biasa. Namun isi dari catridge ini mengandung
karbon hitam sehingga harus dibersihkan terlebih dahulu.
Jika catridge berisi tinta cair, maka air limbah cucian harus diproses supaya tidak
mencemari sumber air dan tanah sekitar. Sedangkan jika catridge berisikan pewarna
sebuk maka jangan dilakukan pembersihan secara manual karena dapat mengganggu
kesehatan pekerja. Pengolahan yang tepat yairu dilakukan pembakaran di incinerator
dengan suhu 1200oC.
23. Pestisida
Pestisida merupakan limbah yang bersifat cair dan dikarakteristikkan sebagai limbah yang
reaktif, beracun dan korosif. Limbah pestisida dapat dikelola sebagai berikut :
38
a. Penanggulangan limbah pestisida ini dilakukan dengan cara klorinasi, pengendapan
dan pembakaran.
b. Dilakukan penambahan katalis ziloid untuk mempermudah dalam pengolahan limbah
pestisida.
c. Akan tetapi banyak timbul masalah baru dari tahap pengolahan diatas, sehingga
dilakukan pengolahan sebagai berikut: untuk Limbah B3 jenis peptisida ini, dilakukan
pembakaran di incinerator dengan suhu minimum 1200oC, waktu retensinya
tergantung pada fase kandungan limbah pestisidanya.
39
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Secara umum, limbah bahan berbahaya dan beracun yang dihasilkan oleh PT. Indominco
Mandiri baik dari lingkungan perkantoran, lingkungan bengkel, lingkungan perumahan,
dan area pertambangan antara lain Toner bekas, Catridge tinta, Household baterai, Aki
bekas (basah dan kering), Oli bekas, Grease bekas, Pelumas bekas Drum Bekas, Sludge
cat, Kaleng cat, Filter oli bekas, Hose oli bekas, Material terkontaminasi hidrokarbon
(majun, sarung tangan, absorben, selang hidrolik, dan lumpur dari perangkap oli),
Lumpur / tanah terkontaminasi hidrokarbon (dari tumpahan dan dari oil trip), Komponen
elektronika dan listrik (PCB dll), Serat asbes, Abu batu bara (fly ash dan bottom ash),
Abu insenerator (fly ash dan bottom ash), Silica glass, Limbah medis (obat kadaluwarsa,
jarum suntik, perban, organ tubuh), Limbah labolatorium, Limbah Hidrogen Peroksida,
Pestisida, Bahan kimia berbahaya dan beracun (sisa dan kadaluwarsa), Wadah (container)
bahan berbahaya dan beracun, Limbah B3 lainnya.
b. Karakteristik dari limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang dihasilkan oleh PT.
Indominco mandiri antara lain bersifat mudah terbakar, reaktif, korosif, infeksius, dan
beracun.
c. Pada PT. Indominco Mandiri ini penanganan yang dilakukan antara lain untuk limbah
bahan berbahaya dan beracun yang dapat diolah (pelumas bekas, barang terkontaminasi
hidrokarbon, filter oli bekas, hose oli bekas, sludge cat, toner bekas, limbah kimia, kaleng
cat, silica glass, limbah laboratorium, dan pestisida) terlebih dahulu diolah dengan
metode yang sesuai dengan sifat dan karakteristik limbah B3 tersebut dan hasil sisa dari
pengolahan limbah B3 tersebut kemudian dikirim ke Perusahaan Pengolahan Limbah
Industri (PPLi) sedangkan untuk limbah B3 yang tidak dapat terolah (abu insenerator,
limbah medis, battery bekas aki, limbah medis, catridge tinta, Household Baterai, serat
asbes) dilakukan pelabelan, pengemasan, disimpan kemudian dikirim ke Perusahaan
Pengolahan Limbah Industri untuk pengolahan lebih lanjut.
40
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, Enri. 2010. Diktat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Jurusan
Teknik Lingkungan. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS; Surabaya.
Sari, Kumala Tika, dkk. 2013. Makalah Pengelolaan Limbah B3; Pengelolaan Limbah B3
PT. Indominco Mandiri. Jurusan Teknik Lingkungan. Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan ITS; Surabaya.
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun.
41