Anda di halaman 1dari 10

Praktikum Audit

“Kode Etik Akuntan Profesional, Standar Audit, Standar Pengendalian Mutu, dan
Laporan Auditor Independen”

Dosen Pengampu: Dr. Drs. Herkulanus Bambang Suprasto, M.Si., Ak., CA

Oleh:

Desak Made Dwi Januari


1506305026
(07)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Udayana
2018
1. Kode Etik Akuntan Profesional
Salah satu yang membedakan profesi akuntan publik dengan profesi lainnya adalah
tanggung jawab profesi akuntan publik dalam melindungi kepentingan publik. Oleh karena
itu, tanggung jawab profesi akuntan publik itu tidak hanya terbatas pada kepentingan klien
atau pemberi kerja. Ketika bertindak untuk kepentingan publik, setiap praktisi harus
mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika profesi yang di atur dalam
kode etik. Prinsip-prinsip dasar yang disajikan pada bagian A Kode Etik terdiri dari 5 prinsip
yaitu:
1) Prinsip Integritas
Prinsip Integritas ini mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur dan adil dalam
hubungan profesional dan hubungan bisnisnya. Praktisi juga tidak boleh terkait dengan
laporan, komunikasi atau informasi lainnya yang diyakininya terdapat:
a. Kesalahan yang material atau pernyataan yang menyesatkan
b. Pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati
c. Penghilangan atau penyembunyian yang dapat menyesatkan atas informasi yang
seharusnya diungkapkan.
2) Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas ini mengharuskan praktisi untuk tidak membiarkan subjektivitas,
benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain memengaruhi
pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya. Dan praktisi mungkin
dihadapkan pada situasi yang dapat mengurangi objektivitasnya. Karena beragamnya
situasi tersebut tidak mungkin untuk mendefinisikan setiap situasi tersebut. Dan juga
setiap praktisi itu harus menghindari hubungan yang bersifat subjektif atau yang dapat
mengakibatkan pengaruh yang tidak layak terhadap pertimbangan profesionalnya.
3) Prinsip Kompetensi Serta Sikap Kecermatan dan Kehati-Hatian Profesional
Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mewajibkan
setiap praktisi untuk:
a. Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan untuk menjamin
pemberian jasa profesional yang kompeten kepada klien atau pemberi kerja.
b. Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan saksama sesuai dengan standar
profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.
Pemberian jasa profesional yang kompeten membutuhkan pertimbangan yang cermat
dalam menerapkan pengetahuan dan keahlian profesional. Kompetensi profesional dapat
dibagi menjadi dua tahap yang terpisah yaitu:
a. Pencapaian kompetensi profesional
b. Pemeliharaan kompetensi profesional
Sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mengharuskan setiap praktisi untuk
bersikap dan bertindak secara hati-hati, menyeluruh dan tepat waktu, sesuai dengan
persyaratan penugasan. Setiap praktisi juga harus memastikan tersediannya pelatihan dan
penyeliaan yang tepat bagi mereka yang bekerja dibawah wewenangnya dalam kepastian
profesional. Bila dipandang perlu, praktisi harus menjelaskan keterbatasan jasa
profesional yang diberikan kepada klien, pemberi kerja, atau pengguna jasa profesional
lainnya untuk menghindari terjadinya kesalah tafsiran atas pernyataan pendapat yang
terkait dengan jasa profesional yang diberikan.
4) Prinsip Kerahasiaan
Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap praktisi untuk tidak melakukan tindakan-
tindakan sebagai berikut:
a. Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis kepada pihak di luar KAP atau jaringan KAP
tempatnya bekerja tanpa adanya wewenang khusus, kecuali jika terddapat kewajiban
untuk mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya
yang berlaku
b. Menggunakan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungann pribari atau pihak ketiga.
Setiap praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam lingkugan
sosialnya. Setiap praktisi harus waspada terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak
disengaja, terutama dalam situasi yang melibatkan hubungan jangka panjang dengan
rekan bisnis maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya, dan
juga praktisi harus menjaga keragasiaan informasi yang diungkapkan oleh calon klien
atau pemberi kerja. Dan juga mempertimbangkan pentingnya kerahasiaan informasi
terjaga dalam KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja.
Situasi-situasi yang mungkin mengharuskan praktisi untuk mengungkapkan informasi
yang bersifat rahasia atau ketika pengungkapan tersebut dianggap tepat yaitu
Pengungkapan yang diperbolehkan oleh hukum dan disetujui oleh klien atau pemberi
kerja. Dan dalam memutuskan untuk mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia,
setiap praktisi harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Dirugikan tidaknya kepentingan semua pihak, termasuk pihak ketiga, jika klien atau
pemberi kerja mengizinkan pengungkapan informasi oleh praktisi
b. Diketahui tidaknya dan didukung tidaknya semua informasi yang relevan. Ketika
fakta atau kesimpulan tidak didukung bukti, atau ketika informasi tidak lengkap,
pertimbangan profesional harus digunakan untuk menentukan jenis pengungkapan
yang harus dilakukan.
c. Jenis komunikasi yang diharapkan dan pihak yang dituju. Setiap praktisi harus
memastikan tepat tidaknya pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut.
5) Perilaku Profesional
Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi setiap
ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang
dapat mendiskreditkan terciptanya kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga yang
rasional dan memiliki pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, yang dapat
menurunkan reputasi profesi. Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan
pekerjaannya, setiap praktisi tidak boleh merendahkan martabat profesi, setiap praktisi
harus bersikap jujur dan tidak boleh bersikap atau melakukan tindakan sebagai berikut :
a. Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat
diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang telah diperoleh.
b. Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak
didukung bukti terhadap hasil pekerjaan praktisi lain.

2. Standar Audit
Standar Audit adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan
standar pelaporan beserta interpretasinya. isi dari ke sepuluh standar tersebut adalah :
1) Standar Umum
a. Proses audit harus dilaksanakan oleh seseorang yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis sebagai auditor.
b. Seorang Auditor harus mempertahankan dan mengedepankan sesuatu yang
berhubungan dengan Independensi dan Perikatan.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran ilmuya secara profesional dengan cermat dan seksama.
2) Standar pekerjaan lapangan
a. Pekerjaan mengaudit harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten
harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman mengenai pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit
dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan saat
mengaudit.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan yang diaudit.
3) Standar pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi di Indonesia yang berlaku umum
b. Laporan auditor harus menunjukkan jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip
akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak
dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan.
Standar audit berfungsi sebagai pengendali secara preventif terhadap kecurangan,
ketidakjujuran dan kelalaian. Standar audit juga dapat mendorong akuntan publik
menggunakan kemahirannya jabatannya, menjaga kerahasiaan informasi/data yang
diperoleh, melakukan pengendalian mutu, dan bersikap professional.
Kesepuluh standar auditing tersebut menjadi pedoman oleh akuntan public yang
melaksanakan tugas profesionalnya ketika melakukan pemeriksaan laporan keuangan. Jadi,
jika kalian ingin menjadi auditor harus memahami 10 standar auditing tersebut supaya bisa
menerapkannya dengan efisien.

3. Standar Pengendalian Mutu


KAP wajib mempertimbangkan setiap unsur pengendalian mutu yang akan dibahas,
sejauh mana akan diterapkan dalam pratiknya, dalam menentukan kebijakan dan prosedur
pengendalian mutu lainnya. Unsur-unsur pengendalian mutu berhubungan satu samalain,
oleh karena itu, praktik pemekerjaan KAP memengaruhi kebijakan pelatihannya dan praktik-
praktik lainnya. Untuk memenuhi ketentuan yang dimaksud, KAP wajib membuat kebijakan
dan Prosedur pengendalian Mutu mengenai :
1) Independensi
Kantor Akuntan Publik harus merumuskan kebijakan dan prosedur yang memberi
keyakinan bahwa setiap personil akan mempertahankan diri independensinya.
2) Penugasan Personil
Kantor Akuntan Publik harus merumuskan kebijakan dan prosedur yang memberi
keyakinan bahwa setiap personil mempunyai tingkat pelatihan dan keahlian teknis.
3) Konsultasi
Kantor Akuntan Publik harus merumuskan kebijakan dan prosedur yang memberi
keyakinan bahwa setiap personil akan memperoleh informasi memadai sesuai yang
dibutuhkan dari orang yang memilliki tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan
dan wewenang yang memadai.
4) Supervisi
Kantor Akuntan Publik harus merumuskan kebijakan dan prosedur pengendalian
mutu mengenai pelaksanaan dan supervisi perikatan untuk memberikan keyakinan yang
memadai bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang ditetapkan Kantor
Akuntan Publik.
5) Pemekerjaan (hiring)
Kantor Akuntan Publik harus merumuskan kebijakan dan prosedur untuk
memberikan keyakinan yang memadai bahwa orang yang diperjakan memiliki
karakteristik semestinya sehingga mereka akan melaksanakan penugasan secara
kompeten.
6) Pengembangan Profesional
Kantor Akuntan Publik harus merumuskan kebijakan dan prosedur untuk
memberikan keyakinan yang memadai bahwa personil mempunyai pengetahuan yang
memadai, dengan demikian bisa memenuhi tanggungjawabnya.
7) Promosi (Advancement)
Kantor Akuntan Publik harus merumuskan kebijakan dan prosedur untuk
memberikan keyakinan yang memadai bahwa personil yang terseleksi untuk promosi
memiliki kualifikasi.
8) Penerimaan dan Keberlanjutan Klien
Kantor Akuntan Publik harus merumuskan kebijakan dan prosedur untuk menentukan
apakah perikatan dari klien akan diterima/ dilanjutkan untuk meminimkan kemungkinan
terjadinya hubungan dengan klien yang manajemennya tidak mempunyai integritas.
9) Inspeksi
Kantor Akuntan Publik harus merumuskan kebijakan dan prosedur untuk
memberikan keyakinan yang memadai bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur
lain pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif.
Laporan Auditor Independen
Daftar Pustaka

Kode Etik Akuntan Profesional yang diunduh dari www.iaiglobal.co.id pada tanggal 16
Februari 2018

Laporan Keuangan Audited per 31 Desember 2016 PT Unilever Indonesia (Persero) Tbk. Yang
diunduh di www.idx.co.id pada tanggal 13 Februari 2018

Standar Auditing yang diperoleh dari www.iapi.or.id pada tanggal 13 Februari 2018

Anda mungkin juga menyukai