Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

“PAROTITIS“

Disusun Oleh :
Olifia Stemia, S.Ked ( G1A216023 )

Preseptor :
Dr. Hj. Raodah

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS SIMPANG KAWAT
JAMBI
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

PAROTITIS

OLEH :
OLIFIA STEMIA, S.ked
G1A216024

Jambi Februari 2018


Dosen pembimbing

dr. Hj. Raodah

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PUSKESMAS SIMPANG KAWAT
UNIVERSITAS JAMBI
2018

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sebab karena rahmat-Nya
laporan kasus dengan judul Parotitis ini dapat terselesaikan. Laporan kasus ini dibuat
sebagai tugas dalam menjalankan Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi.
Dalam kesempatan ini saya juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj.
Raodah yang telah mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan ilmu
yang sangat berguna ketika diskusi selama kepaniteraan klinik di stase Ilmu Kesehatan
Masyarakat ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
penulis masih dalam tahap belajar dan kurangnya pengalaman serta pengetahuan penulis.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar lebih baik kedepannya.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat menambah
informasi dan pengetahuan kita.

Jambi, Februari 2018

Penulis

3
BAB I
STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : An. A/ laki - laki / 6 tahun
b. Pekerjaan : Pelajar
c. Alamat : RT 35 Payo Lebar

II. Latar Belakang Sosial-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Belum menikah
b. Jumlah anak/saudara : Anak ke 2 dari 3 bersaudara
c. Status ekonomi keluarga : Menengah kebawah
d. Kondisi rumah
Pasien tinggal dirumah permanen dengan
lantai semen, dinding bata dan atap seng
berukuran ± 5x10 meter. Rumah terdiri
dari 1 ruang tamu, 2 kamar, 1 dapur dan 1
wc. Penerangan berasal dari PLN dan
sumber air berasal dari PDAM.

e. Kondisi lingkungan di sekitar rumah :


Kondisi lingkungan pasien padat dengan sekitarnya, samping rumah pasien merupakan
rumah warga lainnya. Depan rumah pasien berbatasan langsung ±1meter dengan jalan
umum yang biasa dilalui kendaraan bermotor dan mobil.

III. Aspek Perilaku dan Psikologis dalam Keluarga


Hubungan pasien dengan anggota keluarga baik dan terkesan harmonis.

4
IV. Keluhan Utama
Bengkak di pipi sebelah kiri sejak 3 hari yang lalu.

V. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan bengkak pada pipi kiri sejak 3 hari
yang lalu. Bengkak pada pipi pasien terasa nyeri yang dirasakan sepanjang hari dan
bertambah berat bila pasien membuka rahangnya dan mengunyah, nyeri agak berkurang
bila pasien tidak berbicara, menutup mulut dan istirahat.
Selain itu pasien juga mengeluh demam sejak 4 hari yang lalu. Demam tidak naik
turun, tidak disertai dengan menggigil dan berkeringat. Demam tidak terlalu tinggi. Ibu
pasien mengatakan bahwa nafsu makan pasien juga berkurang dari biasanya karena
bengkak pada pipi kiri nya yang terasa nyeri saat mengunyah dan menelan.
Ibu pasien mengatakan salah satu teman yang sering main bersama anaknya
memiliki keluhan serupa yaitu bengkak pada pipi nya, keluhan pasien mulai dirasakan
beberapa hari setelah teman pasien mengalami hal serupa. Keluhan didahului demam yang
kemudian diikuti timbulnya bengkak pada pipi kanan. Batuk pilek (-). Gusi bengkak atau
gigi yang berlubang (-), riwayat trauma pada daerah yang bengkak (-).

VI. Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat keluhan yang sama (-)
- Riwayat radang pada amandel (-)
- Riwayat batuk pilek (+)
- Riwayat imunisasi wajib lengkap

VII. Riwayat Penyakit Keluarga :


- Riwayat keluarga dengan keluhan serupa (-)
- Riwayat lingkungan dengan keluhan serupa (+) teman pasien
- Riwayat alergi dalam keluarga (-)

5
VIII. Riwayat makan, alergi, obat obatan, perilaku kesehatan dll yang relevan
Os seorang siswi SD kelas 4. Kegiatan sehari hari selain sekolah, pasien juga rutin
mengaji di madrasah pada siang hari dan mengaji di masjid pada malam hari. Ibu pasien
mengaku anaknya suka bermain bersama teman teman di lingkungan tempat tinggalnya
dan sering melewatkan waktu makan karena asik bermain. Pasien juga sering
mengkonsumsi jajanan diluar rumah berupa ciki-ciki ataupun jajanan es.

IX. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum : Tampak sakit ringan
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tekanan Darah : 110/80 mmHg
4. Pernafasan : 20x/menit
5. Nadi : 88x/menit
6. Suhu : 36,80 C
7. Berat badan : 16 kg

Pemeriksaan Organ
1. Kepala : Normocephal
2. Mata : CA (-/-), SI (-/-), RC (+/+)
3. Telinga : dbn
4. Hidung : deviasi (-), sekret (-)
5. Mulut :
Bibir : basah, tidak pucat
Bau pernafasan : normal
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
Gigi : Lubang (-), karies (-)
Lidah : putih kotor (-), ulkus (-)
6. Leher : Pembesaran KGB (-) , pembesaran tyroid (-)
7. Thorax
Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tak tampak

6
 Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
 Perkusi : Batas jantung dbn
 Auskultasi : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo
 Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada bagian yang tertinggal
 Palpasi : Fremitus taktil kanan = kiri
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Vesikular (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)

8. Abdomen :
 Inspeksi : Datar, sikatriks (-)
 Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-), hepar, lien dan ginjal tidak teraba
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

9. Ekstremitas : akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik

Status Lokalisata
Regio angulus mandibula sinistra :
Terdapat massa dengan diameter sebesar ± 4 - 6 cm, bentuk bulat oval, immobile,
konsistensi lunak, batas tegas, kemerahan (-) dan tidak hangat saat dipegang, tidak ada
pus. Nyeri tekan (+)

7
X. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan

XI. Usulan Pemeriksaan Penunjang :


- FNAB

XII. Diagnosa Kerja


Parotitis epidemika sinistra ec.infeksi Viral (B.26.9)

XIII. Diagnosa Banding


- Parotitis supuratif ec infeksi bakteri (B.26.7)
- Adenitis servikalis ( B.26.8)
- tumor parotis (C.77.0)

XIV. Manajemen.
a. Promotif :
 Menjelaskan pada pasien mengenai penyakitnya dan cara penularannya.
 Menyarankan pasien untuk beristirahat.
 Menyarankan pasien makan makanan yang bergizi dan teratur
 Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat sembuh sendiri.
 Memberikan edukasi kepada keluarga pasien akan pentingnya imunisasi
MMR dimana imunisasi berperan untuk membentuk antibody dan
kekebalan tubuh.
b. Preventif :
 Imunisasi MMR
 Hindari kontak dengan pasien parotitis
 Meningkatkan kekebalan tubuh

8
 Menggunakan alat pelindung diri seperti masker untuk menghindari
droplet

c. Kuratif :
Non Farmakologi
 Meningkatkan daya tahan tubuh dengan itirahat yang cukup dan makan
makanan bergizi.
 Diet makanan lunak
 Banyak minum air putih (2 liter sehari)
 Kompres dengan air dingin dan air hangat selang-seling pada parotitis

Farmakologi
 Parasetamol 500 mg 3 x ½ tab P.O jika demam (10-15
mg/kgBB)
 Vitamin B6 1 x 1 tab

Tradisional
Ramuan Daun Tapak Dara: 1 genggam daun tapak dara, ditumbuk
halus lalu ditempelkan pada gondongan.

d. Rehabilitatif
 Meningkatkan daya tahan tubuh
 Pasien disarankan untuk kontrol ulang ke puskesmas atau rumah sakit
bila keluhan tidak membaik atau bengkak bertambah nyeri dan besar.

9
RESEP PUSKESMAS RESEP ILMIAH 1
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Simpang Kawat Dinas Kesehatan Kota Jambi
Jl. Buton RT 36 Payolebar, Kota Jambi, Jambi Puskesmas Simpang Kawat
36263 Jl. Buton RT 36 Payolebar, Kota Jambi, Jambi
Oifia Stemia 36263
SIP. 1234567 Oifia Stemia
STR. 987654 SIP. 1234567
STR. 987654
Tanggal:
Tanggal:

Pro :
Umur : Pro :
Alamat : Umur :
Alamat :

RESEP ILMIAH 2 RESEP ILMIAH 3

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Simpang Kawat Puskesmas Simpang Kawat
Jl. Buton RT 36 Payolebar, Kota Jambi, Jambi Jl. Buton RT 36 Payolebar, Kota Jambi, Jambi 36263
36263 Oifia Stemia
Oifia Stemia SIP. 1234567
SIP. 1234567 STR. 987654
STR. 987654
Tanggal:
Tanggal:

Pro :
Pro : Umur :
Umur : Alamat :
Alamat :
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI
Parotitis epidemika ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar
ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu pembesaran
kelenjar ludah terutama kelenjar parotitis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi
kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran.
Menyerang pada anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).1,2,3

2.2. Epidemiologi
Parotitis merupakan penyakit endemik pada populasi penduduk urban.Virus
menyebar melalui kontak langsung melalui droplet, air ludah, muntah yang
bercampur dengan saliva, dan urin. Epidemi tampaknya terkait dengan tidak adanya
imunisasi, bukan pada menyusutnya imunitas. Parotitis merupakan penyakit endemik
pada komunitas besar, dan menjadi endemik setiap kurang lebih 7 tahun. Relatif
jarang terjadi epidemi, terbatas pada kelompok yang berhubungan erat, yang hidup
dalam rumah, perkemahan, barak-barak tentara, atau sekolah.terjadi pada anak
berusia 5-9 tahun. terutama Ada penurunan insiden sejak pengenalan vaksin parotitis
epidemika pada tahun 1968. Dalam setahun, parotitis banyak terjadi pada musim
dingin. Golongan umur yang terkena 5-15 tahun. Juga ditemukan pada usia
dibawah 30 tahun. Parotitis kadang juga terjadi pada usia dibawah 4 tahun dan
diatas 40 tahun. Namun meskipun demikian, pada daerah yang terisolasi atau daerah
yang tidak ada sejarah pernah endemik parotitis ditemukan kejadian parotitis pada
usia/dibawah 1 tahun sebesar 17% dan umur 3 – 4 tahun sebesar 70%-80%. Gender
juga berpengaruh terhadap angka kejadian parotitis. Laki-laki lebih sering terkena
parotitis dibandingkan perempuan.3,4

11
2.3. Etiologi
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari group paramyxovirus,
yang juga termasuk di dalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle
disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ.4,5,6 Virus mumps
merupakan virus ribonucleic acid (RNA) rantai tunggal yang termasuk dalam genus
paramyxovirus, dan merupakan salah satu virus parainfluenza dengan manusia
sebagai satu-satunya inang (host). Virus mumps mudah menular melalui droplet,
kontak langsung, air liur, dan urin.6 Infeksi parotitis epidemika ditandai dengan gejala
prodromal berupa demam, nyeri kepala, nafsu makan menurun selama 3-4 hari, yang
diikuti peradangan kelenjar parotis (parotitis) dalam waktu 48 jam dan dapat
berlangsung selama 7-10 hari. Penularan terjadi 24 jam sebelum sampai 3 hari setelah
terlihatnya pembengkakan kelenjar parotis.5,6
Virus ini mempunyai dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu :
antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen
V yang berasal dari hemaglutinin permukaan (2) Virus ini aktif dalam lingkungan
yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan.
Paramyxovirus dapat hancur pada suhu < 4 ºC, oleh formalin, eter, serta pemaparan
cahaya ultraviolet selama 30 detik.

2.4. Patogenesis
Masa inkubasi 15 sampai 25 hari kemudian virus bereplikasi di dalam traktus
respiratorius atas dan nodus limfatikus servikalis, dari sini virus menyebar melalui
aliran darah ke organ-organ lain, termasuk selaput otak, gonad, pankreas, payudara,
thyroidea, jantung, hati, ginjal, dan saraf otak. Setelah masuk melalui saluran
respirasi, virus mulai melakukan multiplikasi atau memperbanyak diri dalam sel
epithel saluran nafas. Virus kemudian menuju ke banyak jaringan serta menuju ke
kelenjar ludah dan parotis. Bila testis terkena maka terdapat perdarahan kecil dan
nekrosis sel epitel tubuli seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat

12
degenerasi dan nekrosis jaringan. Adenitis kelenjar liur merupakan manifestasi dari
viremia awal. Viruria biasanya terjadi, dan disertai oleh gangguan ginjal.4

2.5. Gejala Klinis


Masa inkubasi berkisar antara 14 - 25 hari, dengan puncak pada 17 -18 hari dan
rata-rata selama 18 hari. Batasan paling lama untuk masa inkubasi yaitu 8 sampi 30
hari. Pada anak, manifestasi prodormal jarang tetapi mungkin bersama dengan
demam, nyeri otot (terutama pada leher), nyeri kepala, anorexia, dan malaise. Suhu
tubuh biasanya naik sampai 38,5 – 39,50C, kemudian timbul pembengkakan kelenjar
parotitis yang mula-mula unilateral tetapi kemudian bilateral. Pembengkakan
tersebut terasa nyeri baik spontan maupun pada perabaan, terlebih-lebih jika
penderita makan atau minum sesuatu yang asam, ini merupakan gejala khas
untuk penyakit parotitis epidemika. Ciri khas lain adalah kelenjar parotitis
membengkak sampai kebelakang. Pembengkakan dapat terjadi dengan cepat biasanya
puncaknya pada 1-3 hari dan pembengkakan menghilang dalam satu minggu
setelah pembengkakan maksimal. Pembengkakan jaringan mendorong lobus telinga
keatas dan keluar dari sudut mandibula tidak lagi dapat dilihat. Kulit di atas kelenjar
yang membengakak tidak hangat atau eritem, berlawanan dengan tanda
yang ditemukan pada parotitis bakteri. Pembengkakan perlahan-lahan menghilang
dalam 8-10 hari. Satu kelenjar parotis biasanya membengkak sehari atau dua hari
sebelum yang lain, tetapi lazimnya pembengkakan terbatas pada satu kelenjar.7,8

2.6. Penegakan Diagnosis


1. Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan keluhan yaitu demam, nafsu makan turun,sakit
kepala, muntah, sakit waktu menelan dan nyeri otot. Kadangdengan keluhan
pembengkakan pada bagian pipi yang terasa nyeri baik spontan maupun dengan
perabaan , terlebih bila penderita makan atauminum sesuatu yang asam.7,8

13
2. Klinis
 Panas ringan sampai tinggi (38,5 – 39,5)°C
 Keluhan nyeri didaerah parotis satu atau dikedua belah fihak
disertai pembesaran
 Keluhan nyeri otot terutama leher, sakit kepala, muntah, anoreksia dan rasa
malas.
 Kontak dengan penderita kurang lebih 2-3 minggu sebelumnya (masa
inkubasi 14-24 hari).
 Pada pemeriksaan fisik keadaan umum anak bervariasi dari tampak aktif
sampai sakit berat.
 Pembengkakan parotis (daerah zygoma; belakang mandibula di depan
mastoid).

2.7. Differensial Diagnosis


 Parotitis yang disebabkan oleh infeksi virus HIV, influenza, parainfluenza 1
dan 3 dan sitomegalovirus.
 Pembesaran kelenjar parotis asimptomatik. Disebabkan oleh kelainan
metabolik dan nutrisi seperti diabetes mellitus, kwasiorkor, malnutrisi,
obesitas dan sirosis.
 Pembesaran kelenjar parotis simptomatik Pembesaran kelenjar parotis akibat
operasi.
 Parotitis supuratif. Disebabkan oleh bakteri dan ditemukan pus yang keluar
dari duktus kelenjar. Penyebabnya dari otitis media atau mastoiditis.
 Parotitis berulang. Suatu keadaan yang sebabnya belum diketahui, tapi
mungkin bersifat alergi yang sering berulang dan mempunyai sialogram
khas.
 Kalkulus salivarus. Menyumbat saluran parotis atau lebih sering
saluran sub mandibularis,menyebabkan pembengkakan intermitten.

14
 Limfo sarkoma atau tumor parotis.
 Adenitis servikal, disebabkan oleh streptokokus, difteria bullneck,
mononukleosisinfeksiosa, cat-scrach disease, angina ludwig dan selulitis
kanalis auditorius eksterna.
 Reaksi obat. Obat sulfonamid atau yodium organik bisa menimbulkan
pembengkakan parotid dan kelenjar salivaria lain disertai nyeri tekan.
Parotitisiodium, biasanya terjadi setelah prosedur seperti urografi intravena.
Obat antihipertensi seperti guanetidin dapat menyebabkan pembengkakan
parotis.
 Sindroma Sjorgen. Merupakan inflamasi kronik parotis dan kelenjar liur
lainnya yang seringkali disertai dengan atrofi kelenjar lakrimalis dan paling
sering terjadi pada wanita pasca menopause.

2.8. Pemeriksaan Laboratorium


 Darah rutin.
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia
ringan dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan
leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.

 Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung
dengan pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang
lebih 2 minggu.
 Pemeriksaan serologis
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan
adanya infeksi virus, yaitu: Hemaglutination inhibition (HI) test, Neutralization
(NT) test
 Pemeriksaan Virologi

15
Tes imunofluoresein untuk mendeteksi antibody dalam darah.

2.9 Pengobatan
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited
(sembuh/hilangsendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu.
Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus “Mumps” oleh karena itu
pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan suportif.
1. Penderita rawat jalan.
Penderita baru dapat dirawat jalan bila : tidak ada komplikasi,
keadaan umum cukup baik.
a. Istirahat yang cukup
b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
c. Medikamentosa
Analgetik-antipiretik bila perlu : metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500
mg/hari maksimum 2 g/hari, parasetamol : 10-15 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3
dosis.
2. Penderita rawat inap.
Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat, gejala
saraf perlu rawat inap diruang isolasia. Diit lunak, cair dan TKTP , Analgetik-
antipiretik, Penanganan komplikasi tergantung jenis komplikasinya.
3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi
a. Encephalitis, simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna
untuk mengurangi sakit kepala.
b. Orkhitis, istrahat yang cukup pemberian analgetik - sistemik kortikosteroid
(hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral,selama 2-4 hari.(1,4,6,8)

16
2. 10. Komplikasi
1. Meningoensepalitis.
Dapat terjadi sebelum dan sesudah atau tanpa pembengkakan kelenjar parotis.
Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan,yan g
kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang
tinggi (hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada
anak-anak. Meningoencepalitis parotitis secara klinis tidak dapat dibedakan
dengan meningitis sebab lain, ada kek akuan leher sedang, tetapi
pemeriksaan lain biasanya normal. Pemeriksaan pungsi lumbal menunjukan
tekanan yang meninggi, pemeriksaan Nonne dan Pandy positif, jumlah sel
terutama limfosit meningkat, kadar protein meninggi, glukosa dan Cairan
cerebrospinal baisanya berisi sel kurang dari 500 sel/mm walaupun kadang-
kadang jumlah sel dapat melebihi 2.000. Selnyahampir selalu limfosit, berbeda
dengan meningitis aseptik enterovirus dimana leukosit polimorfonuklear sering
mendominasi pada awal penyakit.
2. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya rendah
(1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral, kehilangan
pendengaran mungkin sementara atau permanen.
3. Orkitis
Komplikasi dari parotitis dapat berupa orkitis yang dapat terjadi pada masa
setelah puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri
perut bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling sering
terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis terkena infeksi maka
terdapat perdarahan kecil. Orkitis biasanya menyertai parotitis dalam 8 hari
setelah parotitis. Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3-14 hari. Testis yang
terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya bengkak dan
merah. Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang terkena menjadi

17
atrofi. Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%. Tetapi infertilitas absolut
jarang terjadi.

4. Ooforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada penderita
wanita pasca pubertas.
5. Pankreatitis
Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.
Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah, demam
tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis akibat mumps.
Manifestasi klinisnya sering menyerupai gejala-gejala gastroenteritis sehingga
kadang diagnosis dikelirukan dengangastroenteritis. Pankreatitis ringan dan
asimptomatik mungkin terdapat lebih sering (sampai 40% kasus), terjadi pada
akhir minggu pertama.
6. Nefritis
Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita danviruria
terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-anak belum
diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari sesudah parotitis. Nefritis
ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat sembuh sempurna tanpa
meninggalkan kelainan pada ginjal.
7. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat terjadi
pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan
selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.
8. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi ringan
miokardium mungkin lebih sering dari pada yang diketahui. Miokarditis
ringan dapat terjadi dan muncul 5 – 10 hari pada parotitis..Gambaran
elektrokardiografi dari miokarditis seperti depresi segmen S-T, flattening atau

18
inversi gelombang T. Dapat disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan
bising sistolik.
9. Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan pembengkakan
dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya sempurna. Manifestasi lain
yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah poliarteritis yang sering kali
berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1sampai 2 minggu setelah
berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkenaadalah sendi besar khususnya
paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1 sampai 12 minggu dan sembuh
sempurna.
10. Kelainan pada mata
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya
bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis) dengan gejala-gejala
bervariasi dari kehilangan pengelihatan sampai kekaburan ringan dengan
penyembuhan dalam 10 – 20 hari; uveokeratitis, biasanya unilateral dengan
fotofobia, keluar air mata,kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam
20 hari; skleritis,tenonitis, dengan akibat eksoftalmus ; trombosis vena sentral.
11. Embriopati parotitis
Tidak terdapat bukti yang kuat bahwa infeksi ibu menciderai janin,
kemungkinan hubungan endokardial fibroelastosis belum ditegakkan. Parotitis
pada awal kehamilan kemungkinan dapat terjadi abortus

2.11. Prognosis
Parotitis merupakan penyakit self-limited, dapat sembuh sendiri.
Prognosis parotitis adalah baik, dapat sembuh spontan dan komplit serta
jarang berlanjut menjadi kronis. Sterilitas karena orkhitis jarang terjadi.

19
2.12. Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi
pasif dan imunisasi aktif.
1) Pasif.
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau
mengurangi komplikasi.
2) Aktif.
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang
hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme)
diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan. Vaksin ini tidak
menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan
tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama
vaksin campak dan rubella. Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat
efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps”
padaindividu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi
15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12
tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan
poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak. Kontraindikasi:
Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; Individu dengan
riwayat hipersensitivitas terhadap komponenvaksin; demam akut; selama
kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma;sedang diberi obat-obat
imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedangmendapat radiasi. Belum
diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikansetelah pemaparan,
tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin“Mumps” dalam situasi
ini.6

20
BAB III
ANALISA KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Pasien tinggal dirumah permanen dengan lantai semen, dinding bata
dan atap seng berukuran ± 5x10 meter. Rumah terdiri dari 1 ruang tamu, 2
kamar, 1 dapur dan 1 wc. Penerangan berasal dari PLN dan sumber air
berasal dari PDAM. Tidak ada hubungan keadaan rumah dengan diagnosis
pada pasien.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam


keluarga
Pasien tinggal bersama kedua orang tua, dan 3 saudara kandungnya.
Hubungan antar keluarga baik. Parotitis merupakan penyakit akibat infeksi
virus dan bukan akibat psikis. Tidak ada hubungan antara keadaan keluarga
dengan penyakit yang diderita pasien.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Pasien adalah anak usia 9 tahun yang senang sekali bermain dan
bercanda tawa dengan teman sepermainannya sehingga mempermudah kontak
penularan parotitis pada pasien. Ibu pasien juga tidak tahu bahwa virus
parotitis ini akan menular lewat droplet sehingga ibu tidak membatasi anaknya
untuk tidak kontak terhadap penderita parotitis.
Selain itu kebiasaan pasien yang senang bermain dan sering
melewatkan waktu makan mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh
sehingga mudah terinfeksi penyakit menular.

21
d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini
- Pasien kontak dengan penderita parotitis sehingga sangat mungkin
untuk tertular.
- Pasien belum pernah menderita penyakit parotitis, sehingga pasien
belum mempunyai imunitas terhadap penyakit parotitis ini. Sehingga
besar kemungkinan pasien untuk tertular penyakit parotitis.
- Pasien mengalami penurunan daya tahan tubuh karena kurang istirahat
sehingga lebih rentan terkena penyakit menular.

e. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan


dengan faktor risiko atau etiologi pada pasien ini.
- Menghindari kontak dengan penderita parotitis.
- Sebaiknya penderita parotitis menggunakan masker agar tidak mudah
terjadinya penyebaran droplet.
- Bagi orang-orang di sekitarnya yang belum mendapat vaksinasi MMR,
maka dianjurkan untuk segera mendapatkan vaksin MMR agar
mempunyai imunitas terhadap parotitis.
- Meningkatkan kekebalan tubuh dengan makan makanan yang bergizi
seimbang dan istirahat cukup sehingga tidak mudah terserang penyakit.

f. Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga


- Menjelaskan pada pasien bahwa penyakitnya ini disebabkan oleh virus
dan dapat sembuh dengan meningkatkan daya tahan tubuh. mengatur
pola makan, makan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup,
- Menjelaskan bahwa penyakitnya ini dapat menular melalui percikan air
liur sehingga harus dihindari kontak dengan anggota keluarga yang
lainnya.

22
- Istirahat cukup dan meningkatkan konsumsi makanan bergizi untuk
meningkatkan kekebalan tubuh.
- Menjelaskan kepada pasien untuk segera datang berobat apabila keluhan
tidak membaik atau bengkak semakin besar dan nyeri.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Nelson. Buku Ajar Ilmu Kesahatan Anak. (book online) diakses (tanggal 22
April 2015. Diunduh dari URL ://
http://books.google.co.id/books?id=5EPWABOw9TYC&pg=PA1076&dq=pa
rotitis&hl=id&sa=X&ei=_Bk9VNGoM4OgugS364HgBQ&ved=0CCcQ6AE
wAQ#v=onepage&q=parotitis&f=false
2. Ayu DS. Parotitis Epidemika. (serial online). Diakses (tanggal 22 April
2015). Diunduh dari : URL:
https://www.scribd.com/doc/216591507/makalah-parotitis
3. Rahman M. Parotitis. (serial online). Diakses (tanggal 22 April 2015)
Diunduh dari URL:// http://www.scribd.com/doc/76304517/47453475-
PAROTITIS
4. Erwanto. Penatalaksanaan Mumps. (serial online). Diakses (tanggal 22 April
2015). Diunduh dari: URL://
http://www.jacinetwork.org/index.php?option=com_content&view=article&id
=73:gondongan-mumps&catid=45:immunization-vaccination&Itemid=70
5. Jones. Parotitis rekuren pada Anak. (serial online). Diakses (tanggal 22 April
2015). Diunduh dari URL:// :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1988676/pdf/archdisch01408-
0024.pdf
6. Ranuh GNGI, Suyitno H, et al. Campak, gondongan dan rubella dalam
Pedoman Imunisasi Di Indonesia. Edisi keempat. Jakarta: Ikatan dokter anak
Indonesia. 2011. P.353-61
7. Pudjijadi STM, Hadinegoro STS. Orktis Pada Infeksi Parotitis Epidemika:
Laporan Kasus. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 1, Juni 2009 .Diakses (tanggal 22
April 2015). Diunduh dari URL:// http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/11-1-
8.pdf

24
8. Templer WJ, Meyer DA et al. parotitis. Diunduh dari URL://
http://emedicine.medscape.com/article/882461-overview pada tanggal 22
April 2015.
9. Sri Weli Teguh Pujo Sakti. Parotitis epidemika. 2015. Serial online. Diunduh
dari URL:// http://elixir38.student.unej.ac.id/index.php/informasi-
kesehatan/tht/parotitis-epidemika/ pada tanggal 22 April 2015.

25
LAMPIRAN

26

Anda mungkin juga menyukai