Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak masa prasejarah umat manusia telah menggunakan berbagai zat


dengan harapan akan mengurangi rasa sakit fisik atau mengubah kondisi
kesadaran. Hampir seluruh manusia telah menemukan semacam zat beracun
yang mempengaruhi sistem saraf pusat, menghilangkan penderitaan fisik dan
mental atau menghasilkan euforia. Terlepas dari konsekuensi mengonsumsi
zat-zat semacam itu yang sering kali sangat merusak, efek awalnya biasanya
menyenangkan, suatu faktor yang mungkin menjadi akar penyalahgunaan zat.
Orang-orang yang menyalahgunakan obat-obatan mengalami kerugian
yang sangat besar karenanya hubungan pribadi yang dekat sering kali hancur,
dan performa kerja sangat menurun. Kerugian karena penyalahgunaan obat
termasuk kematian dini para penyalahguna, penanganan para penyalahguna,
kriminalitas, dan penyakit medis yang sering kali ditimbulkan oleh
penyalahgunaan obat.
Pada tahun 1999, di Amerika Serikat hampir 15 juta orang rnenuturkan
bahwa mereka menggunakan obat terlarang pada bulan sebelumnya. Selain
itu, 105 juta orang Amerika yang berusia di atas 12 tahun menuturkan bahwa
mereka mengkonsumsi alkohol dari berbagai jenis, dan 45 juta orang
Amerika menuturkan bahwa mereka melakukan minimal satu episode
minum berlebihan (minum 5 gelas atau lebih) dalam 30 hari terakhir
(SAMHS, 2000).
Bukan hanya itu saja, beberapa obat-obatan medis yang sering kita
jumpai pun saat ini sudah banyak disalahgunakan oleh para remaja untuk
memberikan efek yang sama seperti halnya saat menggunakan narkoba.
Mereka menyalahgunakan obat-obatan medis tersebut karena obat tersebut
dapat dijumpai dengan mudah di lingkungannya sendiri dan harganya pun
lebih murah jika dibandingkan dengan narkoba itu sendiri. Untuk itu,
berdasarkan latar belakang ini, kami akan mencoba membahas tentang

1|Undang-Undang Kesehatan
penyalahgunaan obat-obat medis dan dampak dari penyalahgunaan bagi
pasien dan peran penting apoteker sebagai Tenaga Kesehatan.

B. Tujuan
Makalah ini dibuat sebagai pedoman, agar siswa mengetahui tentang
obat medis apa saja yang terkadang disalahgunakan serta melindungi
konsumen akan hal-hal yang tidak diinginkan dari penyalahgunaan obat-
obatan tersebut.

C. Rumusan Masalah
Secara garis besar, masalah yang kami rumuskan adalah sebagai berikut.
1. Apakah yang dimaksud penyalahgunaan zat / obat?
2. Obat medis apa saja yang sering disalahgunakan?
3. Bagaimanakah mencegahan penyalahgunaan obat-obat medis?
4. Mengapa seseorang menyalahgunaan obat-obatan?
5. Siapa saja yang bertaggungjawab terhadap penyalahgunaan obat-obatan?
6. Darimana saja orang mendapatkan obat-obat yang disalahgunakan?
7. Apa saja peran Tenaga Teknis Kefarmasian dalam menangani
penyalahgunaan Obat-obatan?

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan yang diperoleh dari makalah ini, yaitu :
1. Bagi penyusun
a. Khususnya sebagai objek studi.
b. Untuk menambah wawasan tentang penyalahgunaan obat-obat
medis.
2. Bagi sekolah
a. Sebagai bahan pelajaran tambahan bagi siswa.
b. Sebagai tolak ukur sejauh mana kemampuan siswa membuat sebuah
makalah.

2|Undang-Undang Kesehatan
3. Bagi masyarakat
a. Memberikan informasi tentang bahaya penyalahgunaan obat-obat
medis.
b. Melindungi konsumen dalam penggunakan obat-obatan.
E. Metode Penulisan
Adapun metode yang kami gunakan dalam karya tulis ini adalah
metode studi pustaka, yaitu cara pengumpulan data dengan membaca buku-
buku dan berbagai literatur lain yang berkaitan dengan permasalahan.

F. Sumber Data
Dalam karya tulis ini, kami memperoleh data dengan cara membaca
buku – buku dan dan mencari bahan dari sumber lain yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan dibahas.

3|Undang-Undang Kesehatan
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Definisi, Tugas dan Fungsi Apotek


a. Definisi

Menurut Keputusan Menkes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 Apotek


merupakan suatu tempat tertentu untuk melakukan pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran obat kepada masyarakat.

Definisi apotek menurut PP 51 Tahun 2009. Apotek merupakan suatu


tempatatau terminal distribusi obat perbekalan farmasi yang dikelola oleh
apoteker sesuai standar dan etika kefarmasian.

b. Tugas dan Fungsi Apotek

Apotek memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut :

1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah


mengucapkan sumpah jabatan
2. Sarana farmasi untuk melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat.
3. Sarana penyaluran perbekalan farmasi dalam menyebarkan obat –
obatan yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata.

B. Defenisi Penyalahgunaan Zat / Obat

Penyalahgunaan zat / obat adalah penggunaan zat secara terus menerus


bahkan sampai setelah terjadi masalah (Stuart & Sundeen, 1998). Penggunaan
zat secara patologis dikelompokkan dalam dua kategori: penyalahgunaan zat
dan ketergantungan zat. Ketergantungan zat ditandai oleh adanya berbagai
masalah yang berkaitan dengan konsumsi suatu zat. Ini mencakup
penggunaan zat yang lebih banyak dari yang dimaksudkan, mencoba untuk
berhenti, namun tidak berhasil, memiliki berbagai masalah fisik atau

4|Undang-Undang Kesehatan
psikologis yang semakin parah karena penggunaan obat, dan mengalami
masalah dalam pekerjaan atau dengan teman-teman.
Penyalahgunaan obat merupakan suatu keadaan dimana suatu obat
digunakan tidak untuk tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan
untuk mencari atau mencapai tujuan tertentu seperti ingin mendapatkan
kenikmatan dari pemakaian obat tersebut.

C. Obat Medis Yang sering Disalahgunakan


1. Paracetamol
Obat demam atau panas yang tergolong populer saat ini adalah
paracetamol atau acetaminophen. Obat ini tergolong antipyretic
(penurun panas). Untuk dewasa biasanya 500 mg per tablet, 3x sehari
jika perlu. Jangan sampai meminumnya lebih dari satu tablet sekali
minum, dan tentunya sebaiknya sesuai dengan anjuran dosisnya (jika 3x
sehari artinya diminum setiap 6-8 jam). Paracetamol ini muncul dalam
berbagai kemasan obat dengan merek yang berbeda-beda baik pada obat
penurun panas, maupun pada obat batuk, atau flu.
Selain paracetamol, terdapat juga golongan senyawa obat lain yang
juga bisa berfungsi menurunkan panas yakni dari golongan anti-radang
non-steroid (NSAID, Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs). Contoh
obat-obatan golongan ini adalah dari jenis salicylates (seperti : acetyl
salicylic acid atau aspirin, sodium salicylate, choline salicylate, dll),
ibuprofen, ketoprofen, naproxen. Obat jenis ini juga berfungsi
menghilangkan rasa sakit (terutama akibat peradangan).
Tak ada obat yang dikatakan tepat untuk menyembuhkan pilek dan
flu. Obat-obatan yang ada lebih bersifat mengurangi gejala-gejala tak
nyaman sebagaimana disebutkan di atas. Khusus untuk flu saat ini ada
obat yang memang bersifat menyerang virus penyebab flu seperti
Tamiflu, Relenza; akan tetapi digunakan hanya bila dirasa perlu dan
harus atas resep dokter. Pilek atau flu yang relatif biasa akan hilang
sendiri (melemah) dalam beberapa hari terutama jika diiringi dengan

5|Undang-Undang Kesehatan
istirahat yang banyak, banyak minum air, dan bantuan suplemen dan
vitamin.
Paracetamol pada saat ini sering disalahgunakan oleh kalangan
remaja menjadi obat yang memberikan rasa tenang (seperti narkotik).
Karena penjualan obat yang sekarang sangat bebas serta beredar pula di
apotik dimana – mana dan tanpa pengawasan yang ketat, bermacam obat
pereda demam seperti paracetamol ini juga sering disalahgunakan oleh
kalangan remaja maupun dewasa. Apabila obat ini disalahgunakan,
tentunya akan menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.
2. Obat penghilang rasa nyeri
Obat pereda atau penghilang rasa nyeri sering menjadi sahabat orang
dewasa untuk menghilangkan rasa sakit di tubuh. Sayangnya seringkali
orang menjadi ketergantungan terhadap obat penghilang rasa nyeri dan
mengalami overdosis hingga menyebabkan kematian.
Menurut sebuah laporan baru yang dikeluarkan oleh Centers for
Disease Control and Prevention (CDC), resep obat penghilang rasa sakit
(painkiller) yang tidak tepat telah mnyebabkan kematian 15.000 orang di
Amerika Serikat setiap tahun
Kematian akibat overdosis obat penghilang rasa sakit sekarang
melebihi jumlah kematian overdosis gabungan heroin dan kokain.
Menurut data yang telah dipublikasikan pada 1 November 2011, resep
obat penghilang rasa sakit yang sering disalahgunakan adalah oxycodone
(Oxycotin), metadon atau xanax (Vicodin).
Tetapi ada banyak merek obat lain yang juga disalahgunakan, antara
lain:
a) Formulasi Oxycodone: termasuk merek Oxyfast, Percolone, dan
Roxicodone
b) Oxycodone dikombinasikan dengan obat lain: termasuk merek
Endocet, Percocet, Percodan, dan Xolox.
c) Hydrocodone: termasuk merek Lortab, Tussionex, dan Vanacet

6|Undang-Undang Kesehatan
Obat nyeri yang juga sering disalahgunakan adalah Obat somadril
yang fungsinya untuk mengatasi penyakit nyeri otot, nyeri sendi, serta
rematik, dan telah lama beredar di sejumlah warung obat, diduga sering
disalahgunakan untuk kepentingan teler atau mabuk para pembelinya.
Bila obat ini digunakan dalam dosis yang tinggi maka akan menyebabkan
gangguan koordinasi motorik, gangguan konsentrasi, hipotensi, dan
bahkan dapat menyebabkan koma jika terus-menerus digunakan dalam
jumlah yang banyak.
3. Misoprostol / Cytotec
Misoprostol yang efektif digunakan untuk mencegah penyakit maag
dan radang lambung, belakangan ini semakin banyak disalahgunakan
untuk menggugurkan kandungan. Cytotec sebetulnya untuk mengobati
maag dan dilarang keras digunakan untuk perempuan hamil dan ibu
menyusui. Cytotec sebetulnya mempunyai indikasi untuk mengobati
maag kronis. Cara kerjanya dalam mengobati lambung adalah
menetralisir asam lambung yang tinggi (yang menjadi penyebab mual
dan muntah pasien maag). Selain itu cytotec mampu melapisi dinding
usus yang terluka, yang menjadi penyebab meningkatnya asam lambung.
Tetapi efek samping dari obat ini yaitu memacu kontraksi sel otot polos
di mulut rahim wanita yang dapat menyebabkan keguguran (pada wanita
hamil). Oleh sebab itu, obat ini tidak disarankan bagi wanita hamil.
Jika obat ini disalahgunakan oleh wanita hamil untuk melakukan
aborsi, maka Pelaku aborsi bisa mengalami pendarahan terus menerus.
Kalau pendarahan terjadi tanpa bisa dicegah, bisa saja pelaku aborsi
meninggal dunia.
4. Flunitrazepam
Obat flunitrazepam digunakan untuk pengobatan seperti gangguan
kecemasan dan insomnia. Tapi efek kuat dari obat ini yang membuat
orang tertidur panjang hingga 2-8 jam kadang digunakan untuk kejahatan
agar si korban tertidur.

7|Undang-Undang Kesehatan
Di banyak negara, obat flunitrazepam umumnya dikenal dengan
sebutan date rape drug karena bisa melumpuhkan perempuan selama
penyerangan seksual seperti pemerkosaan.
Flunitrazepam memiliki efek fisiologis yang mirip dengan valium
(diazepam), tapi 10 kali lipat lebih kuat. Ketika seseorang mengalami
intoksifikasi umumnya dikaitkan dengan gangguan penilaian dan
keterampilan motorik.
Obat ini tidak memiliki rasa dan bau serta larut dalam air yang
membuatnya sulit dideteksi sehingga banyak orang tidak menyadarinya
ketika ia dicampurkan ke dalam makanan atau minuman.
Sekitar 10 menit setelah obat tersebut dikonsumsi, seseorang
mungkin akan merasa pusing dan bingung, merasa udara di sekitarnya
terlalu panas atau terlalu dingin serta mual.
Secara perlahan ia juga akan mengalami kesulitan berbicara dan
bergerak hingga akhirnya pingsan. Puncak dari efek ini terjadi dalam
waktu 2 jam dan bisa bertahan hingga 8 jam. Umumnya orang yang
konsumsi obat ini tidak bisa mengingat apa yang terjadi selama ia berada
dalam pengaruh obat.
Jika obat ini dikombinasikan dengan alkohol, maka efeknya terhadap
memori dan kemampuan menilai sesuatu akan lebih besar. Dilaporkan
kombinasi ini bisa menyebabkan seseorang tidak sadar selama 8-12 jam
setelah dikonsumsi.
Efek samping dari penggunaan obat ini termasuk penurunan tekanan
darah, gangguan memori, mengantuk, gangguan penglihatan, pusing,
merasa bingung, gangguan pencernaan dan gangguan pada retensi urine.
5. Kodein yang disalahgunakan sebagai morfin
Kodein adalah salah satu turunan morfin, bisa juga diubah menjadi
narkotik yang lebih kuat seperti heroin. Kodein sebenarnya adalah obat
yang sering diresepkan dokter, bisa digunakan sebagai analgetika
(penghilang rasa sakit), anti diare dan antitusive (penekan batuk).
Apoteker/pharmacist harus berhati-hati, karena kodein dapat juga

8|Undang-Undang Kesehatan
disalahgunakan, jika diminum langsung ternyata ada sekian persen yang
diubah menjadi morfin di saluran pencernaan. Lebih parah lagi bila
ternyata pembeli memang sengaja membeli kodein untuk di ubah menjadi
morfin atau heroin. Jika kodein disalahgunakan menjadi morfin, maka
akan menyebabkan hilangnya rasa nyeri, ketegangan berkurang dan
adanya rasa nyaman diikuti perasaan seperti mimpi dan rasa mengantuk.
Jika terus menerus disalahgunakan, tentunya akan menyebabkan
ketergantungan dan meninggal karena overdosis.
6. Obat anti-cemas
Sisa-sisa kecemasan bisa diobati dengan obat anti-cemas yang sesuai,
terapi perilaku atau psikoterapi. Obat anti-cemas disebut juga ansiolitik
atau obat penenang, diberikan untuk mengatasi gejala-gejala kecemasan.
Obat anti-cemas memiliki efek mengendurkan otot-otot, mengurangi
ketegangan, membantu tidur dan mengurangi kecemasan. Yang paling
sering digunakan adalah benzodiazepin. Obat ini mempercepat relaksasi
mental dan fisik dengan cara mengurangi aktivitas saraf di dalam otak.
Tetapi benzodiazepin bisa menyebabkan ketergantungan fisik dan
pemakaian pada alkoholik harus sangat hati-hati. Contoh benzodiazepin
adalah:
 Alprazolam  Lorazepam
 Klordiazepoksid  Oksazepam
 Diazepam  Temazepam
 Flurazepam  Triazolam
Secara klinis, semua senyawa benzodiazepin menyebabkan depresi
susunan saraf pusat yang bervarisai tergantung pada dosis yang diberikan.
Sebelum ditemukannya benzodiazepin, barbiturat merupakan obat
pilihan untuk mengatasi kecemasan. Tetapi obat ini berpotensi untuk
disalahgunakan, sering terjadi gejala putus obat dan overdosis serta sering
menyebabkan kematian; sehingga jarang digunakan lagi.

9|Undang-Undang Kesehatan
Obat-obat anti-depresi kadang juga diberikan untuk penyakit
kecemasan.
Obat anti-depresi yang sering digunakan adalah:
- Selective serotonin reuptake inhibitors (fluoksetin, fluvoksamin,
paroksetin, sertralin)
- Monoamine oxidase inhibitors (fenelzin, tranilsipromin)
- Anti-depresi trisiklik (amitriptilin, amoksapin, klomipramin,
imipramin, nortriptilin, rotriptilin).
Alprazolam adalah salah satu obat anticemas yang sering
disalahgunakan dan paling banyak menimbulkan ketergantungan.
Alprazolam adalah obat yang cara kerjanya memperlambat pergerakan
bahan kimia di dalam otak yang membuat ketidakseimbangan. Dengan
cara kerja ini, ketegangan saraf (kecemasan) seseorang pun berkurang,
sehingga si pemakai relatif tenang.
Obat ini dapat menyebabkan ketergantungan jika digunakan dalam
pemakaian jangka panjang. Jika obat ini disalahgunakan, maka akan
menyebabkan kesulitan berkonsentrasi dan dapat terjadi halusinasi.
7. Dextromethorpan
Dextromethorpan (atau biasa disebut pil dekstro) adalah suatu obat
penekan batuk (anti tusif) yang dapat diperoleh secara bebas, dan banyak
dijumpai pada sediaan obat batuk maupun flu. Dosis dewasa adalah 15-30
mg, diminum 3-4 kali sehari. Efek anti batuknya bisa bertahan 5-6 jam
setelah penggunaan per-oral. Jika digunakan sesuai aturan, jarang
menimbulkan efek samping yang berarti.
Sebelum FDA (Food and Drug Administration) mengganti narcotic
codeine dengan dextromethorpan sebagai obat penekan batuk yang dijual
bebas sekitar tahun 1970-an, remaja dengan mudah mendapatkannya untuk
disalahgunakan. Bertahun-tahun, remaja membuat penemuan bahwa
mereka dapat merasa ‘high/mabuk’ dengan mengkonsumsi obat-obatan
bebas yang mengandung dextromethorpan (juga disebut DXM).
Ditemukan pada tablet, kapsul, dan gel. seperti juga sirup,

10 | U n d a n g - U n d a n g K e s e h a t a n
dextromethorpan ini terkandung di obat-obatan yang diberi label DM,
batuk, penekan batuk atau Tuss (mengandung ‘tuss’ pada nama obatnya).
Obat-obatan yang mengandung dextromethorpan sangat mudah
ditemukan, dapat dibeli sesuai kantong remaja, dan legal. Mendapatkannya
sangat mudah, yaitu dengan membeli di toko obat atau mencarinya di
kotak kotak obat dirumahnya. Dan karena ditemukan pada obat-obatan
bebas, maka remaja mengasumsikan bahwa DXM tidaklah berbahaya.
Meskipun pada media sekarang, menurut US Department of Health
and Human Services Substance Abuse and Mental Health Services
Administration (SAMHSA) yang memonitor hubungan antara obat-obatan
dengan kunjungan pada Gawat Darurat dan kematian secara luas, tidak ada
perubahan secara signifikan pada kunjungan di Gawat Darurat RS akibat
penyalahgunaan DXM sejak 1994.
Perbedaan antara penyalahgunaan obat-obatan batuk dari tahun-tahun
dulu dengan sekarang adalah yaitu remaja sekarang menggunakan internet
tidak hanya untuk membeli DXM dalam bentuk bubuk murni, tapi juga
belajar untuk disalahgunakan lebih lanjut. Karena mengkonsumsi dalam
volume besar dari sirup batuk dapat menyebabkan muntah, maka obat-
obatan tersebut diekstrak dari obat batuk dan dijual kembali di Internet
dalam bentuk tablet yang kemudian ditelan atau bubuk yang dihirup.
Bahkan di versi online terdapat kalkulator yang dapat menghitung
seberapa besar dikonsumsi sesuai dengan berat dan tinggi badannya.
Meskipun DXM dapat dikonsumsi secara aman pada dosis 15 hingga
30 miligram untuk menekan batuk, namun pengguna biasanya
mengkonsumsi lebih dari 360 mg bahkan lebih. Mengkonsumsi dalam
jumlah banyak produk yang mengandung DXM dapat menyebabkan
halusinasi, hilang kendali dari kendaraan (pada saat mengemudi), dan
sensasi ‘out of body’.
Efek samping lainnya yang mungkin terjadi dari penyalahgunaan
DXM yaitu : bingung, sulit mengambil keputusan, penglihatan yang
buram, pusing, paranoia, keringat berlebihan, bicara mencerca, mual,

11 | U n d a n g - U n d a n g K e s e h a t a n
muntah-muntah, sakit perut, detak jantung yang tidak normal, tekanan
darah tinggi, pusing, lesu, mati rasa pada jari kaki dan tangan, pucat, kulit
yang kering dan gatal, hilang kesadaran, demam, kerusakan pada otak dan
bahkan kematian.
Ketika mengkonsumsi dalam jumlah banyak, DXM juga dapat
menyebabkan hyperthermia, atau demam tinggi.
8. Dexametasone
Dexametasone (micronized) 0.5 mg dan clorpeniramina maleat 2 mg
adalah obat-obatan yang lazim dipakai untuk mengobati alergi Sehingga
sering diberikan pada penyakit alergi menahun seperti asma bronchiale,
urticaria dan berbagai penyakit alergi lainnya. Obat yang mengandung
komponen ini sering disalahgunakan untuk menggemukkan badan karena
dampak menahan airnya, atau untuk meningkatkan kualitas tidur
pemakainya. Efek sampingnya adalah timbulnya penyakit pencernaan
seperti penyakit maag, luka di lambung, kelainan pencernaan lainnya.
Karena sifatnya yang menahan air, menyebabkan penderita meningkat
nafsu makannya dan bertambah berat. Selain itu obat yang mengandung
Dexamethasone merupakan pemicu timbulnya penyakit kencing manis,
apalagi kalau pemakai mempunyai riwayat penyakit kencing manis di
keluarga. Obat ini juga menyebabkan timbulnya beberapa penyakit
kejiwaan bila dipakai secara berkesinambungan. Karena dampaknya
imunosupresif, pemakai mudah menderita penyakit infeksi virus dan jamur
pada tubuhnya. Pemakai jangka panjang juga akan menderita
pengeroposan tulang yang disebut sebagai osteoporosis. Bila penderita
terlalu sensitive, dapat pula terjadi shok, yang berujung dengan kematian.

D. Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Obat


Motivasi dan penyebabnya seseorang menyalahgunakan obat bisa
bermacam-macam, antara lain:
1. Ada orang-orang yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan rasa
tertekan (stres dan ketegangan hidup).

12 | U n d a n g - U n d a n g K e s e h a t a n
2. Ada orang-orang yang bertujuan untuk sekadar mendapatkan perasaan
nyaman, menyenangkan.

3. Ada orang-orang yang memakainya untuk lari dari realita dan tanggung
jawab kehidupan.

4. Faktor-faktor Lingkungan. Para remaja dapat menyalahgunakan obat-


obatan dikemudian harinya jikalau kita memanjakan mereka, melindungi
mereka secara berlebih-lebihan, tidak mengizinkan mereka untuk
mandiri, tidak pernah melatih mereka menghadapi dan menyelesaikan
persoalan-persoalan mereka sendiri. Sehingga masa kecil yang seperti
itu, maka akan menghasilkan :
· Pribadi yang tidak matang / labil dan selalu ingin lari dari tanggung
jawab. Seorang anak yang tidak biasa menghadapi dan menyelesaikan
persoalan-persoalan hidupnya sendiri akan cenderung memilih obat-
obatan jikalau ia mau melepaskan diri dan lari dari realita kehidupan
yang menekan.

· Pribadi yang ikut-ikutan. Apalagi sedang mengalami tekanan


lingkungan dimana sebagai pemuda / remaja yang sedang mencari
identitas pribadi, mereka akan tergoda untuk menjadi bagian dari grup di
mana penggunaan obat-obatan oleh satu orang bisa diikuti oleh setiap
orang dalam grup itu.

· Ketergantungan total pada orangtuanya. Keterpisahan dengan


orangtua (kematian atau putusnya hubungan) akan menyebabkan si anak
kehilangan pegangan, apalagi jikalau ia menghadapi tekanan-tekanan
hidup yang lain.

· Pendidikan keluarga yang buruk seringkali diberikan oleh tipe-tipe


keluarga dengan latar belakang orangtua yang bercerai, ibu yang
mengepalai rumah tangga dan menekan si ayah, kedua orangtua yang
memanjakan anak tunggal, orangtua peminum, pergaulan bebas dan
sebagainya.

13 | U n d a n g - U n d a n g K e s e h a t a n
5. Faktor kontribusi : Hubungan interpersonal yang terganggu, atau keadaan
orang tua yang patologis/kacau.
6. Faktor pencetus : Pengaruh teman kelompok, dan tersedianya obat/zat.

E. Pencegahan Penyalahgunaan Obat Medis


Terkait dengan semakin maraknya penyalahgunaan obat medis terutama
penyalahgunaan dextromethorpan, banyak bermunculan oknum penjual pil
dekstro murni dalam bentuk serbuk yang dikemas/dimasukan kedalam kapsul
atau bahkan dicampur dengan obat-obatan terlarang lainnya seperti ekstasi,
metamfetamin, dll.
Untuk mewaspadai/mencegah meningkatnya dampak buruk akibat
penyalahgunaan obat-obatan medis diperlukan peran tenaga kesehatan
(termasuk apoteker), orang tua, guru, masyarakat dan instansi
keamanan/kepolisian secara bersama dan berkesinambungan.
Tips untuk mengantisipasi penyalahgunaan obat-obatan medis :
1. Apotek dan toko obat perlu mewaspadai terhadap pembelian obat-obatan
medis seperti yang telah disebutkan sebelumnya dalam jumlah yang tidak
wajar.
2. Apoteker perlu menjadi front liner atau petugas gardu terdepan dalam
memberi pelayanan, agar dapat berkomunikasi secara langsung dengan
konsumen / masyarakat, sehingga dapat segera mengantisipasi dan
mengambil sikap terhadap hal-hal yang tidak wajar terkait dengan
pembelian obat-obatan medis di apotik.
3. Orang tua diharapkan rajin mengontrol kamar tidur, lemari pakaian /
buku, laci putra-putrinya untuk mengetahui barang-barang yang
tersimpan di dalamnya. Jika ditemukan obat-obatan medis, perlu segera
dipastikan apakah putra-putri anda memerlukan obat tersebut atau tidak.
4. Jika masyarakat menemukan oknum pengedar pil dekstro atau obat-
obatan lain yang bertujuan untuk disalahgunakan, diharapkan segera
melaporkan pada pihak keamanan, karena pil dekstro atau obat-obatan

14 | U n d a n g - U n d a n g K e s e h a t a n
lain walaupun dapat dibeli secara bebas tapi sebenarnya obat-obatan
tersebut hanya boleh dijual di apotik atau toko obat berizin.

F. Undang-Undang Perlindungan Konsumen dalam Hal


Penyalahgunaan Obat-Obatan
Hubungan hukum antara apoteker dengan pasien menjadi
perbincangan setelah dikeluarkannya Undang-undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen, selanjutnya disebut Undang-
undang Perlindungan Konsumen (UUPK). Hukum Perlindungan
Konsumen mendapatkan landasan hukumnya pada UUD 1945,
Pembukaan, alinea ke-4 berbunyi: “Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia. Secara rinci Undang-undang ini memberikan
pengaturan tentang hak dan kewajiban, baik bagi pemberi jasa maupun
pengguna jasa. Kedua Undang-undang ini baik UU Kesehatan maupun
UUPK memberikan peranannya sebagai peraturan yang sedikitnya
mengatur masalah perlindungan hukum terhadap pasien yang dirugikan
atas tindakan apoteker yang melakukan kesalahan pemberian obat
berdasarkan resep dokter, selain itu juga mengenai tanggung jawab perdata
yang harus ditempuh apoteker sebagai upaya untuk mengganti kerugian
yang diderita pasien atas tindakan kesalahannya itu.

15 | U n d a n g - U n d a n g K e s e h a t a n
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kasus Penyalahgunaan Antibiotik di Masyarakat


1. Kasus
Masyarakat awam seringkali tidak memiliki pengetahuan yang
memadai tentang berbagai jenis obat dan aturan penggunaannya. Dewasa
ini banyak masayrakat yang kecanduan membeli obat selain obat bebas
dan obat bebas terbatas tanpa memeriksakan dirinya dahulu ke dokter dan
banyak dari kalangan masyarakat yang kecanduan antibiotik. Hal ini
kemungkinan karena masyarakat menilai jika periksa dahulu ke dokter
baru menebus resep dan membeli obat biaya yang dikeluarkan akan jauh
lebih besar dibandingkan dengan hanya ke apotek dan membeli obat.
Banyak juga apotek yang kadang hanya mengejar omzet tanpa
mempedulikan pelayanan.

Masyarakat juga semakin pintar dengan kemajuan teknologi, semakin


mempermudah menacri sesuatu di internet termasuk obat. Dengan mudah
“googling” mencari obat sesuai keluhan dan tak sedikit yang datang ke
apotek untuk membeli obat keras yang dibeli tanpa resep dokter. Beberapa
masyarakat beranggapan antibiotik merupakan salah satu obat wajib yang
harus diminum ketika sakit. Bahkan Kadang penyakit yang disebabkan
virus seperti pilek yang tidak memerlukan antibiotik tetap diberikan resep
antibiotik. Penggunaan antibiotik yang sembarangan dan tidak rasional
apalagi dibeli tanpa resep dokter akan mengakibatkan resistensi penyebab
penyakit pada antibiotik.

Resisten adalah bakteri yang sensitif tidak akan terbunuh namun


semakin tumbuh dan berkembang biak.Rentetan akibat resistensi ini
panjang, di mana pasien yang tak kunjung sembuh, bakteri juga bisa

16 | U n d a n g - U n d a n g K e s e h a t a n
mengancam ke anggota keluarga lain, teman maupun rekan kerja sehingga
menimbulkan rantai penyakit menular yang baru dan sulit disembuhkan
juga menambah pengeluaran untuk berobat.

Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, sekitar 86,1 persen rumah


tangga menyimpan antibiotik tanpa resep. Hal itu menunjukkan
ketidakdisiplinan tenaga kesehatan dalam memberikan antibiotik.
Hasil riset ”Antimirobial Resistance” di Indonesia pada 2011, dari 2.494
responden, ditemukan resistensi Escherichia coli terhadap antibiotik pada
43 persen responden terhadap berbagai jenis antibiotik, antara lain :
ampisilin (34 persen), kotrimoksazol (29 persen) dan kloramfenikol (25
persen). Hal serupa ditemukan pada bakteri penyebab tuberkulosis.
Kondisi itu terjadi karena ketidakpatuhan pemakaian antibiotik. Untuk itu,
apoteker dan asisten apoteker diimbau mengingatkan pasien agar
menghabiskan antibiotik yang diresepkan.

Dalam hal di atas kita tidak bisa hanya menyalahkan pasien, tetapi
farmasis juga bertanggung jawab dengan keadaan ini karena telah
melakukan penjualan antibiotik secara bebas . Namun sayangnya, berapa
jumlah keseluruhan apoteker-apoteker nakal tersebut belum bisa
dipastikan.

2. Alasan Penyalahgunaan Obat


Ada tiga kemungkinan seorang memulai penyalahgunaan obat.
a. Seseorang awalnya memang sakit, misalnya nyeri kronis, kecemasan,
insomnia, dll, yang memang membutuhkan obat, dan mereka
mendapatkan obat secara legal dengan resep dokter. Namun selanjutnya,
obat-obat tersebut menyebabkan toleransi, di mana pasien memerlukan
dosis yang semakin meningkat untuk mendapatkan efek yang sama.
Merekapun kemudian akan meningkatkan penggunaannya, mungkin
tanpa berkonsultasi dengan dokter. Selanjutnya, mereka akan mengalami
gejala putus obat jika pengobatan dihentikan, mereka akan menjadi

17 | U n d a n g - U n d a n g K e s e h a t a n
kecanduan atau ketergantungan terhadap obat tersebut, sehingga mereka
berusaha untuk memperoleh obat-obat tersebut dengan segala cara.
b. Seseorang memulai penyalahgunaan obat memang untuk tujuan
rekreasional. Artinya, sejak awal penggunaan obat memang tanpa tujuan
medis yang jelas, hanya untuk memperoleh efek-efek menyenangkan
yang mungkin dapat diperoleh dari obat tersebut. Kejadian ini umumnya
erat kaitannya dengan penyalahgunaan substance yang lain, termasuk
yang bukan obat diresepkan, seperti kokain, heroin, ecstassy, alkohol, dll.
c. Seseorang menyalahgunakan obat dengan memanfaatkan efek samping
seperti yang telah disebutkan di atas. Bisa jadi penggunanya sendiri tidak
tahu, hanya mengikuti saja apa yang diresepkan dokter. Obatnya bukan
obat-obat yang dapat menyebabkan toleransi dan ketagihan.
Penggunaannya juga mungkin tidak dalam jangka waktu lama yang
menyebabkan ketergantungan.

3. Dari mana Seseorang Mendapatkan Obat-Obat untuk


disalahgunakan?
Obat-obat tadi harus diperoleh dengan resep dokter. Namun untuk
penyalahgunaan ini, banyak cara yang bisa dilakukan orang untuk
memperoleh obat. Antara lain adalah :

 multiple doctor shopping maksudnya, ia pergi ke banyak dokter,


sehingga mendapatkan banyak resep untuk mendapatkan obat yang
dimaksud
 memalsukan resep, memalsukan angka untuk iterasi
 mencuri atau meminta paksa
 dokter sendiri yang meresepkan dalam jumlah berlebihan
 pembelian melalui internet sekarang banyak online pharmacies,
terutama di luar negeri
 penjualan langsung oleh dokter atau apoteker yang memang tidak
mengindahkan moral dan etika profesi.

18 | U n d a n g - U n d a n g K e s e h a t a n
4. Siapa yang bertanggung jawab dalam penyalahgunaan Obat-obatan?
Untuk mewaspadai/mencegah meningkatnya dampak buruk akibat
penyalahgunaan obat-obatan medis diperlukan peran tenaga kesehatan
(termasuk apoteker), orang tua, guru, masyarakat dan instansi
keamanan/kepolisian secara bersama dan berkesinambungan untuk
melindungi masyarakat dalam penyalahgunaan obat.

5. Peran Farmasis dalam penyalahgunaan antibiotik / Obat-Obatan


berbahaya
 Farmasis tidak melayani pembelian antibiotik / Obat-obatan
berbahaya tanpa membawa resep dari dokter.
 Aktif memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahayanya
penyalahgunaan obat, lebih baik dengan cara yang sistematik dan
terstruktur.
 Mengedepankan etika profesi dan mengutamakan keselamatan
pasien dengan tidak memberikan kemudahan akses terhadap obat-
obat yang mudah disalah gunakan.
 Mengkaji resep yang diterima dan memastikan jika terdapat
antibiotik dalam resep pasien maka benar-benar dipastikan
disebabkan oleh infeksi bukan penyebab lain seperti virus.
 Pemberian aturan pakai yang jelas di plastik obat.
 Untuk obat-obat khusus pemakaian atau aturan pakainya, seperti
antibiotik kita sebagai farmasis harus menuliskan kata “Dihabiskan”
pada plastik obat, supaya pasien ingat bahwa pemakaian antibiotik
harus sampai habis.
 Selain label, farmasis juga wajib menjelaskan kepada pasien ketika
meminum antibiotik harus dihabiskan meskipun keluhan sudah tidak
ada.
 Menjalin hubungan yang baik dengan tenaga kesehatan lainnya
seperti perawat dan dokter terutama yang bekerja di rumah sakit,
karena dokter merupakan pemberi resep apabila seperti kasus nomor

19 | U n d a n g - U n d a n g K e s e h a t a n
2, di mana penyebab sakit pasien karena virus yang seharusnya tidak
membutuhkan antibiotik namun dokter menuliskan antibiotik kita
harus berdiskusi dengan dokter. Jika kita menjalin hubungan yang
baik selama ini dengan tenaga kesehatan lainnya tentu akan
mempermudah diskusi tersebut.
 Solusi lain untuk mencegah penggunaan antibiotik, adalah dengan
menggunakan prebiotik. Selain lebih sehat di mana dapat menekan
biaya obat yang mahal.

20 | U n d a n g - U n d a n g K e s e h a t a n
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyalahgunaan zat / obat adalah penggunaan zat secara terus menerus


bahkan sampai setelah terjadi masalah (Stuart & Sundeen, 1998). Penggunaan
zat secara patologis dikelompokkan dalam dua kategori: penyalahgunaan zat
dan ketergantungan zat. Ketergantungan zat ditandai oleh adanya berbagai
masalah yang berkaitan dengan konsumsi suatu zat. Ini mencakup
penggunaan zat yang lebih banyak dari yang dimaksudkan, mencoba untuk
berhenti, namun tidak berhasil, memiliki berbagai masalah fisik atau
psikologis yang semakin parah karena penggunaan obat, dan mengalami
masalah dalam pekerjaan atau dengan teman-teman.
Penyalahgunaan obat merupakan keadaan dimana suatu obat digunakan
tidak untuk tujuan mengobati penyakit, akan tetapi digunakan untuk mencari
atau mencapai kesadaran tertentu karena pengaruh obat pada jiwa.
Obat-obat medis yang sering disalahgunakan oleh masyarakat saat ini
adalah :
- Paracetamol
- Obat penghilang rasa nyeri
- Misoprostol / Cytotec
- Flunitrazepam
- kodein yang disalahgunakan sebagai morfin
- Obat anti-cemas
- Dextromethorpan
- Dexametasone
Motivasi dan penyebabnya seseorang menyalahgunakan obat bisa
bermacam-macam, antara lain:
1. Ada orang-orang yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan rasa
tertekan (stres dan ketegangan hidup).

21 | U n d a n g - U n d a n g K e s e h a t a n
2. Ada orang-orang yang bertujuan untuk sekadar mendapatkan perasaan
nyaman, menyenangkan.
3. Ada orang-orang yang memakainya untuk lari dari realita dan tanggung
jawab kehidupan.
4. Faktor-faktor Lingkungan.
5. Faktor kontribusi : Hubungan interpersonal yang terganggu, atau keadaan
orang tua yang patologis/kacau.
6. Faktor pencetus : Pengaruh teman kelompok, dan tersedianya obat/zat.
Terkait dengan semakin maraknya penyalahgunaan obat medis terutama
penyalahgunaan dextromethorpan, banyak bermunculan oknum penjual pil
dekstro murni dalam bentuk serbuk yang dikemas/dimasukan kedalam kapsul
atau bahkan dicampur dengan obat-obatan terlarang lainnya seperti ekstasi,
metamfetamin, dll.
Untuk mewaspadai/mencegah meningkatnya dampak buruk akibat
penyalahgunaan obat-obatan medis diperlukan peran tenaga kesehatan
(termasuk apoteker), orang tua, guru, masyarakat dan instansi
keamanan/kepolisian secara bersama dan berkesinambungan untuk melindungi
masyarakat dalam penyalahgunaan obat.

B. Saran

Di era modern ini, obat-obat yang disalahgunakan bukan hal yang sulit
lagi didapatkan. Bahkan obat-obat yang beredar dipasaran terkadang
disalahgunakan oleh banyak remaja saat ini. Untuk itu, sebagai tenaga teknis
kefarmasian, kita sebaiknya tahu tentang obat-obat apa saja yang sering
disalahgunakan pada saat ini dan kita sebaiknya mampu memberikan
penyuluhan kedepannya nanti tentang bahaya dari penyalahgunaan obat-obat
tersebut.

22 | U n d a n g - U n d a n g K e s e h a t a n

Anda mungkin juga menyukai