Anda di halaman 1dari 9

TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL 4, NO 2, 2014

PENGARUH KARAKTER EKSEKUTIF DAN KONEKSI POLITIK


TERHADAP TAX AVOIDANCE

Stella Butje dan Elisa Tjondro


Akuntansi Pajak Universitas Kristen Petra
Email : stellabuce@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh karakter eksekutif dan koneksi politik terhadap tax
avoidance. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 74 perusahaan yang berasal dari perusahaan
non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2009-2013. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan menggunakan program SPSS. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa karakter eksekutif dan koneksi politik berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
Sedangkan untuk variabel kontrol ukuran perusahaan, leverage, pertumbuhan penjualan dan sektor industri
kecuali industri 7 berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.

Kata kunci: tax avoidance, karakter eksekutif, koneksi politik.

ABSTRACT
This study was conducted to examine the influence of executive character and political connections against tax
avoidance. The samples were 74 companies from non-financial companies listed in the Indonesia Stock Exchange
during the years of 2009-2013. Data analysis technique used was multiple linear regression analysis by using
SPSS. The results showed that the executive character and political connections significantly affected on tax
avoidance. As the control variable size, leverage, sales growth, industrial sectors except industry 7 significantly
influence on tax avoidance.

Keyword : tax avoidance, executive character, political connections.

PENDAHULUAN Dalam menjalankan roda bisnis sasaran


utama bagi semua perusahaan adalah memperoleh

1
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL 4, NO 2, 2014

laba maksimal dengan pengeluaran minimal, salah yang memiliki keahlian untuk mengamati sekaligus
satu bentuk pengeluaran yang paling dihindari membuat skema penghindaran pajak sesuai
perusahaan adalah pembayaran pajak. Tinggi keinginan eksekutif (Dyreng et al.,2009). Budiman
rendahnya pembayaran pajak tergantung pada laba (2012) menyatakan semakin eksekutif bersifat risk
yang dihasilkan perusahaan sehingga dapat taker akan semakin tinggi tingkat penghindaran
dikatakan laba dan pajak memiliki hubungan searah pajak yang dilakukan perusahaan.
karena semakin tinggi laba semakin tinggi pula pajak Leuz dan Gee (2006) menyatakan dalam
yang dibayarkan. Pajak dipandang sebagai beban menyusun strategi bersaing perusahaan harus
yang harus dikurangkan, salah satu cara mampu mencari dan memanfaatkan peluang dalam
mengurangkan beban pajak adalah dengan lingkungan bisnis, salah satunya melalui koneksi
melakukan tax avoidance. Menurut Zain (2008) tax politik. Faccio (2006) menyatakan dorongan
avoidance adalah salah satu contoh tax planning perusahaan untuk memiliki koneksi politik telah
yang dapat dilakukan melalui proses pengelolaan mendapat perhatian khusus dari para pengamat
laba untuk mengurangi pengenaan pajak yang tidak ekonomi karena adanya indikasi perlakuan istimewa
diinginkan perusahaan. Walaupun tax avoidance dari pemerintah, terlebih bagi perusahaan yang
sering merugikan negara karena menurunkan dimiliki langsung oleh pejabat atau orang yang
penerimaan, pemerintah tidak dapat menjatuhkan memegang posisi penting di dalam pemerintahan.
sanksi karena secara hukum tidak ada aturan yang Perusahaan dikatakan memiliki koneksi politik
dilanggar. Tax avoidance bersifat unik karena dari apabila minimal salah satu pemegang saham utama
sisi perusahaan sah untuk dilakukan tetapi tidak (orang yang memiliki paling tidak 10 persen dari
selalu diinginkan dari sisi pemerintah (Mahardani total hak suara) atau salah satu pimpinan (CEO,
dan Suardana, 2014). presiden, wakil presiden, ketua atau sekretaris)
merupakan anggota parlemen, menteri atau memiliki
Menurut Prebble et al. (2012) tax avoidance relasi dengan politikus atau partai politik
adalah tindakan mengambil keuntungan dengan (Faccio,2006).
memanfaatkan kelemahan hukum yang ada untuk Sejalan dengan penelitian Leuz dan Gee
mengecilkan pajak terutang. Sejalan dengan Prebble, (2006) dan Faccio (2006) tentang koneksi politik,
Dyreng et al. (2008) menyatakan perusahaan yang Kim dan Zhang (2013) menghubungkan koneksi
melakukan tax avoidance tidak selalu salah karena politik perusahaan terhadap tindakan pajak agresif
ada banyak ketentuan dalam pajak yang mendorong dan menemukan hasil penelitian yang kurang lebih
perusahaan untuk mengurangi pajak, ditambah sama. Perusahaan yang memiliki koneksi politik
dengan adanya batasan hukum yang tidak jelas (grey akan mendapat perlindungan dari pemerintah,
area) khususnya untuk transaksi yang bersifat memiliki akses mudah untuk memperoleh pinjaman
kompleks. Sifat tax avoidance yang sah menurut modal, resiko pemeriksaaan pajak rendah sehingga
hukum membuat pemerintah tidak dapat membuat perusahaan makin agresif melakukan tax
menjatuhkan sanksi bahkan ketika ada indikasi planning yang berakibat pada keburaman
skema tax avoidance akan dilakukan oleh transparansi keuangan. Berbagai macam hak-hak
perusahaan. Wang (2010) menyatakan tax avoidance istimewa dapat diperoleh perusahaan dengan koneksi
adalah alat untuk melakukan tax saving dengan politik bahkan saat terjadi krisis keuangan
mengalihkan sumber daya yang seharusnya perusahaan akan mudah mendapat dana talangan dari
diberikan untuk negara kepada para pemegang pemerintah (bailout).
saham agar nilai after tax perusahaan meningkat. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti
Pernyataan bahwa eksekutif memegang ingin meneliti pengaruh karakter eksekutif dan
peranan penting dalam menentukan skema koneksi politik terhadap tax avoidance pada
penghindaran pajak perusahaan diperkuat oleh perusahaan non keuangan yang sahamnya terdaftar
penelitian yang dilakukan oleh Dyreng et al. (2008) di Bursa Efek Indonesia berturut-turut selama tahun
dan Budiman (2012). Peranan eksekutif tidak hanya 2009-2013.
mampu menambah nilai perusahaan tetapi juga
memiliki kecenderungan untuk mendukung RUMUSAN MASALAH
penghindaran pajak. Pada awalnya, sulit untuk
dibayangkan bagaimana eksekutif yang terdiri dari 1. Apakah karakter eksekutif berpengaruh
CEO, CFO dan top eksekutif lainnya memiliki peran signifikan terhadap tax avoidance?
dalam penghindaran pajak mengingat hampir tidak 2. Apakah koneksi politik berpengaruh
ada eksekutif yang benar-benar ahli dalam pajak atau signifikan terhadap tax avoidance?
bahkan memiliki latar belakang dalam bidang
keuangan. Salah satu cara yang dilakukan eksekutif Tax Avoidance
adalah dengan menempatkan orang kepercayaan

2
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL 4, NO 2, 2014

Tax avoidance adalah alat untuk melakukan Karakter Eksekutif


tax saving dengan mengalihkan sumber daya yang
seharusnya diperuntukkan untuk negara kepada para Setiap perusahaan memiliki seorang
pemegang saham yang mampu menaikkan nilai pemimpin yang menduduki posisi teratas baik
after-tax perusahaan. Wang (2010) mengatakan agar sebagai top eksekutif maupun top manajer, dimana
jumlah pendapatan yang sebenarnya tidak diketahui setiap pimpinan memiliki karakter-karakter tertentu
oleh otoritas pajak manajer seringkali mencoba untuk memberikan arahan dalam menjalankan
untuk menutupi atau mengaburkan informasi dalam kegiatan usaha sesuai dengan tujuan yang ingin
laporan keuangan yang mengarah pada tax dicapai perusahaan (Pranata, 2014). Setiap individu
avoidance. pimpinan perusahaan sebagai eksekutif memiliki dua
Menurut Zain (2007) tax avoidance karakteristik yaitu risk taker dan risk averse.
merupakan contoh dari tax planning yang dapat Eksekutif yang bersifat risk taker akan lebih berani
dilakukan melalui proses pengelolaan laba untuk mengambil resiko dalam berbisnis karena adanya
mengurangi pengenaan pajak yang tidak diinginkan paham bahwa semakin tinggi resiko yang diambil
perusahaan sehingga perusahaan dapat melakukan akan semakin tinggi keuntungan yang diperoleh.
tax saving. Untuk menjaga tax avoidance agar tetap Banyaknya keuntungan yang ditawarkan seperti
sesuai dengan peraturan yang berlaku, perusahaan kekayaan melimpah, penghasilan tinggi, kenaikan
memerlukan ahli keuangan yang paham mengenai jabatan dan pemberian wewenang atau kekuasaan
aturan perpajakan secara menyeluruh sehingga menjadi motivasi tersendiri bagi para eksekutif
mampu mencari celah agar terhindar dari pengenaan menjadi semakin bersifat risk taker (Low, 2009;
pajak yang lebih tinggi atau ekstremnya sama sekali MacCrimmon dan Wehrung, 1990).
tidak dikenakan pajak. Berkebalikan dengan risk taker, eksekutif
Menurut Mortenson dalam Zain (2008) tax yang bersifat risk averse akan lebih memilih untuk
avoidance berhubungan dengan proses pengelolaan menghindari segala bentuk kesempatan yang
dalam perusahaan untuk meminimalkan atau berpotensi menimbulkan resiko dan lebih suka
menghilangkan beban pajak dengan tetap melihat menahan sebagian besar aset yang dimiliki dalam
akibat pajak yang ditimbulkan bagi perusahaan. investasi yang relatif aman untuk menghindari
Secara keseluruhan tax avoidance adalah cara atau pendanaan dari utang, ketidakpastian jumlah return
usaha wajib pajak mengurangi, menghindari, dan sebagainya. Saat manajer dengan karakter risk
meminimalkan atau meringankan beban pajak averse diberikan kesempatan untuk memilih
dengan tetap patuh pada undangundang pajak. investasi, karakter ini akan cenderung memilih
Tax avoidance bukan tindakan melanggar investasi jauh dibawah resiko yang dapat ditolerir
hukum, melainkan tindakan mengambil keuntungan perusahaan (Low, 2009; MacCrimmon dan
dari aturan yang ada untuk mengecilkan kewajiban Wehrung, 1990).
pajak. Pokok utama dari tax avoidance adalah Untuk mengetahui jenis karakter dan
mengurangi kewajiban pajak dengan menghilangkan menilai seberapa berani eksekutif perusahaan
konsekuensi ekonomi yang ditujukan kepada setiap mengambil resiko dapat dilakukan dengan melihat
individu yang telah memenuhi syarat sebagai wajib risiko perusahaan (corporate risk). Paligorova
pajak. Sifat tax avoidance yang sah menurut hukum (2010) mengukur corporate risk menggunakan
membuat perusahaan tidak dapat dijatuhi sanksi persamaan standar deviasi dari EBITDA (earning
langsung, sanksi dapat diberikan apabila undang- before income tax, depreciation and amortization)
undang telah secara jelas mengatur batasan-batasan dibagi dengan total aset perusahaan. Tingginya
dalam tax avoidance (Prebble dan Lincoln, 2012). rendahnya corporate risk akan menunjukkan
Pengukuran tax avoidance kecondongan karakter eksekutif, risk taking atau risk
dalam penelitian ini mengikuti Dyreng et al. (2008) averse.
dan
Budiman (2012) menggunakan CETR (Cash Koneksi Politik
Effective Tax Rate) dengan membagi cash tax paid
dengan pretax income. Dyreng (2008) menyatakan Faccio (2006) menyatakan sebuah
tidak seperti ETR (Effective Tax Rate), CETR tidak perusahaan dikatakan memiliki koneksi politik jika
terpengaruh oleh perubahan estimasi seperti paling kurang satu pemegang saham utama (orang
valuation allowance dan tax cushion. Nilai cash tax yang memiliki setidaknya 10 persen hak suara
paid dapat dilihat pada laporan arus kas dari berdasarkan jumlah saham yang dimiliki) atau satu
aktivitas operasi. Semakin besar nilai CETR dari pimpinan (CEO, presiden direktur, wakil
mengindikasikan perusahaan tidak melakukan tax presiden direktur, kepala bagian atau sekretaris)
avoidance. merupakan anggota parlemen, menteri, atau
memiliki hubungan dekat dengan tokoh atau partai

3
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL 4, NO 2, 2014

politik. Gomez dan Jomo (1997); Johnson dan Pengaruh Karakter Eksekutif Terhadap
Mitton (2003) dalam Faccio (2006) menjelaskan Tax Avoidance
hubungan dekat yang dimaksud meliputi :
1. Perusahaan yang top eksekutif atau
Perusahaan melakukan tax avoidance untuk
pemegang saham utama memiliki
mengurangi beban pajak dengan memanfaatkan
hubungan pertemanan dengan kepala
loopholes dalam ketentuan pajak agar laba yang
negara, menteri atau anggota parlemen.
dihasilkan maksimal. Keputusan untuk melakukan
2. Koneksi dengan pejabat yang pernah tax avoidance bergantung pada individu eksekutif
menjabat sebagai kepala negara atau perusahaan. Dalam mengambil keputusan, eksekutif
perdana menteri pada periode sebelumnya.
biasanya memiliki dua karakter yaitu risk taker dan
3. Perusahaan yang top eksekutif atau risk averse. Semakin eksekutif bersifat risk taker,
pemegang saham utama terlibat secara nilai Cash ETR akan semakin rendah yang
langsung dalam dunia politik. mengindikasikan tax avoidance makin tinggi. Dapat
Koneksi politik akan semakin nampak di disimpulkan semakin eksekutif bersifat risk taker
negara yang memiliki tingkat korupsi tinggi. semakin tinggi tingkat tax avoidance (Low, 2009;
Walaupun pada kenyataannya korupsi memiliki efek Carolina et al. 2014). Sebaliknya semakin eksekutif
negatif terhadap perekonomian dan tingkat yang bersifat risk averse semakin rendah tingkat tax
pertumbuhan suatu negara, hal yang sama tidak avoidance. Penelitian yang dilakukan oleh Dyreng et
berlaku bagi koneksi politik yang dianggap al. (2008), Budiman (2012), Carolina et al. (2014),
bermanfaat oleh banyak perusahaan (Faccio, 2009). Hanafi dan Harto (2014) menyimpulkan karakter
Indonesia berada di peringkat 107 dari 175 negara eksekutif berpengaruh signifikan terhadap tax
pada tahun 2014 berdasarkan Indeks Persepsi avoidance.
Korupsi (IPK) yang dinilai oleh Lembaga Berdasarkan uraian di atas dapat
Transparasi Internasional. dibentuk hipotesis:
Perusahaan dengan koneksi politik mampu H1: Karakter eksekutif berpengaruh signifikan
melakukan tax planning yang lebih agresif karena terhadap tax avoidance.
adanya perlindungan dari pemerintah yang
berdampak pada menurunnya transparansi laporan
keuangan. Kualitas laba dalam laporan keuangan
Pengaruh Koneksi Politik
oleh perusahaan dengan koneksi politik secara Terhadap Tax Avoidance
signifikan lebih buruk dibandingkan perusahaan
sejenis yang tidak memiliki koneksi politik. Koneksi politik yang dimiliki membuat perusahaan
Keburaman laporan keuangan membawa dampak memperoleh perlakuan khusus, seperti kemudahan
negatif bagi perusahaan seperti kebutuhan modal dalam memperoleh pinjaman modal, resiko
yang tinggi karena kurangnya investor atau resiko pemeriksaan pajak rendah yang membuat
terjadinya pemeriksaan. Namun perusahaan dengan perusahaan makin agresif dalam menerapkan tax
koneksi politik tampak tidak peduli dengan planning yang berakibat pada menurunnya
konsekuensi yang terjadi, salah satunya karena transparansi laporan keuangan. Kehilangan investor
hubungan politik yang dimiliki mampu mengurangi akibat penurunan transparansi laporan keuangan
atau bahkan menghilangkan konsekuensi negatif dapat digantikan dengan peran pemerintah sebagai
yang ada. (Chaney et al. 2007 ; Kim dan Zhang, penyandang dana utama. Selain itu, perusahaan yang
2013). memiliki koneksi politik dengan pemerintah yang
Sulitnya mendapat investor sebagai sedang berkuasa terbukti memiliki tingkat tax
penyandang dana tidak menjadi masalah besar bagi avoidance yang signifikan tinggi jika dibandingkan
perusahaan. Koneksi politik membuat perusahaan dengan perusahaan sejenis yang tidak memiliki
mudah mendapatkan pinjaman dengan batas kredit koneksi politik (Francis et al.,2012; Kim dan Zhang,
yang bisa diperpanjang. Hal ini terjadi karena 2013; Leuz dan Gee, 2013; Christensen et al., 2014).
pemberi pinjaman juga memperoleh dukungan Penelitian yang dilakukan Adhikari (2006),
ekonomi langsung dari pemerintah dimana Christensen et al. (2013) dan Hardianti (2014)
perusahaan terhubung serta adanya jaminan dari menyimpulkan koneksi politik berpengaruh
pemerintah bahwa peminjam maupun pemberi signifikan terhadap tax avoidance. Sedangkan
pinjaman yang terhubung secara politik akan penelitian yang dilakukan Nugroho (2011) dan
diberikan dana bailout saat keduanya mengalami Fatharani (2012) menyimpulkan koneksi politik
krisis keuangan (Faccio et al. 2006). tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.
Berdasarkan uraian di atas dapat
dibentuk hipotesis:

4
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL 4, NO 2, 2014

H2: Koneksi politik berpengaruh signifikan terhadap apabila jika nilai signifikansi > 0,05 makan hipotesis
tax avoidance. ditolak.

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN
Gambar 1. Model Analis
Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan non keuangan yang sahamnya terdaftar
di Bursa Efek Indonesia berturut-turut selama tahun
2009-2013. Data-data yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari laporan keuangan
perusahaan yang telah diaudit. Sampel penelitian
terbagi ke dalam 8 sektor industri yaitu pertanian,
pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka
industri, industri barang konsumsi, property dan real
estate, infrastruktur, utilitas, transportasi,
perdagangan dan jasa.

Tabel 1.

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat nilai R


square sebesar 23,4% yang berarti variabel-
variabel dalam penelitian ini mampu
menjelaskan tax avoidance sebesar 23,4%.

Tabel 2.

Pengujian menggunakan analisis regresi linear


berganda, uji asumsi klasik yang terdiri dari uji
normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinieritas dan
uji heteroskedastisitas. Selain itu digunakan uji t
dengan dasar pengambilan keputusan, jika nilai Berdasarkan tabel 2 model persamaan
signifikansi < 0,05, maka hipotesis diterima namun regresi yang dihasilkan adalah : TA = 0,517 –
1,121 KE + 0,051 KP – 0,019 SIZE + 0,049 LEV

5
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL 4, NO 2, 2014

– 0,108 SALES GR + 0,092 IND1 + 0,182 IND2 dalam perusahaan termasuk tax avoidance
+ 0,046 IND3 + 0,089 IND4 + 0,071 IND5 + yang dilakukan perusahaan.
0,069 IND6 – 0,003 IND7 b. Budiman (2012) yang menyatakan semakin
Hasil uji t untuk KE menghasilkan nilai eksekutif bersifat risk taker semakin tinggi
signifikansi 0,002 sehingga dapat disimpulkan tax avoidance yang dilakukan perusahaan.
KE berpengaruh signifikan terhadap TA. Hasil Walaupun tax avoidance bersifat lawful,
uji t untuk KP menghasilkan nilai signifikansi hanya pihak yang berani mengambil resiko
0,005 sehingga dapat disimpulkan KP yang mau melakukan hal tersebut.
berpengaruh signifikan terhadap TA. Hasil uji t c. Carolina et al. (2014) yang menyatakan
untuk SIZE menghasilkan nilai signifikansi tingginya nilai corporate risk disebabkan
0,000 sehingga dapat disimpulkan SIZE oleh keberanian eksekutif untuk mengambil
berpengaruh signifikan terhadap TA. Hasil uji t resiko (risk taker) guna memaksimalkan
untuk LEV menghasilkan nilai signifikansi laba perusahaan salah satunya dengan
0,235 sehingga dapat disimpulkan LEV tidak melakukan tax avoidance. 2. Koneksi
berpengaruh signifikan terhadap TA. Hasil uji t Politik
untuk SALES_GR menghasilkan nilai Koneksi politik berpengaruh positif
signifikansi 0,000 sehingga dapat disimpulkan signifikan terhadap CETR yang berarti perusahaan
SALES_GR berpengaruh signifikan terhadap tidak melakukan tax avoidance. Hasil dalam
TA. Hasil uji t untuk IND menghasilkan nilai penelitian ini ditolak dan didukung oleh :
signifikansi masing-masing 0,008; 0,000; 0,039; a. Adhikari (2006) yang menyatakan koneksi
0,001; 0,008; 0,002; 0,924 sehingga dapat politik berpengaruh negatif signifikan
disimpulkan IND berpengaruh signifikan terhadap tarif pajak efektif, perbedaan
terhadap TA kecuali IND7. terjadi karena sampel penelitian Adhikari
(2006) adalah perusahaan di Malaysia
Pembahasan sedangkan penelitian ini menggunakan
sampel perusahaan di Indonesia. Adhikari
1. Karakter Eksekutif (2006) menyatakan perusahaan yang
Karakter eksekutif berpengaruh negatif mempunyai koneksi politik memiliki tarif
signifikan terhadap CETR yang berarti perusahaan pajak lebih kecil. Penyebabnya karena di
melakukan tax avoidance. Hasil dalam penelitian ini Malaysia ada kebijakan khusus yang
didukung oleh : memberikan kepada perusahaan tertentu
a. Dyreng et al. (2009) yang menyatakan
eksekutif memegang peranan penting
special tax deduction dan tax free perencanaan pajak dengan baik sehingga
perusahaan melakukan tax avoidance. lain dari sisi pendanaan (Faccio, 2006;
Hasil dalam government bailout. efektif dalam menurunkan pembayaran
penelitian ini didukung oleh : Leuz dan Gee, 2006). pajak.
b. Nugroho (2011) menyatakan pemerintah a. 2. Ukuran Perusahaan 5. Sektor
Peningkatan pertumbuhan penjualan akan Industri
Indonesia tidak secara langsung secara Ukuran perusahaan berpengaruh negatif
signifikan meningkatkan laba menerapkan Sektor industri berpengaruh positif signifikan
perlakuan-perlakuan perusahaan. terhadap CETR yang berarti perusahaan signifikan
Perusahaan dengan laba besar istimewa terhadap CETR yang berarti perusahaan melakukan
terhadap perusahaan yang cenderung akan tax avoidance. Hasil dalam penelitian tidak
melakukan tax avoidance memiliki melakukan tax avoidance, kecuali pada IND7 ini
koneksi politik ke dalam untuk didukung oleh : yaitu sektor infrastruktur utilitas dan
menghindari pembayaran pajak undang- transportasi a. Siegfried (1972) dalam Lanis dan
undang. Koneksi politik tidak yang tinggi. tidak berpengaruh signifikan terhadap tax
selalu digunakan perusahaan untuk b. Richardson (2007) yang menyatakan avoidance.
Fatharani (2012) yang menyatakan Hasil dalam penelitian ini didukung semakin besar
melakukan tax avoidance namun bisa ukuran perusahaan semakin oleh :
perusahaan profitable memiliki kecil pajak yang dibayarkan karena a.
dimanfaatkan untuk memperoleh Tidak ada jaminan pasti bahwa perusahaan
pembayaran pajak yang rendah karena mempunyai sumber daya besar perusahaan
pinjaman modal, dana bailout saat terjadi yang dikategorikan ke dalam untuk melakukan
perusahaan mampu mengelola krisis tax planning yang sektor tertentu melakukan
keuangan dan berbagai keuntungan tax avoidance. memicu kecenderungan

6
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL 4, NO 2, 2014

perusahaan untuk Masing-masing sektor laba neto fiskal yang akan berarti perusahaan
industri memiliki melakukan tax avoidance. memiliki rasio leverage menjadi dasar perhitungan
karakteristik dan keunikan yang berbeda b. pajak yang yang rendah. dibayarkan tiap tahunnya.
Fatharani (2012) yang menyatakan antara satu Jumlah b. Army (2013) yang menyatakan jika
dengan yang lainnya karena semakin besar kerugian fiskal yang besar mampu perusahaan
ukuran perusahaan semakin setiap sektor memiliki utang terlalu tinggi, menurunkan laba neto
mempunyai kebijakan, rendah tarif pajak yang fiskal sehingga ada indikasi perusahaan belum
dibayarkan pengukuran dan penilaian akuntansi mampu pajak yang dibayarkan rendah, namun
dan mengindikasikan perusahaan melakukan membiayai aset dari hasil operasional kompensasi
pola pengungkapan berbeda-beda Wallace tax kerugian fiskal hanya perusahaan. Walaupun utang
avoidance. (1994) dalam Alseed (2006). yang tinggi diperbolehkan 5 tahun dimulai pada
3. Leverage b. Pengaruh tahun memiliki tax benefit karena bunga atas pajak
koefisien positif berikutnya setelah rugi diakui. utang yang timbul
signifikan dapat dijadikan Mengingat sampel dalam penelitian
Leverage tidak berpengaruh signifikan ini pengurang penghasilan, sangat kecil adalah
terhadap CETR, salah satunya mungkin terhadap tax perusahaan yang tidak mengalami kemungkinan
avoidance. Hasil dalam penelitian ini disebabkan perusahaan melakukan tax rugi maka sangat kecil
karena pemilihan sampel didukung oleh : dalam kemungkinan avoidance dengan memanfaatkan
penelitian ini adalah perusahaan a. Surbakti (2012) bunga perusahaan melakukan tax avoidance atas
yang menyatakan yang sedang tidak mengalami utang. dengan memanfaatkan kompensasi rugi
rugi. Dalam leverage tidak berpengaruh signifikan 4. Pertumbuhan Penjualan fiskal.
Undang-Undang No.36 Tahun 2008 terhadap tax Pertumbuhan penjualan berpengaruh
avoidance. Berdasarkan hasil tentang Pajak negatif signifikan terhadap CETR yang berarti
Penghasilan disebutkan pengamatan sampel
leverage kerugian fiskal dapat dijadikan sebagai KESIMPULAN DAN SARAN
menghasilkan nilai rata-rata 0,44 yang pengurang
2. Penambahan jumlah sampel dari
Kesimpulan masingmasing sektor industri sehingga
data dan hasil penelitian dapat
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis digeneralisasi lebih dalam.
pada model regresi dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Karakter eksekutif berpengaruh negatif DAFTAR PUSTAKA
signifikan CETR sehingga perusahaan
melakukan tax avoidance. Hasil ini Adhikari, A., Derashid, C., & Zhang, H. (2006).
menunjukkan semakin eksekutif bersifat Public Policy, Political Connections, And
risk taker, semakin tinggi tax avoidance Effective Tax Rates:
yang dilakukan perusahaan. Longitudinal Evidence From Malaysia.
2. Koneksi politik berpengaruh positif Journal Of Accounting And Public Policy,
signifikan terhadap CETR sehingga 25(5), 574595.
perusahaan melakukan tax avoidance.
Hasil ini menunjukkan perusahaan tidak Army, J. (2013). Pengaruh Leverage, Likuiditas,
selalu menggunakan koneksi politik untuk Dan Profitabilitas Terhadap
melakukan tax avoidance tetapi bisa Risiko Sistematis Pada Perusahaan
digunakan untuk mendapatkan bantuan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal
modal dan berbagai keuntungan dari sisi Akuntansi, 1(2).
pendanaan.
Budiman, J. (2012). Pengaruh Karakter Eksekutif
Terhadap Penghindaran Pajak
Saran
(Tax Avoidance) (Doctoral
Dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Beberapa saran yang dapat diberikan
sebagai berikut :
Chaney, P. K., Faccio, M., & Parsley, D. (2011). The
1. Penelitian selanjutnya disarankan
Quality Of Accounting Information
menggunakan variabel lain yang
In Politically Connected Firms. Journal Of
berpengaruh tinggi terhadap tax avoidance
Accounting And Economics, 51(1), 58-76.
karena variabel-variabel dalam penelitian
ini hanya mampu menjelaskan tax
Christensen, D. M., Dhaliwal, D. S., Boivie, S., &
avoidance sebesar 23,4%.
Graffin, S. D. (2014). Top Management
Conservatism And Corporate Risk

7
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL 4, NO 2, 2014

Strategies: Evidence From Managers' Universitas Indonesia


Personal Political Orientation And Departemen Akuntansi Depok.
Corporate Tax Avoidance. Strategic
Management Journal. Leuz, C., & Oberholzer-Gee, F. (2006). Political
Relationships, Global Financing, And
Dyreng, S. D., Hanlon, M., & Maydew, E. L. Corporate Transparency: Evidence From
(2008). Long-Run Corporate Indonesia. Journal Of
Tax Avoidance. The Accounting Review, Financial
83(1), 61-82. Economics, 81(2), 411-439.

Dyreng, S. D., Hanlon, M., & Maydew, E. L. (2009). Low, A. (2009). Managerial Risk-Taking Behavior
The Effects Of Executives On Corporate And Equity-Based Compensation. Journal
Tax Avoidance. The Accounting Review, Of Financial Economics, 92(3), 470-490.
85(4), 1163-1189.
Maccrimmon, K. R., & Wehrung, D. A. (1990).
Faccio, M. (2006). Politically Connected Firms. Characteristics Of Risk Taking
The American Economic Review, 369-386. Executives. Management Science, 36(4),
422-435.
Faccio, M. (2010). Differences Between Politically
Connected And Nonconnected Firms: A Maharani, I., & Suardana, K. A. (2014). Pengaruh
Cross‐Country Analysis. Corporate Governance, Profitabilitas, Dan
Financial Management, 39(3), 905-928. Karakteristik Eksekutif Pada
Tax
Faccio, M., Masulis, R. W., & Mcconnell, J. (2006). Avoidance Perusahaan Manufaktur.
Political Connections And Corporate EJurnal Akuntansi Universitas Udayana,
Bailouts. The Journal Of Finance, 9(2), 525-539.
61(6), 2597-2635.
Mulyani, S. (2014). Pengaruh Karakteristik
Fatharani, N. (2012). Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Koneksi Politik Dan Reformasi
Kepemilikan, Reformasi Perpajakan,Dan Perpajakan Terhadap Penghindaran Pajak
Hubungan Politik Terhadap Tindakan Pajak (Studi Pada
Agresif. Skripsi Program Studi Ilmu Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bursa Efek Tahun 2008-2012). Jurnal
Indonesia, Depok. Mahasiswa Perpajakan, 1(2).
Nugroho, A. A. (2011). Pengaruh Hubungan Politik
Hanafi, U., & Harto, P. (2014). Analisis Pengaruh dan Reformasi Perpajakan Terhadap Tarif
Kompensasi Eksekutif, Pajak Efektif pada Perusahaan yang
Kepemilikan Saham Eksekutif Dan Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2008–
Preferensi Risiko Eksekutif Terhadap 2009. Skripsi. Depok. FEUI.
Penghindaran Pajak Perusahaan.
Diponegoro Journal Of Paligorova, T. (2010). Corporate Risk Taking And
Accounting, 3(2), 1162-1172. Ownership Structure (No. 2010, 3). Bank
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory Of Of Canada Working Paper.
The Firm: Managerial Behavior, Agency
Costs And Ownership Structure. Journal Of Prebble, Z. M., & Prebble, J. (2010). The Morality
Financial Economics, 3(4), 305-360. Of Tax Avoidance.

Kim, C. F., & Zhang, L. (2014). Corporate Political Surbakti, Theresa Adelina Victoria.
Connections And Tax Aggressiveness. 2012. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Contemporary Accounting dan Reformasi Perpajakan
Research, Forthcoming. Terhadap
Penghindaran Pajak di Perusahaan Industri
Lestari, Indah. (2010). Pengaruh Karakteristik Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, dan Indonesia Tahun 2008-2010.” Skripsi Fakultas
Reformasi Perpajakan Terhadap Tarif Pajak Ekonomi. Universitas Indonesia.
Efektif. Skripsi Fakultas Ekonomi

8
TAX & ACCOUNTING REVIEW, VOL 4, NO 2, 2014

Zain, Mohammad. 2008. Manajemen Perpajakan


ed.3. Jakarta: Salemba Empat.

Zhang, H. (2012). How Does State Ownership Affect


Tax Avoidance? Evidence From China.
Working Paper At, Singapore Management
University.

Anda mungkin juga menyukai