Disusun Oleh :
Kelompok 3
2. Jul(122015012)
Dosen Pembimbing :
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan
bimbingannya jugalah Makalah Contoh Perhitungan Argentometri ini dapat
diselesaikan. Contoh perhitungan argentometri ini dibuat dengan tujuan untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Kimia Analisa 2.
Penulis
ii
ARGENTOMETRI
1
Argentometri dimana terbentuk endapan (ada juga argentometri yang tergolong
pembentukan kompleks) dibedakan menjadi tiga macam cara berdasarkan indikator
yang digunakan untuk penentuan titik akhir, yaitu cara atau metode Mohr, metode
Volhard, dan metode Fajans. Tiga macam cara dasar indikator yang dipakai untuk
penentuan titik akhir yaitu pada cara Mohr; indikator K2CrO4, titrant adalah
AgNO3, cara Volhard; indikator Fe3+, titrant KSCN atau NH4SCN dan cara Fajans
indikatornya ialah salah satu indikator adsorpsi menurut macam anion yang
diendapkan oleh Ag+, titrant AgNO3, pH tergantung dari macam anion dan
indikator yang dipakai.
2
1.2 Titrasi Pengendapan Argentometri
Kondisi titrasi
Larutan yang dititrasi harus bereaksi netral ( pH = 6- 8 ).
Dalam suasana asam konsentrasi ion CrO42- akan berkurang karena reaksi
2CrO42- + 2H+ 2HCrO4- Cr2O72- + H2O
Dalam suasana basa akan terbentuk endapan peroksida :
2 Ag+ + OH- 2AgOH AgO2 coklat + H2O
Konsentrasi ion Cr2O42- harus tepat (0,01 M).
Bila konsentrasi Cr2O42- > 0,01 M titik akhir titrasi akan terjadi sebelum titik
ekivalensi. Bila konsentrasi ion Cr2O42- < 0,01 M maka titik akhir titrasi akan
terlambat ( melampaui titik ekivalensi ).
Titrasi metode ini digunakan untuk menentukan ion perak secara langsung atau
ion klorida secara tidak langsung. Kepada larutan klorida ditambahkan dengan
larutan AgNO3 berlebihan, kemudian kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan
standar KSCN
Ag+ + Cl- AgCl putih
Titrasi Volhard harus dilakukan dalam suasana asam nitrat untuk mencegah
hidrolisis indikator (ion Fe3+ ). Khusus pada penentuan klorida kita mempunya dua
kesetimbangan selama pentitrasian :
Ag+ + Cl- AgCl
Ag+ + CNS- AgCNS
Kelarutan AgCl > kelarutan AgCNS, sehingga terjadi reaksi :
AgCl + CNS AgCNS + Cl-
3
Reaksi ini terjadi apabila titik akhir titrasi menyebabkan kadar Cl- rendah.
Untuk mencegah kesalahan pada saat menentukan kadar laruan yang akan dititrasi
maka dapat dilakukan hal – hal sebagai berikut :
Endapan AgCl disaring
Endapan AgCl dikoagulasi dengan pemanasan, setelah dingin disaring baru
dititrasi
Menambahkan notro benzena. ( R.A.DAY Underwood. Analisis kimia
kuantitatif)
4
1.4 Prinsip-Prinsip yang Mempengaruhi Pengendapan
a. Reaksi pengendapan merupakan reaksi yang salah satu produknya
berbentuk endapan. Endapan terjadi karena zat yang terjadi tidak sukar larut
di dalam air atau pelarutnya.
b. Kesetimbangan adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi
laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam system
kesetimbangan.
Prinsip dari argentometri adalah reaksi pembentukan endapan (precipítate =
presipitat) Titrasi pengendapan = Presipitumetri. Reaksi yang terjadi pada titrasi
tipe ini adalah reaksi-reaksi dimana terbentuk senyawa yang tidak larut. Meskipun
reaksi-reaksi dimana terbentuk senyawa yang tidak mudah larut banyak sekali,
tetapi yang dapat digunakan dalam analisa sedikit sekali. reaksi-reaksi tersebut
harus memenui syarat-syarat :
1. Endapan yang terbentuk praktis tidak larut
2. Proses terbentuknya endapan harus cepat (terbentuknya larutan lewat jenuh harus
tidak berpengaruh pada proses terbentuknya endapan).
3. Hasil titrasi tidak boleh dipengaruhi oleh proses adsorbs dan kopresipitasi.
4. Titik ekivalen dari titrasi harus dapat ditentukan.
Salah satu permasalahan titrasi pengendapan adalah menemukan indikator
yang cocok. dalam titrasi-titrasi yang meliabatkan garam-garam perak ada tiga
indikator yang telah sukses dikembangkan selama ini. Metode Mohr menggunakan
ion kromat untuk mengendapkan Ag2CrO4. Metode Volhard menggunakan ion Fe3+
untuk membentuk kompleks yang berwarba dengan tiosianat SCN‾. Dan metoda
Fajans menggunakan indikator – indikator adsorbsi.
T.a.t dapat ditentukan dengan cara :
1. Terbentuknya endapan yang berwarna (cara Mohr)
2. Terbentuknya senyawa berwarna yang larut (cara Volhard)
3. Menggunakan indicator absrobsi (cara Fajans)
5
1.5 Jenis Indikator Argentometri
Indikator adalah senyawa organik (umumnya) atau anorganik yang digunakan
dalam titrasi untuk menentukan dan menunjukkan titik akhir suatu titrasi. Dalam
pemakaiannya, indikator ada memberikan warna pada larutan misalnya pada
Kompleksometri atau juga berupa suatu endapan ini pada titrasi Argentometri.
b. Indikator Fe3+
Titrasi argentometri dengan indicator ini disebut sebagai titrasi argentometri
dengan metode volhard. Titrasi ini merupakan titrasi tidak langsung dimana larutan
standar AgNO3 ditambahkan secara berlebih dan kelebihan ini dititrasi dengan
larutan standart SCN-.
c. Indikator adsorbsi
Titrasi argentometri dengan indicator adsorbsi disebut sebagai titrasi
argentometri dengan menggunakan metode Fajans. Indikator yang dipakai adalah
indicator adsorbsi Dimana indicator ini akan berubah warnanya jika teradsorbsi
pada permukaan endapan.
Selain menggunakan teknik diatas maka titrasi argentometri juga dapat
dilakukan dengan menggunakan indicator yang berupa indicator electrode. Plot
antara Esel dengan jumlah titran akan dapat diperoleh kurva titrasi dengan grafik
ini maka kita nantinya dapat menentukan titik akhir titrasi.
6
hal ini disebabkan adanya indikator adsorbsi yang teradsorb pada permukaan
endapan AgCl.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan indikator:
1. Ikatan antara indikator dengan ion logam haruslah lebih lemah dari ikatan
antara ion logam dengan EDTA misalnya (antara ion dalam larutan titran
dan ion dalam larutan titrat).
2. Indikator harus sensitif, misalnya dengan adanya kelebihan sedikit dari ion
larutan titran maka dapat segera bereaksi.
3. Indikator harus memberikan warna spesifik yang perubahan warna
nantinya juga harus tampak tajam dan jelas, sehingga TA dapat diamati
dengan baik.
4. Reaksi substitusi juga harus berjalan dengan cepat agar TA dapat
mendekati nilai TE.
7
Metode Mohr dapat juga diterapkan untuk titrasi ion bromida dengan perak,
dan juga ion sianida dalam larutan yang sedikit agak basa. Efek adsorpsi
menyebabkan titrasi ion iodida dan tiosianat tidak layak. Perak tak dapat dititrasi
langsung dengan ion klorida, dengan menggunakan indikator kromat. Endapan
perak kromat yang telah ada sejak awal, pada titik kesetaraan melarut kembali
dengan lambat. Tetapi, orang dapat menambahkan larutan klorida standar secara
berlebih, dan kemudian menitrasi balik, dengan menggunakan indikator kromat.
Metode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion halide seperti NaCl,
dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4 sebagai indikator. Titik akhir titrasi
ditandai dengan adanya perubahan warna suspensi dari kuning menjadi kuning
coklat. Perubahan warna tersebut terjadi karena timbulnya Ag2CrO4 saat hamper
mencapai titik ekivalen, semua ion Cl- hampir berikatan menjadi AgCl. Laruta
standar yang digunakan dalam metode ini, yaitu AgNO3, memiliki normalitas 0,1
N dan 0,05 N.
Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran,
sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah bata, yang menunjukkan titik
akhir karena warnanya berbeda dari warna endapan analat dengan Ag+.
Pengaturan pH sangat perlu, agar tidak terlalu rendah ataupun tinggi. Bila
terlalu tinggi, dapat terbentuk endapan AgOH yang selanjutnya terurai menjadi
Ag2O sehingga titran terlalu banyak terpakai.
8
Bila pH terlalu rendah ion CrO42- sebagian akan berubah menjadi Cr2O72-
karena reaksi :
9
memperlambat reaksi. Hal ini dapat dihindari jika Fe(NO3)3 dan sedikit NH4CSN
yang diketahui ditambahkan dulu ke larutan bersama-sama HNO3, kemudian
campuran tersebut dititrasi dengan AgNO3 sampai warna merah hilang (Khopkar,
1990) Metode Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titran, dan
larutan Fe3+ sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi
antara titran dan Ag, membentuk endapan putih.
Bila hal ini terjadi, tentu saja terdapat kelebihan titran yang bereaksi dan juga titik
akhirnya melemah (warna berkurang).
Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang,
karena titran bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga kedua reaksi
saling mempengaruhi.
Penerapan terpenting cara Volhard ialah untuk penentuan secara tidak
langsung ion-ion halogenida. Perak nitrat standar berlebih yang diketahui
10
jumlahnya ditambahkan sebagai contoh, dan kelebihannya ditentukan dengan titrasi
kembali dengan tiosianat baku. Keadaan larutan yang harus asam sebagai syarat
titrasi Volhard merupakan keuntungan dibandingkan dengan cara-cara lain.
Penentuan ion halogenida karena ion-ion karbonat, oksalat, dan arsenat tidak
mengganggu sebab garamnya larut dalam keadaan asam.
11
Maka jumlah AgCl yang terendap (tanpa kesetimbangan)ialah n mmol. Boleh
dibayangkan,bahwa kemudian y mmol AgCl larut kembali untuk memenuhi hokum
kesetimbangan ,dengan membentuk kembali y mmol Ag+dan Cl-. Maka dalam
keadaan setimbang terdapat y mmol Ag+ dan (a – n) + y mmol Cl-,sehingga :
. = Ksp AgCl (W.Harjadi, 1993)
Indicator adsorbs pada titrasi pengendapan
Jika AgNO3 ditambahkan pada NaCl yang mengandung zat berpendar
flour,titik akhir di tentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah
jingga. Jika didiamkan,tampak endapan berwarna,sedangkan larutan tidak
berwarna disebabkan adanya adsorbsi indicator pada endapan AgCl. Warna yang
terbentuk dapat berubah akibat adsorbs pada permukaan. Dengan indicator
anion,reaksi tersebut :
Jika Cl yang berlebih :(AgCl)Cl- + FL tidak bereaksi (jika FL =C20H11O5 yaitu zat
berpendapat flour)Jika Ag+ yang berlebihan (AgCl)
Ag+ +FL (AgCl)(AgFL)adsorbsi
(S.M.Khopkar, 2007)
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikena ladalah
melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion
perak. Titrasi ini biasanya disebut sebagai Argentometri yaitu
titrasi penentuananalit yang berupa ion halida (pada umumnya) dengan
menggunakan larutan standart perak nitrat AgNO3. Titras iargentometr itidak hanya
dapat digunakan untuk menentukan ion halide akan tetapi juga dapat dipaka iuntuk
menentukan merkaptan (thioalkohol), asamlemak, dan beberapa anion divalent
seperti ion fosfat PO43- dan ion arsenat AsO43-.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dar ianalit
membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl :
Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan
bereaksi dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat
CrO42- dimanadengan indicator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna
12
coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Inikator lain yang bisa
dipakai adalah tiosianida dan indicator adsorbsi. Berdasarkan jenis indicator dan
teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri dapat di bedakan atas
Argentometri dengan metode Mohr,Volhard,atau Fajans. Selain menggunakan jenis
indicator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode potensi ometri untuk
menentukan titik ekuivalen.
Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi adalah
zat yang dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan
timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara
lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.
Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut : indikator ini ialah asam
lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak.
Misalnya fluoresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan,
fluoresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFI saja).
Ion FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan
berwarna merah muda. Karena penyerapan terjadi pada permukaan, dalam titrasi
ini diusahakan agar permukaan endapan itu seluas mungkin supaya perubahan
warna yang tampak jelas, maka endapan harus berukuran koloid. Penyerapan terjadi
apabila endapan yang koloid itu bermuatan positif, dengan kata lain setelah sedikit
kelebihan titran (ion Ag+).
Pada tahap-tahap pertama dalam titrasi, endapan terdapat dalam lingkungan
dimana masih ada kelebihan ion X- dibanding dengan Ag+, maka endapan menyerap
ion-ion X- sehingga butiran-butiran koloid menjadi bermuatan negatif. Karena
muatan FI- bermuatan negatif maka FI- tidak dapat ditarik atau diserap oleh butiran-
butiran koloid tersebut. Makin lanjut titrasi dilakukan, makin kurang kelebihan ion
X-, menjelang titik ekivalen, ion X- yang terserap endapan akan lepas kembali
karena bereaksi dengan titran yang ditambah saat itu, sehingga muatan koloid
makin berkurang negatif. Pada titik ekivalen tidak ada kelebihan X- maupun Ag+,
jadi koloid menjadi netral. Setetes titran kemudian menyebabkan kelebihan Ag+.
Ion-ion Ag+ yang diserap oleh koloid yang menjadi positif dan selanjutnya dapat
13
menarik ion FI- dan menyebabkan warna endapan berubah mendadak menjadi
merah muda. Pada waktu bersamaan sering juga terjadi penggumpalan koloid,
maka larutan yang tadinya berwarna keruh juga menjadi jernih atau lebih jernih.
Fluoresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning sehingga titik akhir dalam
titrasi ini diketahui berdasarkan ketiga macam perubahan di atas, yaitu :
a. Endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan kelihatan
menggumpal.
b. Larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih.
c. Larutan yang semula kuning hijau hampir-hampir tidak berwarna lagi.
Suatu kesulitan dalam menggunakan indikator adsorpsi ialah, bahwa banyak
diantara zat warna tersebut membuat endapan perak menjadi peka terhadap cahaya
(fotosensifitasi) dan menyebabkan endapan terurai.
Titrasi menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, akurat dan
terpercaya. Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena memerlukan endapan
berbentuk koloid yang juga harus bisa terbentuk dengan cepat.
Suatu reaksi pengendapan dapat dikatakan berkesudahan, jika kelarutan
endapannya cukup kecil. Di dekat titik ekivalensinya, konsentrasi ion-ion yang
dititrasi akan mengalami perubahan-perubahan besar. Permasalahan yang mungkin
dihadapi adalah pemilihan indikator yang baik.
Ada beberapa cara untuk menentukan saat tercapai titik ekivalen pada titrasi
pengendapan:
1. Dengan pembentukan endapan berwarna (cara Mohr)
2. Dengan pembentukan persenyawaan berwarna yang larut (cara Volhard)
3. Dengan indikator adsorbs (cara Fajans)
Pada proses disinfeksi air, sering digunakan klor, karena harganya murah dan
mempunyai daya disinfeksikan sampai beberapa jam setelah pembubuhan (residu
klor). Selama proses tersebut klor direduksi hingga menjadi klorida (Cl-) yang tidak
mempunyai daya disinfektan, disamping klor juga bereaksi dalam keadaan bebas
(Cl2, OCl-, HOCl) dan keadaan terikat (NH4Cl, NHCl2, NCl3). Klor terikat
mempunyai daya disinfektan yang tidak seefisian klor bebas.
Pada titrasi dengan pembentukan endapan berwarna (cara Mohr) akan
terbentuk endapan baru yang berwarna. Metode Mohr dapat digunakan untuk
14
menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan standar
AgNO3 dan penambahan K2CHO4 sebagai indikator. Pada titrasi ion Ag yang
berlebih akan diendapkan dengan warna merah bata. Larutan bersifat nitrat atau
sedikit basa, tetapi tidak boleh terlalu basa. Pada kondisi yang cocok, metode Mohr
cukup akurat dan dapat digunakan pada konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis
titrasi ini, endapan indikator berwarna harus lebih larut dibanding endapan warna
yang terbentuk selama titrasi. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana
netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat
larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan
perak hidroksida.
Reaksi yang terjadi adalah :
Asam : 2CrO42-+ 2H- ↔ CrO72- + H2O
Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2 AgOH + 2AgOH ↔ Ag2O + H2O
Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium
karbonat. Larutan alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat
sebelum dinetralkan dengan kalsium karbonat. Meskipun menurut hasil kali
kelarutan iodida dan tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya dengan cara ini.
Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat kuat menyerang kromat,
maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi
menggunakan NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula
terbentuk sukar bereaksi pada titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam
suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan larutan titer perak nitrat
menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah habis
diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan
perak kromat yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Sebagai
indikator digunakan larutan kromat K2CrO4 0,003M atau 0,005M yang dengan ion
perak akan membentuk endapan coklat merah dalam suasana netral atau agak
alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan menganggu warna, ini
dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji dengan
penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl.
Pada titrasi dengan pembentukan persenyawaan berwarna yang larut (cara
Volhard) kesalahan pada titik akhir sangat kecil, tetapi larutan harus dikocok
15
dengan kuat pada titik akhir, agar Ag+ yang teradsorpsi pada endapan dapat
diadsorpsi. Metode Volhard didasari oleh pengendapan dari perak tiosianat dalam
asam nitrit, dengan ion besi (III) dipergunakan untuk mendeteksi kelebihan ion
tiosianat. Metode Volhard dipergunakan secara luas untuk perak dan klorida
mengingat titrasinya dapat dijalankan dalam larutan asam. Merkurium merupakan
kation yang lazim mengganggu dalam metode Volhard.
Pada titrasi dengan indikator adsorpsi (cara Fajans) diketahui jika AgNO3
ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat berpendar fluor, titik akhir ditentukan
dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan,
tampak endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya
adsorpsi indikator pada endapan AgCl. Warna zat yang terbentuk dapat berubah
akibat adsorpsi pada permukaan. Kelebihan dari indikator adsorpsi adalah
memberikan kesalahan yang kecil pada penentuan titik akhir titrasi. Perubahan
warna yang disebabkan adsorpsi indikator biasanya tajam. Adsorpsi pada
permukaan berjalan baik jika endapan memiliki luas permukaan yang besar. Warna
adsorpsi tidak begitu jelas jika endapan terkoagulasi, misalnya dengan adanya
muatan ion yang besar.
Pinsip dasar titrasi larutan ion Larutan sampel Cl- Larutan sampel
Cl- oleh larutan , Br-, I-/SCN- Cl-, Br-, I-/SCN
baku AgNO3, diperlakuan dititrasai dengan
indicator K2CrO4 dengan larutan larutan baku
baku AgNO3 AgNO3
berlebih.
Kelebihan dititrasi
kembali dengan
KSCN
16
Indicator Larutan K2CrO4, larutan Fe3+/larutan Indicator adsorbs
(titran ialah AgNO3) Fe(II), (titran ialah seperti cosin
KSCN atau fluorosein,
NH4SCN) difluorosein
2H+ + CrO4-
2HCrO4-
17
Penggunaan Penentuan Cl- atau Penentuan Cl-, Br-, Penentuan Cl-,
Br-, I- tak dapat I-, SCN- Br-, I-, SCN-
ditentukan karena I-
terabsorbsi kuat
oleh endapan, sama
untuk SCN.
1.7 Aplikasi Argentometri Dalam Analisis Obat dan Bahan Obat Beserta
Contoh Obatnya
18
1.8 Contoh Perhitungan
1. Akan ditentukan kemurnian (kadar) NaCl dalam garam dapur. Seberat 1,0
g sampel garam
sedangakan untuk blangko 0,10 mL . jika Mr. NaCl = 58,5 tentukan kadar
NaCl dalam sampel garam tersebut dalam % b/b
JAWAB
Jadi kadar NaCl = [Cl-] = 0,1056 M = 0,1056 mol /L, atau dalam 100 ml sampel
mengandung
19
2. Tabel Data.
0,057 9,2 ml
Kuning menjadi
0,054 10 ml K2CrO4 merah
K2CrO4
Reaksi :
Cara Mohr
NaCl + AgNO3 AgCl + NaNO3
(endapan putih)
Diketahui :
Massa NaCl = 57 mg
Jawab :
% kadar NaCl = V x N x Bst x 100 %
Bs x Fk
20
= 5,0176 x 100 %
5,7
= 92,9218 %
Diketahui :
Massa NaCl = 54 mg
Konsentrasi NaCl = 0,0954 N
Volume AgNO3 = 10 ml
Jawab :
% kadar NaCl = V x N x Bst x 100 %
Bs x Fk
= 5,575176 x 100 %
5,4
=103,244 %
21
Pembahasan :
Pada metode argentometri cara Mohr ini sample yang digunakan yaitu NaCL.
Cara ini biasanya digunakan terutama dalam penentuan klorida dan bromide.
Digunakan 2 berat (massa) NaCl yang berbeda yaitu 57 mg dan 54 mg. pertama-
tama NaCl ditimbang dengan neraca analitik, setelah itu dilarutkan dalam 10 ml
air suling. Sampel larut dalam air suling. Setelah itu ditambahkan 3 tetes kalium
kromat (K2CrO4) sebagai indicator, warna larutan menjadi kuning. Kemudian
dititrasi dengan AgNO3 sambil dokocok/digoyang sampai tepat membentuk
endapan merah bata. Untuk NaCl 57 mg digunakan AgNO3sebanyak 10 ml dan
9,2 ml untuk NaCl 54 mg.
Bila suatu larutan klorida dititrasi dengan larutan AgNO3 maka akan terjadi reaksi
Ag+ + Cl– AgCl
Titik akhir titrasi dapat dinyatakan dengan indicator larutan K2CrO4 yang dengan
ion Ag+berlebih menghasilkanendapan AgCl yang berwarna putih mulai berubah
menjadi kemerah-merahan. Titrasi harus dilakukan dalam suasana netral atau basa
lemah dengan pH antara 6,5 – 9, dengan begitu garam perak kromat tidak akan
terbentuk.
Dari hasil perhitungan diperoleh kadar NaCl yaitu 98,0829%. Berdasarkan
literatur, kadar tersebut tidak sesuai yaitu seharusnya tidak kurang dari 99% dan
tidak lebih dari 101,0%. Hal ini mungkin terjadi karena NaCl yang ditimbang
tidak dalam keadaan kering. Atau kurang teliti dalam menentukan titik akhir
titrasi serta penambahan indikatornya tidak secara seksama, sehingga akan
mempengaruhi hasil titrasi
22
3. Tabel Data
I 50,3 mg 6,7 ml
II 50,9 mg 7,9 ml
Reaksi
MgCl2 + K2CrO4 Mg2CrO4 + 2 KCl (Kuning)
MgCl2 + 2AgNO3 2AgCl + Mg(NO3)2 (Putih kekuningan)
AgNO3 + K2CrO4 Ag2CrO4 + 2 KNO3 (Merah bata)
Perhitungan
% kadar = V x N x berat setara x 100%
Berat sampel
23
% kadar = V x N x Bst x 100 %
Berat sampel
= 6,9 x 0,1492 x 47,605 x 100 %
50,9
= 51,13 x 100 %
50,9
= 101,6 %
Kadar rata-rata :
K = ( K1 + K2 ) / 2
= ( 94,5 % + 101,6 % ) / 2
= ( 196,1 % ) / 2
= 98,05 %
Pembahasan :
Argentometri merupakan analisis volumetri berdasarkan atas reaksi
pengendapan dengan menggunakan larutan standar argentum. Atau dapat
juga diartikan sebagai cara pengendapan atau pengendapan kadar ion
halida atau kadar Ag+ itu sendiri dari reaksi terbentuknya endapan dan zat
uji dengan titran AgNO3.
Pada metode titrasi ditambahkan larutan indikator pada zat
uji.Indikator adalah suatu senyawa organik yang kompleks yang
digunakan untuk menentukan titik akhir suatu reaksi. Titik akhir titrasi
adalah suatu keadaan dimana penambahan satu tetes larutan baku dapat
menyebabkan perubahan warna pada indikator. Indikator memiliki rentang
pH tertentu dan dapat berubah warna dengan adanya perubahan pH dari
larutan uji. Pada percobaan inin digunakan indikator K2CrO4.
24
Standarisasi larutan AgNO3 dengan NaCl merupakan titrasi yang
termasuk dalam presipitimetri jenis argentometri. Cara pengendapan yang
digunkan dalam percobaan ini adalah cara mohr karena dipakai dalam
penentuan clorida yaitu MgCl2. Pada cara mohr nantinya akan terlihat
endapan merah bata yang larutannya dititrasi dengan larutan baku AgNO3.
Pada percobaan argentometri ini ditimbang sampel MgCl2sebanyak
50,3 mg dan 50,9 mg. Titrasi dilakukan secara diplo (dua kali percobaan)
agar dapat diketahui jumlah larutan baku (titran) yang digunakan pada
percobaan pertama dan kedua yang nantinya kan dibandingkan bahwa
apakah jarak (selisih) antara titrasi kedua dan pertama lebih sedikit atau
cukup besar. Sampel yang telah ditmbang kemudian dilarutkan dengan
aquadest sebanyak 10 ml lalu ditambahkan 3 tetes indikator K2CrO4,
alasan penggunaan indikator ini adalah untuk mengetahui titik akhir titrasi
saat dilakukannya penitrasian. Kemudian sampel dititrasi menggunakan
larutan baku AgNO3 dimana, dengan ion perak yang berlebih maka akan
terbentuk endapan berwarna merah bata.
Larutan AgNO3 dan larutan MgCl2, pada awalnya masing-masing
merupakan larutan yang jernih dan tidak berwarna.Larutan kemudian
berubah menjadi kuning mengikuti warna K2CrO4 yang merupakan
indikator pada percobaan ini.
Setelah dititrasi dengan AgNO3, awalnya terbentuk endapan
berwarna putih yang merupakan AgCl.Ketika MgCl2 sudah habis bereaksi
dengan AgNO3, sementara jumlah AgNO3 masih ada, maka
AgNO3 kemudian bereaksi dengan indikator K2CrO4 membentuk endapan
Ag2CrO4 yang berwarna merah bata.
Dalam titrasi ini, titrasi perlu dilakukan secara cepat dan
pengocokan harus juga dilakukan secara kuat agar Ag+ tidak teroksidasi
menjadi AgO yang menyebabkan titik akhir titrasi menjadi sulit tercapai.
Setelah terjadi perubahan warna merah bata, maka titrasi
dihentikan, sehingga diperoleh data volume AgNO3 untuk masing –
masing percobaan adalah sebagai berikut :
1. MgCl2 dengan berat 50,3 mg
25
Volume AgNO3 sebanyak 6,7 ml
2. MgCl2 dengan berat 50,9 mg
Volume AgNO3 sebanyak 7,9 ml
Setelah itu dihitung kadar MgCl2 dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
4. Tabel Data
Diketahui :
V AgNO3 = 44,1 mL
N AgNO3 = 0,1 N
V NaCl = 25 mL
BE NaCl = 58,44 gr/mol
Mg contoh = 1gr = 1000 mg
26
Ditanya :
Jawab :
𝑉1+𝑉2
V AgNO3 = 2
44,2+44 𝑚𝐿
= 2
= 44,1 mL
= 0,1764 N
27
= 25,77 %
Ditanya : Galat …?
Penyelesaian :
𝑁 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘−𝑛 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
Galat = x 100%
𝑁 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
0,00739−0,01
= x 100%
𝑜,00739
= 35,31%
28
6. Standarisasi larutan perak nitrat dengan Natrium Klorida 0,01 N
Metode Mohr
Diketahui :
N Nacl : 0,01 N
V rata-rata AgNO3 : 16,9
V NaCl : 12,5
Ditanya : N AgNO3…?
Penyelesaian :
V1 x N1 = V2 x N2
12,5 x 0,01 = 16,9 x N2
N2 = 0,00739
29
1.8.2 Contoh Metode Volhard
dilarutkan dalam air sampai 10,0 mL. Seluruh larutan tersebut dititrasi secara
Argentometri dengan cara Volhard. Setelah ditambah 11,0 mL Ag+ 0,1020 N
lalu dititrasi dengan larutan standar KSCN , 0.0150 N ; ternyata dibutuhkan
1,50 ml . Hitung n Ar: Mg = 24 , Br = 73 H = 1 dan O = 16 ) ( Bantuan :
dalam air : MgBr2. n H2O → Mg2+ + 2 Br - + n H2O )
JAWAB :
30
2. Tabel Data :
KBr Perubahan
(gr) indikator warna
HNO3(ml) AgNO3(ml)
Bening
menjadi hijau
0,105 2 15 FeNH4- pucat
(SO4)2
Reaksi :
Perhitungan:
Diketahui :
Massa KBr = 0,105 mg
V. AgNO3 = 15 ml
V. KSCN = 7,7 ml
N. AgNO3 = 0,0954 N
N. KSCN = 0,0929 N
31
BE
= 1,4310 – 0,7153
= 0,7154
m grek = mg x Mr.KBr
BE
= 42,5699 x 100%
100 ml
% Kemurnian = 42,69
Pembahasan :
Titrasi cara ini dilakukan secara tidak langsung, dimana ion halogen
diendapkan oleh ion Ag+ yang berlebihan. Kelebihan ion perak lalu dititrasi
dengan larutan KSCN. Titrasi harus dilakukan dalam suasana asam berlebih.
Pada percobaan ini, jumlah KBr yang digunakan yaitu0,105 gram. Kemudian
sample dilarutkan dalam air suling sebanyak 10 ml. sample larut dalam air
suling. Sample ditambah 2 ml asam nitrat, larutan tetap bening. Kemudian
sample ditambahkan 15 ml AgNO3 dan ditambahkan 3 tetes besi(III)
ammonium sulfat sebagai indicator, akan terbentuk endapan hijau pucat
dengan larutan berwarna bening
Setelah dihitung, kadar KBr didapatkan sebesar 42,5699%. Berdasarkan
literatur, kadar KBr yang seharusnya yaitu tidak kurang dari 98,5% KBr yang
ditimbang dari zat yang telah dikeringkan. Hal ini mungkin terjadi karena
32
KBr yang ditimbang tidak dalam keadaan kering. Atau kurang teliti dalam
menentukan titik akhir titrasi serta penambahan indikatornya tidak secara
seksama, sehingga akan mempengaruhi hasil titrasi
Diketahui :
V KSCN = 2,65 mL
N KSCN = 0,1 N
V NaCl = 25 mL
BE NaCl = 58,44 gr/mol
Mg contoh = 1gr = 1000 mg
33
Ditanya :
Penyelesaian :
a. Standarisasi KSCN dengan NaCl
𝑉1 𝑥 𝑉2
V KSCN = 2
2,7+2,6 𝑚𝐿
= 2
= 2,65 mL
= 0,011 mL
𝑔𝑟
2,65 𝑚𝐿 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 58,44
𝑚𝑜𝑙
= x 100%
1 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐿
0,00265 𝐿 𝑥 0,1 𝑥 58,44 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑒𝑘
= x 100%
1 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 1,55 %
34
1.8.3 Contoh Metode Fajans
1. Diketahui :
N NaCl : 0,01 N
V rata-rata AgNO3 : 15,86
V NaCl : 12,5 mL
Ditanya : N AgNO3 …?
Penyelesaian :
V1xN1 = V2 x N2
12,5 x 0,01 = 15,86 x N2
0,125 = 15,86 x N2
0,00788 = N2
Diketahui :
N (praktik ) AgNO3 : 0,00788 N
N (teori) AgNO3 : 0,,01 N
Ditanya : Galat …?
Penyelesaian :
𝑁 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘−𝑁 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
Galat = x 100%
𝑁 𝑝𝑟𝑎𝑘𝑡𝑖𝑘
0,00788−0,01
= x 100%
0,00788
= 26,90 %
Jadi pada metode ini terdapat galat sebesar 26,90%
Contoh Soal :
35
Standardisasi larutan NaCl dengan menggunakan larutan standard AgNO3
Penambahan AgNO3
Tbg Perlakuan
Sebelum Setelah
Berwarna merah bata
I 10 mL larutan NaCl +
V AgNO3 = 9,13 mL
5 tetes indikator larutan K2CrO4 Berwarna kuning
II V AgNO3 = 9,10 mL
III V AgNO3 = 8,98 mL
1. Sebelum larutan NaCl sebanyak 10 mL yang sudah ditambahkan dengan 5 tetes larutan
indikator K2CrO4 dititrasi dengan larutan AgNO3, mula-mulanya larutan NaCl berwarna
kuning. Namun setelah dititrasi dengan larutan AgNO3, larutan NaCl akan berubah
warnanya dan menghasilkan larutan yang berwarna merah bata pada penambahan
volume larutan AgNO3 yang sama untuk 3 kali pengulangan.
N NaCl ( N1 ) = 0,01 N
Volume NaCl ( V1 ) = 10 mL
Jadi, yang perlu dicari adalah normalitas dari AgNO3. Persamaan yang
digunakan adalah :
ek analit = ek titran
ek NaCl = ek AgNO3
N1 . V1 = N2 . V2
Oleh sebab itu,berikut ini adalah perhitungan normalitas AgNO3 dari standarisasi dengan
NaCl.
36
N1 . V1 = N2 . V2
V1 10 mL
N2 x N1 x 0,01 N 0,01 N
V2 9,13 mL
N1 . V1 = N2 . V2
V1 10 mL
N2 x N1 x 0,01 N 0,01 N
V2 9,10 mL
N1 . V1 = N2 . V2
V1 10 mL
N2 x N1 x 0,01 N 0,01 N
V2 8,98 mL
Dari perhitungan normalitas AgNO3 -nya dapat dicari rerata normalitas AgNO3 -
nya dan standar deviasinya, yaitu :
Standar Deviasi
37
2
(N i - N )
S
n -1
(0,01 - 0,01) 2 (0,01 - 0,01) 2 (0,01 - 0,01) 2
3 -1
0 0 0 0
2 2
0
Penambahan AgNO3
Tbg Perlakuan
Sebelum Setelah
10 mL larutan NaCl Berwarna merah bata
I
(garam dapur kotor) + V AgNO3 = 6,53 mL
Berwarna kuning
II 5 tetes indikator larutan K2CrO4 V AgNO3 = 6,48 mL
III V AgNO3 = 6,51 mL
2. . Mula-mula larutan garam dapur kotor yang sudah yang sudah diencerkan
diambil sebanyak 10 mL dari sampel larutan garam dapur kotor tersebut
dan ditambahkan dengan larutan indikator K2CrO4 sebanyak 5 tetes
adalah berwarna kuning. Namun setelah dititrasi dengan larutan AgNO3,
larutan garam kotor tersebut akan berubah warnanya dan menghasilkan
larutan yang berwarna merah bata pada penambahan volume larutan
AgNO3 yang berbeda-beda untuk 3 kali pengulangan.
38
N AgNO3 = 0,01 N
ek NaCl = ek AgNO3
Oleh sebab itu, berikut ini adalah perhitungan kadar/kemurnian dari NaCl
dalam garam dapur kotor.
ek NaCl = ek AgNO3
berat NaCl
kemurnian (k) NaCl dalam garam dapur kotor x 100%
berat sampel
0,19 gram
x 100%
0,2 gram
95 %
39
b. Volume titrasi 6,48 mL = 6,48.10-3 L
ek NaCl = ek AgNO3
berat NaCl (g) 10 mL
x V . N AgNO 3
BE 500 mL
berat NaCl
x 0,02 6,48.10 -3 L . 0,01 ek/L
58,5 g/ek
0,02 x berat NaCl
6,48 . 10 -5 ek
58,5 g/ek
6,48 . 10 -5 ek x 58,5 g/ek
berat NaCl
0,02
3,7908.10 -3 g
0,02
0,19 gram
berat NaCl
kemurnian (k) NaCl dalam garam dapur kotor x 100%
berat sampel
0,19 gram
x 100%
0,2 gram
95 %
ek NaCl = ek AgNO3
40
berat NaCl (g) 10 mL
x V . N AgNO 3
BE 500 mL
berat NaCl
x 0,02 6,51.10 -3 L . 0,01 ek/L
58,5 g/ek
0,02 x berat NaCl
6,51 .10 -5 ek
58,5 g/ek
6,51 . 10 -5 ek x 58,5 g/ek
berat NaCl
0,02
3,80835.10 -3 g
0,02
0,19 gram
berat NaCl
kemurnian (k) NaCl dalam garam dapur kotor x 100%
berat sampel
0,19 gram
x 100%
0,2 gram
95 %
41
1.9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesalahan Argentometri
42
DAFTAR PUSTAKA
Svehla,G. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi Ke Lima. PT.
Kalman Media Pusaka : Jakarta.
43