Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

“PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN


BERACUN (B3) DENGAN
STUDI KASUS: PT. INDOMINCO MANDIRI”

disusun oleh:
Kelompok 3

Fadhil Adzanino Prayogo 1109045011


Amirul Irdiyansyah 1109045012
Reny Yulianti 1109045013
Dyah Catur Ratnasari 1109045014
M. Bayu Adinegoro 1109045015

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2013

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makala Pengelolaan B3 dan Limbah B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun) tentang Pengelolaan Limbah B3 pada Industri Pertambangan
dengan Judul yang diambil adalah “Pengelolaan Limbah B3 dengan Studi Kasus PT.
Indominco Mandiri” .

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara pengelolaan limbah B3 pada
suatu kawasan industri, khususnya industri pertambangan. Didalam makalah ini berisi tentang
pengelolaan limbah dimulai dari tahap pemberian label hingga pengolahan limbah B3 yang
terdapat pada PT. Indominco Mandiri.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis
mengharap saran dan kritikan yang membangun guna memperbaiki makalah ini agar dimasa
yang akan datang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap orang
yang membacanya.

Samarinda, 25 November 2013

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................4
1.2 Tujuan .................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) .......................6
2.2 Identifikasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ..................6
2.3 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ................9
2.4 Pengemasan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) ..............10
2.5 Gambaran Umum PT.Indominco Mandiri ........................................11
2.6 Limbah B3 yang dihasilkan PT. Indominco Mandiri .......................12
2.7 Karakteristik limbah B3 PT. Indominco Mandiri .............................14
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Sumber dan Jenis Limbah B3 PT. Indominco Mandiri ....................17
3.2 Karakteristik limbah B3 PT. Indominco Mandiri .............................18
3.3 Pengelolaan limbah B3 PT. Indominco Mandiri ..............................19
BAB IV PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan salah satu penghasil batubara terbesar di
Indonesia. Deposit batubara di Kalimantan Timur mencapai sekitar 19,5 miliar ton (sekitar
54,4%) dari seluruh total produksi batubara di Indonesia), dengan temuan cadangan yang
dapat dieksploitasi mencapai 2,4 miliar ton.

Perkembangan produksi batubara di Kalimantan Timur sejak tahun 2003 terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2008 produksi batubara mencapai 118.853.758 ton.
Tak dapat dipungkiri, saat banyak industri pertambangan berdiri, maka pada kegiatan
pertambangan akan semakin banyak produksi limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
yang dihasilkan.

Namun bila tidak dikelola dengan baik, limbah B3 itu terkadang dibuang begitu saja ke
perairan/lahan terbuka. Ada juga yang ditimbun/ditampung dalam kontainer yang mudah
rusak menyebabkan limbahnya masuk ke tanah atau terbawa oleh aliran air hujan ke sistem
air permukaan dan air bawah tanah. Sementara limbah yang dibakar secara tidak terkendali,
juga akan menimbulkan uap/gas beracun di udara. Oleh karena itu diperlukan penanganan
yang tepat agar dampak limbah yang dihasilkan terhadap lingkungan dapat di minimalisir.

Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai bagaimana pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3) pada suatu industri pertambangan yakni dengan
menggunakan studi kasus PT. Indominco Mandiri. PT. Indominco Mandiri adalah suatu
perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batu bara yang merupakan salah satu dari
ketujuh anak perusahaan PT. Indo Tambangraya Megah yang terletak di Bontang,
Kalimantan Timur.

Dalam aktivitas pertambangan batu bara, banyak aktivitas yang dapat berpotensi
menghasilkan limbah B3. Agar limbah B3 yang dihasilkan tidak menghasilkan dampak

4
lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan limbah B3. Dalam makalah ini akan dibahas
topik-topik yang meliputi jenis-jenis limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan penambangan,
perkantoran, dan domestik dengan studi kasus PT. Indominco Mandiri.

1.2 Tujuan

a. Mengetahui jenis-jenis limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang dihasilkan oleh PT.
Indominco Mandiri.
b. Mengetahui karakteristik limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang dihasilkan oleh PT.
Indominco Mandiri.
c. Mengetahui cara penanganan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun tersebut yang telah
dilakukan oleh PT. Indominco Mandiri.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Limbah B3

Menurut PP No. 18 Tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha
dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan
atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Intinya adalah setiap
materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung B3 dan
membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu
kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat
(toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia. Jadi limbah B3 dapat di artikan sebagai adalah sisa suatu
usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena
sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lain.

2.2 Identifikasi Limbah B3

2.2.1. Limbah B3 berdasarkan Sumber


Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:
a. Limbah B3 dari sumber spesifik
Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu industri atau
kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan.
b. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik

6
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3 yang pada umumnya
berasal.bukan dari proses utamanya:
- kegiatan pemeliharaan alat,
- pencucian,
- pengemasan, dan lain-lain
c. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

2.2.2. Limbah B3 berdasarkan Karakteristik


Limbah diidentifikasi sebagai limbah B3 apabila memenuhi salah satu atau lebih
karakteristik limbah B3, yaitu :
1. Mudah meledak
Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong mudah meledak :
- Limbah suhu dan tekanan, standar (250C, 760 mmHg) dapat meledak.
2. Mudah terbakar
Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong mudah terbakar:
- Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume.
- Pada titik nyala tidak lebih dari 600C (1400F) akan menyala apabila terjadi kontak
dengan api, atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.
- Limbah yang bukan berupa cairan pada temperatur dan tekanan standar (250C,
760 mmHg) mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air
atau perubahan kimia secara spontan.
- Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.
- Merupakan limbah pengoksidasi.
3. Bersifat reaktif
Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong sifat reaktif:
- Limbah yang tidak stabil.
- Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air.
- Limbah yang apabila bercampur dengan air ledakan, uap, gas dan asap beracun.
- Sianida, Sulfida atau Amoniak yang pada kondisi pH antara 2 dan 12,5 ledakan,
uap, gas dan asap beracun.
- Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar
(250C, 760 mmHg).

7
- Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen
atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
4. Beracun
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi
manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius
apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.
5. Menyebabkan infeksi
Limbah yang menyebabkan infeksi yaitu bagian tubuh manusia yang diamputasi dan
cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah
lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular.Limbah ini berbahaya
karena mengandung kuman penyakit yang ditularkan pada masyarakat.
6. Bersifat korosif
Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong sifat korosif :
- Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.
- Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju
korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 550C.
- Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama
atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.

2.2.3. Uji TCLP Limbah B3


TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) ditujukan untuk :
a. Mobility of both organic and inorganic analytes present in liquid, solid, and
multiphasic wastes.
b. Jika sampel mengandung solid kurang dari 0.5% maka solid dipisahkan dan dibuang
dan liquid langsung dapat digunakan sebagai bahan ekstraksi sampel pada test TCLP.
c. Jika mengandung solid sama dengan atau lebih besar dari 0.5%, maka liquid
dipisahkan dari solid dan diuji sendiri sendiri.
d. Analysis ekstrak dari TCLP tersebut dengan standard method yang sesuai.
e. Logam berat dengan AAS, ICP (inductive coupled plasma) dan IC (ion
chromatogramy).

2.2.4. Uji Toksikologi Limbah B3


Uji toksisitas ada 2 :
1. Uji Toksisitas Akut
8
Ketoksikan akut adalah derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi secara singkat
setelah pemberian dalam dosis tunggal.
2. Uji Toksisitas Kronis
Pengujian dalam jangka waktu lama dan pada tingkat fasa pertumbuhan yang berbeda.

2.3 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan,


pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengelolaan dan penimbunan limbah B3.Berikut
ini adalah pengertian masing-masing kegiatan dalam pengelolaan limbah B3 :
1. Reduksi limbah B3 adalah suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan
mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan.
Penyimpanan adalah kegiatan penyimpanan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil
dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3
dengan maksud menyimpan sematara.
2. Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil
limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada pemanfaat
dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3.
3. Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil
dan/atau dari pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/atau dari pengolah ke pengumpul
dan/atau ke pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke penimbun limbah B3.
4. Pemanfaatan limbah B3 adalah suatu kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau
penggunaan kembali (reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan untuk
mengubah limbah B3 menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan harus juga aman
bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
5. Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah
B3 untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun.

Setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 harus mendapatkan perizinan dari Kementerian


Lingkungan Hidup (KLH) dan setiap aktivitas tahapan pengelolaan limbah B3 harus
dilaporkan ke KLH.Untuk aktivitas pengelolaan limbah B3 di daerah, aktivitas kegiatan
pengelolaan selain dilaporkan ke KLH juga ditembuskan ke Bapedalda setempat.

9
Gambar 1. Diagram alir proses pengelolaan limbah

2.4 Pengemasan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

2.4.1 Persyaratan Pra Pengemasan


1. Setiap penghasil/pengumpul limbah B3 harus dengan pastimengetahui karakteristik
bahaya dari setiap limbah B3 yangdihasilkan/dikumpulkannya. Apabila ada keragu-
raguan dengankarakteristik limbah B3 yang dihasilkan/dikumpulkannya, maka
terhadap limbah B3 tersebut harus dilakukan pengujiankarakteristik di laboratorium
yang telah mendapat persetujuan Bapedal dengan prosedur dan metode pengujian
yang ditetapkan oleh Bapedal.
2. Bagi penghasil yang menghasilkan limbah B3 yang sama secaraterus menerus, maka
pengujian karakteristik masing-masinglimbah B3 dapat dilakukan sekurang-
kurangnya satu kali. Apabiladalam perkembangannya terjadi perubahan kegiatan yang
diperkirakan mengakibatkan berubahnya karakteristik limbah B3yang dihasilkan,

10
maka terhadap masing-masing limbah B3 hasilkegiatan perubahan tersebut harus
dilakukan pengujian kembaliterhadap karakteristiknya.
3. Bentuk kemasan dan bahan kemasan dipilih berdasarkan kecocokannya terhadap jeni
dan karakteristik limbah yang akan dikemasnya.

2.4.2 Persyaratan Umum Kemasan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
1. Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak,dan bebas dari
pengkaratan serta kebocoran.
2. Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengankarakteristik
Limbah B3 yang akan dikemasnya denganmempertimbangkan segi keamanan dan
kemudahan dalampenanganannya.
3. Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC)atau bahan logam
(teflon, baja karbon, SS304, SS316 atau SS440)dengan syarat bahan kemasan yang
dipergunakan tersebut tidakbereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya.

2.5 Gambaran Umum Industri Pertambangan dengan Studi Kasus


PT.Indominco Mandiri

Batu bara atau batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-
sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri
dari karbon, hidrogen dan oksigen.

Proses pembentukan batu bara (coalification) memerlukan jutaan tahun, mulai dari awal
pembentukan yang menghasilkan gambut, lignit, subbituminus, bituminous, dan akhirnya
terbentuk antrasit. Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di
cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan
Kalimantan), pada umumnya endapan batubara tersebut tergolong usia muda, yang dapat
dikelompokkan sebagai batubara berumur Tersier Bawah dan Tersier Atas. Potensi batubara
di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan
di daerah lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa
Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi

11
Tahapan kegiatan pertambangan meliputi: Prospeksi, Eksplorasi, Eksploitasi, Pengolahan
(Pemurnian). Batubara dalam sektor pertambangan merupakan komoditi utama kedua yang
mempunyai prospek yang cerah, yang ditandai dengan nilai ekspor yang besar dan
memberikan kontribusi besar terhadap total ekspor pertambangan.

PT Indo Tambangraya Megah Tbk merupakan salah satu perusahaan pertambangan batubara
yang terintegrasi dengan pengolahan batubara yang berada di pulau Kalimantan. PT Indo
Tambangraya Megah Tbk memiliki enam anak perusahaan dan lima diantaranya sudah dalam
tahap produksi. Anak perusahaannya yaitu PT Indominco Mandiri, PT Trubaindo Coal
Mining, PT Jorong Barutama Greston, PT Kitadin (Embalut) dan PT Kitadin (Tandung
Mayang).

PT Indominco Mandiri merupakan anak perusahaan yang 99,99% dimiliki oleh PT Indo
Tambangraya Megah Tbk yang didirikan pada tanggal 11 November 1988 dan mulai
berproduksi pada tahun 1997. Luas area awal PT Indominco Mandiri ini yaitu 100.000
hektar, secara bertahap luas areanya diperkecil hingga menjadi 25.121 hektar. Luas area PT
Indominco Mandiri ini dibagi menjadi dua blok yaitu Blok Barat yang luas areanya sebesar
18.100 hektar dan Blok Timur yang luas areanya sebesar 7.021 hektar. PT Indominco
Mandiri berada di daerah Bontang, Kutai Kertanegara dan Kutai Timur di provinsi
Kalimantan Timur.

2.6 Limbah B3 yang dihasilkan PT. Indominco Mandiri

Limbah B3 yang dihasilkan dari pertambangan batu bara bermacam – macam. Di PT


Indominco Mandiri sendiri limbah B3 yang dihasilkan dibagi menjadi 4 macam
berbadasarkan lingkungannya yaitu :
 Lingkungan perkantoran
1. Toner
2. Cartridge bekas
3. Household baterai
 Lingkungan bengkel
1. Material terkontaminasi oli (filter oli bekas, majun, sarung tangan, selang
hidrolik, dan lumpur dari perangkap oli)

12
2. Oli bekas (oli bekas bersih, dan oli bekas kotor)
3. Grease bekas
4. Aki bekas
5. Kaleng cat
6. Limbah B3 lainnya
 Perumahan
1. Kaleng cat
2. Household baterai
 Lingkungan/area kerja
1. Limbah medis dari klinik perusahaan
2. Limbah abu batu bara dari pembangkit listrik tenaga uap, limbah kimia dari
labolatorium
Secara keseluruhan limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Indominco Mandiri yaitu
1. Toner bekas
2. Catridge tinta
3. Household baterai
4. Aki bekas (basah dan kering)
5. Oli bekas
6. Grease bekas
7. Pelumas bekas
8. Drum Bekas
9. Sludge cat
10. Kaleng cat
11. Filter oli bekas
12. Hose oli bekas
13. Material terkontaminasi hidrokarbon (majun, sarung tangan, absorben, selang
hidrolik, dan lumpur dari perangkap oli)
14. Lumpur / tanah terkontaminasi hidrokarbon (dari tumpahan dan dari oil trip)
15. Komponen elektronika dan listrik (PCB dll)
16. Serat asbes
17. Abu batu bara (fly ash dan bottom ash)
18. Abu insenerator (fly ash dan bottom ash)
19. Silica glass

13
20. Limbah medis (obat kadaluwarsa, jarum suntik, perban, organ tubuh)
21. Limbah labolatorium
22. Limbah Hidrogen Peroksida
23. Pestisida
24. Bahan kimia berbahaya dan beracun (sisa dan kadaluwarsa)
25. Wadah (container) bahan berbahaya dan beracun
26. Limbah B3 lainnya

2.7 Karakteristik limbah B3 PT. Indominco Mandiri


Karakteristik limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Indominco Mandiri dibagi menjadi macam
yaitu :
 Mudah terbakar
1. Pelumas bekas
2. Filter Oli bekas
3. Hose oli bekas
4. Toner bekas
5. Abu insinerator (fly ash dan bottom ash)
6. Limbah Medis
7. Limbah Kimia
8. Komponen elektronika dan listrik
9. Limbah laboratorium
 Reaktif
1. Barang terkontaminasi hidrokarboon
2. Limbah hidrogen peroksida
 Infeksius
1. Limbah Medis
 Korosif
1. Drum bekas
2. Wadah B3
3. Kaleng cat
 Beracun
1. Sludge cat
2. Lumpur ber oli

14
3. Limbah medis
4. Baterai bekas (Aki)
5. Limbah kimia
6. Cartridge tinta
7. Household baterai
8. Serat asbes
9. Silica glass
10. Limbah laboratorium

Tabel 2.7.1 Karakteristik Limbah B3

No Sumber Jenis Jumlah Satuan Sifat Karakteristik

Mudah
1 Lingkungan Bengkel Pelumas Bekas 150 L/hari Cair
Terbakar
Barang Terkontaminasi
2 Lingkungan Bengkel 1,68 ton/hari Padat Reaktif
Hidrokarbon
Mudah
3 Lingkungan Bengkel Filter oli bekas 40 L/hari Cair
Terbakar
Mudah
4 Lingkungan Bengkel Hose oli bekas 30 L/hari Cair
Terbakar

5 Lingkungan Bengkel Drum Bekas 5 unit/hari Padat Korosif

6 Lingkungan Bengkel Sludge cat 5 kg/hari Padat Beracun

7 Wadah B3 Wadah B3 5 unit/hari Padat Korosif

Mudah
8 Lingkungan Bengkel Toner Bekas 10 L/hari Cair
Terbakar

Limbah Hidrogen
9 Area Tambang 10 kg/hari Padat Reaktif
Peroksida

Abu Insinerator (fly ash Mudah


10 Area Tambang 27,5 kg/hari Padat
dan bottom ash) Terbakar

11 Area Tambang Lumpur Beroli 7,5 kg/hari Padat Beracun

15
Abu Batubara (fly ash Mudah
12 Area Tambang 50 kg/hari Padat
dan bottom ash) Terbakar

11,2 kg/hari Padat Infeksius


Beracun
13 Klinik Perusahaan Limbah Medis
5 L/hari Cair Mudah
Terbakar

14 Perumahan Battery Bekas (Aki) 5 kg/hari Padat Beracun

2 kg/hari Padat
Beracun
Lingkungan
15 Limbah Kimia Mudah
Perkantoran
Terbakar
3 L/hari Cair

Lingkungan
16 Catridge tinta 2,5 kg/hari Padat Beracun
Perkantoran

Lingkungan
17 Household baterai 1 kg/hari Padat Beracun
Perkantoran

Lingkungan
18 Kaleng cat 2 kg/hari Padat Korosif
Perumahan
Lingkungan Komponen Elektronika Mudah
19 3 kg/hari Padat
Perumahan dan listrik Terbakar

Lingkungan
20 Serat asbes 1 kg/hari Padat Beracun
Perumahan

Lingkungan
21 Silica glass 1 kg/hari Padat Beracun
Perumahan

2 kg/hari Padat Beracun


Lingkungan
22 Limbah laboratorium Mudah
Perumahan 2 L/hari Cair Terbakar
Lingkungan
23 Pestisida 2 L/hari Cair Korosif
Perumahan

16
BAB III
PEMBAHASAN

Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun karena sifat, konsentrasi dan jumlahnya baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari atau merusak lingkungan sehingga
dapat membahayakan lingkungan, kesehatan manusia dan makhluk hidup sekitarnya.

3.1 Sumber dan Jenis Limbah B3 dengan Studi Kasus PT. Indominco Mandiri

Areal pertambangan PT Indominco Mandiri yang merupakan suatu lingkungan aktivitas


penambangan beserta bengkel-bengkel dan areal perumahannya menghasilkan limbah yang
beragam. Dengan semakin berkembangnya kegiatan penambangan PT Indominco Mandiri
dan makin banyaknya kegiatan yang dilakukan maka akan semakin besar pula timbulan
limbah yang terjadi. Tambang PT Indominco Mandiri menggunakan lebih dari 36000 ton
bahan bakar solar per tahun dan sejumlah besar oli, pelumas (grease), dan minyak.
Penggunaan hidrokarbon yang sangat besar dilebih dari 30 bengkel di area pertambangan ini
akan menghasilkan limbah hidrokarbon, khususnya oli dan pelumas bekas yang sangat
banyak pula, sehingga perlu dilakukan pengelolaan yang baik dan benar agar tidak
memberikan dampak yang merugikan terhadap manusia dan lingkungan hidup, terlebih
dikarenakan adanya penggolongan limbah hidrokarbon sebagai limbah bahan berbahaya dan
beracun.

Limbah B3 yang dihasilkan dari pertambangan batu bara bermacam-macam. Pada PT.
Indominco Mandiri sendiri limbah B3 yang dihasilkan dibagi menjadi 4 macam
berbadasarkan lingkungannya yaitu :
 Lingkungan perkantoran (Toner, Cartridge bekas, Household baterai)
 Lingkungan bengkel ( Material terkontaminasi oli (filter oli bekas, majun, sarung tangan,
selang hidrolik, dan lumpur dari perangkap oli), Oli bekas (oli bekas bersih, dan oli bekas
kotor), Grease bekas, Aki bekas, Kaleng cat)
 Perumahan (Kaleng cat, Household baterai)

17
 Lingkungan/area kerja (Limbah medis dari klinik perusahaan, dan limbah abu batu bara
dari pembangkit listrik tenaga uap, limbah kimia dari laboratorium)

Secara keseluruhan limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Indominco Mandiri yaitu :
Toner bekas, catridge tinta, household baterai, aki bekas (basah dan kering), oli bekas, grease
bekas, pelumas bekas, drum bekas, sludge cat, kaleng cat, filter oli bekas, hose oli bekas,
material terkontaminasi hidrokarbon (majun, sarung tangan, absorben, selang hidrolik, dan
lumpur dari perangkap oli),lumpur / tanah terkontaminasi hidrokarbon (dari tumpahan dan
dari oil trap), komponen elektronika dan listrik (pcb dll), serat asbes, abu batu bara (fly ash
dan bottom ash), abu insenerator (fly ash dan bottom ash), silica glass, limbah medis (obat
kadaluwarsa, jarum suntik, perban, organ tubuh), limbah laboratorium, limbah hidrogen
peroksida, pestisida, bahan kimia berbahaya dan beracun (sisa dan kadaluwarsa), dan wadah
(container) bahan berbahaya dan beracun.

3.2 Karakteristik limbah B3 dengan Studi Kasus PT. Indominco Mandiri

Karakteristik limbah B3 yang dihasilkan oleh PT. Indominco Mandiri dibagi menjadi macam
yaitu :
a. Mudah terbakar :
1. Pelumas bekas
2. Filter Oli bekas
3. Hose oli bekas
4. Toner bekas
5. Abu insinerator (fly ash dan bottom ash)
6. Limbah Medis
7. Limbah Kimia
8. Komponen elektronika dan listrik
9. Limbah laboratorium
b. Reaktif :
1. Barang terkontaminasi hidrokarboon
2. Limbah hidrogen peroksida
c. Infeksius : Limbah Medis
d. Korosif :

18
1. Drum bekas
2. Wadah B3
3. Kaleng cat
e. Beracun :
1. Sludge cat
2. Lumpur ber-oli
3. Limbah medis
4. Baterai bekas (Aki)
5. Limbah kimia
6. Cartridge tinta
7. Household baterai
8. Serat asbes
9. Silica glass
10. Limbah laboratorium

3.3 Pengelolaan limbah B3 dengan Studi Kasus PT. Indominco Mandiri

Pengelolaan limbah B3 merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,


penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan
limbah B3. Pengolahan limbah B3 ini bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran serta kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan
pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga fungsinya kembali. Setiap
orang yang menghasilkan limbah B3 diwajibkan untuk mengolah limbah B3 yang telah
dihasilkan sesuai dengan teknologi yang ada dan jika tidak mampu dilakukan pengolahan di
dalam negeri dapat diekspor ke Negara lain yang memiliki teknologi pengolahan limbah B3.
Berikut pengelolaan limbah B3 pada PT. Indominco Mandiri:

3.3.1 Pemberian Simbol dan Label Limbah B3


Simbol bahaya digunakan untuk menandai sifat bahan-bahan limbah berbahaya dan beracun
dalam suatu pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan atau pengangkutan. Berdasarkan
karakteristik dari masing-masing jenis limbah PT Indomarco yang telah dicantumkan di sub
bab sebelumnya, maka dapat dikategorikan masing-masing simbol dan label dari jenis limbah
tersebut.

19
Label memiliki fungsi untuk memberikan informasi mengenai limbah B3 yang dihasilkan.
Dalam pengelolaan limbah B3, ukuran label yang digunakan 15 cm x 20 cm. Dasar warna
label yang akan digunakan adalah warna kuning dengan tulisan dan garis tepi berwarna
hitam. Selain itu tulisan PERINGATAN akan diberi warna merah. Setiap wadah yang
digunakan dalam proses pengemasan akan dipasang label pada sesuai dengan karakteristik
limbanya. Berikut ini adalah desain label identitas limbah B3 yang akan digunakan :

3.3.2 Pengemasan Limbah B3


Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan.
Pengemasan limbah B3 harus sesuai dengan persyratan umum dan prinsip tata cara
pengemasan Limbah Berbahaya dan Beracun. Tujuan pengemasan adalah agar setiap jenis
limbah sebelum disimpan telah ditandai dengan sistem label yang sesuai dengan jenis
karakteristik limbah, serta telah ditempatkan dalam kontainer yang sesuai pula. Dengan
pendekatan ini, memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kesalahan dalam
penanganan limbah B3.Pengemasan yang baik akan mempermudah pengawasan oleh petugas
yang diserahi tanggung jawab. Berdasarkan UU No. 1 tahun 2005 yang mengatur tata cara
pengemasan limbah bahan berbahaya dan beracun maka, dapat ditentukan masing-masing
pengemasan limbah dari PT. Indominco Mandiri, yaitu sebagai berikut:
a. Drum logam banghole volume 200 liter (digunakan untuk limbah yang tidak memiliki
karakteristik korosif dan bersifat cair, seperti: limbah pelumas bekas, filter oli bekas,
hose oli bekas, dan toner bekas)

20
b. Drum logam open top volume 200 liter (digunakan untuk limbah yang tidak memiliki
karakteristik korosif dan bersifat padat, seperti: barang yang terkontaminasi hidrokarbon,
sludge cat, limbah hidrogen peroksida, abu insinerator, lumpur ber-oli, abu batubara,
limbah medis, aki bekas, cartridge tinta, household baterai, komponen elektronika dan
listrik, serat asbes, silica glass, serta limbah hidrokarbon.
c. Drum plastik open top 200 liter (digunakan untuk limbah yang memiliki karakteristik
korosif dan bersifat padat, seperti: kaleng cat)
d. Drum plastik banghole 200 liter (digunakan untuk limbah yang memiliki karakteristik
korosif dan bersifat cair, seperti: limbha medis, limbah kimia, limbah laboratorium dan
limbah pestisida)
e. Kontainer 20 m3 (digunakan untuk limbah yang memiliki bentuk padat namun tidak
terkompeksi dengan jumlah limbah per hari-nya cukup besar, seperti: drum bekas dan
wadah B3.

3.3.3 Penyimpanan Limbah B3


Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan apabila tidak dapat dilakukan pengolahan B3
dengan segera. Tujuan dari kegiatan penyimpanan adalah untuk mencegah terlepasnya
limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat
dihindarkan.

Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri atas 2 (dua) x 2
(dua) kemasan agar dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap setiap kemasan
sehingga jika terdapat kerusakan kecelakaan dapat segera ditangani. Lebar gang antar blok
harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar gang untuk lalu lintas manusia minimal
60 cm dan lebar gang untuk lalu lintas kendaraan pengangkut (forklift) disesuaikan dengan
kelayakan pengoperasiannya.

Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan kemasan.


Untuk kemasan drum logam isi 200 liter, tumpukan sebanyak 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis
dialasi palet (setiap palet mengalasi 4 drum). Untuk kemasan yang drum plastik
menggunakan rak.

Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap (lampu
penerangan) dan dinding bangunan penyimpanan adalah 1 (satu) meter.
21
Ruang penyimpanan harus dirancang terdiri dari beberapa bagian penyimpanan, dengan
ketentuan bahwa setiap bagian penyimpanan hanya diperuntukkan menyimpan satu
karakteristik limbah B3, atau limbah-limbah B3 yang saling cocok. Meskipun terdapat lebih
dari satu karakteristik pada tiap-tiap limbah, tapi yang digunakan sebagai acuan adalah
tingkat dominan dari karakteristik limbah itu sendiri.

Tabel 3.3.3.1 Jumlah Blok Penyimpanan Limbah B3 berdasarkan Karakteristik Limbah

Jumlah
Jumlah Jumlah Blok
Blok
Karakteristik Jenis Jumlah Blok per per
Jenis Limbah per
Limbah Kemasan kemasan Jenis Karakteristik
Jenis
Kemasan Limbah
Limbah

Drum Pelumas Bekas 68 5.67


Logam Filter Oli Bekas 18 1.50
9
Banghole Hose Oli Bekas 14 1.17
200L Toner Bekas 5 0.42
Drum Abu Insenerator 14 1.17
Mudah Logam Abu Batubara 25 2.08 4 14
Terbakar Open Komponen
Top 200L Elektronika & listrik 2 0.17
Drum Limbah Medis Cair 3 0.25
Plastik Limbah Kimia Cair 2 0.17 1
Banghole Limbah
200L Laboratorium cair 1 0.08
Drum
Plastik
Pestisida 1
Banghole
200L 1 0.08
Korosif 2
Drum
Plastik
Kaleng Cat 2 1
Open
Top 200L 0.17
Drum Hidrogen Peroksida 5 0.42
Logam Barang
Reaktif 80 80
Open Terkontaminasi
Top 200L hidrokarbon 945 78.75
Drum Sludge Cat 3 0.25
Logam Lumpur Beroli 4 0.33
Beracun 4 4
Open Limbah Medis Padat 26 2.17
Top 200L Limbah Kimia Padat 5 0.42

22
Serat asbes 1 0.08
Silica glass 1 0.08
Limbah
Laboratorium Padat 2 0.17
Catridge Tinta 2 0.17
Battery Bekas 3 0.25
Household Baterai 1 0.08
Sumber : Hasil Perhitungan

Berdasarkan data jumlah blok di atas, maka dapat dibuat sketsa lay-out tempat penyimpanan
limbah B3 sebagai berikut.

Gambar 3.3.3.1 Sketsa lay-out tempat penyimpanan limbah B3

3.3.4 Pengangkutan Limbah B3


Pengangkutan B3 adalah kegiatan pemindahan B3 dari suatu tempat ke tempat lain
menggunakan sarana angkutan. Persyaratan pengangkutan limbah B3 adalah sebagai berikut :
a. Memiliki rekomendasi dan izin Pengangkutan
b. Jenis dan karateristik limbah yang diangkut sesuai dengan izin.
c. Dilengkapi Dokumen Limbah B3 / Manifest

23
d. Persyaratan alat angkut :
1. Alat angkut dan kemasan sesuai dengan karateristik limbah
2. Alat angkut dalam kondisi baik
3. Simbol dan label (Kepka No. Kep-02/Bapedal/09/1995)
e. Operator yang terlatih
f. Memiliki Emergency Response System
g. Memiliki SOP berupa bongkar muat, route/tujuan pengangkutan, dan jadwal.
h. Melakukan Pelaporan pengangkutan limbah B3

Tipe pengangkutan limbah B3 industri batubara pada industri ini adalah dari sumber yaitu
hasil pengolahan batubara PT Indomico Mandiri menuju PPLI (Perusahaan Pengolahan
Limbah Industri). Hal ini terkait limbah B3 yang sudah tidak bisa diolah secara mandiri lagi
oleh industri tersebut. Seperti contohnya limbah medis dari klinik perusahaan/industri dapat
diolah dengan teknologi insenerasi, namun di balik itu alat tersebut juga mengeluarkan abu
dari hasil pembakarannya, sehingga abu yang dihasilkan dari proses insenerasi ini yang akan
dikirim ke PPLI.

Pengangkutan Limbah B3 dari sumber menuju ke PPLI menggunakan alat angkut, sesuai
dengan jenis limbah B3 yang dihasilkan. Dikarenakan setiap alat angkut memiliki bentuk dan
kapasitas yang bermacam-macam. Berikut ini adalah alat angkutan limbah B3 yang
digunakan dalam perencanaan pengolahan limbah B3 PT Indominco Mandiri :

Tanker truck: Truk tangki merupakan salah satu alat transportasi yang pada umumnya
digunakan sebagai alat pengangkutan limbah B3. Tangki adalah bejana tekan dengan
kapasitas air lebih dari 250 liter yang digunakan untuk pengangkutan atau penyimpanan
sementara bahan berbahaya, terdiri dari tangki tetap dan tangki portabel. Truk tangki
digunakan untuk pengangkutan limbah dalam bentuk curah seperti pelumas bekas, filter oli
bekas, hose oli bekas, toner bekas, limbah medis, limbah kimia dan limbah laboratorium.
Dimana keselurahan limbah itu dalam bentuk cair. Berdasarkan keputusan dirjen
perhubungan darat tentang pengangkutan, kapasitas dari truk tangki bermacam-maca mulai
dari 5000 liter sampai 15.000 liter. Sehingga dalam perencanaan pengelolaan limbah B3 di
PT Indominco Mandiri ini menggunakan truk tangki dengan kapasitas maksimal yaitu 15.000
liter atau 15 m3.

24
Kontainer: merupakan salah satu alat transportasi yang pada umumnya digunakan sebagai
alat pengangkutan limbah B3 dalam bentuk non curah. Kontainer memiliki kapasitas volume
yang berbeda-beda.Kontainer digunakan dalam pengangkutan limbah B3 seperti drum bekas,
wadah sisa B3. Pengemasan dan pengangkutan limbah tersebut dalam container yang sama,
dikarenakan dalam bentuk kemasan langsung.

Drum van: merupakan salah satu alat transportasi yang pada umumnya digunakan sebagai
alat pengangkutan limbah B3 dalam bentuk non-curah. Dalam perencanaan pengelolaan
limbah B3 PT Indominco Mandiri didapatkan kapasitas maksimum drum van adalah 20.000
liter atau 20 m3. Biaya pengangkutan dari sumber ke tempat pengolahan atau yang lain, tidak
murah. Sehingga untuk pengangkutan harusnya se-efisien mungkin. Jenis–jenis limbah B3
yang termasuk dalam pengangkutan ke dalam drum van, yaitu; barang yang terkontaminasi
hidrokarbon, sludge cat, limbah hidrogen peroksida, abu insinerator, lumpur ber-oli, abu
batubara, limbah medis padat, aki bekas, limbah kimia padat, catridge tinta, hosehold baterai,
kaleng cat, komponen elektronik listrik, serat asbes, silica glass, dan limbah laboratorium
padat.

3.3.5 Pengolahan Limbah B3


Pengolahan limbah B3 ini bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran serta
kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh limbah B3. Setiap orang yang menghasilkan
limbah B3 diwajibkan untuk mengolah limbah B3 yang telah dihasilkan sesuai dengan
teknologi yang ada dan jika tidak mampu dilakukan pengolahan di dalam negeri dapat
diekspor ke Negara lain yang memiliki teknologi pengolaahan limbah B3.

PT. Indominco Mandiri menghasilkan beberapa jenis limbah B3 dari usaha pertambangan
batubara ini. Terdapat 23 jenis limbah B3 yang dihasilkan dari usaha pertambangan ini.
Berikut ini gambaran umum pengelolaan dari limbah B3 yang dihasilkan oleh PT Indominco
Mandiri:

1. Pelumas Bekas
Limbah B3 jenis pelumas bekas ini termasuk dalam limbah B3 yang memiliki
karakteristik beracun, mudah terbakar dan reaktif sehingga apabila tidak ditangani
pengolahannya dan pembuangannya maka akan membahayakan manusia dan lingkungan.
Dalam pengolahan limbah pelumas bekas ini dapat dilakukan dengan metode acid clay
25
treatment untuk mengkaji penurunan kadar Pb yang terkandung dalam pelumas bekas.
Acid clay treatment adalah suatu metode pengolahan yang digunakan pada pelumas bekas
dengan menggunakan penambahan asam dan lempung di dalam prosesnya. Asam kuat
yang digunakan pada metode ini adalah Asam Sulfat (H2SO4) dan lempung yang
digunakan yaitu lempung kaolin. . Hal ini bertujuan untuk menurunkan kadar zat-zat
pencemar yang terdapat di dalam limbah pelumas bekas. Metode pengolaahan ini
merupakan salah satu metode pengolahan dalam teknologi refining.
Prosedur pengelolaan pelumas bekas yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Sebanyak 10 mL H2SO4 2M dimasukkan kedalam 200 mL pelumas bekas kemudian
diaduk menggunakan jar test dengan kecepatan 150 rpm selama 5 menit.
b. Sampel yang telah diaduk diambil filtratnya sebanyak 150 mL.
c. Untuk variasi tingkat keasaman (pH), ditambah NaOH yang bervariasi dari masing-
masing sampel.
d. Kemudian dimasukkan adsorben berupa lempung kaolin yang telah diaktivasi,
dilakukan variasi adsorben untuk masing-masing sampel. Lalu diaduk dengan jar test
menggunakan kecepatan 100 rpm Selma 15 menit.
e. Dilakukan variasi waktu pengadukan sampel menggunakan jar test.
f. Masing-masing sampel yang telah dilakukan pengolahan kemudian diambil filtratnya
untuk diuji kadar Pb yang ada pada pelumas bekas. Setelah itu limbah bekas pelumas
ini kemudian dikirim ke PPLI.

2. Barang Terkontaminasi Hidrokarbon


Barang terkontaminasi Hidrokarbon tergolong limbah B3 karena dikarakteristikkan
sebagai limbah beracun, mudah terbakar, dan reaktif. Barang yang terkontaminasi oleh
hidrokarbon ini ada beberapa jenis, dibawah ini akan dibahas cara pengelolaan limbahnya
:
a. Tanah terkontaminasi hidrokarbon
 Dimasukkan ke dalam drum/bin/container limbah beroli (khusus untuk tanah
terkontaminasi hidrokarbon) selanjutnya dibawa ke bioremediation unit (BTU)
b. Bahan/penyerap majun yang terkontaminasi hidrokarbon
 Dimasukkan ke dalam drum/bin/container limbah beroli (khusus untuk majun
beroli) selanjutnya dibawa ke bioremediation unit (BTU)
c. Selang hidrolik yang terkontaminasi hidrokarbon

26
 Dimasukkan ke dalam drum/bin/container limbah beroli (khusus untuk selang
hidrolik beroli) selanjutnya dilakukan pengolahan lebih lanjut (yang berizin dan
disetujui)
d. Filter yang terkontaminasi hidrokarbon
 Dimasukkan ke dalam drum/bin/container limbah beroli (khusus untuk filter
beroli) selanjutnya dibawa ke insenerator
e. Air yang terkontaminasi hidrokarbon
 Untuk limbah oli kotornya diambil oleh Departemn Supply, dimasukkan dalam
tangki oli kotor kemudian dibawa ke decanting area, dikirim ke perusahaan
pengolah limbah B3 berijin dan disetujui.
 Untuk limbah lumpur beroli dimasukkan dalam drum/bin/container limbah
beroli (khusus untuk lumpur beroli) selanjutnya dibawa ke bioremediation unit
(BTU)

3. Filter Oli Bekas


Filter oli bekas merupakan limbah yang bersifat cair dan mempunyai karakteristik
beracun, mudah terbakar, dan reaktif. Limbah ini termasuk dalam limbah B3 yang perlu
dilakukan pengolahan. Pengelolaan yang dilakukan untuk limbah filter oli bekas dan hose
oli bekas hampir sama. Pengelolaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Storing
Hose Oli bekas dikumpulkan pada bak pengumpul dengan kapasitas tertentu.
b. De-watering
Oli bekas dari bak pengumpul akan dikenai proses penghilangan air (dehidrasi). Oli
ini akan dipanasi dengan suhu 150oC. Pada suhu ini air akan menguap dan terpisah
dari oli.
c. Cooling
Oli yang telah melewati proses dehidrasi akan didinginkan sampai suhu kamar. Oli
akan dipompa menuju bak pendingin.
d. Mixing
Oli bekas selanjutnya direaksikan dengan asam kuat, asam yang digunakan yaitu asam
sulfat. Pereaksi dengan asam ini bertujuan untuk mengembalikan performa oli yang
telah rusak. Pereaksikan dengan asam ini oli akan berubah menjadi 2 fase, yaitu fase

27
beningan berupa oli yang sudah baik dan fase padat yang berupa kotoran yang telah
mengumpul.
e. Dekanting
Oli dari mixer dipompa menuju bak penampung. Bak penampung ini berfungsi
sebagai fase pemisah beningan dan padatan.
f. Adsorbing
Oli akan dipompa menuju bak penjernih. Oli dalam bak penjernih akan diaduk
bersamaan dengan bentonit sebagai adsorbent.
g. Filtrasi
Hose oli bersama dengan bentonit akan dilakukan proses penyaringan. Dilakukan
proses ini supaya hose oli bekas yang didapat dalam keadaan bening. Bentonit akan
tertahan dengan kotoran yang terikat sehingga hose oli akan tersaring.
h. Penampungan akhir
Limbah hose oli hasil filtrasi harus dalam karakteristik yang baik dan terjamin
kualitasnya.

4. Hose Oli Bekas


Hose oli bekas merupakan limbah yang bersifat cair dan mempunyai karakteristik
beracun, mudah terbakar, reaktif dan eksplosif bila tidak ditangani pengolahannya dan
membuangnya tanpa diolah akan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
Filter oli bekas ini akan diolah dengan metode refining. Tujuan diolah yaitu supaya filter
bekas oli ini bisa digunakan kembali. Metode pengelolaan ini dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Storing
Hose Oli bekas dikumpulkan pada bak pengumpul sengan kapasitas tertentu.
b. De-watering
Oli bekas dari bak pengumpul akan dikenai proses penghilangan air (dehydrasi). Oli
ini akan dipanasi dengan suhu 1500C. Pada suhu ini air akan menguap dan terpisah
dari oli.
c. Cooling
Oli yang telah melewati proses dehydrasi akan didinginkan sampai suhu kamar. Oli
akan dipompa menuju bak pendingin.
d. Mixing

28
Oli bekas selanjutnya direaksikan dengan asam kuat, asam yang digunakan yaitu asam
sulfat. Pereaksi dengan asam ini bertujuan untuk mengembalikan performa oli yang
telah rusak. Pereaksikan dengan asam ini oli akan berubah menjadi 2 fase, yaitu fase
beningan berupa oli yang sudah baik dan fase padat yang berupa kotoran yang telah
mengumpul.
e. Dekanting
Oli dari mixer dipompa menuju bak penampung. Bak penampung ini berfungsi
sebagai fase pemisah beningan dan padatan.
f. Adsorbing
Oli akan dipompa menuju bak penjernih. Oli dalam bak penjernih akan diaduk
bersamaan dengan bentonit sebagai adsorbent.
g. Filtrasi
Hose oli bersama dengan bentonit akan dilakukan proses penyaringan. Dilakukan
proses ini supaya hose oli bekas yang didapat dalam keadaan bening. Bentonit akan
tertahan dengan kotoran yang terikat sehingga hose oli akan tersaring.
h. Penampungan akhir
Limbah hose oli hasil filtrasi harus dalam karakteristik yang baik dan terjamin
kualitasnya.

5. Drum Bekas
Drum bekas dari PT Indominco Mandiri ini tergolong limbah B3 karena
dikarakteristikkan sebagai limbah korosif. Drum bekas ini daya jualnya masih diminati
oleh beberapa kalangan karena banyak sekali manfaatnya. Sebagian besar drum bekas ini
hanya dicuci hingga bersih dan tidak dilakukan pengolahan apa-apa. Setelah dilakukan
pencucian dengan bersih, drum bekas ini akan diperjual belikan dan dimanfaatkan dengan
beberapa ide kreatif. Salah satunya yaitu dimanfaatkan sebagai tempat sampah. Walaupun
sebenarnya drum bekas tergolong limbah B3, akan tetapi dengan kekreativitasan produksi
dapat dimanfaatkan dengan beberapa keahlian khusus.

6. Sludge Cat
Sludge cat tergolong limbah B3 yang dihasilkan oleh PT Indominco Mandiri karena
memiliki karakteristik beracun sehingga perlu dilakukan penanganan serta pengolahan.
Pengelolaan limbah Sludge cat yaitu sebagai berikut :
a. Di tempatkan pada wadah khusus limbah residu cat yang dibuat dari plastik.
29
b. Dilengkapi simbol beracun dengan ukuran minimum 10 cm x 10 cm, label dan kode
limbah yang sesuai.
c. Untuk kaleng cat yang sudah kosong bisa dibuang seperti limbah besi.
d. Kemudian dikirim ke TPS berijin dalam kondisi kering dan tidak lembab.
e. Setelah sampai di PPLI, dilakukan pengstabilan senyawa-senyawa organik yang
terkandung di dalam lumpur.
f. Direduksi volume dengan mengurangi kandungan air.
g. Direduksi organisme patogen.
h. Memanfaatkan hasil samping proses pengolahan yang memiliki nilai ekonomi sebagai
berikut ini :
Pemanfaatan Sludge cat sebagai bahan utama dalam pembuatan bata kontruksi paving
blok . Hal ini dapat mengurangi penggunaan semen sehingga pembuatan bata
kontruksi paving bisa lebih ekonomis. Limbah yang awalnya member dampak
negative pada masyarakat kini bisa memberikan dampak yang positif dalam bidang
industri. Pengolahan sludge cat ini menjadi bahan bangunan paving block cukup
menguntungkan beberapa pihak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
i. Mengkondisikan agar lumpur yang dilepaskan ke lingkungan dalam keadaan aman
dan dapat diterima oleh lingkungan.

7. Wadah (container) B3
Wadah (container) B3 ini bersifat korosif. Wadah ini memiliki nilai jual yang cukup
tinggi dan diminati oleh banyak orang seprti drum bekas tadi. Kalau memang sudah tidak
layak lagi mungkin akan di musnahkan, akan tetapi kalau masih bisa dimanfaatkan
kembali mungkin hanya akan di cat atau di renovasi lagi sehingga bisa dimanfaatkan
kembali.

8. Toner Bekas
Toner bekas ini berbentuk cair dan memiliki karakteristik mudah terbakar sehingga
bersifat B3. Pengolahan limbah B3 toner bekas harus dikelola oleh pengolah berijin
walaupun hanya termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun yang cukup ringan.
Karena bersifat ringan inilah mungkin tidak bisa dikembalikan lagi kepada pemasok
mupun penjual. Sebagian masyarakat sudah mengetahui bahwa plastik menjadi bahan
dasar untuk membuat tempat penampung tintanya, sehingga proses pendaur ulangannya

30
sama seperti pendaur ulangan plastik biasa. Namun isi dari toner ini mengandung karbon
hitam sehingga harus dibersihkan terlebih dahulu.

Jika Toner berisi tinta cair, maka air limbah cucian harus diproses supaya tidak
mencemari sumber air dan tanah sekitar. Sedangkan jika toner berisikan pewarna sebuk
maka jangan dilakukan pembersihan secara manual karena dapat mengganggu kesehatan
pekerja. Pengelolaan yang tepat yairu dilakukan pembakaran di incenerator dengan suhu
1200oC.

9. Limbah Hidrogen Peroksida


Limbah hidrogen peroksida bersifat eksplosif dan karsinogenetik sehingga perlu
dilakukan pengolahan dengan beberapa cara khusus. Senyawa ini merupakan bahan kimia
anorganik yang memiliki sift oksidator yang kuat. Reaksi dekomposisi hydrogen
peroksida menghasilkan air dan panas. Hydrogen peroksida ini bukan merupakan
senyawa yang aman bagi manusia. Pengolahan limbah ini membutuhkan biaya yang
cukup besar. Pengolahannya yaitu dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Menambahkan enzim katalase secara kontinyu kedalam bak pengolahan air buangan
untuk menggantikan katalase yang rusak selama proses penguraian limbah hidrogen
peroksida.
b. Menurunkan suhu atau pH air limbah kedalam kondisi yang dapat ditolerir oleh enzim
katalase konvensional.

Pengolahan ini memerlukan biaya yang cukup tinggi, energi yang dibutuhkan juga besar
dan waktu yang lama untuk mengolah limbah hidrogen peroksida ini hingga menjadi air
murni dan oksigen.

10. Abu Incenerator (fly ash dan bottom ash)


Limbah B3 yang telah dibakar di incinerator akan menghasilkan abu yang bersifat
beracun, korosif, dan mudah terbakar. Abu hasil pembakaran limbah B3 ini ada yang
sudah steril tapi ada juga yang masih mengandung bahan beracun dan berbahaya. Berikut
ini adalah pengelolaan limbah hasil abu pembakaran limbah B3 di incinerator:
a. Abu insenerator harus ditempatkan pada tempat khusus abu insenerator.
b. Wadah penyimpanan abu insenerator dilengkapi dengan simbol ukuran minimum 10
cm x 10 cm, dilengkapi juga dengan label dan kode limbah untuk abu batubara.
31
c. Wadah dalam kondisi kering.
d. Selain itu, bekas abu incinerator ini bisa digunakan sebagai bahan tambahan bahan-
bahan bangunan seperti genteng, batu bata, dll.
e. Sampai di PPLI limbah abu incinerator akan diolah dengan menggunakan sanitary
landfill.

11. Lumpur ber-oli


Lumpur ber-oli tergolong limbah B3 karena beracun sehingga perlu dilakukan
pengolahan. Pengolahan limbah lumpur beroli ini hampir sama dengan pengolahan
limbah sludge cat. Pengolahan limbah Lumpur beroli yaitu sebagai berikut :
a. Tempatkan pada wadah khusus yang terbuat dari plastik limbah lumpur beroli .
b. Lengkapi simbol beracun dengan ukuran minimum 10 cm x 10 cm, label dan kode
limbah yang sesuai.
c. Lalu kirim ke TPS berijin dalam kondisi kering dan tidak lembab.
d. Setelah sampai di PPLI, dilakukan pengstabilan senyawa-senyawa organik yang
terkandung di dalam lumpur.
e. Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air.
f. Mereduksi organism patogen
g. Memanfaatkan hasil samping proses pengolahan yang memiliki nilai ekonomi sebagai
berikut ini :
Pemanfaatan limbah lumpur beroli sebagai bahan utama dalam pembuatan bata
kontruksi paving blok. Hal ini dapat mengurangi penggunaan semen sehingga
pembuatan bata kontruksi paving bisa lebih ekonomis. Limbah yang awalnya member
dampak negative pada masyarakat kini bisa memberikan dampak yang positif dalam
bidang industri. Pengolahan sludge cat ini menjadi bahan bangunan paving block
cukup menguntungkan beberapa pihak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI).
h. Mengkondisikan agar lumpur yang dilepaskan ke lingkungan dalam keadaan aman
dan dapat diterima oleh lingkungan.

12. Abu Batubara (fly ash dan bottom ash)


Limbah abu batubara ini berasal dari hasil pembakaran batubara, ini tergolong limbah B3.
Pengolahan limbah abu batubara dan limbah abu incinerator sama. Abu hasil pembakaran
batubara kemungkinan mengandung bahan berbahaya dan beracun sehingga perlu
32
dilakukan pengelolaan. Berikut ini adalah pengelolaan limbah hasil abu pembakaran
limbah B3 di incinerator:
a. Abu batubara harus ditempatkan pada tempat khusus penampungan abu hasil
pembakaran.
b. Wadah penyimpanan abu batubara dilengkapi dengan simbol ukuran minimum 10 cm
x 10 cm, dilengkapi juga dengan label dan kode limbah untuk abu batubara.
c. Jaga wadah dalam kondisi kering.
d. Selain itu, bekas abu batubara ini bisa digunakan sebagai bahan tambahan bahan-
bahan bangunan seperti genteng, batu bata, dll.
e. Pengelolaan abu batubara dilakukan dengan sanitary landfill

13. Limbah Medis


Limbah medis tergolong limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang diperlukan
pengelolaan khusus dan tidak boleh ditangani secara sembarangan. Limbah Medis perlu
dimusnahkan menggunakan teknologi incinerator dengan sistem Stepped Heart
Controlled Air Incenerator dengan 2 proses pembakaran yaitu Primary Chamber dan
Secondary Chamber. Incinerator untuk limbah medis yaitu inceneator dengan kapasitas 6-
12 ton per hari atau yang dapat memusnahkan limbah B3 medis kurang lebih 500 kg per
jam, dan dilengkapi dengan Air Pollution Control yang berfungsi khusus untuk
menetralkan emisi gas buangan partikel-partikel, acid gas, toxic metal, organic
compound, CO serta dioxin dan furan sehingga gas buangan yang dikeluarkan memenuhi
parameter yang telah ditetapkan.

PLLI menyediakan jasa eksklusif dalam pengelolaan limbah B3 medis yang mempunyai
peranan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dan menjamin kelangsungan
lingkungan hidup yang sehat dan aman. Dapat ditawarkan pengelolaan dengan jasa
terpadu sebagai berikut :
a. Pelatihan dalam pengolahan limbah medis dalam lingkungan perushaan
b. Penyewaan wadah penampung limbah medis
c. Pengangkutan limbah medis ke tempat pemusnahan akhir
d. Pembakaran dan pemusnahan akhir menggunakan incinerator dengan teknologi
mutakhir
e. Pengolahan abu sisa pembakaran dengan sanitary landfill

33
f. Pencatatan neraca limbah medis untuk dilaporkan kepada Kementrian Lingkungan
Hidup

14. Battery Bekas (Aki)


Battery bekas (Aki) digolongkan dalam limbah B3. Pengolahan limbah B3 jenis ini dapat
dilakukan sebagai berikut :
a. Memasang simbol korosif pada wadah/tempat sampah untuk limbah aki.
b. Untuk aki basah diperiksa dahulu kondis akinya sebelum dibuang, jika ada kebocoran,
maka air aki dipindah dahulu pada jerigen yang tersedia untuk air aki.
c. Dipisahkan aki yang masih ada air akinya dengan yang sudah tidak ada air akinnya.
d. Dipisahkan aki kering dan aki basah, gunakan palet yang berbeda.
e. Dilakukan pengecekan rutin untuk memeriksa jika terjadi kebocoran
f. Penyimpanan aki bekas di area penghasil (tempat sampah) tidak lebih dari 30 hari.
g. Digunakan absorben khusus jika terjadi kebocoran atau tumpahan.
h. Disimpan absorben pada wadah bahan/material terkontaminasi hidrokarbon
i. Penyimpanan aki tidak boleh lebih dari 90 hari.

15. Limbah Kimia


Limbah kimia ini ada yang cair dan juga ada yang padat dan memiliki sifat beracun,
reaktif, mudah terbakar, korosif dan eksplosif. Untuk limbah yang bersifat padat
dilakukan pembakaran di incinerator. Dapat dilakukan pengolahan secara fisik maupun
kimia untuk limbah yang bersifat cair yaitu sebagai berikut :
a. Penampungan air limbah pada bak penampung, waktu tinggal dalam bak penampung
ditetapkan kurang lebih 12 jam.
b. Proses Netralisasi
Air limbah pada bak dialirkan kedalan tangki netralisasi dan ditambah bahan kimia
bersifat basa untuk menaikkan derajad keasaman hingga maksimum pH 8. Pada
tangki ini waktu tinggalnya kurang lebih 5-10menit dan disertai dengan pengadukan
berkecepatan 50-100 rpm. Dipasang pula pH control agar pH air limbah tidak begitu
tinggi sehingga tidak mempersulit proses koagulasi.
c. Proses Koagulasi
Air limbah yang telah mengalami proses netralisasi akan dialirkan ke bak koagulasi.
Pada bak koagulasi akan ditambahkan aluminium sulfat (tawas) lalu dilakukan
pengadukan cepat dengan kecepatan 100 rpm dan waktu tinggal 5-15 menit.
34
d. Proses Flokulasi
Pada bak flokulasi akan ditambahakan bahan kimia ploy aluminium chloride (PAC)
atau flokulan lainnya. Pada bak flokulasi dilakukan pengadukan lambat dengan
kecepatan <50 rpm dan waktu tinggal 30-45 menit.
e. Proses Pemisahan Flok I
Air limbah yang telah mengalami proses flokulasi akan dialirkan menuju bak clarifier.
Pada bak clarifier akan terjadi pemisahan antara air limbahdan flok yang sudah
terentuk.
f. Proses Pemisahan Flok II
Flok yang keluar dalam bagian bawah clarifier dialirkan menuju bak sand filter.bak
sand filter terdiri dari 2 bagian, hal ini dilakukan agar pemisahan flok dapat dilakukan
secara kontinyu.
g. Analisa Air Hasil Pengolahan
Air limbah yang keluar perlu dilakukan analisis untuk meyakinkan kualitas air limbah
aman untuk dibuang.

16. Catridge Tinta


Catridge tinta ini merupakan limbah padat yang beracun yang hampir sama dengan
limbah toner bekas. Beberapa cara pengelolaan yang dilakukan untuk jenis limbah ini
yaitu sebagai berikut:
a. Limbah catridge tinta dapat dikirim ke supplier asalnya.
b. Jika tidak pastikan catridge tinta dalam kondisi kering sebelum diolah.
c. Limbah catridge tinta tersebut ditempatkan pada wadah khusus limbah catridge tinta
yang dibuat dari plastik.
d. Dipasang simbol beracun dengan ukuran minimum 10 cm X 10 cm, label dan kode
limbah yang sesuai.
e. Kemudian dikirim ke TPS berijin dalam kondisi kering dan tidak lembab.
f. Pengolahan limbah yang dilakukan oleh PPLI antara lain adalah sebagai berikut :
Pengolahan limbah B3 catridge tinta harus dikelola oleh pengolah berijin walaupun
hanya termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun yang cukup ringan. Karena
bersifat ringan inilah mungkin tidak bisa dikembalikan lagi kepada pemasok mupun
penjual. Sebagian masyarakat sudah mengetahui bahwa plastik menjadi bahan dasar
untuk membuat tempat penampung tintanya, sehingga proses pendaur ulangannya

35
sama seperti pendaur ulangan plastik biasa. Namun isi dari catridge ini mengandung
karbon hitam sehingga harus dibersihkan terlebih dahulu.

Jika catridge berisi tinta cair, maka air limbah cucian harus diproses supaya tidak
mencemari sumber air dan tanah sekitar. Sedangkan jika catridge berisikan pewarna
sebuk maka jangan dilakukan pembersihan secara manual karena dapat mengganggu
kesehatan pekerja. Pengolahan yang tepat yairu dilakukan pembakaran di incinerator
dengan suhu 1200oC.

17. Household Baterai


Household Baterai dalam bentuk padat bersifat beracun dan eksplosif. Household baterai
mengandung berbagai logam berat seperti merkuri, mangan, timbale, cadmium, nikel dan
lithium yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Pengelolaan limbah
jenis ini dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Pastikan Household dalam kondisi kering sebelum dibuang.


b. Tempatkan pada wadah khusus limbah household baterai yang dibuat dari plastik.
c. Lengkapi simbol beracun dengan ukuran minimum 10 cm X 10 cm, label dan kode
limbah yang sesuai.
d. Lalu kirim ke PLLI berijin dalam kondisi kering dan tidak lembab.
e. Sampai di PLL dilakukan pengolahan household baterai yaitu dengan cara didaur
ulang, sementara komponen seperti cadmium dan mangan akan dinetralisir dan
kemudian dikubur dengan mekanisme yang sudah memenuhi standar manajemen
limbah agar tidak mencemari air tanah.

18. Kaleng Cat


Limbah kaleng cat berbentuk padat dan bersifat beracun serta korosif. Pengolahan limbah
kaleng cat ini hampir sama dengan pengolahan drum bekas dan wadah (container) B3.
Kaleng cat ini daya jualnya masih diminati oleh beberapa kalangan karena banyak sekali
manfaatnya walopun ukurannya yang cukup kecil. Sebagian besar kaleng cat ini hanya
dicuci hingga bersih dan tidak dilakukan pengolahan apa-apa. Setelah dilakukan
pencucian dengan bersih, drum bekas ini akan diperjual belikan dan dimanfaatkan dengan
beberapa ide kreatif. Walaupun sebenarnya kaleng cat tergolong limbah B3, akan tetapi
dengan kekreativitasan produksi dapat dimanfaatkan dengan beberapa keahlian khusus.
36
19. Komponen Elektronika dan Listrik
Komponen elektronika dan listrik tergolong limbah B3 dalam bentuk padat dan bersifat
beracun, mudah terbakar, serta eksplosif. Untuk menangani masalah limbah komponen
elektronika dan listrik ini, seharusmya dilakukan pengiriman kembali kepada pihak
produksi barang karena sampai saat ini masalah limbah B3 komponen elektronik dan
listrik sebagian besar tidak dikelola.

20. Serat Asbes


Serat asbes ini dihasilkan dari kegiatan produksi perusahaan PT Indominco Mandiri Tbk.
Limbah ini berbentuk padat dan memiliki sifat beracun. Pengelolaanan limbah dapat
dilakukan sebagai berikut :
a. Limbah asbes harus ditempatkan pada wadah khusus limbah asbes.
b. Dilengkapi dengan simbol ukuran minimum 10 cm x 10 cm, dilengkapi juga dengan
label dan kode limbah yang sesuai.
c. Lalu kirim ke PPLI berijin dalam kondisi kering dan tidak lembab.
d. Serat asbes ini dapat dikelola dan dimanfaatkan sebagai berikut :
Pemanfaatan limbah serat asbes sebagai bahan utama dalam pembuatan bata kontruksi
paving blok. Hal ini dapat mengurangi penggunaan semen sehingga pembuatan bata
kontruksi paving bisa lebih ekonomis. Limbah yang awalnya member dampak
negative pada masyarakat kini bisa memberikan dampak yang positif dalam bidang
industri. Pengolahan sludge cat ini menjadi bahan bangunan paving block cukup
menguntungkan beberapa ihak sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

21. Silica Glass


Silica glass termasuk dalam limbah B3. Jenis limbah ini sangat sulit untuk diolah
sehingga mungkin limbah silica glass ini akan dihancurkan hingga terbentuk kepingan
kecil-kecil lalu dimanfaatkan sebagai bahan dasar perhiasan. Selain itu juga dapat
dimanfaatkan sebagai batu-batu hiasan melalui proses pelelehan.

22. Limbah Laboratorium


Limbah laboratorium ini sama seperti limbah kimia yang telah dihasilkan. Limbah
laboratorium ini ada yang padat dan cair. Limbah padat dikarakteristikkan sebagai limbah
beracun sedangkan limbah cair dikarakteristikkan sebagai limbah reaktif, mudah terbakar,
37
irritant, korosif dan eksplosif. Pengolahan limbah laboratorium yang bersifat padat dapat
dilakukan pembakaran di incinerator. Dapat dilakukan pengolahan secara fisik maupun
kimia untuk limbah yang bersifat cair yaitu sebagai berikut :
a. Penampungan air limbah pada bak penampung, waktu tinggal dalam bak penampung
ditetapkan kurang lebih 12 jam
b. Proses Netralisasi
Air limbah pada bak dialirkan kedalan tangki netralisasi dan ditambah bahan kimia
bersifat basa untuk menaikkan derajad keasaman hingga maksimum pH 8. Pada
tangki ini waktu tinggalnya kurang lebih 5-10menit dan disertai dengan pengadukan
berkecepatan 50-100 rpm. Dipasang pula pH control agar PH air limbah tidak begitu
tinggi sehingga tidak mempersulit proses koagulasi.
c. Proses Koagulasi
Air limbah yang telah mengalami proses netralisasi akan dialirkan ke bak koagulasi.
Pada bak koagulasi akan ditambahkan aluminium sulfat (tawas) lalu dilakukan
pengadukan cepat dengan kecepatan 100 rpm dan waktu tinggal 5-15 menit.
d. Proses Flokulasi
Pada bak flokulasi akan ditambahakan bahan kimia ploy aluminium chloride (PAC)
atau flokulan lainnya. Pada bak flokulasi dilakukan pengadukan lambat dengan
kecepatan <50 rpm dan waktu tinggal 30-45 menit.
e. Proses Pemisahan Flok I
Air limbah yang telah mengalami proses flokulasi akan dialirkan menuju bak clarifier.
Pada bak clarifier akan terjadi pemisahan antara air limbahdan flok yang sudah
terentuk.
f. Proses Pemisahan Flok II
Flok yang keluar dalam bagian bawah clarifier dialirkan menuju bak sand filter.bak
sand filter terdiri dari 2 bagian, hal ini dilakukan agar pemisahan flok dapat dilakukan
secara kontinyu.
g. Analisa Air Hasil Pengolahan
Air limbah yang keluar perlu dilakukan analisis untuk meyakinkan kualitas air limbah
aman untuk dibuang.

23. Pestisida
Pestisida merupakan limbah yang bersifat cair dan dikarakteristikkan sebagai limbah yang
reaktif, beracun dan korosif. Limbah pestisida dapat dikelola sebagai berikut :
38
a. Penanggulangan limbah pestisida ini dilakukan dengan cara klorinasi, pengendapan
dan pembakaran.
b. Dilakukan penambahan katalis ziloid untuk mempermudah dalam pengolahan limbah
pestisida.
c. Akan tetapi banyak timbul masalah baru dari tahap pengolahan diatas, sehingga
dilakukan pengolahan sebagai berikut: untuk Limbah B3 jenis peptisida ini, dilakukan
pembakaran di incinerator dengan suhu minimum 1200oC, waktu retensinya
tergantung pada fase kandungan limbah pestisidanya.

39
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

a. Secara umum, limbah bahan berbahaya dan beracun yang dihasilkan oleh PT. Indominco
Mandiri baik dari lingkungan perkantoran, lingkungan bengkel, lingkungan perumahan,
dan area pertambangan antara lain Toner bekas, Catridge tinta, Household baterai, Aki
bekas (basah dan kering), Oli bekas, Grease bekas, Pelumas bekas Drum Bekas, Sludge
cat, Kaleng cat, Filter oli bekas, Hose oli bekas, Material terkontaminasi hidrokarbon
(majun, sarung tangan, absorben, selang hidrolik, dan lumpur dari perangkap oli),
Lumpur / tanah terkontaminasi hidrokarbon (dari tumpahan dan dari oil trip), Komponen
elektronika dan listrik (PCB dll), Serat asbes, Abu batu bara (fly ash dan bottom ash),
Abu insenerator (fly ash dan bottom ash), Silica glass, Limbah medis (obat kadaluwarsa,
jarum suntik, perban, organ tubuh), Limbah labolatorium, Limbah Hidrogen Peroksida,
Pestisida, Bahan kimia berbahaya dan beracun (sisa dan kadaluwarsa), Wadah (container)
bahan berbahaya dan beracun, Limbah B3 lainnya.
b. Karakteristik dari limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang dihasilkan oleh PT.
Indominco mandiri antara lain bersifat mudah terbakar, reaktif, korosif, infeksius, dan
beracun.
c. Pada PT. Indominco Mandiri ini penanganan yang dilakukan antara lain untuk limbah
bahan berbahaya dan beracun yang dapat diolah (pelumas bekas, barang terkontaminasi
hidrokarbon, filter oli bekas, hose oli bekas, sludge cat, toner bekas, limbah kimia, kaleng
cat, silica glass, limbah laboratorium, dan pestisida) terlebih dahulu diolah dengan
metode yang sesuai dengan sifat dan karakteristik limbah B3 tersebut dan hasil sisa dari
pengolahan limbah B3 tersebut kemudian dikirim ke Perusahaan Pengolahan Limbah
Industri (PPLi) sedangkan untuk limbah B3 yang tidak dapat terolah (abu insenerator,
limbah medis, battery bekas aki, limbah medis, catridge tinta, Household Baterai, serat
asbes) dilakukan pelabelan, pengemasan, disimpan kemudian dikirim ke Perusahaan
Pengolahan Limbah Industri untuk pengolahan lebih lanjut.

40
DAFTAR PUSTAKA

Anonim . -. Pengelolaan Limbah B3.


http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1994/12/16/0004.html diakses tanggal 24
November 2013.

Damanhuri, Enri. 2010. Diktat Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Jurusan
Teknik Lingkungan. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan ITS; Surabaya.

Sari, Kumala Tika, dkk. 2013. Makalah Pengelolaan Limbah B3; Pengelolaan Limbah B3
PT. Indominco Mandiri. Jurusan Teknik Lingkungan. Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan ITS; Surabaya.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun.

41

Anda mungkin juga menyukai