Anda di halaman 1dari 14

FENOMENA BAHASA ALAY DI SOSIAL MEDIA

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Bahasa Indonesia Semester V
Pengampu : Najma Thalia, S.S., M.Hum

Oleh :
NISA NUR RAHMANI
B 100160333

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan dan perkembangan teknologi di era globalisasi sekarang


ini sangatlah pesat. Apalagi dengan masuknya budaya asing yang akan
semakin mempengaruhi kehidupan dan pergaulan, terutama pada remaja.
Dengan semakin majunya teknologi dan ditambah dengan pengaruh budaya
asing tersebut, maka akan mengubah sikap, perilaku serta kebiasaan mereka.
Hal tersebut tidak hanya mengubah gaya hidup, seperti cara berpakaian, tetapi
juga dapat mengubah cara seseorang dalam berinteraksi serta berkomunikasi
dengan orang lain. Hal ini tentunya berkaitan erat dengan penggunaan bahasa.

Seiring perkembangan jaman, penggunaan bahasa Indonesia


dengan baik dan benar pada masyarakat terutama pada kalangan remaja
secara perlahan mulai luntur. Hal itu terjadi karena munculnya modifikasi
bahasa, yang sering disebut dengan ‘bahasa alay’. Bahasa alay mulai muncul
dan berkembang seiring dengan pesatnya penggunaan jejaring sosial seperti
facebook, twitter, dan lain sebagainya. Bahkan bukan hanya dalam dunia
maya (seperti facebook dan twitter), bahasa alay juga banyak ditemukan di
televisi, radio, majalah, bahkan koran. Terutama pada hal-hal yang berkaitan
langsung dengan remaja, misalnya acara-acara ditelevisi yang menjadi
totonan utama dan memang ditujukan kepada para remaja. Hal tersebut
membuat penyebaran bahasa alay di kalangan remaja menjadi semakin pesat.

Selain itu, remaja tidak ingin selalu terpaku dalam bahasa baku,
yang harus digunakan dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah yang
dianjurkan. Seperti yang diketahui bahwa remaja tidak begitu suka dengan
adanya aturan-aturan. Itulah sebabnya mengapa mereka lebih banyak memilih
menggunakan bahasa alay daripada bahasa Indonesia. Apalagi beberapa dari
mereka beranggapan bahwa bahasa alay adalah bahasa gaul, sehingga
seseorang yang tidak menggunakannya akan dianggap kuno, ketinggalan
jaman, bahkan ‘ndeso’ yang berarti kampungan. Dengan adanya pernyataan
tersebut, maka remaja akan semakin tertantang dan berlomba-lomba untuk
mencari tahu bahkan menciptakan sendiri bahasa-bahasa yang menurut
mereka pantas untuk disebut sebagai bahasa alay dan dapat digunakan oleh
remaja-remaja lainnya.

Dengan penggunaan bahasa alay oleh remaja yang semakin


berkembang ini, bisa jadi suatu saat nanti anak cucu sudah tidak lagi
mengenal bahasa baku dan tidak lagi memakai EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan) sebagai pedoman dalam berbahasa, kemudian menganggap
remeh bahasa Indonesia. Jika hal ini terus berlangsung, dikahawatirkan akan
menghilangkan budaya berbahasa Indonesia dikalangan remaja bahkan
dikalangan anak-anak. Padahal bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi
negara kita dan juga sebagai identitas bangsa. Oleh karena itu, kita sebagai
generasi penerus bangsa, harusnya mampu menjadi tonggak dalam
mempertahankan bangsa Indonesia ini. Salah satu yang bisa kita lakukan
adalah dengan menjaga, melestarikan, dan menjunjung tinggi bahasa
Indonesia. Seperti dalam ikrar ketiga Sumpah Pemuda yang berbunyi, “Kami
putra-putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik bahasa alay di sosial media ?


2. Bagaimana awal mula penggunaan bahasa alay di sosial media ?
3. Bagaimana perkembangan bahasa alay di sosial media ?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Menjelaskan karakteristik bahasa alay di sosial media


2. Menjelaskan awal mula penggunaan bahasa alay di sosial media
3. Menjelaskan perkembangan bahasa alay di sosial media
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahasa adalah sistem
lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat
untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
Bahasa yang dipergunakan oleh kelompok-kelompok masyarakat
dalam berkomunikasi memiliki dua arti, yaitu bunyi bahasa yang dihasilkan
oleh alat-alat ucap dan arti atau makna yang tersirat dalam bunyi bahasa.
Bunyi bahasa yang disebut dengan arus ujaran tersebut merupakan
getaran yang merangsang alat pendengaran manusia, sedangkan arti atau
makna adalah isi yang terkandung di dalam bunyi bahasa yang diucapkan
oleh manusia tersebut.
Berbahasa dengan baik dan benar tidak hanya menekankan
kebenaran dalam hal tata bahasa, melainkan juga memperhatikan aspek
komunikatif. Bahasa yang komunikatif tidak harus merupakan bahasa
standar. Sebaliknya, penggunaan bahasa standar tidak berarti bahasa tersebut
baik dan benar. Sebaiknya, kita menggunakan ragam bahasa yang serasi
dengan sasarannya dan disamping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar
(Alwi dkk, 1998: 21)

Berikut ini beberapa pengertian bahasa menurut para ahli :

1. Menurut Mc. Carthy, bahasa adalah praktik yang paling tepat untuk
mengembangkan kemampuan berpikir.
2. Menurut William A. Haviland, Bahasa adalah suatu sistem bunyi yang
jika digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat
ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu.
3. Menurut Wibowo (2001), Bahasa adalah sistem simbol bunyi yang
bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat
arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh
sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
4. Menurut Keraf Smarapradhipa (2005), ia memberikan dua pengertian
mengani bahasa, yakni 1) menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi
antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia; 2) Bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan
simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.
5. Menurut Mackey (1986), bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu
keadaan (lenguage may be form and not matter) atau sesuatu sistem
lambang bunyi yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak
sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam
sistem-sistem.
B. Fungsi Bahasa

Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang paling efektif


digunakan oleh berbagai anggota masyarakat. Selanjutnya, fungsi umum
bahasa tersebut dapat dijabarkan menjadi, antara lain sebagai berikut.

1. Untuk tujuan praktis, yaitu sebagai sarana berkomunikasi dalam pergaulan


sehari-hari.

2. Untuk tujuan artistik, yaitu mengolah dan mempergunakan bahasa dengan


cara seindah-indahnya guna pemuasan rasa estetis manusia dalam
kesusastraan dan seni.

3. Sebagai sarana untuk mengembangkan bidang ilmu.

4. Tujuan filologis, yakni untuk mempelajari manuskrip yang berisi latar


belakang sejarah manusia, sejarah kebudayaan, dan adat istiadat serta
untuk mengetahui sejarah perkembangan suatu bahasa
C. Bahasa Alay

Menurut Koentjara Ningrat :

"Alay adalah gejala yang dialami pemuda-pemudi Indonesia, yang ingin


diakui statusnya diantara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya
tulisan, dan gaya berpakain, sekaligus meningkatkan kenarsisan, yang cukup
mengganggu masyarakat dunia maya. Diharapkan Sifat ini segera hilang, jika
tidak akan mengganggu masyarakat sekitar"

Menurut Selo Soemardjan:

"Alay adalah perilaku remaja Indonesia, yang membuat dirinya merasa keren,
cantik, hebat diantara yang lain. Hal ini bertentangan dengan sifat Rakyat
Indonesia yang sopan, santun, dan ramah. Faktor yang menyebabkan bisa
melalui media TV (sinetron), dan musisi dengan dandanan seperti itu."

Menurut Sahala Saragih :

“Bahasa alay merupakan bahasa sandi yang hanya berlaku dalam komunitas
mereka. Penggunaan bahasa sandi tersebut menjadi masalah jika digunakan
dalam komunikasi massa atau dipakai dalam komunikasi secara tertulis.
Dalam ilmu bahasa, bahasa alay termasuk sejenis bahasa ‘diakronik’ yaitu
bahasa yang dipakai oleh suatu kelompok dalam kurun waktu tertentu. Ia
akan berkembang hanya dalam kurun tertentu. Perkembangan bahasa
diakronik ini, tidak hanya penting dipelajari oleh para ahli bahasa, tetapi juga
ahli sosial atau mungkin juga politik. Sebab, bahasa merupakan sebuah
fenomena sosial. Ia hidup dan berkembang karena fenomena sosial tertentu.”

D. Karakteristik Bahasa Alay

Seiring dengan semakin banyaknya penggunaan bahasa alay pada


kalangan remaja, variasi atau karasteristiknya pun semakin beragam. Antara
lain:
a.Pemakaian huruf besar kecil yang berantakan dalam satu kalimat,

contohnya: “kaMu Lagi nGapaiN?”

b.Penggunaan angka sebagai pengganti huruf,

contohnya: “k4mu L49i n94p4in?”

c.Penambahan atau pengurangan huruf-huruf dalam satu kalimat,

contohnya: “amue agie ngapaein?”

d.Menambahkan atau mengganti salah satu huruf dalam kalimat,

contohnya: “xmoe agie ngaps?”

e.Penggunaan simbol-simbol dalam kalimat,

contohnya: “k@mu L@g! nG@p@!n?”

Contoh-contoh tersebut masih sangat sedikit, itu artinya masih banyak lagi
variasi-variasi atau karasteristik penggunaan bahasa alay di kalangan remaja
saat ini. Karasteristik tersebut juga tidak dapat diketahui dan dijelaskan
secara pasti karena kata-kata dalam bahasa alay itu sendiri tidak mempunyai
standar yang pasti, hanya disesuaikan oleh mood atau teknik penulisan si
pembuat kalimat.

E. Awal Mula Penggunaan Bahasa Alay

Dengan semakin berkembangnya teknologi, terutama


berkembangnya situs jejaring sosial, seperti facebook dan twitter. Pada tahun
2008, muncul suatu bahasa baru dikalangan remaja, yang disebut dengan
bahasa “Alay”. Kemunculannya dapat dikatakan fenomenal, karena cukup
menyita perhatian. Bahasa baru ini seolah menggeser penggunaan bahasa
Indonesia dikalangan segelintir remaja. Mereka lebih tertarik untuk
mengunakan bahasa alay yang dapat digunakan sesuai keinginan mereka
daripada menggunakan bahasa Indonesia yang kaku dan baku.
Awal mula kemunculan bahasa rumit ini tak lepas dari
perkembangan SMS atau layanan pesan singkat. Namanya pesan singkat,
maka menulisnya jadi serba singkat, agar pesan yang panjang bisa terkirim
hanya dengan sekali SMS. Selain itu, juga agar tidak terlalu lama mengetik
dengan tombol ponsel yang terbatas. Awalnya, hanya serba menyingkat.
Kemudian huruf-huruf mulai diganti dengan angka, atau diganti dengan huruf
lain yang jika dibaca kurang lebih menghasilkan bunyi yang mirip.
Belakangan, bukannya disingkat malah dilebih-Iebihkan, seperti “dulu”
menjadi “duluw". Ketika jejaring sosial lewat internet datang sebagai media
baru yang mewabah, budaya menulis pesan singkat ini terbawa dan makin
hidup di situ. Lambat laun, mni menjadi semacam subbudaya dalam cara
berkomnikasi anak muda yang kemudian disebut sebagai Anak Alay, dengan
Bahasa Alay sebagai intangible artefact-nya ( Hasanuddin dkk, 2011: 87)

F. Perkembangan Bahasa Alay


Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa bahasa alay sudah
mulai berkembang pesat seiring dengan berkembangnya teknologi. Yang
sebelumnya hanya digunakan oleh kalangan tertentu, sekarang bahasa alay
sudah dapat digunakan oleh berbagai kalangan, tak terkecuali anak-anak.
Yang semula hanya digunakan dalam bentuk tulisan, sekarang bahasa alay
sudah banyak ditemukan dalam bentuk lisan. Banyak cara yang digunakan
untuk berbahasa alay dalam bentuk lisan, salah satunya yaitu dengan
memonyongkan bibir atau mendesah mengikuti kata-kata yang mereka
ucapkan.
Bagi mereka yang sudah terbiasa dan menyukai kebiasaan mereka
berbahasa alay, hal tersebut merupakan kesenangan dan kebanggaan
tersendiri. Mereka menginginkan untuk menjadi yang paling ‘keren’ dari
teman-temannya. Mereka menganggap bahwa bahasa alay merupakan bentuk
kreativitas yang harus mereka kembangkan untuk mencapai sebuah kepuasan
dan untuk mendapatkan pujian dari teman-temannya. Namun dalam
pandangan orang lain yang tidak terbiasa mendengar atau menggunakan
bahasa alay, hal tersebut justru sangat ‘norak’ dan kampungan. Mereka tidak
mau menerima adanya bahasa alay karena mereka terganggu dan
menganggap bahasa alay adalah bahasa yang sangat sulit untuk dipahamai
serta tidak mudah dimengerti.

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa alay untuk generasi


muda saat ini sudah sangat tidak mengindahkan efesiensi, melainkan hanya
sekedar trend belaka (Misbakhul Munir, Guru SD Al-Azhar Syifa Budi,
Solo).

G. Dampak Bahasa Alay


Penggunaan bahasa alay memiliki dampak yang positif dan negatif.
Dampak positif digunakannya bahasa alay adalah remaja menjadi lebih
kreatif. Menganggu atau tidaknya bahasa alay dapat dianggap sebagai
perubahan atau inovasi serta modifikasi bahasa yang muncul. Bahasa alay ini
juga merupakan fenomena bahasa modifikasi yang menandakan remaja
Indonesia sangat kreatif dalam mengolah bahasa yang sudah ada menjadi
suatu bahasa baru. Sedangkan dampak negatifnya adalah penggunaan bahasa
alay dapat mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia dengan baik
dan benar karena bahasa alay tidak masuk ke dalam tatanan bahasa yang telah
ditentukan. Jika hal ini terjadi maka akan melumpuhkan bahasa Indonesia
secara perlahan karena semakin banyak orang nyaman menggunakan bahasa
alay maka akan semakin sedikit orang yang menggunakan bahasa Indonesia,
sehingga bahasa Indonesia akan semakin dilupakan lalu punah. Dampak
negatif lainnya, bahasa alay dapat mengganggu siapapun yang membaca dan
mendengar kata-kata yang terdapat di dalamnya karena tidak semua orang
mengerti akan maksud dari kata-kata alay tersebut.
H. Penanganan Dampak Bahasa Alay
Penanganan dampak dari bahasa alay dapat dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya dengan cara mensosialisasikan bahasa asli kita
yaitu bahasa Indonesia. Kita harus mulai mensosialisasikan penggunaan
bahasa Indonesia karena bahasa Indonesia merupakan ciri khas sekaligus
identitas bangsa Indonesia, selain itu bahasa Indonesia juga merupakan
bahasa pemersatu diantara ribuan bahasa yang ada di Indonesia. Sosialisasi
ini menjelaskan tentang sejarah bahasa Indonesia, penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, pentingnya berbahasa Indonesia, dll.

Untuk mewujudkan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan


benar dapat dilakukan berbagai upaya strategis dalam pengajaran bahasa
Indonesia. Salah satunya adalah dosen, guru, dan mahasiswa bahasa dan
sastra Indonesia memiliki tupoksi pelestarian dan pengembangan bahasa
Indonesia di ranah pendidikan (Rohmasi, 2008)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kita sebagai warga Indonesia harus menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Maksud dari bahasa yang benar atau betul
ialah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang
dianggap baku. Sedangkan bahasa yang baik atau tepat ialah pemanfaatan
ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian
bahasa. Maka anjuran agar kita “berbahasa Indonesia dengan baik dan benar”
dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan
yang di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan “bahasa
yang baik dan benar”, sebaliknya, mengacu ke ragam bahasa yang sekaligs
memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.

Tata bahasa Indonesia saat ini sudah banyak mengalami perubahan.


Masyarakat Indonesia sudah tidak bisa lagi menggunakan bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, terutama pada kalangan remaja. Hal tersebut terjadi
karena adanya budaya asing dan berbagai variasi serta modifikasi bahasa
yang mereka anggap sebagai sebuah kreativitas. Mereka lebih memilih
menggunakan bahasa baru tersebut daripada bahasa Indonesia, karena mereka
takut dikatakan sebagai remaja yang kampungan dan ketinggalan jaman.
Bahasa baru itu mereka sebut dengan “bahasa Alay”.

Penggunaaan bahasa Alay sudah semakin berkembang dikalangan


remaja saat ini. Hal tersebut tentunya sangat mengkhawatirkan dan
berdampak buruk bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia itu
sendiri. Karena masyarakat Indonesia nantinya akan melupakan dan tidak lagi
menggnakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
B. Saran
Sebenarnya sah-sah saja bagi mereka (terutama remaja) yang
menggunakan bahasa alay, karena hal tersebut merupakan bentuk kreatifitas
yang mereka buat. Namun sebaiknya penggunaan bahasa alay dapat
digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi atau tidak digunakan pada
situasi-situasi yang formal. Misalnya pada saat berbicara dengan teman.
Teman disini adalah mereka yang mengetahui dan mengerti bahasa alay
tersebut. Tetapi juga jangan sampai menghilangkan budaya berbahasa
Indonesia kita. Karena biar bagaimanapun bahasa Indonesia tetap menjadi
bahasa kebanggaan kita dan wajib untuk dijaga serta dilestarikan.

Sebaiknya bahasa Alay dipergunakan pada situasi yang tidak


formal seperti ketika kita sedang berbicara dengan teman. Atau pada
komunitas yang mengerti dengan sandi bahasa Alay tersebut. Kita boleh
menggunakannya, akan tetapi jangan sampai menghilangkan budaya
berbahasa Indonesia. Karena bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi
kenegaraan dan lambang dari identitas nasional, yang kedudukannya
tercantum dalam Sumpah Pemuda dan UUD 1945 Pasal 36.
DAFTAR PUSTAKA

Alwi. dkk. 199. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Dzulqornain. 2017. Pengertian Bahasa Menurut Kamus Besar Bahasa


Indonesia (KBBI) dan Fungsi Bahasa Sebagai Alat Komunikasi
Bagi Manusia Secara Umum. www.kuttabku.com (diakses
tanggal 15 Desember 2017 pukul 20.15)

Hasanuddin dkk. 2011. ANXIETIES/DESIRES. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama

Rohmadi, Muhammad. Dkk. 2006. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.


Surakarta : UNS Press.

Rokhim, Ridho. 2016. “Pengaruh Bahasa Gaul Terhadap Perkembangan


Indonesia”. www.scribd.com (diakses tanggal 15 Desmber 2017
pukul 20.30)

SiMbah. 2015. Apa Itu Bahasa dan Pengertian Bahasa Menurut Ahli
www.si-pedia.com (diakses tanggal 15 Desember 2017 pukul 20.00)

Anda mungkin juga menyukai